Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/146

e-Doa edisi 146 (12-4-2018)

Ketika Tuhan Menutup Pintu

Ketika Tuhan Menutup Pintu -- Edisi April 2018, Vol. 10 No. 146
 
Gambar: Situs Doa

Publikasi Elektronik Doa
Ketika Tuhan Menutup Pintu

Edisi April 2018, Vol. 10 No. 146
 

Salam kasih,

Sering kali kita berdoa, tetapi jawaban Allah berbeda dari apa yang kita inginkan. Bagaimanakah sikap kita setelah itu? Akankah kita menjadi kecewa, marah, dan mengganggap Allah tidak peduli terhadap kebutuhan atau pergumulan kita? Sesungguhnya, sikap kita dalam menanggapi jawaban Allah yang berbeda dari kehendak kita dapat menjadi penanda kedewasaan rohani, yaitu sudah seberapa jauh kita mengenal dan mengasihi Allah.

Seperti Kristus yang mampu berkata, "Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu," kiranya kita sungguh memiliki kesadaran bahwa hikmat dan rencana Allah bagi kita adalah baik. Allah yang telah menyerahkan Putra-Nya bagi kita adalah Allah yang sungguh mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kehidupan dan jawaban doa mungkin tidak selalu seperti yang kita harapkan. Namun, ingatlah bahwa Ia sekali-kali tidak akan meninggalkan kita atau menelantarkan kita. Kasih-Nya sungguh nyata melalui kematian Putra-Nya untuk keselamatan kita. Mari kita terus percaya dan berani untuk berharap, bahkan ketika Dia tampaknya tengah menutup pintu. Amin.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti


ARTIKEL Terkadang, Allah Benar-Benar Menutup Pintu

Selama beberapa tahun terakhir, tubuh saya memiliki hubungan yang aneh dengan makanan. Ketika saya mengatakan aneh, maksud saya adalah mengerikan. Alih-alih memberi nutrisi, banyak makanan memberi saya racun dalam dosis kecil. Makanan apa yang menyebabkan ini dan dalam jumlah berapa? Saya tidak yakin. Bahkan, tidak ada yang yakin -- dan itu bagian yang tersulit.

Menutup pintu

Saat rasa sakit menajam dan perut saya membesar, saya tahu bahwa saya sedang bereaksi. Seringnya, satu-satunya pertahanan saya adalah dengan melakukan tidur ekstra dan mengonsumsi lebih banyak obat, dengan mengetahui bahwa penyakitnya akan hilang dalam beberapa hari. Terkadang, bagaimanapun juga, saya khawatir ada yang salah, bahwa saya mungkin sedang sekarat. Saya merasa seperti Humpty Dumpty (satu karakter dongeng berupa telur, yang namanya identik dengan sesuatu yang rapuh atau keadaan yang genting - Red.): semua kuda raja dan semua pegawai raja -- dan semua spesialis medis dan semua pengobatan holistik alami -- sepertinya tidak dapat membuat sistem pencernaan saya bekerja lagi. Selama empat tahun terakhir, saya telah mengumpulkan satu lemari penuh dengan botol plastik dengan label-label aneh, tetapi hanya sedikit yang membantu.

Terkadang, Tuhan Menutup Pintu dan Jendela

Saat saya memproses rasa sakit dan ketaknyamanan yang hampir selalu terjadi, saya dibantu oleh Jared Wilson. Dengan indah, dia menggambarkan apa artinya hancur dan masih dikasihi Allah. Dia tahu bagaimana rasanya melepaskan tali yang kita semua pegang, dan membiarkan Yesus menangkap dirinya.

Wilson menulis,

"Saya punya masalah dengan semua sorakan penyemangat 'kejar impian Anda!' dari para pemimpin Kristen. Bukan karena saya iri kepada orang-orang yang ingin meraih impian mereka, melainkan karena saya pikir kita tidak siap melihat betapa mudahnya mengacaukan impian yang kita kejar dengan mengejar kehendak Allah dalam Kristus. Anda tahu, mungkin saja rencana Allah untuk kita adalah menjadi kecil. Rencana-Nya untuk kita mungkin adalah kegagalan pribadi. Mungkin saja, saat pintu lain ditutup, itu bukan karena Dia berencana untuk membuka jendela, melainkan karena Dia berencana meruntuhkan bangunan tersebut pada Anda. Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri adalah: Akankah Kristus cukup?" (The Story of Everything, 122)

Paragraf ini mencerminkan tema kekristenan yang sering diabaikan, bahkan di gereja terbaik kita: esok mungkin tidak lebih baik daripada hari ini.

Terkadang, Penurunan Berarti Kematian

Dua hal dari kutipan Wilson dapat diilustrasikan dengan melihat secara singkat kehidupan dari Yohanes Pembaptis. Pertama, pernyataan tentang menjadi kecil. Yohanes Pembaptis berkata dengan mengacu kepada Yesus, "Dia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil" (Yohanes 3:30). Yohanes ingin agar Yesus akan bergerak menjadi sorotan, bukan dirinya, yang meneladankan kepada kita sekarang tentang keindahan kekal dari menjadi kecil.

Kedua, Wilson meniru frase yang umum dalam istilah Kristen: bahwa sebuah pintu yang tertutup pasti mengartikan adanya kesempatan lain (kesempatan yang lebih baik!) yang akan selalu muncul. Namun, mungkin saja itu tidak terjadi -- itu tidak terjadi pada Yohanes (Pembaptis). Saat Allah mengirim Yohanes ke penjara, dia tidak keluar. Dia dihukum mati di sana (Matius 14:1-12).

Akan tetapi, sebelum dia dibunuh, Yohanes mengirim utusan kepada Yesus untuk menanyakan apakah Dia adalah Mesias, atau apakah mereka harus mencari yang lain (Matius 11:1-3). Alih-alih menumbuhkan imannya, keadaan sulit dalam kehidupan Yohanes menjadi seperti racun, yang kemudian membawanya ke arah keraguan dan kekecewaan. Sepertinya, Yesus tidak terlihat melakukan hal-hal yang dia harapkan akan dilakukan oleh Mesias. "Jika Yesus datang untuk membebaskan orang-orang yang terbelenggu (Lukas 4:18), mengapa saya masih ditahan dalam penjara?"

Agar lebih jelas, di penjara, Yohanes menanyakan apakah Yesus cukup untuknya saat dia benar-benar mengalami penurunan dan sepertinya akan mati.

Akankah Kristus Cukup?

Pertanyaan yang sering kita tanyakan itu serupa. Akankah Yesus cukup bagi kita ketika satu pintu ditutup, dan Allah tidak membukakan sebuah jendela?

Kristus cukup

Ya, Yesus cukup bagi kita.

Ketika Anda membela apa yang benar, dan berakhir di penjara (seperti kasus Yohanes); Ketika Anda menderita kanker; Ketika Anda kehilangan pekerjaan; Ketika rumah Anda dirampok; Saat orang tua Anda bercerai; Saat Anda sakit dan terbaring di lantai, dan anak-anak Anda bertanya, "Ayah, apakah engkau baik-baik saja?" Yesus tetaplah Yesus. Dia saja akan cukup bagi Anda.

Ketika Rasul Paulus berulang kali berdoa agar kesulitan-kesulitannya dilepaskan, Allah mengatakan kepadanya, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalan kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Korintus 12:9). Di tempat lainnya, Allah mengingatkan umat-Nya, "Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan" (Yesaya 41:10).

Hari ini, jika Anda lemah, ketahuilah bahwa Yesus itu kuat dan bahwa Ia sangat mengasihi Anda -- bahkan jika Anda tidak memahami rasa sakit Anda dan rencana Allah tentang hal itu. Penderitaan kita "mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya" (2 Korintus 4:17). Meskipun seluruh bangunan rumah runtuh, fondasi kita dalam Kristus tidak akan pernah retak. (t/N. Risanti)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
URL : http://www.desiringgod.org/articles/sometimes-god-just-closes-doors
Judul asli artikel : Sometimes God Just Closes Doors
Penulis artikel : Benjamin Vrbicek
Tanggal akses : 4 Agustus 2017

KESAKSIAN DOA: Menolak untuk Kecewa

Mengapa

Memercayai Tuhan Ketika Dia Diam

Sekali lagi, kami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit -- kali ini ke ruang gawat darurat; putri saya duduk di belakang, mengalami panas karena demam dan seperti kejang-kejang kedinginan. Nampaknya seakan-akan mobil kami tahu jalan karena kami sudah melewati jalur ini terlalu sering selama setahun terakhir berjuang melawan penyakitnya. Setengah perjalanan menuju ke sana, air mata mulai mengalir pada wajah saya saat saya merasakan kegelapan yang pekat menyelubungi saya. Ada suara yang nyaris kedengaran berkata, “Lihat, Allah tidak peduli padamu. Dia tidak menjawab doa-doamu; putrimu tidak membaik. Mengapa kamu tidak berhenti saja, dan mengutuki Allah!” Saya duduk di sana, dalam kegelapan -- sebagian dari diri saya memercayainya, tetapi jauh dalam hati, saya tahu itu tidak benar. “TIDAK,” pikiran saya berteriak membalas. “Saya tidak akan mengutuk Allah -- di tengah doa-doa, pertanyaan yang tidak terjawab, dan penderitaan yang luar biasa, saya akan memilih dan tetap memilih untuk memercayai Dia.

Lukas 7:23 berkata, “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku". Pernahkah Anda merasa dikecewakan oleh Allah, menatap ke surga dengan pandangan pikiran yang tidak percaya, “Bagaimana mungkin ini terjadi pada saya dan keluarga saya, pelayanan saya? Bagaimana mungkin Engkau mengizinkan ini, Tuhan?”

Kecewa artinya jengkel, terganggu atau marah: terhina; mengalami ketaksetujuan. Sering kali, mudah untuk merasa kecewa karena orang lain, tetapi saya tidak pernah sebelumnya memikirkan tentang merasa kecewa karena Allah. Akan tetapi, jika saya membiarkan diri sendiri melihat jauh ke dalam, saya tahu bahwa saya merasa jengkel, bahkan marah. Diam-diam, kita bisa marah kepada Allah, mungkin benci, bahkan terluka begitu dalam sehingga kita membangun tembok di antara diri kita dan Allah. Tidak diragukan, ada kalanya sangat sulit untuk tidak merasa kecewa karena Allah -- karena tampaknya Dia tidak bekerja atau kurang peduli ketika pencobaan yang tidak dipahami atau misteri yang tidak terpecahkan memasuki kehidupan kita, dan ketika keadaan yang sia-sia menggerogoti jiwa kita setiap hari.

Ayub adalah seorang yang tidak hanya mengalami sakit dan penderitaan, tetapi juga yang menolak untuk kecewa karena Allah, bahkan ketika orang lain menganjurkan begitu. Berapa banyak dari kita yang bisa memilih untuk tidak kecewa saat menghadapi penderitaan dan rasa kehilangan yang begitu berat? Di dalam Ayub 1:8 dan Ayub 2:3, Allah berkata kepada Iblis, “Tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Dengan kata lain, “seseorang yang akan setia kepada-Ku apa pun yang terjadi.” Yang mengejutkan saya di sini adalah keyakinan Tuhan yang luar biasa pada diri Ayub.

Saya bertanya-tanya apakah Dia juga memiliki keyakinan yang sama pada diri saya? Saya mengajukan pada diri sendiri pertanyaan yang menusuk itu beberapa kali selama beberapa tahun belakangan ini di tengah kedukaan dan penderitaan tiap hari. Ini merupakan sebuah tantangan, tetapi kesulitan yang ada dalam kehidupan dan pelayanan memberi kita kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap hal terburuk yang bisa kita bayangkan terjadi pada kita dengan cara yang menghormati Allah, yang dimulai dengan menolak untuk kecewa. Ayub 1:22 berkata, “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut". Dengan kata lain, dia tidak kecewa karena Allah. Ini haruslah menjadi keputusan setiap hari karena emosi kita yang rapuh akan mencobai kita untuk mengabaikan apa yang iman kita ketahui sebagai yang benar. Apa yang terjadi ketika kesembuhan tidak datang, penderitaan tidak pergi, kesedihan kita terus berlanjut selama bertahun-tahun? Setiap hari, kita harus merespons dengan setia -- tidak kecewa karena iman yang mengarah pada kemenangan.

Iman

Jika kita harus seperti Ayub, kita harus memercayai karakter Allah dan semua kebenaran yang kita tahu tentang Dia di tengah kegelapan. Kita percaya bahwa karakter-Nya baik dan bahwa Dia memegang kendali, mengetahui bahwa apa pun yang Dia izinkan dalam hidup kita adalah untuk kebaikan kita -- bukan apa pun yang Dia izinkan adalah baik. Keadaan kita tidak akan pernah bisa menjadi refleksi kebaikan Allah secara akurat.

Saya begitu ingin putri saya disembuhkan secara fisik, tetapi itu tidak terjadi sepenuhnya. Dengan demikian, hidup yang tidak kecewa berarti bahwa saya akan percaya kepada Allah sekalipun kesembuhan dan mukjizat tidak terjadi, walaupun doa saya yang sungguh-sungguh tidak juga dijawab, dan segala sesuatu di sekitar saya terkadang hanyalah keputusasaan. Saya tidak akan menuduh Allah melakukan kesalahan. Kita akan mampu hidup dengan tidak kecewa karena Allah dan atas hal-hal yang Dia izinkan terjadi dalam hidup kita jika kita memiliki pengenalan yang dalam tentang karakter-Nya. Apa pun yang iman kita katakan tentang Allah, demikianlah Dia.

Pada akhirnya, imanlah yang memampukan kita menjalankan hidup tanpa kekecewaan. Meskipun Dia membunuh saya, itulah satu-satunya hidup yang ingin saya jalani. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Just Between Us
URL : http://justbetweenus.org/faith/trusting-god/trusting-god-even-when-he-is-silent/
Judul asli artikel : Refusing To Be Offended
Penulis artikel : Shelly Esser
Tanggal akses : 18 Agustus 2017
 
Stop Press! Ikuti Diskusi Facebook Grup e-Doa Doa yang Lahir dari Iman Menyelamatkan Orang Sakit
Grup Diskusi e-Doa

"Tuhan tidak selalu menjanjikan penyembuhan, tetapi jika kita menggunakan iman kita, Tuhan selalu menjanjikan penyelamatan, yang sebenarnya lebih penting daripada penyembuhan."

Apakah Anda sedang bergumul dengan sakit dan kesembuhan atas penyakit? Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang kaitan antara doa, iman, dan keselamatan dari orang sakit? Jika Anda ingin belajar lebih banyak lagi mengenai permasalahan ini, mari ikuti diskusi di Facebook Grup e-Doa yang akan berlangsung pada 23 April -- 4 Mei 2018.

Untuk dapat bergabung dalam diskusi doa ini, silakan mendaftarkan diri ke: http://facebook.com/groups/doa.kristen atau melalui email ke alamat: doa@sabda.org. Pendaftaran ditunggu paling lambat hingga tanggal 16 April 2018.

Mari, kita semakin memahami makna doa dan kesembuhan dalam diskusi grup FB e-Doa!

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Doa.
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., dan Rode
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org