Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/70 |
|
e-Doa edisi 70 (10-1-2013)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Doa dan Misi (1) Edisi Januari 2013, Vol.05 No.70 Shalom, Doa merupakan sarana bagi setiap orang percaya untuk memohon dan menyatakan pengakuan akan kebutuhan dan keterbatasan kita kepada-Nya. Bukan sekadar tindakan, melainkan lebih kepada sikap bergantung kepada Allah, Sang Pencipta. Tuhan Yesus mengajar kita untuk berdoa bukan saja untuk diri kita sendiri, melainkan juga untuk orang-orang yang belum mendengar dan dijangkau Injil. Doa seperti apakah yang memunyai dampak besar bagi misi pekabaran Kabar Baik? Ingin tahu jawabannya? Simak sajian selengkapnya dalam edisi ini! Pemimpin Redaksi e-Doa, Ryan < ryan(at)in-christ.net > < http://doa.sabda.org > ARTIKEL DOA: PERJALANAN DOA KE KOTA-KOTA PINTU GERBANG Pada dekade 1990-an, Tuhan telah menimbulkan sebuah konsep, yang menurut saya pribadi benar-benar segar. Beberapa orang telah melakukannya selama beberapa waktu. Tetapi sekarang, Allah ingin seluruh tubuh Kristus mengetahui bagaimana seharusnya berdoa dalam suatu komunitas. Konser doa, pertemuan-pertemuan doa, doa sekota, dan kegiatan-kegiatan serupa ditujukan untuk mendorong banyak orang berdoa bagi kota mereka. Sebagai contoh, saya adalah anggota sebuah gerakan doa kota "Love LA", yang dalam kegiatannya, para pendeta berkumpul tiga kali setahun, dari pukul 07.00 sampai pukul 11.00 untuk berdoa bersama di Hollywood Presbyterian Church dan kadang-kadang di Crenshaw Christian Center, di mana semua orang percaya diundang untuk menghadirinya. Gerakan doa bagi kota harus dilipatgandakan, baik dalam hal jumlah waktu maupun dalam kesungguhannya. Saat ini, kita hidup dalam masa penuaian. Yesus mengatakan bahwa tanggapan pertama kita terhadap penuaian ini adalah berdoa (Matius 9:37-38). Jika kita tidak berdoa, maka masa penuaian itu akan berlalu. Menginjili dunia dan komunitas kita merupakan suatu peperangan yang terus-menerus, dan doa merupakan senjata utama yang diberikan Allah untuk berperang dalam peperangan ini. Kita tidak dapat menghasilkan atau menciptakan "Kebangkitan Rohani"; Tuhan mengirim kebangkitan rohani itu dengan perantaraan Roh Kudus- Nya. Namun demikian, ada satu syarat, yaitu kita meruntuhkan tembok- tembok yang memisahkan antara gereja dan masyarakat. Tuhan dapat melakukan hal itu dengan kekuasaan-Nya, tetapi Ia memilih untuk tidak melakukannya. Tuhan tidak hanya memerintahkan kita untuk berdoa, tetapi juga memberikan cara-cara yang baru dan menyenangkan (Filipi 2:13). Ada empat cara berdoa dalam suatu komunitas yang dikenal sebagai prinsip kegiatan orang-orang Kristen pada tahun 1990-an. Mungkin akan muncul lebih banyak lagi: 1. Praise Marches: doa yang berpusat pada kota-kota. 2. Doa Keliling: doa yang berpusat pada suatu lingkungan. 3. Doa Ekspedisi: doa yang berpusat pada suatu kawasan. 4. Doa Perjalanan: doa yang berpusat pada suatu benteng kepercayaan. Yosua 1:3 merupakan ayat firman Tuhan yang mengajak kita untuk berdoa di luar lingkungan gereja kita. Melalui ayat ini, Allah mendorong kita untuk keluar dari gereja dan secara fisik benar-benar berada dalam masyarakat untuk berdoa di sana. Saat kita menaati Dia, maka kita akan semakin dekat pada kebangkitan rohani yang ingin dikirim-Nya bagi kita. Doa Perjalanan Iblis sangat gencar dalam mempertahankan benteng yang sedang ia gunakan. Doa Perjalanan merupakan suatu ancaman langsung terhadap keadaan musuh dan Iblis akan melakukan apa pun untuk melawan ancaman itu. Untuk mengadakan Doa Perjalanan, sebuah gereja atau lembaga pelayanan merekrut sebuah tim doa yang terdiri dari, misalnya, 5 sampai 10 orang, dan mengutus mereka ke kota lain atau titik-titik strategis untuk berdoa di tempat itu. Mari kita lihat suatu contoh: "The Asian Outreach" Hong Kong baru-baru ini mengutus sebuah tim yang terdiri dari 4 pendoa syafaat ke Danang, Vietnam, untuk sebuah Doa Perjalanan. Saat mereka sampai di tujuan setelah menumpang kereta selama 30 jam, mereka belum memiliki sasaran yang spesifik dalam benak mereka bagi Danang, tetapi mereka sudah memiliki sebuah tujuan utama. Sementara mereka mulai menjelajah dan mencari target doa untuk hari pertama, mereka berhenti di sebuah rumah makan kecil untuk sarapan. Koki rumah makan itu, seorang Tionghoa Vietnam bernama Trung, memberi tahu mereka bahwa ia melakukan tiga pekerjaan sekaligus agar memiliki cukup uang untuk meninggalkan Vietnam. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil kepadanya, tetapi mereka sering berdoa untuknya selama mereka berada di Danang. Tim doa tersebut berdoa bagi kota itu, mereka mendoakan benteng-benteng spiritual yang dapat mereka lihat, mereka berdoa bagi 67 suku terabaikan yang berada di Vietnam, bagi orang-orang percaya yang dianiaya di sana, dan bagi setiap pribadi yang mereka temui setiap hari. Delapan bulan kemudian, hati mereka bergetar saat salah seorang dari anggota tim pendoa syafaat itu, yang melayani di sebuah kamp di Vietnam, tanpa sengaja berjumpa dengan Trung! Ia kemudian membagikan Injil kepadanya dan memberinya sebuah buku renungan dalam bahasa Inggris dan Tionghoa. Enam bulan kemudian, ia bertemu lagi dengan Trung, kali ini ia tampak begitu berseri-seri. Trung mengatakan bahwa ia telah menjadi seorang Kristen dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Bagaimana dengan Danang? Apakah Doa Perjalanan mereka memberikan hasil? "Dalam bulan-bulan setelah kunjungan kami ke sana, dikabarkan bahwa gereja di Danang menemukan kebebasan yang lebih besar karena pemerintah tidak lagi menekan mereka seperti sebelumnya. "Banyak orang yang diselamatkan di kota ini," ujar Cao And Dien. Ia juga menambahkan, satu hal harus diingat para pejuang doa: "Tuhan tidak hanya menjawab doa-doa yang kami naikkan, tetapi juga orang-orang lain yang menopang kota ini dalam doa-doa mereka." Biaya yang dibutuhkan untuk mengutus 400 kelompok doa, yang masing- masing terdiri dari 25 orang ke Asia Tenggara dan Afrika Utara, ke India dan Timur Tengah, ke Jepang, dan negara-negara di Jendela 10/40 sangatlah besar. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan, "Seberapa pentingkah doa bagi penginjilan dunia?" Sebagian besar pemimpin Kristen akan berkata, "Doa adalah hal yang terutama," tapi akhirnya hal ini hanya menjadi sebuah retorika belaka. Tidak ada yang dapat menunjukkan tingkat komitmen seseorang secara nyata selain mendukung kegiatan tersebut, baik dengan dana maupun daya. Orang-orang yang memberikan diri untuk menjadi seorang pendoa syafaat bagi Doa Perjalanan harus menyadari bahwa mereka tidak pergi untuk berlibur atau belanja, tetapi untuk sebuah misi lintas budaya singkat yang penuh risiko. Satu keuntungan dalam Doa Perjalanan ini adalah para anggota kelompok doa itu tidak harus mempelajari bahasa lokal karena mereka dapat berdoa dalam bahasa mereka sendiri. Biasanya, kendala yang dihadapi adalah masalah makanan (yang terkadang menyebabkan mereka terserang diare), "jet lag" (mengacaukan sistem hidup mereka), dan tempat menginap yang sangat tidak nyaman. Karena kegiatan ini merupakan peperangan rohani, maka tantangan terhadap kubu pertahanan yang dikuasai Iblis ini sering kali memakan "korban". Ini bukanlah tugas bagi mereka yang penakut, melainkan bagi mereka yang terpanggil, yang diteguhkan, dan diberi kuasa oleh Allah yang Mahakuasa. (t/Yudo) Diterjemahkan dan disunting dari: Judul Buku: Praying Through 100 Gateway Cities of the 10/40 Window Judul asli artikel: Prayer Journeys to the Gateway Cities Penulis: C. Peter Wagner Penerbit: YWAM Publishing Halaman: 28 -- 33 RENUNGAN DOA: MENGAMPUNI MUSUH (KISAH PARA RASUL 13:35) Saya mencintai musuh saya. Apakah saya juga mencintai kepribadiannya yang buruk? Jika saya tidak mencintai kepribadiannya yang buruk, itu berarti saya tidak mencintainya secara keseluruhan. Tuhan terlebih dulu memberkati mereka yang telah membunuh Anak-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kita juga harus memperlakukan musuh kita sama seperti kita memperlakukan teman baik kita. Prinsipnya adalah kasih terhadap musuh kita harus total. Ini berarti bahwa kita harus mengasihi musuh kita sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Hanya dengan cara inilah, kasih tersebut dapat menjadi nyata dalam kehidupan kita. Ada sebuah ilustrasi sebagai berikut: Ada seorang kaya yang memiliki banyak sekali budak. Ia memunyai seorang budak yang bernama Paulus. Ia memercayakan seluruh urusan rumah tangga kepadanya. Pada suatu hari, ia pergi bersama Paulus ke pasar budak untuk membeli budak-budak yang baru. Sebelum mengadakan transaksi, mereka terlebih dulu mengecek kondisi fisik dari budak-budak yang akan dibeli. Paulus melihat seorang tua yang sudah lemah, dijual. Ia memohon kepada majikannya untuk membeli budak tua tersebut. Tetapi, majikannya menjawab, "Ia tidak berharga. Tidak ada yang dapat dilakukannya." "Belilah ia," Paulus memohon lagi. "Ia murah. Saya berjanji bahwa pekerjaan rumah tanggamu akan menjadi lebih baik." Akhirnya, majikannya menyerah dan membeli budak tersebut. Dan, memang benar bahwa pekerjaan rumah tangga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Majikannya melihat bahwa sekarang Paulus bekerja untuk 2 orang, yaitu: untuknya dan untuk budak yang sudah tua tersebut. Paulus memerhatikan budak tua ini, memberinya makanan terbaik, dan memberikan waktu istirahat yang lebih banyak kepadanya. Majikannya berkata kepada Paulus, "Engkau tahu bahwa aku menghargaimu. Aku tidak keberatan jika engkau melindungi orang tua ini. Hanya katakanlah kepadaku, siapakah orang tua ini? Apakah ia ayahmu?" Paulus menjawab, "Saya berutang kepada orang ini lebih daripada ayahku." Majikannya bertanya lagi, "Apakah ia gurumu?" Paulus menjawab, "Bukan. Saya berutang kepada orang ini lebih daripada guruku. Ini adalah musuhku. Ia telah membunuh ayah saya dan menjual kami, anak-anaknya menjadi budak. Saya adalah seorang pengikut Kristus yang harus melaksanakan perintah-Nya. Salah satu di antaranya adalah mengasihi musuh kita dan membalas kejahatan dengan kebaikan." Inilah yang seharusnya dirasakan oleh orang Kristen di dalam hatinya. Tak seorang pun akan merasa diterima jika bagian terburuk dalam kehidupannya tidak diterima. Kasih yang penuh pengampunan inilah yang menaklukkan semuanya. Saudara-saudari yang saya kasihi, cintailah musuhmu. Apakah engkau sudah mengampuni musuhmu dan berdoa bagi mereka yang telah menganiaya kamu? Diambil dari: Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Mei -- Juni 2002 Penulis: Richard Wurmbrand Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya Halaman: 2 Kontak: doa(at)sabda.org Redaksi: Ryan, Sigit, dan Novita Y. Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No.0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |