Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/151

e-Doa edisi 151 (12-9-2018)

Berdoa Sebelum Makan

Berdoa Sebelum Makan -- Edisi September 2018, Vol. 10 No. 151
 
Situs Doa

Publikasi Elektronik Doa
Berdoa Sebelum Makan

Edisi September 2018, Vol. 10 No. 151
 

Salam dalam kasih Kristus,

Berdoa sebelum makan menjadi rutinitas kita sehingga membuat makna keindahannya menjadi berkurang. Apa sesungguhnya makna dari doa sebelum makan? Selain mengucap syukur atas pemeliharaan Allah, doa makan juga bermakna sebagai penghargaan atas seluruh proses yang terjadi sebelum makanan itu sampai ke meja makan kita. Ada begitu banyak orang yang terlibat dan juga proses yang harus dilakukan sebelum kita menyantap makanan, dan semua itu terjadi dalam penyelenggaraan ilahi. Dalam doa sebelum makan, kita mengucap syukur kepada Allah sekaligus juga mengingat kerja dan jasa semua pihak yang terlibat di dalamnya. Mulai dari petani, buruh pengangkut, transportasi, pedagang, pekerja industri, transportasi pengangkut, pedagang pasar, juru masak, asisten rumah tangga di dapur, dan sebagainya. Dengan menyadari betapa panjang proses yang harus dilalui serta kerja keras dan pengorbanan yang mesti dilakukan, kita akan benar-benar menghargai makanan yang ada di hadapan kita dan mengagumi karya Allah, sumber dari segala yang terjadi. Makan tidak lagi akan kita pandang sebagai sesuatu rutinitas atau kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai cara untuk mengingat kebaikan Allah dan sesama. Kiranya setelah membaca sajian kali ini, kita akan sungguh-sungguh dapat dipenuhi dengan rasa syukur setiap kali akan menikmati makanan yang tersedia di hadapan kita sambil mengingat dan peduli kepada mereka yang berkekurangan. Amin.

N. Risanti

Staf Redaksi e-Doa,
N. Risanti


ARTIKEL Mengapa Kita Harus Berdoa untuk Makanan Kita?

Doa sebelum makan

Berdoa sebelum kita menikmati hidangan yang hendak kita makan adalah sebuah hal yang indah -- atau seharusnya adalah sesuatu yang indah. Itu adalah saat yang sangat tepat untuk mengucapkan syukur dan memuliakan Allah yang dari-Nya segala berkat mengalir. Dan, memiliki makanan yang dapat kita nikmati adalah suatu berkat kemurahan-Nya.

Sisi Buruk Keadaan yang Berlimpah

Mungkin beberapa dari kita yang hidup dalam keadaan yang berkecukupan dan tidak pernah kekurangan dalam hal makanan tidak akan terlalu menghargainya. Inilah hal yang menyedihkan: kurangnya penghargaan. Ya, inilah sisi buruk dari keadaan hidup yang berlimpah makanan. Kita, orang-orang berdosa, cenderung menjadi buta ketika tersedia banyak sekali makanan dalam hidup kita. Allah adalah baik, karena belum memberikan kita surga. Kita tidak akan menghargai sebagian kecil dari itu.

Berpikir akan selalu tersedia makan yang berlimpah lebih dari yang kita butuhkan adalah sedikit kemewahan yang dialami di sejarah dunia, sedangkan mengeluh untuk makanan yang kita punya adalah banyaknya kemewahan yang tidak kita alami saat ini. Kalau saat ini kita merasa kurang bersyukur untuk makanan yang ada, pertobatan adalah jalan yang paling tepat.

Setiap Hidangan Adalah Sebuah Keajaiban

Sangat mengejutkan bahwa kita tidak sujud dalam pujian setiap kita datang ke meja yang sudah penuh makanan. Rancangan dalam pengalaman kita menikmati adalah begitu menakjubkan.

Mendapatkan kekuatan melalui makanan yang kita nikmati merupakan sebuah konsep yang mengherankan. Namun, Allah menciptakan proses makan lebih dari sekadar pragmatik: melalui aroma, rasa, dan tekstur, Dia membuatnya menjadi menyenangkan bagi kita. Terlebih lagi, Dia menjadikannya lebih menyenangkan ketika kita berbagi pengalaman kita kepada orang lain -- di mana ada dua orang atau lebih berkumpul, (biasanya) ada hidangan di tengah mereka. Allah juga membuat persiapan hidangan menjadi sebuah karya seni sebagaimana sebuah tindakan kasih yang berhati hamba. Kekuatan. Sukacita. Komunitas. Pelayanan.

Dan, waktu akan membuat, saya tidak berbicara bahwa segala pekerjaan dan kecerdikan manusia terlibat pada pertumbuhan, pengasuhan, pengemasan, pembagian, penjualan, dan pembelian makanan.

Setiap hidangan adalah sebuah keajaiban.

Terimalah Berkat Itu dengan Ucapan Syukur.

Maka dari itu, kita harus berdoa sebelum menikmati makanan kita. Dan, ini akan menjadi hal yang indah. Kita tidak boleh berdoa secara sembrono atau berdoa tanpa kesungguhan yang tidak berarti. Kita sudah pasti harus tidak berpikir bahwa itu tidak terdengar membosankan. Keajaiban bukanlah hal yang membosankan. Untuk bisa menikmati sebuah hidangan sehingga kita dapat melanjutkan hidup bagi kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31) adalah saat yang suci -- jika itu diterima dengan iman:

"Sebab, segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah itu baik dan tidak ada yang haram kalau diterima dengan ucapan syukur, karena semua itu dikuduskan oleh firman Allah dan doa." (1 Timotius 4:4-5, AYT)

Kita harus memastikan untuk mengajar anak-anak kita mengapa mereka harus berdoa sebelum mereka makan. Tradisi-tradisi yang tidak dapat dibuktikan justru dapat menghasilkan gagasan-gagasan yang aneh. Inti keseluruhan doa makan adalah menerima berkat dari pemeliharaan Allah yang disertai dengan ucapan syukur. Ini bukanlah sebuah mantra yang kita kumandangkan untuk memastikan kalau makanan kita sudah "diberkati". Makanan yang dimakan sebelum berdoa bukan berarti akan kekurangan berkat dari Allah. Anda bahkan dapat memilih untuk berdoa setelah selesai menikmati makanan sesekali. Ucapan syukur setelah makan adalah sebanding dan sama mulianya.

Doa Makan yang Ditulis oleh Piper

Jika kita memiliki kebiasaan selalu mengulang kalimat yang sama ketika berdoa untuk makan, atau jika orang lainnya (atau Anda) tidak bersuara ketika berdoa, ini mungkin saatnya untuk berubah.

Satu hal yang harus kita coba adalah memaksa diri untuk mencari cara yang baru untuk mengucap syukur setiap kali Anda duduk untuk menikmati makanan. Sederhananya, pikirkan satu atau dua hal untuk disyukuri kepada Allah. Berpikirlah di luar kebiasaan. Dibutuhkan ribuan faktor yang bergabung untuk membuat makanan dapat dihidangkan. Tidaklah berat untuk menemukan satu atau dua hal.

Jika Anda lebih memilih semua anggota keluarga di meja makan harus berdoa secara bersama-sama, saya sarankan untuk mencoba beberapa doa pada waktu makan yang ditulis oleh John Piper untuk keluarganya beberapa tahun lalu. Ada doa yang panjang dan doa yang pendek.

Doa Makan Pagi

Tuhan Yesus, kami berterima kasih untuk hari ini
dan untuk istirahat kami semalam
dan untuk makanan di hadapan kami,
serta untuk segala cara yang melaluinya kami selalu diberkati.

Doa Makan Siang

Tuhan Yesus, bersyukur untuk berkat-berkat-Mu ini.
Dan, yang masing-masing Kau sajikan untuk kami.
Untuk kasih setia-Mu yang membuat
Hati kami bersemangat pada siang hari ini.

Doa Makan Malam

Tuhan Yesus, sekarang saatnya kami makan,
berkati kami untuk makanan ini.
Ketika iman kami lelah, Tuhan terkasih, hilangkan perasaan itu!
Bahwa semua yang Kau beri adalah baik.

Doa makan

Doa Makan Pagi

Bapa kami, setiap hari Engkau telah memberikan
makanan untuk tubuh kami tetap bertahan.
Oleh karena itu, kami mengucapkan syukur kepadamu dengan segenap hati kami.
Kami juga berdoa seiring dengan kami memulai hari ini,
Engkau membiarkan mata kami melihat
kemurahan-Mu yang tiada hentinya.
Dan, kabulkan bahwa ketika kami sudah disiapkan,
kami hanya akan melakukan apa yang menjadi kehendak-Mu.

Doa Makan Siang

Kami bersyukur, Bapa, untuk saat ini.
Untuk beristirahat dan melihat kuasa-Mu
yang telah Engkau perlihatkan melalui sinar matahari dan hujan.
Dan, terlihat pada setiap biji gandum.
Biarkan seluruh makanan yang telah Kau siapkan ini
dan dengan murah hati terhidang di hadapan kami.
Pulihkan kekuatan kami untuk beberapa jam ke depan,
sehingga kami berolah kekuatan penuh dari pada-Mu.

Doa Makan Malam

Betapa kami percaya Bapa, ini semua adalah pemeliharaan-Mu;
Selalu seperti hari-hari sebelumnya, ada makanan di sana,
Selalu, Engkau telah persiapkan di hadapan kami.
Makanan yang kami doakan akan berlimpah dengan lebih
dari pada hanya sekadar menikmatinya seorang diri.
Hadirlah di sini, Tuhan, memberikan suasana hati yang penuh kasih.
Dan, saat Engkau memperbarui tubuh kami,
datanglah sekarang dan dan berkati kerukunan kami.

Jangan Lupa Berdoa untuk Piring-Piring Kotor Setelah Kita Makan!

Doa setelah makan

Kita tidak seharusnya melupakan bahwa piring-piring yang kotor itu adalah bukti dari anugerah Allah.

Piring-piring itu menggambarkan bahwa kita benar-benar memiliki hidangan untuk kita nikmati, memiliki peralatan yang digunakan untuk makan dan mempersiapkan hidangan, juga sebuah tempat untuk tinggal.

Piring-piring itu adalah simbol belas kasih. Jadi, mencuci piring bukanlah saat untuk menggerutu (Filipi 2:14), tetapi merupakan waktu untuk bersyukur. Dengan menggunakan Puisi Pendek dari John Piper, izinkan saya menyarankan bagaimana berdoa untuk piring-piring yang kotor.

Doa untuk Piring-Piring yang Kotor

Tuhan Yesus, terima kasih untuk anugerah ini.
Piring-piring ini menunjukkan
makanan yang berkecukupan serta tempat untuk kami tinggal
adalah kebaikan dari belas kasih yang Kau beri. (t/Rian)

Download Audio

Diterjemahkan dari
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : http://www.desiringgod.org/articles/why-we-pray-for-our-meals
Judul asli artikel : Why We Pray for Our Meals
Penulis artikel : Jon Bloom
Tanggal akses : 23 Agustus 2017


TOKOH DOA David Brainerd

"Temukan pengkhotbah-pengkhotbah yang memiliki semangat David Brainerd dan tidak ada satu pun yang dapat tahan di hadapan mereka. Mari kita menjadi pengikut-pengikutnya seperti dia menjadi pengikut Kristus, dalam pengabdian diri yang sungguh, dalam kematian terhadap dunia yang total, dan dalam kasih yang sungguh kepada Tuhan dan manusia," tulis John Wesley kepada rekan-rekannya; dan orang-orang seperti itu pun dia dapatkan. Orang-orang yang kerohaniannya sekaliber David Brainerd itulah yang mempersiapkan garis perbatasan kolonial Amerika dan kota-kota dan wilayah kecil di Inggris raya dengan api kebangunan rohani. Saat perintis ini maju untuk membebaskan penduduk dari cengkeraman kekolotan, birokrasi, dan ketidakacuhan yang mematikan, mereka memiliki teladan yang baik dan mulia dari pengkhotbah garis perbatasan, David Brainerd, untuk menerangi jalan itu.

David Brainerd

Lahir di Hadden, Connecticut, pada 1718, bertobat pada 1739, dia memasuki Yale College untuk mempelajari tentang pelayanan. Di sana, dia dikenal dengan kesopanannya kepada orang banyak dan kesungguhan belajarnya. Namun, menurut catatan kampus, dia banyak melakukan pelanggaran hukum akibat "semangat yang keterlaluan dan tidak bijaksana". Gairahnya bagi Kristus terlalu berlebihan untuk ditahan oleh sistem. Dia dikeluarkan pada 1742 setelah mengomentari kehidupan rohani seorang guru "miskin anugerah seperti rambutnya". Tidak takut dengan kemunduran yang tampak ini, dia melanjutkan studinya secara privat. Pada tahun yang sama, Scottish Society of the Propagation of Christian Knowledge menunjuk dirinya sebagai misionaris mereka kepada orang-orang Indian. Pada 1743, dia bekerja di antara suku Kauhameek dan Indian Delaware. Ditahbiskan pada 1744, dia menetap di Cross Creeks, New Jersey, tempat penerjemah Indiannya yang baru bertobat berkhotbah kepada suku-suku yang ada di sekitar.

Pada 1745 sampai 1746, dalam jurnalnya dicatat bahwa dia "melihat karya anugerah yang luar biasa di antara orang-orang Indian" dengan lebih dari 130 orang petobat. Khotbahnya begitu diurapi, sehingga suku-suku dari desa yang jauh secara budaya, yang berpotensi untuk bersikap bermusuhan, menangis mendengar khotbahnya. Hasil khotbahnya begitu dramatis sehingga orang-orang kulit putih skeptis yang datang ke ibadah untuk mengejek, malah bertobat. Dari desa ke desa, kuasa Allah dinyatakan, mempertobatkan orang-orang Indian yang tidak tertarik dan menganut animisme. Pada 1745, David Brainerd melakukan perjalanan yang berjarak lebih dari 3.00 mil dengan menaiki kuda untuk menjangkau suku-suku Indian di tempat terpencil di Pennsylvania, Connecticut, dan New Jersey. Dia bertahan menerjang cuaca yang keras, perampasan, dan penderitaan pribadi dalam perjalanannya menuju setiap desa baru untuk memberitakan Kabar Baik. Meskipun mengidap tuberkulosis, dia maju terus.

Orang Indian

Adalah hal yang biasa melihat hamba Allah ini berseru memohon belas kasihan Allah untuk menyelamatkan orang-orang Indian. Menangis dan berdoa, membungkuk di dasar hutan yang bersalju selama berhari-hari pada waktu yang sama, berpuasa dan berdoa, memohon agar Allah menggerakkan mereka yang mendengar di desa berikutnya. Para saksi menghitung telah terjadi lebih dari satu kali, tanah yang putih berlapis salju yang baru turun ternodai oleh air ludah berdarah saat batuk yang keluar dari paru-parunya yang terkena TBC. Dia memilih untuk berdoa dan melanjutkan, lalu berhenti dan istirahat dengan tenang. Dia meneruskan saat kekuatannya sudah terkumpul kembali. Baginya adalah lebih baik kelelahan karena bekerja terlalu keras dari pada tidak dapat bekerja karena sudah "berkarat" (kaku karena lama tidak bekerja - Red.). Akhirnya, semua kekuatan terkuras, dia pulang ke rumah ayah mertuanya, Jonathan Edwards, di Northampton. Memercayakan pekerjaannya yang terbaru di antara suku Susquehanna kepada saudaranya, John, David pun meninggal tiga bulan kemudian, pada tahun 1747.

Rentang waktu pelayanan David Brainerd kurang dari lima tahun, tetapi dengan tutup usia dalam umur 29 tahun, dia memetikkan teladan pengorbanan diri, doa, dan saat teduh sedemikian rupa sehingga jurnalnya, yang diterbitkan setelah kematiannya, menginspirasi ratusan orang menjadi pembawa berita dan pemikul salib Yesus Kristus. Meskipun pelayanannya singkat dan jumlah orang yang bertobat adalah kecil dibandingkan dengan kebaktian penginjilan yang besar hari ini, ratusan misionaris terdorong masuk ke ladang pelayanan lewat teladannya dan ratusan ribu orang dibawa mengenal Kristus sebagai hasilnya. "Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari
Nama situs : Neo House Church Network
Alamat situs : http://www.neohcn.org/resources/articles/david-brainerd-man-of-prayer-man-of-results
Judul asli artikel : David Brainerd: Man of Prayer, Man of Results
Penulis artikel : Joseph Horevay
Tanggal akses : 25 November 2017

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Doa.
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
Redaksi: Roma, Margaretha I., N. Risanti, dan Rode.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org