|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-doa/79 |
|
e-Doa edisi 79 (30-5-2013)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________
(Sekolah Doa Elektronik)
BULETIN DOA -- Peperangan Rohani (2)
Edisi Mei 2013, Vol.05 No.79
Shalom,
Edisi kali ini masih melanjutkan topik edisi sebelumnya, yaitu tentang
"Peperangan Rohani". Apakah Anda sudah membaca edisi sebelumnya?
Sejauh mana Anda mempelajari tentang peperangan rohani? Edisi ini akan
mengupas tentang strategi yang harus kita persiapkan untuk menghadapi
peperangan rohani. Karena tidak sedikit orang percaya yang tidak
memiliki kesiapan dalam menghadapi peperangan rohani, yang terjadi
adalah kekalahan dan mulai jauh dari Tuhan. Maka dari itu, kita harus
tetap waspada karena Iblis juga terus berusaha mencari kelemahan untuk
menghancurkan kita. Terus berjaga-jaga dan bersandarlah kepada Tuhan.
Staf Redaksi e-Doa,
Sigit
< http://doa.sabda.org >
ARTIKEL DOA: PEPERANGAN ROHANI 2
Diringkas oleh: Novita Y.
Dalam menghadapi peperangan rohani, ada empat dimensi yang harus kita
pertimbangkan dengan matang, yaitu senjata yang kita gunakan di dalam
peperangan (sudah dibahas dalam edisi lalu, Red.), otoritas kerohanian
kita, pertempuran kita melawan musuh, dan rencana tindakan kita.
Otoritas Rohani Kita
Yesus berbicara mengenai mengikat dan melepaskan dalam Matius 16. Ia
menyatakan 3 hal penting: Mesias sudah datang (Matius 16:16), gereja
sudah datang (Matius 16:18), dan kerajaan sudah datang (Matius 16:19).
"Mengikat" (bahasa Yunani `deo`) biasanya dipergunakan untuk mengikat
binatang (Matius 12:29). Dalam konteks peperangan rohani, mengikat
berarti membatasi kuasa setan dalam semua tingkatan. "Melepaskan"
(bahasa Yunani `luo`) berarti melepaskan tali kasut (Lukas 13:16).
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa otoritas yang kita miliki
untuk mengikat dan melepaskan di dalam nama Yesus tidak dapat
dipergunakan sekehendak hati kita. Pengajaran Yesus dalam bahasa
Yunaninya sesungguhnya berarti, "Apa yang kamu ikat di bumi akan sudah
diikat di Surga, dan apa yang kamu lepaskan di bumi akan sudah
terlepas di Surga." Ini menunjukkan pentingnya sinkronisasi antara
Surga dan bumi (pertama-tama surga, baru kemudian bumi), dan
mengingatkan kita betapa pentingnya mendengarkan suara Tuhan di dalam
doa.
Bagaimanakah kita bisa mengetahui apa yang sedang Allah kerjakan di
Surga? Perbedaan-perbedaan yang ada tentang firman Tuhan tidak dapat
dihindarkan, dan kita tidak mungkin membuat persamaan karena ada
beberapa pengertian yang saling tumpang tindih. Beberapa ahli teologi
membuat suatu usulan dalam membedakan firman Tuhan yang disebut Logos
dan Rhema. Logos adalah firman Allah yang kekal, yang tertulis di
dalam ayat-ayat Alkitab dan telah dikanonkan. Sebagai contoh, melalui
ayat-ayat Alkitab yang tertulis itu, kita bisa mengetahui bahwa dosa
(hawa nafsu, kebencian, dll.) telah diikat di Surga. Kita tidak perlu
melihat lebih jauh lagi bahwa kita sudah memiliki otoritas untuk
mengikat kuasa-kuasa spiritual yang ada di belakang peperangan,
penindasan, perlakuan kasar terhadap anak-anak, rasisme, atau
pornografi karena firman Allah yang sudah tertulis memberikan
informasi itu kepada kita.
Rhema dianggap sebagai firman Allah yang Dia ucapkan atau sesuatu yang
kita cari langsung dari Bapa, dan Rhema tidak pernah bertentangan
dengan firman Allah yang sudah tertulis. Contoh, kita ingin membeli
sebuah rumah dan kita berdoa, "Tuhan, apakah yang ini?" Kita berdoa
dan percaya bahwa Dia akan memberikan jawaban kepada kita. Kata-kata
hikmat juga dianggap masuk ke dalam kategori Rhema (meskipun masih
dipertanyakan). Bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah Rhema itu
benar? Bagaimanakah kita tahu apa yang kita dengar itu bukan sekadar
imajinasi kita atau sesuatu yang berasal dari dunia, kedagingan, atau
setan? Karunia-karunia roh, seperti karunia untuk bernubuat atau
karunia untuk membeda-bedakan roh merupakan gambaran untuk masalah
ini. Karunia-karunia tersebut sangat menolong. Begitu juga dengan
pengalaman, kedewasaan, dan hubungan pribadi yang intim dengan Allah.
Peperangan Kita Melawan Musuh
Meremehkan kekuatan musuh merupakan bahaya utama, dan beberapa orang
telah membayar harga yang mahal karena melakukannya. Kehati-hatian
diperlukan di dalam peperangan rohani. Beberapa jenis tantangan musuh
mengharuskan kita bergerak sedikit demi sedikit ke arah kehati-hatian.
Tantangan-tantangan lainnya mengharuskan kita untuk menjadi lebih
agresif. Peperangan kita melawan musuh digambarkan secara terperinci
dalam Efesus 6. Karakteristik tulisan rasul Paulus adalah memakai
kiasan campuran. Paulus secara bergantian memakai dua sinonim dalam
menggambarkan peperangan kita melawan musuh, yakni pegulat dan
prajurit.
a. Pegulat (Efesus 6:12)
Dalam budaya Graeco Roma, gulat merupakan olahraga utama. Tujuan
seorang pegulat bukanlah melindungi dirinya sendiri, walaupun hal
tersebut merupakan hal penting, melainkan menundukkan musuh melalui
pertempuran fisik. Pemenang ada di atas dan yang kalah ada di bawah.
Bahkan, beberapa jenis gulat Yunani diakhiri dengan kematian. Ketika
Paulus mengatakan bahwa kita bergulat, dia tidak hanya mengacu pada
dirinya sendiri, Silas, atau Timotius. Dia menunjuk kepada seluruh
anggota tubuh Kristus yang sesungguhnya.
Pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang
gelap, dan roh-roh jahat di udara merupakan gambaran gerombolan iblis
yang diutus oleh setan untuk mencuri, membunuh, membinasakan. Mereka
adalah makhluk-makhluk yang harus kita perangi. Dalam banyak kasus,
kita diperhadapkan dengan perjuangan melawan roh-roh di tingkat yang
paling rendah. Mungkin beberapa dari antara kita diperhadapkan pada
perjuangan melawan roh-roh di tingkat menengah yang bekerja melalui
dukun, pelaku okultisme, penyebar aliran Zaman Baru (New Age), jimat-
jimat, dsb.. Paulus berhadapan dengan salah satu dari perkara ini di
Filipi, yaitu roh tenung yang menguasai seorang hamba perempuan. Roh
ini merupakan roh tingkat tinggi sehingga berakibat dijebloskannya
Paulus dan Silas ke dalam penjara (Kisah Para Rasul 16:16-24).
b. Prajurit
Seluruh perlengkapan senjata Allah merupakan pertahanan kita melawan
musuh-musuh rohani. Cukup menarik bahwa perlengkapan senjata Romawi
dirancang hanya untuk melindungi bagian depan seorang prajurit, bukan
bagian belakangnya. Tujuannya adalah pada saat musuh mendekat, para
prajurit bergerak maju ke arah musuh dan bukan melarikan diri. Tujuan
akhirnya bukanlah untuk melindungi diri sendiri terhadap musuh, tetapi
mengalahkan mereka. Sekali waktu, Jenderal Palton mengatakan bahwa
kunci untuk memenangkan sebuah peperangan bukanlah memberikan hidup
Anda bagi negara, melainkan melihat bahwa musuh memberikan hidupnya
bagi negaranya.
Senjata setan adalah busur dan panah (Efesus 6:16). Senjata ini
dipergunakan pada jarak tertentu. Adalah keinginan setan agar anak
buahnya yang sudah ia persenjatai dengan baik tidak menyerang orang-
orang Kristen dari jarak dekat. Sebaliknya, senjata orang Kristen
adalah pedang, sebuah senjata jarak dekat. Setan mungkin akan terus
memanah dari jarak tertentu dan kita harus mempergunakan perisai iman
untuk melindungi diri kita.
Rencana Tindakan Kita
Yakobus 4:7-8 menyebutkan 2 hubungan -- ke atas dan ke luar, dengan 7
kata kerja -- 5 berbentuk aktif dan 2 berbentuk pasif.
a. Hubungan ke Atas -- Allah
Berikut ini adalah empat kata kerja bentuk aktif yang menggambarkan
hubungan kita dengan Allah.
- Tunduk
Ini berarti, yang pertama dan yang utama adalah menerima
Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan mengakui bahwa Dia adalah
Tuhan. Ketika kita melakukannya, kita masuk ke dalam keluarga Allah.
Allah adalah Bapa kita. Ini merupakan situasi yang menyenangkan bagi
kita untuk dapat bersama dengan Bapa dan berada dalam pangkuan-Nya,
dan berbincang-bincang dengan-Nya.
- Mendekat
Ini artinya, kita harus menyediakan waktu bersama Bapa dan
mengenal-Nya dengan baik.
- Menahirkan
Menahirkan tangan kita menunjukkan apa yang kita lakukan.
- Menyucikan
Menyucikan hati kita menunjukkan motivasi kita, apa yang
kita pikirkan dan rasakan.
Jika kita melakukan keempat hal di atas, kata kerja bentuk pasif akan
terlaksana, "Ia akan mendekat kepada kamu." Ini adalah tindakan Allah,
bukan tindakan kita. Pada saat Dia mendekat kepada kita, keinginan
utama kita hanyalah menaati-Nya. Kita ingin menyenangkan Dia yang
begitu mengasihi kita.
b. Hubungan ke Luar -- Setan
Dalam hal ini, kita hanya mengenal satu bentuk kata kerja aktif:
melawan. Jika kita mengambil tindakan melawan iblis, bentuk kata kerja
pasif berlaku dan "dia akan lari dari padamu". Bagian ini merupakan
saat yang menakutkan. Setan seperti seekor singa yang mengaum-aum.
Siapakah yang akan pergi ke arah itu? Akan tetapi, kata kerjanya tidak
"melarikan diri" atau "tinggal di luar hutan" atau "jangan pedulikan
dia", tetapi lawan. Yesus sendiri telah mengalami proses ini. Di dalam
kekekalan, Dia setara dengan Bapa. Akan tetapi, Dia telah mengosongkan
diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2). Yesus harus
datang ke bumi, hidup sebagai manusia, mengalami pencobaan seperti
halnya kita, dan melawan iblis satu lawan satu; bukan sebagai Tuhan,
melainkan sebagai seorang manusia.
Kedua belas murid telah bersama-sama dengan Yesus selama satu setengah
tahun. Mereka telah bertumbuh untuk mengasihi Yesus dan saling
mengasihi satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, saatnya telah tiba
bahwa mereka harus melayani sendiri. Yesus mengatakan bahwa tuaian
telah siap dituai, dan mereka harus pergi menuai dengan memberitakan
kerajaan Allah dan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat. Setelah satu
setengah tahun mereka bergerak ke atas, sekarang mereka harus bergerak
ke luar. Hal ini menakutkan (Matius 10:16). Para murid taat, dan yang
membuat mereka bersukacita adalah mereka memiliki kuasa untuk mengusir
setan dan menyembuhkan orang yang sakit (Markus 6:13). Kemudian, Yesus
mengutus ketujuh puluh pengikut-Nya dan memberi mereka kuasa (Lukas
10:19).
Penting bagi kita untuk mempertahankan keseimbangan antar bergerak ke
arah atas dan ke arah luar. Kita tidak boleh bergerak ke arah luar
lebih cepat daripada bergerak ke arah atas. Gerakan ke arah atas
adalah syarat yang sangat diperlukan untuk bergerak ke arah luar
karena tidak ada satu pun yang kita lakukan berasal dari kekuatan kita
sendiri, tetapi dari kekuatan yang sudah disediakan Allah melalui
kita. Apa yang terjadi bila kita tidak seimbang? Bergerak ke arah atas
tanpa bergerak ke arah luar merupakan bahaya ketidakefektifan dalam
pelayanan. Akan tetapi, bergerak ke arah luar tanpa bergerak ke arah
atas jauh lebih berbahaya. Kondisi demikian seumpama seekor domba di
tengah-tengah serigala, tetapi tanpa perlindungan Gembala Agung.
Diringkas dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Roh-roh Teritotial
Penulis: C. Peter Wagner
Penerjemah: Drs. Josep T. dan Daniel S. E. P. Simamora
Penerbit: Yayasan Pekabaran Injil "IMMANUEL", Jakarta
Halaman: 15 -- 29
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK AUDIO ALKITAB MP3
Apakah Anda ingin mengetahui lebih banyak informasi tentang Alkitab
Audio? Kami mengajak Anda untuk bergabung dengan Facebook Alkitab
Audio. Di sini, Anda akan mendapatkan banyak informasi tentang Alkitab
Audio, di antaranya tentang update versi terjemahan Alkitab Audio dan
kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang telah menggunakan Alkitab
Audio. Melalui Facebook ini, Anda juga dapat mengunjungi situs kami
dan mendownload Alkitab Audio dari berbagai versi terjemahan Bahasa
Indonesia, Bahasa Suku, dan Bahasa asing. Tunggu apa lagi?
Bergabunglah dan jadilah penggemar kami sekarang juga!
=> http://fb.sabda.org/audio
Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Ryan, Sigit dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |