|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-doa/9 |
|
e-Doa edisi 9 (12-11-2009)
|
|
______________________________e-Doa___________________________________
(Sekolah Doa Elektronik)
______________________________________________________________________
DAFTAR ISI
EDITORIAL
ARTIKEL DOA: Berjaga-Jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa, dan
Waktu dan Tempat untuk Berdoa
KESAKSIAN: Kuatkan Mereka yang Ada dalam Pergumulan
STOP PRESS: 1. Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org
2. Publikasi YLSA Sudah Merambah Facebook
______________________________________________________________________
EDITORIAL
Shalom,
Selain merupakan sarana bagi pertumbuhan kita di dalam anugerah, doa
juga dimaksudkan Allah untuk menjadi sarana melatih iman (Roma
10:17).
Namun, doa sering kali hanya dilakukan sebagai rutinitas dan
formalitas belaka. Agar tidak terjebak pada rutinitas, kita harus
memiliki motivasi yang benar saat kita berdoa dan setidaknya kita
harus tahu apa yang diinginkan Tuhan untuk kita doakan. Bukan hanya
itu, kita juga harus senantiasa berdoa sambil berjaga-jaga, karena
Alkitab dengan tegas berkata bahwa iblis senantiasa mencoba untuk
mencari celah untuk melemahkan umat Tuhan, sehingga tanpa kita
sadari, semakin hari kita dibuatnya menjauh dari Tuhan. Mengingat
pentingnya berdoa dan berjaga-jaga, maka Redaksi e-Doa telah
menyiapkan bahan yang akan membahas tentang berdoa dan berjaga-jaga.
Harapan kami, semoga Anda diberkati dengan bahan yang telah kami
persiapkan. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.
Redaksi Tamu e-DOA,
Desi Rianto
http://www.sabda.org/publikasi/e-Doa/
http://doa.sabda.org/
http://fb.sabda.org/doa
______________________________________________________________________
ARTIKEL DOA
BERJAGA-JAGA DAN BERDOA
Juru Selamat kita setidaknya dua kali mengingatkan agar
murid-murid-Nya berjaga-jaga dan berdoa (Markus 13:33 dan 14:38).
Sebab itu kedua tugas tersebut merupakan kesatuan. Kita harus
berjaga-jaga sementara kita berdoa dan berdoa sementara kita
berjaga-jaga. Paulus mengingatkan jemaat Kolose, "Bertekunlah dalam
doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." Dan
kepada Jemaat Efesus, "Berdoalah setiap waktu di dalam roh dan
berjaga-jagalah di dalam doamu itu." Saat ini banyak doa yang
dinaikkan hanya sekadar sebagai formalitas dan tidak menghasilkan
apa-apa. Kita memisahkan dua hal yang sebenarnya telah dipersatukan
oleh Tuhan, yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Kita seumpama berusaha
bernapas tanpa oksigen, atau minum air tanpa hidrogen. Berjaga-jaga
sangat diperlukan sebelum kita berdoa, saat kita berdoa, dan setelah
kita berdoa. Berjaga-jaga merupakan persiapan dari semua doa sejati.
Kita harus berjaga-jaga bagi kesempatan untuk berdoa. Beberapa orang
berdoa hanya dalam saat-saat tertentu saja, dan hanya merupakan
kebiasaan.
Mereka mengulang-ulang Doa Bapa Kami dan permohonan yang sama pada
setiap pagi dan malam, dan mereka mengira bahwa itu adalah doa.
Tetapi mereka sebenarnya hanya mengucapkan doa. Mereka melakukan
pengulangan kosong seperti yang dilakukan oleh para penyembah
berhala. Paulus mengingatkan kita untuk "berdoa setiap waktu" dan
kita sering mendengar bahwa "doa adalah napas orang Kristen".
Seandainya bernapas harus dilakukan dengan sengaja, seandainya kita
harus memikirkan dahulu sebelum melakukannya, tidakkah kita akan
mencari-cari kesempatan untuk bernapas ketika kita sedang berbicara
atau berjalan? Namun, karena doa dilakukan secara otomatis seperti
halnya napas, maka kita harus berjaga-jaga sepanjang hari. Jika kita
telah menyelesaikan suatu pekerjaan, kita harus berhenti cukup lama
untuk bersyukur kepada Allah atas pertolongan-Nya dan meminta
kepada-Nya untuk menyertai kita saat kita melangkah di hari
berikutnya. Oh, betapa akan lebih kayanya kehidupan, pengalaman,
serta pengharapan kekristenan kita seandainya kita terus-menerus
berjaga-jaga untuk berdoa!
Kita harus berjaga-jaga untuk objek-objek yang akan didoakan. Doa
harus jelas dan spesifik. Berlutut pada malam hari dan meminta Allah
menenangkan mereka yang menderita merupakan beban yang samar dan
umum sehingga kita berdoa tanpa beban yang dalam. Tetapi, jika kita
menemukan orang yang menderita dan kita berusaha untuk
menenangkannya, kita akan berdoa sungguh-sungguh untuk dia -- doa
akan mengalir dari hati kita kepada hati Allah. Dan lebih dari
semuanya, kita harus berjaga-jaga atas hati kita sendiri,
memerhatikan percobaan-percobaan yang menyerang kita dan dosa-dosa
yang sangat mudah menimpa kita, sehingga kita tahu untuk apa kita
berdoa. Di dalam doa, kita mencari berkat Allah bagi kita dan bagi
orang lain. Kita mungkin berkata bahwa kita tidak perlu
menyebutkannya secara terperinci karena Allah mengetahui segala
sesuatu. Ketika saya meminta Dia untuk mengasihi orang berdosa, Dia
tahu siapa yang saya maksudkan tanpa saya perlu menyebutkan nama
mereka. Tetapi jika demikian adalah masuk akal untuk mengatakan,
karena Allah mengetahui segala sesuatunya, mengapa kita harus berdoa
kepada-Nya? Doa adalah saluran yang dipilih bagi anugrah-Nya. Dia
harus dicari. Dia berfirman, "Mintalah, maka kamu akan menerimanya,"
dan permintaan tersebut tidak mungkin sungguh-sungguh, penuh hasrat,
dan sepenuh hati kecuali permintaan tersebut spesifik.
Setiap kota besar memiliki regu pemadam kebakaran. Di dalam markas
mereka, bisa dijumpai orang-orang, kuda, kereta penyemprot, dan
mesin yang siap berangkat pada saat terdengar suara peringatan.
Mereka tidak pergi berburu api. Mereka menunggu hingga mereka
dipanggil. Di atas menara di tengah kota berdiri seorang penjaga.
Dia melihat ke utara, selatan, barat, dan timur. Segera setelah dia
melihat asap yang berasal dari kebakaran besar, dia membunyikan
alarm dan segera regu pemadam kebakaran bergerak. Penjaga tersebut
memberi tanda ke mana mereka harus berangkat, dengan demikian tidak
ada waktu yang terbuang. Sekarang kita mengerti pentingnya
berjaga-jaga dalam kasus ini. Begitu pula dengan doa, betapa
pentingnya kita harus berjaga-jaga. Allah tidak bergantung kepada
tanda yang diberikan oleh penjaga untuk mengetahui di mana
anugerah-Nya dibutuhkan, tetapi Dia memilih untuk memberikan
anugerah-Nya hanya untuk mereka yang menanggapi, dan doa seperti itu
bersifat spesifik.
Kita harus berjaga-jaga sementara kita berdoa karena saat itulah
setan akan berusaha untuk memenuhi benak kita dengan pikiran yang
melayang-layang. Kita harus berjaga-jaga terhadap keinginan daging.
Seperti seorang jenderal di dalam peperangan yang berjaga-jaga
terhadap setiap gerakan musuh, yang selalu siaga untuk mendeteksi
setiap strategi baru, demikianlah seharusnya kita di dalam doa kita.
Kita harus berjaga-jaga terhadap jawaban doa kita. Jika seseorang
menemui temannya untuk meminta bantuan, dia tidak berkata, "Bapak A,
bersediakah Anda meminjami saya uang sepuluh juta?" dan kemudian dia
buru-buru pergi sebelum Bapak A menjawab pertanyaannya. Tentunya
tidak demikian. Dia akan memerhatikan wajah Bapak A, dan mungkin
dapat membaca jawabannya sebelum diucapkan. Kemudian, dia akan
mendengarkan jawaban yang diucapkan. Dan jika jawaban tersebut
samar, dia akan mengulangi dan menekankan permohonannya. Tidak
menunggu jawaban yang kita harapkan menunjukkan bahwa kita tidak
benar-benar berhasrat dan berharap.
Memang kita tidak dapat memerhatikan wajah Allah seperti
memerhatikan wajah seorang teman. Tetapi ada satu cara yang dapat
kita tunjukkan bahwa kita menanti dengan penuh harap kepada-Nya.
Contohnya, seorang Kristen berdoa dengan penuh hasrat dan dalam iman
agar Allah mencurahkan Roh-Nya atas hati seorang teman yang belum
bertobat. Jika dia mengharapkan Allah mendengar dan menjawabnya,
tidakkah dia akan menemui temannya esok harinya dan berbicara
dengannya untuk melihat jika hatinya diperbaharui dan tertarik
kepada hal-hal rohani? Pemanah yang menembakkan sebuah anak panah
pada suatu sasaran akan melihat apakah anak panahnya telah mengenai
sasaran tersebut. Dia tidak memanah karena harus memanah, tetapi dia
memanah untuk mencapai suatu tujuan yang pasti dan dia menunjukkan
minat kepada hasil yang diperoleh. Demikian pula seharusnya kita.
Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa dilihat dari formalitas doa
kita; ketika meminta sesuatu, kita tidak sungguh-sungguh berharap
untuk memperolehnya. Jika kita sungguh-sungguh berharap, kita akan
berjaga-jaga pada saat kita berdoa untuk melihat jawabannya di dalam
pemeliharaan Allah atau merasakan denyutannya di dalam hati kita.
KEINGINAN DALAM DOA
Iman adalah sumber, kehidupan, dan kekuatan proyeksi doa. Doa
tergantung kepada nama, kebaikan, dan perantaraan Kristus. Melalui
dasar, syarat, dan kekuatan vital di dalam doa, kita menemukan dasar
doa yang ditempatkan di dalam hati manusia. Dasar doa bukan
semata-mata kebutuhan kita, karena jika demikian, kita akan terus
berdoa karena kita selalu dipenuhi dengan kebutuhan. Dasar doa
bukanlah sebuah harapan, suatu dorongan hati yang lewat, sebuah
pandangan singkat ke arah surga. Keinginan adalah dasar dari doa.
Kristus berkata, "Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa."
Keinginan dianggap sebagai hasrat dalam tindakan. Keinginan adalah
suatu perasaan kuat yang digairahkan dalam pikiran oleh suatu
kebaikan. Keinginan mengangkat sesuatu dan memakukan pikiran
padanya. Keinginan memiliki pilihan, keterpakuan, dan api di
dalamnya. Doa yang berdasarkan kepada keinginan adalah doa yang
jelas dan spesifik. Orang yang berdoa seperti itu mengetahui
kebutuhannya dan merasakan, serta melihat hal-hal yang diminta.
Doa bukanlah sebuah pertunjukan, bukan pula suatu tuntutan umum yang
tidak pasti. Doa didorong oleh keinginan yang mengobarkan jiwa dan
pandangannya kepada objek yang diinginkan. Doa seharusnya menjadi
bagian kebiasaan rohani kita, tetapi doa akan berhenti jika hanya
dijalankan oleh kebiasaan semata. Kedalaman serta intensitas
keinginan rohanilah yang memberikan gairah kepada doa. Keinginan
memberikan desakan, suatu urgensi yang tidak dapat disangkal,
menanti dan memohon, serta tidak akan beranjak hingga keinginannya
dipenuhi. Keinginan kuat menghasilkan doa yang kuat. Keinginan
sangat terbantu dengan pemikiran. Dengan merenungkan keadaan kita,
kebutuhan kita, serta kesediaan Allah dan kuasa-Nya membuat
keinginan bertumbuh.
Rahasia dari doa kering yang tidak dijawab terdapat pada lemahnya
keinginan kita. Doa yang tidak dipedulikan adalah bukti yang
menakutkan atas keinginan rohani yang mati, jiwa telah menjauh dari
Allah ketika keinginan di hadapan-Nya tidak lagi menekan jiwa untuk
masuk ke dalam kamar doa. Walaupun kita mungkin berdoa tanpa
keinginan, tidaklah mungkin ada doa sejati jika keinginan kita tidak
ada. Kita mendaftarkan banyak hal di dalam doa kita, kita melingkupi
banyak wilayah, tetapi apakah keinginan kita melingkupi
permintaan-permintaan tersebut? Apakah keinginan kita memetakan
wilayah yang dilingkupi oleh doa kita? Keinginan itu bersifat kuat
dan sempit. Ia tidak dapat menyebarkan dirinya di atas bidang yang
lebar. Ia mengingini sedikit hal dan ia mengingininya dengan sangat,
begitu sangatnya sehingga tidak satu pun kecuali kehendak Allah
sajalah yang dapat memuaskannya.
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena
mereka akan dipuaskan."
Keinginan ini telah memasuki keinginan rohani dan tuntutan yang
harus dipuaskan, dan ini menjadi dasar suatu doa yang memenuhi kita
dengan jawaban-jawabannya. Tidakkah doa-doa kita sering kali hanya
sebuah harapan atau ekspresi lemah dari suatu kepedulian dan
keinginan yang teringat? Kadang-kadang, doa kita hanyalah kata-kata
yang sudah tersusun dan dalam proporsi yang biasa, yang kesegaran dan
kehidupannya sudah berlalu beberapa tahun lalu. Api keinginan yang
memenuhi yang ada sekaranglah yang naik kepada Allah. Hasrat yang
diciptakan oleh keinginanlah yang menjalar kepada takhta belas
kasihan dan memperoleh permohonannya. Kegigihan keinginanlah yang
memberikan kemenangan dalam pertempuran di dalam pergumulan besar
doa. Beban berat keinginanlah yang memenangkan dan membuat kita
tidak tenang dan jiwa kita terus berada dalam pergumulan besar.
Keinginanlah yang mempersenjatai doa dengan ribuan permohonan dan
melingkupinya dengan semangat yang tidak terkalahkan dan kekuatan
yang menaklukkan semua.
Kita lebih banyak gagal dalam keinginan doa daripada kegagalan
penampilan luar doa. Kita mempertahankan bentuk, tetapi kehidupan
batin pudar dan mati. Bukankah kelemahan keinginan kita akan Allah,
akan Roh Kudus, dan akan seluruh kepenuhan Kristus merupakan
penyebab doa yang sedikit dan kendor? Apakah kita merasa keinginan
terdalam kita sama dengan harta benda surgawi ini? Apakah suara
erangan dari keinginan kita memacu jiwa kita untuk bergumul dengan
hebat? Apinya menyala dengan kecil. Panas yang mendidih telah
menurun menjadi kesuaman. Apakah kita memiliki keinginan yang
menekan kita untuk bersekutu dengan Allah yang diisi dengan api yang
membakar yang tak terkatakan dan menahan kita di sana selama
berjam-jam di dalam permohonan yang memacu jiwa dan pergumulan
mendalam? Hati kita perlu dibajak, tidak hanya untuk mengeluarkan
perkara-perkara jahat, tetapi juga untuk membawa masuk
perkara-perkara baik; dan dasar serta inspirasi bagi kebaikan yang
datang adalah keinginan. Api yang kudus dan menyala-nyala ini yang
ada di dalam jiwa yang membangkitkan perhatian surga, dan
perbendaharaan surga yang melimpah menanti untuk mengisi keinginan
yang lahir di surga ini.
WAKTU DAN TEMPAT UNTUK BERDOA
Waktu dan tempat, walaupun tidak terlalu utama dalam doa, merupakan
kondisi yang penting bagi pelaksanaan doa yang benar dan berhasil.
Doa memiliki berbagai bentuk ekspresi, tetapi harus ada waktu dan
tempat bagi doa yang tidak terganggu atau semua bentuk ekspresi doa
itu akan berhenti atau akan menjadi dingin, lesu, atau tidak
menghasilkan buah. Doa merupakan waktu pertemuan yang diberikan
Allah kepada manusia, dan jika kita tidak memiliki tempat yang
dikhususkan bagi pertemuan tersebut dan tidak menyediakan waktu
kudus bagi persekutuan ilahi ini, maka kita memperlakukan pertemuan
tersebut dan semua hal penting di dalamnya dengan pandangan rendah
dan melakukan penghinaan kepada Tuhan yang telah merendahkan diri
bagi kita, yang merupakan hak istimewa tinggi bagi kita. Waktu bagi
persekutuan yang penuh berkat bukan merupakan waktu yang sempit dan
terburu-buru, yang diambil dari kegiatan-kegiatan lain. Segala
sesuatu yang harus dikerjakan harus dilakukan dengan baik. Tidak
menyediakan waktu untuk berdoa sama dengan tidak berdoa sama sekali.
Tidak memiliki tempat untuk berdoa menjadikan doa perkara ringan dan
tidak terasa.
Doa merupakan tanggung jawab pekerjaan orang Kristen. Kedudukan
resmi yang dijabat orang Kristen adalah pendoa syafaat. Orang
Kristen adalah imam Allah, dan jika kita tidak memberikan waktu
maupun tempat bagi pekerjaan kudus dalam kedudukan ini, maka kita
mengorbankan pekerjaan itu. Doa merupakan "bisnis besar" orang
Kristen. Tidak memberikan waktu maupun tempat bagi pekerjaan doa
tersebut merupakan "kebangkrutan yang memalukan". Satu-satunya cara
untuk membuat pekerjaan doa menjadi berhasil adalah masuk ke
dalamnya dengan rajin dan penuh hasrat, memenuhi semua syarat yang
cenderung membuatnya berhasil. Alasan mengapa begitu sedikit doa
yang dilakukan dan mengapa sedikit doa yang dilakukan tersebut
membawa hasil yang sedikit dan lemah adalah bahwa kondisi waktu dan
tempat tidak terpenuhi. Mereka yang dengan hati-hati menyusun waktu
dan ruang bagi doa adalah mereka yang memperoleh hasil terbesar.
Bagi mereka, doa menjadi lebih berkuasa serta menarik. Sejarah agama
tidak pernah menunjukkan seseorang yang memiliki faktor kuasa rohani
di dalam gereja, tidak menonjol dalam doa -- menyediakan waktu
khusus untuk berdoa dan memiliki suatu tempat yang dikhususkan bagi
saat kudus. Bagi mereka yang mengenal Alkitab akan menemukan catatan
mengenai tempat-tempat yang dipakai untuk berdoa yang teratur atau
tempat yang dicari untuk berdoa.
Daniel memiliki tempat untuk berdoa secar teratur dan dikhususkan
bagi hak istimewa doa yang mulia. Karena murid-murid mengenal baik
tempat-tempat yang sering didatangi Yesus, mereka dapat dengan mudah
menemukan-Nya ketika Ia keluar untuk berdoa sebelum hari yang
ditentukan untuk penyaliban-Nya. Pada malam itu, Yudas menemukan
Yesus karena Yesus sering datang ke tempat tersebut untuk berdoa dan
mengajar murid-murid-Nya. Kesunyian padang belantara dan privasi,
kesendirian, dan naik ke atas gunung merupakan tempat di mana
rencana penebusan mendapatkan inspirasi, kekuatan, dan
keberhasilannya. Petrus memilih loteng rumah untuk berdoa, sehingga
ia bisa menyendiri bersama Allah. Kristus memerintahkan kita untuk
masuk ke kamar kita -- tempat yang sangat pribadi dan jauh dari
kebisingan -- dan menutup pintu. Kita harus menyendiri dengan Allah,
terpisah dari teman duniawi kita dan dari semua daya tarik dunia dan
berada dalam pekerjaan kita dengan Allah. Kita seharusnya memiliki
tempat di mana kita datang secara teratur, dan dikhususkan bagi
Allah dan doa. Dengan menggunakan tempat yang sama, kita akan
terbantu untuk memiliki minat doa.
Tempat di mana biasa kita datang dengan teratur akan membantu
mengobarkan jiwa, memiliki iman yang lebih hidup, hasrat yang lebih
kuat, mengangkat perasaan dengan cepat, dan kuat dalam
mengonsentrasikan pikiran tentang berkat-berkat yang telah
diberikan. Tempat di mana kita biasa bertemu dengan Allah menjadi
suatu tempat surgawi, suasana surgawi melingkupinya, dan para utusan
surgawi ada di sana. William Bramwell, dengan iman dan doa, memiliki
sebuah hutan favorit untuk menemui Allah dan menyendiri bersama-Nya.
John Fletcher memiliki sebuah ruangan kecil tempat di mana ia
bergumul dalam doa. Samuel Rutherford memiliki tempat khusus yang
terbuat dari kayu di mana ia berdoa -- "Di sanalah aku bergumul
dengan malaikat dan menang." Manusia-manusia Allah perlu memiliki
tempat doa. Tanpa sebuah tempat doa, mereka akan merasa kehilangan
lebih dari tubuh kehilangan makanan pentingnya. Mereka merasa
kehilangan lebih dari rasa kehilangan orang malang ketika emas
miliknya dirampas. Tentara yang paling kuat dan paling berani tidak
dapat terus berada di garis depan berperang melawan musuh. Kericuhan
kumpulan orang dan tekanan pekerjaan melelahkan jiwa, jadi manusia
iman harus mundur untuk pemulihan dan penyegaran. Kita harus mundur
berdoa bagi objek khusus. Kita harus menjadikan doa sebagai objek
tunggal. Doa tidak boleh dicampur dengan hal-hal lain.
Bagaimana bisa seseorang berkhotbah tanpa mendapat pesan segar dari
Allah di kamar doanya? Bagaimana mungkin ia berkhotbah tetapi
imannya tidak dibangkitkan, pandangannnya tidak diterangi, dan
hatinya tidak dihangatkan dalam kesendiriannya dengan Allah? Khotbah
dari seseorang yang tidak disentuh oleh api doa akan menjadi kering
dan tidak membangkitkan semangat dan kebenaran ilahi tidak akan
pernah disampaikan dengan kuasa. Mimbar tanpa doa akan gersang.
Tidak menentukan tempat khusus untuk berdoa berarti melakukan
pertunjukan sia-sia baik bagi doa itu sendiri maupun bagi kehidupan
kudus. Bersekutu dengan Allah memerlukan waktu, jadi waktu harus
disediakan untuk berdoa -- waktu yang baik dan tenang. Pekerjaan ini
bersifat sangat berat. Jiwa harus dipersiapkan dan ini memerlukan
waktu. Kadang-kadang kita jauh dari siap untuk bersekutu dengan
Allah, dan waktu diperlukan untuk membangkitkan semangat yang lesu.
Kita harus mengizinkan waktu untuk mengatasi dan menanggulangi
halangan-halangan doa yang ada di luar kita -- yang tidak terlihat,
kuat, dan berbahaya.
Doa merupakan tugas utama, pekerjaan tertinggi, devosi yang paling
menghanyutkan. "Banyak waktu dalam doa telah menjadi moto dan ciri
para pemenang kudus Allah." Brainerd berkata, "Saya suka menyendiri
di pondok saya di mana saya dapat menghabiskan banyak waktu berdoa."
Luther menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk berdoa. Rutherford
bangun jam tiga pagi untuk bertemu dengan Allah dalam doa. John
Welch menghabiskan 7 atau 8 jam sehari dalam doa. Mc
Cheyne memberikan waktu berjam-jam sehari untuk berdoa, demikian
juga Wesley. Doa tidak dapat diukur dengan waktu, tetapi menyediakan
sedikit waktu untuk berdoa sama dengan sama sekali tidak berdoa.
Yesus Kristus memberikan contoh ilustratif penuh kuasa, bangun
pagi-pagi sekali untuk menyediakan waktu berdoa. Acap kali Dia
berdoa semalaman. Dia memerintahkan kita untuk tidak jemu-jemu
berdoa dan hal ini membutuhkan waktu, kesabaran, serta komitmen.
Daniel berdoa tiga kali sehari. Dia menyisihkan banyak waktu dari
urusan kenegaraan untuk berdoa, tetapi waktu yang dia habiskan dalam
doa menjaga politiknya tetap murni, negaranya makmur, dan imannya
kuat. Waktu dan tempat merupakan syarat penting bagi doa yang benar.
Doa tanpa tempat akan berubah menjadi sentimen yang dangkal. Doa
tanpa waktu, dan waktu yang banyak akan menjadi sebuah tindakan yang
kering, terburu-buru dan tanpa arti.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Doa dan Api
Judul asli buku: Prayer and Revival
Judul asli artikel: Berjaga-jaga dan Berdoa, Keinginan dalam Doa,
dan Waktu dan Tempat untuk Berdoa
Penulis: E.M. Bounds
Penerjemah: Josep Tatang dan Susan
Penerbit: Tunas Pustaka
Halaman: 11 -- 20 dan 79 -- 84
______________________________________________________________________
KESAKSIAN DOA
KUATKAN MEREKA YANG ADA DALAM PERGUMULAN
Hari ketika saya (Anna) bertemu dengannya, Maral sedang terbaring
lemah di atas tempat tidur di rumahnya di pedalaman Azerbaijan.
Usianya sama dengan saya ... dan ia tengah sekarat akibat sakit
kanker tulang. Ibu Maral juga ada di sana. Saya menggenggam tangan
Maral dan menatapnya. Saya tidak tahu harus berbicara apa. "Saya
tidak ingin mati," ujar Maral lirih. Putrinya, Ziwa (yang berusia 4
tahun) bermain-main di dekat kami.
"Berapa anakmu?" tanya Nazilla, ibu Maral kepada saya. "Saya tidak
punya anak," jawab saya singkat, "Saya bahkan tidak tahu apakah bisa
memiliki anak atau tidak. Dokter mengatakan ada kelainan." "Tuhan
mampu memberikanmu seorang anak," Nazilla berkata-kata dengan penuh
kuasa ... sementara ia menunggui putrinya yang sedang menghadapi
saat-saat terakhir.
Satu tahun kemudian, saya mengunjungi umat Kristen di pelosok
Indonesia Timur. Salah satunya adalah Niche, seorang perempuan
dengan sorot mata yang penuh kasih ketika ia berbicara tentang
Tuhan. Saya terpesona oleh setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Putri Niche, Alfita, adalah satu dari gadis-gadis remaja yang
dibunuh oleh kelompok radikal 2 tahun sebelum pertemuan kami. Di
tengah tragedi yang menyedihkan ini, Niche telah memaafkan pembunuh
putrinya.
Ketika Niche bertanya kepada saya tentang anak, saya bergurau dan
berkata padanya kalau dia harus berdoa bagi saya karena ia sendiri
telah memiliki 7 orang anak. "Baik jika ada yang berdoa bagimu,"
kata Niche, "tapi kau juga harus berdoa bagi dirimu sendiri!"
Kemudian Niche berkata, "Bolehkan saya berdoa bagimu?" Ia
menggenggam tangan saya dan berdoa dalam bahasa Indonesia. Ketika
selesai, saya bertanya pada penerjemah apa yang ia katakan. "Ia
berdoa agar Tuhan menganugerahkan seorang anak bagimu," jawab si
penerjemah.
Beberapa tahun kemudian, saya menggendong Elecia, seorang bayi
perempuan mungil. Saya ingat pada Nazilla dan Niche ... bagaimana
mereka telah kehilangan putri mereka, namun mereka tetap berdoa bagi
saya. Tuhan menganugerahkan seorang putri untuk saya. Di tengah
segala pergumulan mereka, Nasilla dan Niche tetap percaya ... mereka
tetap berharap. Mereka membagikan hidupnya dan imannya pada saya.
Meskipun waktunya sangat singkat, mereka telah memperkaya kehidupan
saya.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin: Frontline Faith, Edisi Juli -- Agustus 2009
Penulis: Anne Scott
Penerjemah: Tim Open Doors Indonesia
Halaman: 4
Penerbit: Open Doors Indonesia, Jakarta 2009
______________________________________________________________________
STOP PRESS
DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG
Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan
pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah,
dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA
telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap
pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam
bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti
Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal,
Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi
Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal,
Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal.
Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai
situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri
untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis
blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada
rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs
"natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari
kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi
berkat bagi kemuliaan nama-Nya.
==> http://natal.sabda.org/
PUBLIKASI YLSA SUDAH MERAMBAH FACEBOOK
Puji Tuhan, kerinduan YLSA (lihat
http://blog.sabda.org/2009/09/18/ylsa-merambah-ke-facebook/) untuk
merambah ke Facebook akhirnya terlaksana juga. Sekarang, hampir
semua publikasi YLSA sudah memiliki sebuah halaman di Facebook.
Berikut adalah daftar halaman Facebook publikasi YLSA beserta alamat
URL-nya.
- Bio-Kristi (http://fb.sabda.org/biokristi)
- e-BinaAnak (http://fb.sabda.org/binaanak)
- e-Buku (http://fb.sabda.org/buku)
- e-Doa (http://fb.sabda.org/doa)
- e-Humor (http://fb.sabda.org/humor)
- e-JEMMi (http://fb.sabda.org/misi)
- e-Konsel (http://fb.sabda.org/konsel)
- e-Penulis (http://fb.sabda.org/penulis)
- e-Reformed (http://fb.sabda.org/reformed)
- e-Wanita (http://fb.sabda.org/wanita)
- Kisah (http://fb.sabda.org/kisah)
- e-Leadership (http://fb.sabda.org/lead)
- ICW (http://fb.sabda.org/icw)
Melalui sarana Facebook ini, kami berharap para pelanggan publikasi
YLSA dapat semakin akrab berinteraksi. Mari kita warnai Facebook
dengan persekutuan antaranak-anak Tuhan yang menjadi berkat bagi
banyak orang. Biarlah nama-Nya saja yang semakin dipermuliakan!
______________________________________________________________________
Anda diizinkan mengcopy/memperbanyak semua/sebagian bahan dari e-DOA
(untuk warta gereja/bahan pelayanan lain) dengan syarat: tidak untuk
tujuan komersial dan harus mencantumkan SUMBER ASLI bahan yang diambil
dan nama e-DOA sebagai penerbit elektroniknya.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 oleh e-DOA --- diterbitkan: YLSA dan I-KAN
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Kontak Redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-doa(at)hub.xc.org >
Arsip e-DOA: http://www.sabda.org/publikasi/doa/
Facebook e-DOA: http://fb.sabda.org/doa
Situs YLSA: http://http://www.ylsa.org/
Situs SABDA Katalog: http://katalog.sabda.org/
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |