Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/109

e-Doa edisi 109 (12-3-2015)

Doa Keputusasaan

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)
                       
BULETIN DOA -- Doa Keputusasaan
Edisi Maret 2015, Vol. 07 No. 109

Salam kasih,

Dalam menghadapi keputusasaan hidup, doa-doa apakah yang Anda 
panjatkan kepada Tuhan? Memohon pertolongan, kelepasan, kelegaan, atau 
ucapan syukur? Biasanya, ketiga jawaban yang pertama akan mendominasi 
dan ucapan syukur menjadi jawaban yang jarang atau bahkan nihil dalam 
kenyataannya. Tidak heran, karena bersyukur dalam keputusasaan adalah 
hal yang absurd bagi kebanyakan orang. Namun, itu bukanlah perkara 
yang mustahil ketika iman sungguh hidup di dalam diri kita. Ucapan 
syukur tidak akan meniadakan atau menghilangkan masalah, tetapi 
mengetahui bahwa Tuhan berkuasa di balik semua badai yang tengah 
melanda.

Pada edisi e-Doa bulan Maret ini, kami ingin mengajak Anda untuk 
melihat lebih dalam pada doa keputusasaan dalam badai hidup yang 
menyerang. Renungan yang mengetengahkan kisah dari Fanny Crosby serta 
artikel yang mengulas tentang doa di dalam keputusasaan pada edisi ini 
kiranya akan semakin menumbuhkan iman dan kehidupan doa Anda, terutama 
dalam menghadapi keputusasaan.

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


        RENUNGAN: KUASA ALLAH YANG NYATA DALAM BADAI KEHIDUPAN
                       Ditulis oleh: N. Risanti

Nas: Matius 14:27

Saat bayi, Frances Jane Crosby atau lebih dikenal dengan nama Fanny 
Crosby, menderita infeksi mata. Ia ditangani oleh seorang dokter yang 
tidak terampil dengan mengolesi salap panas pada kelopak matanya yang 
memerah dan meradang. Infeksinya sembuh, tetapi berujung pada kebutaan 
seumur hidup. Bagi kebanyakan orang, kebutaan itu mungkin menjadi 
"beban" dan keputusasaan, yang akan menurunkan kualitas dan 
kegembiraan hidup. Akan tetapi, tentang kebutaannya, Fanny malahan 
berkata, "Tampaknya ini adalah suatu anugerah Tuhan bahwa aku harus 
buta seumur hidup, dan aku berterima kasih atas hal ini. Jika 
kesempurnaan penglihatan duniawi ini ditawarkan kepadaku besok, aku 
tidak akan menerimanya. Aku mungkin tidak akan bisa menyanyikan himne 
untuk memuji Tuhan jika aku telah tertarik pada hal-hal yang indah 
yang menarik dalam diriku." Bukannya mengalami keputusasaan, Fanny 
Crosby malah menjadi penulis himne yang kemungkinan besar terbanyak di 
sepanjang sejarah. Beberapa dari himnenya terus membawa banyak jiwa 
kepada Juru Selamat, baik untuk keselamatan maupun penghiburan: 
"Blessed Assurance"; "All the Way My Savior Leads Me"; "To God Be the 
Glory"; "Pass Me Not, O Gentle Savior"; "Safe in the Arms of Jesus".

Ketika badai hidup menyerang, Anda dapat memilih untuk menyerah, 
berhenti dalam keputusasaan, atau mempergunakan apa yang telah Allah 
berikan untuk terus berjalan dan memuliakan Dia. Fanny Crosby memilih 
yang terakhir, dan hidupnya sungguh menjadi berkat bagi banyak orang 
hingga saat ini. Badai hebat yang terjadi di dalam kehidupan 
sesungguhnya dapat menjadi media untuk menyatakan kuasa Allah yang 
besar dalam hidup, saat mata iman kita tertuju kepada-Nya. Seperti 
Petrus yang berjalan di atas air ketika badai tengah melanda, kiranya 
perkataan Yesus, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" dalam Matius 
14:27,
dapat menghibur dan menghidupkan iman Anda ketika badai 
keputusasaan melanda. Amin.

Sumber bacaan: 
_____ 2010. "Frances Jan Van Alystine (Fanny Crosby)" 
Dalam http://biokristi.sabda.org/frances_jan_van_alystine_fanny_crosby


                   ARTIKEL: DOA DALAM KEPUTUSASAAN

Pada akhir Oktober, ketika badai besar, yaitu "Hurricane Sandy", 
datang menerpa pantai timur laut, saya dan istri saya berada di 
Atlanta sedang menyaksikan siaran cuaca dengan kekhawatiran yang 
memuncak. Rumah kami yang berharga di Chesapeake Bay, tempat istirahat 
di hari Sabat dan kenangan musim panas yang berharga, hampir tepat di 
jalur badai tersebut. Ketika prediksi kehancuran menjadi semakin 
mengerikan, saya mengucapkan doa secara spontan, "Jangan, Tuhan -
tolong, jangan!"

Ini bukan doa yang dewasa; saya segera menyadarinya. Bagaimanapun, 
kami selamat, bermil-mil jauhnya dari bahaya, sementara jutaan orang 
benar-benar dalam bahaya. Dan, di sini saya mengucapkan permohonan 
yang parau dan mementingkan diri sendiri untuk sebuah rumah. Bagaimana 
saya bisa melakukan itu, bahkan walaupun secara refleks? Ketika cahaya 
pagi mengungkapkan bahwa rumah kami tidak rusak, pikiran sombong yang 
terlintas bahwa doa saya terjawab, benar-benar dibatalkan oleh 
cuplikan berita yang mengerikan mengenai kematian dan kehancuran di 
tempat itu.

Beberapa orang akan mengatakan bahwa doa saya tidak hanya egois, 
tetapi benar-benar naif. Gagasan bahwa Allah dengan cara tertentu akan 
bertindak di tengah-tengah bencana alam adalah peninggalan dari 
pandangan dunia primitif. Pat Robertson mungkin mencoba untuk 
mengendalikan badai dengan doa, tetapi tidak bagi orang-orang beriman 
yang bijaksana. Ketika Gubernur Texas, Rick Perry, meminta para warga 
untuk berdoa memohon hujan di tengah kekeringan, sebuah surat kabar 
Dallas bertanya kepada para hamba Tuhan mengenai pendapat mereka. 
Salah satu pendeta berpendapat bahwa meskipun berdoa seperti itu dapat 
memperluas belas kasihan dari orang-orang yang berdoa, memercayai 
bahwa Allah dengan cara tertentu akan terpengaruh adalah konyol. 
"Nah," kata pendeta itu, "saya berharap agar kita ... berbuat lebih 
daripada meminta kepada para dewa agar hujan tercurah atas kita." Jika 
Anda benar-benar ingin mengubah cuaca, katanya, lakukan sesuatu 
terhadap masalah lingkungan.

Saya memahaminya. Berteriak kepada Allah di tengah-tengah kekeringan 
atau badai tanpa disertai dengan melakukan apa yang kita bisa untuk 
mengendalikan gas rumah kaca, bisa menjadi kesalehan yang kosong. Akan 
tetapi, saya juga bertanya-tanya, apakah semangat manusia dalam 
bertindak tanpa pemahaman yang bermakna tentang doa hanyalah semacam 
ateisme fungsional.

Dalam esainya "God of Power and Might", teolog Cambridge, Janet Martin 
Soskice, menunjukkan bahwa masalah doa syafaat sekarang ini adalah 
termasuk asumsi bahwa doa ditujukan kepada Allah yang serupa dengan 
Wizard of Oz (film musikal terkenal di Amerika yang mengetengahkan 
cerita dan tokoh dengan kemampuan sihir - Red.), "sosok ilahi yang 
memperbaiki sesekali". Ini adalah "Allah yang akan menyerang York 
Minster (Gereja Katedral Gothic terbesar di Eropa Utara - Red.) dengan 
petir, Allah yang bisa dibujuk atau tersanjung dengan doa syafaat" 
untuk menjangkau ke dalam tatanan alam dan membuat perubahan-
perubahan.

Akan tetapi, menurut pendapat Soskice, itu bukanlah Allah menurut 
tradisi Kristen, Allah menurut Augustine, Anselm, dan Aquinas. Sosok 
ilahi yang memperbaiki ini, yang ada di luar penciptaan dan siap untuk 
campur tangan saat dipanggil, ironisnya dihancurkan oleh Pencerahan 
dan juga diciptakan olehnya. Allah menurut iman Kristen, kata Soskice, 
bukan hanya suatu kekuatan di antara yang lain, suatu makhluk --
meskipun lebih kuat -- di antara makhluk lainnya, dan kuasa Tuhan 
tidaklah "bermain-main dengan urutan sebab-akibat", melainkan 
"Pengendali seluruh yang ada, di dalam kasih yang melimpah, dan yang 
memberikan segalanya."

Dan, bagaimana jika Allah menciptakan sebuah dunia, Soskice 
melanjutkan dengan bertanya, "Di mana seorang manusia dibangkitkan 
dari kematian atau di mana doa-doa syafaat dikabulkan?" Maka, doa dan 
kebangkitan bukanlah interupsi penciptaan atau manipulasi ilahi 
eksternal, tetapi merupakan bagian dari "tindakan kekal penciptaan" 
Allah.

Pemikiran ini mendalam. Kebangkitan dan doa bukanlah pelanggaran 
terhadap yang disebut hukum alam, tetapi ditenun menjadi tindakan 
penciptaan Allah yang sedang berlangsung, sama persis seperti 
gravitasi atau pasang surut. Doa-doa syafaat kita, karenanya, jauh 
dari naif, adalah partisipasi di dalam hidup yang sama dari Allah yang 
selalu menciptakan. Allah, seperti yang dikatakan oleh pemazmur, "... 
bertakhta di atas pujian bangsa Israel" dan menopang dunia sebagian 
melalui doa-doa orang percaya.

Akan tetapi, bagaimana dengan doa yang bodoh, doa sepele dan doa-doa 
yang egois? Karl Barth memberikan penghiburan di sini. "Kita tidak 
tahu bagaimana doa yang tepat itu," dia mengakui, dan bahwa kita 
berlari kepada Allah di dalam doa dengan "terburu-buru dan gelisah" 
sebenarnya merupakan tanda iman kita. Dengan melakukannya, kita 
menyatakan kepercayaan bahwa kita berada dalam persekutuan dengan 
Allah, yang berdoa untuk kita dengan keluhan yang jauh lebih dalam 
daripada kata-kata, yang mendengar dan menjawab doa-doa "terlepas dari 
kelemahan atau kekuatan kita, kemampuan atau ketidakmampuan kita untuk 
berdoa". "Dalam doa," kata Barth, "kita berdiri di samping Allah 
sebagai teman."

Jadi, ketika kita berada dalam kesulitan atau membutuhkan pertolongan, 
kita berseru kepada Allah dalam doa-doa yang lahir dari persahabatan. 
Ketika kita meresahkan apakah doa putus asa seperti itu layak -? entah 
itu doa untuk meminta hujan, untuk penghematan rumah, atau agar anak 
kita tidak akan kesepian dan ditinggalkan di sekolah -- mungkin 
merupakan kecemasan yang tidak pada tempatnya, serta sentuhan 
keangkuhan, seolah-olah doa yang salah dari bibir kita bisa mengirim 
Allah robotik meluncur di luar kendali. Kita bukan Allah, dan hikmat 
Allah tidak akan terganggu oleh seruan doa kita yang bodoh.

Sesungguhnya, setiap doa, tanpa kentara dikelilingi oleh doa yang 
terdalam dari semua: "Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang 
terjadi." (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: The Christian Century
Alamat URL: http://www.christiancentury.org/article/2012-11/desperate-prayers
Judul asli artikel: Desperate Prayers
Penulis artikel: Thomas G. Long
Tanggal akses: 17 April 2013


                   STOP PRESS: PUBLIKASI BIO-KRISTI

Sumber-sumber apa saja yang sudah Anda miliki untuk mengakses 
informasi mengenai tokoh-tokoh Alkitab maupun tokoh-tokoh Kristen di 
dunia? Apakah salah satunya adalah Publikasi Bio-Kristi?

Jika Anda belum memiliki Publikasi Bio-Kristi, mari, bergabunglah 
sekarang juga. Dengan berlangganan Publikasi Bio-Kristi, Anda akan 
menerima informasi berharga, khususnya tentang riwayat dan karya yang 
ditinggalkan oleh para tokoh yang berjasa di dunia Kristen dan di 
dunia pada umumnya. Bio-Kristi diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA 
< http://ylsa.org > setiap hari Rabu minggu kedua.

Apakah Anda berminat? Caranya sangat mudah dan GRATIS! Hanya dengan 
mengirimkan alamat email Anda ke < biografi(at)sabda.org >, maka Anda 
akan menerima Publikasi Bio-Kristi setiap satu bulan sekali di kotak 
masuk e-mail Anda. Tunggu apa lagi? Bergabunglah sekarang juga!

Informasi lebih lengkap: http://biokristi.sabda.org/


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Wiwin, dan Bayu
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org