Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/108

e-Doa edisi 108 (12-2-2015)

Kedaulatan Tuhan

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Kedaulatan Tuhan
Edisi Februari 2015, Vol. 07 No. 108

Salam kasih,

Apa yang Anda bayangkan tentang kedaulatan Allah dan keselamatan 
manusia? Apakah itu merujuk pada kekuasaan dan ketetapan Allah yang 
mutlak dalam penentuan keselamatan? Atau, kepada sesuatu yang menurut 
Anda adalah hak Allah yang tidak dapat diganggu gugat atau dipengaruhi 
oleh doa? Kita sering memiliki asumsi yang salah atau mungkin kurang 
tepat dalam pembahasan mengenai kedaulatan Allah, terutama yang 
terkait dengan doa dan keselamatan. Tidak sedikit dari kita yang 
mungkin kemudian menjadi pasif dan undur dalam doa dan usaha setelah 
mendengar atau berpikir mengenai kedaulatan Allah dalam usaha 
penyelamatan manusia.

Edisi e-Doa kali ini akan membahas mengenai topik Kedaulatan Tuhan 
dalam kaitannya dengan doa dan keselamatan. Kiranya edisi kali ini 
menolong Anda untuk makin memahami dan bertumbuh di dalam pengenalan 
akan Allah dan kedaulatan-Nya. Selamat membaca, dan mari terus berdoa!

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


                  ARTIKEL: KEDAULATAN ALLAH DAN DOA

Saya sering ditanya, "Jika Anda percaya bahwa Allah bekerja dalam 
segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya (Efesus 1:11) dan bahwa 
pengetahuan-Nya tentang semua hal di masa lalu, sekarang, dan masa 
depan adalah sempurna, lalu apa gunanya berdoa agar sesuatu terjadi?" 
Biasanya, pertanyaan ini ditanyakan dalam kaitannya dengan keputusan 
seseorang: "Jika Allah telah menentukan beberapa orang untuk menjadi 
anak-anak-Nya dan memilih mereka sebelum dunia dijadikan 
(Efesus 1:4, Efesus 1:5), lalu apa gunanya berdoa untuk pertobatan 
seseorang?"

Argumen yang implisit di sini adalah bahwa jika doa sangat mungkin 
terkabul, semua orang memiliki kekuatan untuk menentukan nasibnya 
sendiri. Artinya, keputusan semua manusia pada akhirnya haruslah 
keputusan yang lahir dari dirinya sendiri, bukan dari Tuhan. Sebab, 
jika tidak demikian, ia ditentukan oleh Allah dan semua keputusannya 
benar-benar ditetapkan dalam kebijakan Allah yang kekal. Mari kita 
menguji kewajaran argumen ini dengan merenungkan contoh kutipan 
berikut.

1. "Mengapa berdoa untuk pertobatan seseorang jika Allah telah memilih 
sebelum dunia dijadikan siapa yang akan menjadi anak-anak-Nya?" 
Seseorang yang membutuhkan pertobatan adalah orang yang "mati karena 
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" (Efesus 2:1); ia "diperbudak 
oleh dosa" (Roma 6:17; Yohanes 8:34); "ilah zaman ini telah membutakan 
pikiran bahwa ia mungkin tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan 
Kristus" (2 Korintus 4:4); hatinya mengeras melawan Allah (Efesus 
4:18) 
sehingga ia adalah seteru Allah dan memberontak terhadap 
kehendak Allah (Roma 8:7).

Sekarang, saya ingin mengembalikan pertanyaan ke orang yang bertanya 
kepada saya: jika Anda bersikeras bahwa manusia seharusnya memiliki 
kuasa tertinggi untuk menentukan nasibnya sendiri, apa gunanya berdoa 
untuk dia? Apa yang Anda ingin untuk Allah lakukan bagi dia? Anda 
tidak dapat meminta supaya Allah mengatasi pemberontakan manusia 
karena justru pemberontakanlah yang manusia pilih sekarang. Dengan 
demikian, hal itu menyatakan Allah menguasai pilihan manusia itu dan 
mengambil haknya untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun, bagaimana 
Allah bisa menyelamatkan manusia ini, kecuali Dia bertindak sedemikian 
rupa untuk mengubah hati manusia dari kebencian yang besar menjadi 
kepercayaan yang lembut?

Maukah Anda berdoa agar Allah menerangi pikirannya sehingga ia benar-
benar melihat keindahan Kristus dan menjadi percaya? Jika Anda berdoa 
demikian, pada dasarnya Anda meminta Allah untuk tidak lagi membiarkan 
penentuan kehendak seseorang ada dalam kekuasaannya sendiri. Anda 
meminta Allah untuk melakukan sesuatu dalam pikiran (atau hati) 
seseorang sehingga ia pasti akan melihat dan percaya. Artinya, Anda 
mengakui bahwa pemutusan akhir dari keputusan seseorang untuk percaya 
Kristus adalah dari Allah, bukan hanya dari pribadi yang bersangkutan.

Maksud saya adalah, bukan doktrin kedaulatan Allah yang menghalangi 
doa bagi pertobatan manusia berdosa. Sebaliknya, gagasan mengenai 
penentuan akan nasib sendiri itulah yang tidak alkitabiah karena 
secara konsisten akan menghentikan semua doa untuk orang yang 
terhilang. Doa adalah permintaan agar Allah melakukan sesuatu. Namun, 
satu-satunya hal yang bisa Allah lakukan untuk menyelamatkan orang 
berdosa yang terhilang adalah mengatasi penolakannya kepada Allah. 
Jika Anda bersikeras menganggap bahwa seseorang berkuasa menentukan 
nasibnya sendiri, Anda bersikeras bahwa ia akan tetap tanpa Kristus. 
Karena "tidak ada yang bisa datang kepada Kristus kecuali dikaruniakan 
oleh Bapa kepadanya" (Yohanes 6:44, Yohanes 6:65).

Hanya orang yang menolak anggapan manusia boleh menentukan nasibnya 
sendirilah yang mampu tetap berdoa kepada Allah supaya Allah 
menyelamatkan yang terhilang. Doa saya untuk orang-orang yang tidak 
mengenal Allah adalah agar Allah melakukan bagi mereka apa yang Dia 
lakukan kepada Lydia: Allah membuka hatinya sehingga ia memperhatikan 
apa yang dikatakan oleh Paulus (Kisah Para Rasul 16:14). Saya akan 
berdoa agar Allah, yang pernah berkata, "Jadilah terang!" dengan kuasa 
mencipta yang sama akan "membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati 
kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan 
Allah yang tampak pada wajah Kristus" (2 Korintus 4:6). Saya akan 
berdoa agar Dia "menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan 
memberikan hati yang taat" (Yehezkiel 36:26). Saya akan berdoa supaya 
mereka dilahirkan bukan dari keinginan daging maupun dari kehendak 
manusia, melainkan dari Allah (Yohanes 1:13). Dan, dengan semua doa 
itu, saya akan mencoba untuk "ramah terhadap semua orang, cakap 
mengajar, sabar, dan lemah lembut, karena mungkin Tuhan memberikan 
kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan terlepas dari jerat Iblis" 
(2 Timotius 2:24-26).

Singkatnya, saya tidak meminta Allah untuk duduk saja dan menunggu 
sampai sesama saya memutuskan untuk berbalik. Saya tidak meminta 
kepada Tuhan agar Dia menjaga jarak karena takut kebesaran yang Dia 
miliki menguasai dan mengusik sesama saya dalam menentukan nasibnya. 
Tidak! Saya berdoa agar Dia memukau sesama saya yang tidak percaya 
dengan kebesaran-Nya, agar Dia membebaskan kehendaknya yang 
terbelenggu, agar Dia membuat orang mati menjadi hidup, dan agar Dia 
tidak mengalami hambatan yang menghentikannya, atau sesama saya akan 
binasa.

2. Jika seseorang sekarang berkata, "Baik, meskipun pertobatan 
seseorang pada akhirnya ditentukan oleh Allah, tetapi saya masih tidak 
melihat pentingnya doa Anda. Jika Tuhan memilih sebelum dunia 
dijadikan siapa yang akan bertobat, apa gunanya doa Anda?" Jawaban 
saya adalah bahwa doa memiliki fungsi seperti dalam khotbah: "Tetapi, 
bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya 
kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka 
tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, 
jika tidak ada yang memberitakan-Nya?" (Roma 10:14, dst.) Keyakinan di 
dalam Kristus adalah karunia dari Allah (Yohanes 6:65; 2 Timotius 
2:25; 
Efesus 2:8), tetapi Allah telah menetapkan bahwa sarana agar 
manusia percaya pada Yesus adalah melalui pemberitaan manusia. Benar-
benar naif untuk mengatakan bahwa jika tidak ada orang yang 
mengabarkan Injil, semua orang yang ditetapkan untuk menjadi anak-anak 
Allah (Efesus 1:5) akan bertobat juga. Alasan bahwa ini naif adalah 
karena itu berarti mengabaikan kenyataan bahwa pemberitaan Injil juga 
ditetapkan sama seperti orang yang percaya akan Injil: Paulus 
dikhususkan untuk pelayanan khotbahnya sebelum ia lahir (Galatia 
1:15), 
seperti Yeremia (Yeremia 1:5). Oleh karena itu, mempertanyakan, 
"Jika kita tidak menginjili, akankah orang pilihan diselamatkan?" 
adalah seperti bertanya, "Jika tidak ada predestinasi, akankah orang 
pilihan diselamatkan?" Tuhan tahu orang-orang mana yang adalah milik-
Nya, dan Dia akan membangkitkan utusan untuk memenangkan mereka. Jika 
seseorang menolak untuk menjadi bagian dari rencana itu, karena ia 
tidak suka dengan gagasan bahwa ia telah tercemar dosa sebelum ia 
lahir, dialah yang akan menjadi pecundang, bukan Tuhan dan bukan umat 
pilihan. "Anda pasti akan melaksanakan tujuan Tuhan, apa pun yang Anda 
lakukan, tetapi itu akan membuat perbedaan pada Anda apakah Anda 
melayani seperti Yudas atau seperti Yohanes."

Doa adalah seperti berkhotbah, dalam arti bahwa itu adalah tindakan 
manusia juga. Ini adalah tindakan manusia yang Allah tetapkan dan yang 
berkenan bagi-Nya karena mencerminkan ketergantungan ciptaan-Nya 
kepada-Nya. Dia telah berjanji untuk menjawab doa, dan jawaban-Nya 
sama bergantungnya pada doa kita seperti doa kita yang harus sesuai 
dengan kehendak-Nya. "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, 
yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu 
kepada-Nya menurut kehendak-Nya." (1 Yohanes 5:14) Ketika kita tidak 
tahu bagaimana harus berdoa sesuai dengan kehendak Allah, tetapi 
menginginkannya dengan sungguh-sungguh, "Roh Allah berdoa untuk kita 
sesuai dengan kehendak Allah" (Roma 8:27).

Dengan kata lain, seperti Tuhan menentukan bahwa firman-Nya 
disampaikan untuk menyelamatkan umat pilihan, demikianlah Ia akan 
menentukan bahwa semua doa yang dinaikkan akan dijawab sesuai dengan 
apa yang Ia janjikan, yang direspons oleh anak-anak-Nya. Saya pikir 
perkataan Paulus dalam Roma 15:18 relevan dengan pengajaran dan 
pelayanan doanya: "Aku tidak akan berani berbicara tentang apa pun 
kecuali apa yang telah dikerjakan Kristus melalui aku, berbuah dalam 
ketaatan orang bukan Yahudi." Bahkan, doa-doa kita merupakan karunia 
dari Tuhan yang "mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-
Nya" (Ibrani 13:21). Oh, betapa seharusnya kita bersyukur, bahwa Dia 
telah memilih kita untuk dilibatkan dalam pelayanan mulia ini! 
Seharusnya, kita lebih rindu menghabiskan waktu kita di dalam doa! 
(t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Monergism
Alamat URL: http://www.monergism.com/thethreshold/articles/onsite/sov_prayer.html
Judul asli artikel: The Sovereignty of God and Prayer
Penulis artikel: John Piper
Tanggal akses: 30 Oktober 2013


STOP PRESS: ANDROID.SABDA.ORG: APLIKASI UNTUK BACA/BELAJAR ALKITAB

Dapatkan sekarang juga! Aplikasi Renungan e-RH PSM (Pagi, Siang, dan 
Malam) dan SABDA Alkitab (dulu Yuku Android) akan menolong Anda untuk 
bersaat teduh, membaca, belajar, dan berbagi firman Tuhan secara 
sistematis setiap hari. Renungan e-RH PSM dan SABDA Alkitab dapat 
diperoleh GRATIS melalui situs android.sabda.org. Jangan tunda lagi! 
Instal dan bagikan kedua aplikasi tersebut agar Anda dapat menikmati 
firman Tuhan tanpa Internet, "kapan pun dan di mana pun", sesuai 
dengan motto YLSA -- Bible Everywhere!!

Informasi selengkapnya, kunjungi:
http://android.sabda.org
http://labs.sabda.org/Alkitab


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Wiwin, dan Bayu
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org