Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/54 |
|
e-Doa edisi 54 (10-5-2012)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Pelajaran Pentakosta Edisi Mei 2012, Vol.04 No.54 DAFTAR ISI RENUNGAN DOA: JANJI ROH KUDUS ARTIKEL DOA: PELAJARAN PENTAKOSTA Shalom, Selama ini, Hari Pentakosta hanya dianggap sebagai hari turunnya Roh Kudus yang ke dalam para murid Yesus, sehingga mereka dalam kepenuhan Roh, berbicara dengan bahasa lidah. Tapi, apakah yang menjadi tujuan sebenarnya dari peristiwa itu? Apa implikasi serta relevansinya dengan kita sebagai individu dan gereja Tuhan pada zaman ini? Artikel yang kami sajikan dalam edisi kali ini, akan membahas mengenai pelajaran yang bisa ditarik dari peristiwa Pentakosta, sehingga semakin memperlengkapi kita untuk melakukan tugas kita sebagai pendoa. Selamat menyimak dan bertumbuh. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian! Redaksi Tamu e-Doa, Yosua Setyo Yudo < http://doa.sabda.org > RENUNGAN DOA: JANJI ROH KUDUS "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:13) Pernahkah Anda mendengar seseorang memberikan batu kepada anaknya yang meminta roti? Pergilah ke daerah paling kumuh di London, apakah Anda akan menemukan orang seperti itu di sana? Jika Anda mau, berbaurlah dengan para perampok dan pembunuh, dan bila seorang anak kecil berseru, "Ayah, beri aku sepotong roti dan daging," apakah ayah yang paling jahat sekalipun, akan memasukkan batu ke mulut anaknya? Tuhan mengatakan bahwa demikianlah keadaannya, bila Dia menolak memberikan Roh Kudus ketika kita membutuhkan pertolongan-Nya. Dia akan seperti ayah yang memberi batu kepada anaknya yang minta roti. Apakah Anda mengira Tuhan akan memberikan batu kepada kita? Dia berkata, "Apalagi Bapamu yang di Surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Lukas 11:13). Dia menganggap hal ini lebih penting daripada pemberian orang tua pada umumnya. Tuhan pasti memberikan Roh Kudus saat kita meminta, karena Dia telah mengikatkan diri-Nya bukan dengan perjanjian biasa. Dia telah memberikan perumpamaan yang bisa mencoreng nama-Nya sendiri, bila Dia tidak memberikan Roh Kudus bagi mereka yang meminta kepada-Nya. Jadi, marilah kita meminta kepada-Nya dengan segenap hati. Apakah saya tidak berbahagia bila Anda sedang membaca tulisan ini segera menyampaikan permohonan doa? Saya berdoa bagi orang-orang yang belum menerima Roh Kudus, agar saat ini, sementara membaca tulisan ini, dituntun untuk berdoa, "Roh Kudus datanglah kepada saya; bawalah saya kepada Yesus." Anda yang adalah anak-anak Allah, janji ini secara khusus ditujukan bagi Anda. Mintalah kepada Allah, agar Roh Allah membentuk Anda, bukan hanya sebagai orang percaya yang puas dengan hidupnya sendiri, melainkan orang percaya yang berguna, yang mengalirkan berkat bagi lingkungannya. Diambil dari: Judul asli buku: Quiet Time whit Charles Spurgeon Judul buku terjemahan: Saat Teduh Bersama Charles Spurgeon Penulis: Charles Spurgeon Penerjemah: Haniel eko N Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2004 Halaman: 72 ARTIKEL DOA: PELAJARAN PENTAKOSTA Apakah Pentakosta itu? Apakah ia hanya merupakan fakta sejarah semata -- kolot, tandus, masa lalu? Atau apakah Pentakosta adalah masa kini, energi kehidupan yang harus dihasilkan dalam sejarah kehidupan setiap individu dan setiap gereja di semua tempat dan untuk sepanjang waktu? Pentakosta adalah Injil dalam tindakan praktis dan sepenuhnya. Pentakosta adalah Roh Kudus dalam bentuk sebenarnya. Pentakosta memberikan kuasa untuk melaksanakan Injil. Injil tidak dapat dilaksanakan di tempat mana pun atau dalam kondisi apa pun secara agresif dan penuh kuasa, tanpa kuasa Pentakosta. Apa yang dilakukan Roh Kudus kepada murid-murid pada hari Pentakosta, harus dilakukan-Nya juga kepada kita. Roh Kudus yang telah membuat gereja bergerak dengan kekuatan penuh, dan hanya Dialah yang dapat membuat gereja tetap bergerak dan memiliki kuasa. Kehidupan yang penuh roh adalah salah satu ciri paling utama dan paling menonjol dari Pentakosta. Kehidupan rohani Pentakosta mengalir dan membanjiri orang-orang serta gereja, sehingga pertemuan-pertemuan ibadah dipenuhi oleh orang-orang dan semangat mereka dibangkitkan. Kematian, kebodohan, dan kekeringan tampaknya terhapus selamanya. Kepenuhan kehidupan Allah melingkupi dan membangkitkan. Kekayaan serta kemulian kehidupan rohani menciptakan sukacita luar biasa, yang bagi orang luar, kelihatannya seperti kegilaan yang berisik dan bodoh, atau kemabukan oleh karena anggur. Sesungguhnya, itulah anggur baru kerajaan Surga. Air yang mengalir, yang menimbulkan kegirangan di dalam kota Allah, telah tercurah atas dunia kita yang gersang, membawa sukacita, dan kekayaan. Kehidupan batin sedang berada pada titik pasang naik. Inilah pelajaran Pentakosta pertama bagi kita, yaitu bahwa kehidupan rohani dapat dipenuhi sukacita dan kuasa. Ketika kehidupan rohani lemah, tidak pasti, lumpuh, ketika keraguan mengganggu atau menutupi kita atau sukacita menjadi mati, kita tahu bahwa Roh Kudus tidak ada di sana dalam kuasa. Kehadiran-Nya membangkitkan kegirangan dan menerangi seperti matahari yang terbit. Kita mungkin mengganti Roh Kudus dengan ribuan hal, dan menipu diri kita sendiri dengan membayangkan bahwa pengganti tersebut, merupakan kekuatan yang memberi kehidupan, namun kita tidak akan pernah mengenal kuasa serta kehidupan Pentakosta. Pentakosta mengajari kita tentang aktivitas yang mengalir dari batin dan penuh dengan kekuatan. Aktivitas ini tidak dipaksakan, tidak didorong oleh tekanan luar. Kehidupan Roh Kudus tidak dapat tidak aktif, Dia harus mengekspresikan diri-Nya dalam pekerjaan baik. Aktivitas-Nya bersifat spontan dan tidak tertahankan. Kehidupan rohani sejati tidak dapat berhenti bekerja, sama seperti matahari tidak dapat berhenti bersinar. Melayani adalah syarat kehidupan rohani. Kehidupan yang samalah yang mendorong Dia berkeliling melakukan pekerjaan baik. Selama kebaikan dikerjakan, kehidupan tersebut tetap tinggal, tetapi kehidupan dan hak tersebut diserahkan ketika komitmen untuk bekerja hilang. Aktivitas ini tidak dibangkitkan oleh darah muda, hasrat untuk diperhatikan, atau kebanggaan kepemimpinan. Suatu dorongan yang manis dan kuat dari dalam -- sama kuat dan meratanya seperti gravitasi -- mengharuskan dan memimpin aktivitas ini. Hukumnya adalah pelayanan yang rendah hati, seperti Serafim -- yang menutupi kaki dan wajahnya -- dan penuh semangat serta penyembahan. Pentakosta mengajarkan ketertiban dan organisasi. Organisasinya sederhana dan lengkap. Roh Kudus menempatkan setiap anggota secara teratur dan dalam penundukan. Seperti anggota-anggota tubuh manusia dibentuk oleh tangan Ilahi yang sama, setiap anggota tubuh rohani memiliki tempat serta fungsinya masing-masing. Kekuasaan mutlak dan kepenuhan Roh Kudus di dalam gereja, menghancurkan semua kecemburuan, ambisi, dan perpecahan dalam tubuh, dan memampukan setiap anggota untuk melaksanakan fungsinya. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh rapi tersusun dan diikat menjadi satu, oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya, dan membangun dirinya dalam kasih (Efesus 4:16). Organisasi ini tidak dibentuk oleh keahlian para pembuat undang-undang gerejawi, tetapi sebuah organisasi yang dibentuk oleh Roh Kudus dari dalam. Roh Kudus mengorganisasi manusia batin selaras dengan Ilahi, sehingga Ia melakukan pekerjaan Allah secara sempurna dan dengan sukacita. Roh Kuduslah dan bukan tambahan mesin-mesin yang dibutuhkan gereja, karena Dia memampukan setiap anggota untuk mengambil posisinya di dalam tubuh, untuk melaksanakan fungsi Ilahi yang telah ditentukan baginya. Kelemahan gereja adalah berjalan dengan kekuatan jasmaniah dan alamiah, merancang dan melaksanakan pekerjaannya dengan kekuatan manusia serta kekuatan sosial, dan bukannya dengan kuasa Roh Kudus. Organisasi tidak dapat memberikan kehidupan atau memperbaruinya. Pengaturan serta penyusunan gereja yang ditata dengan baik atau kekuatan jasmaniah, tidak akan memberikan kehidupan atau meningkatkan gereja. Hari setelah Pentakosta, gereja telah lengkap sebagai sebuah organisasi rohani, seolah-olah gereja telah bertumbuh selama berabad-abad. Hal ini tidak disebabkan oleh pengaturan atau pertumbuhan, tetapi disebabkan oleh kehadiran serta kepenuhan Roh Kudus. Pentakosta menciptakan sebuah gereja yang bersaksi. Sebelum Pentakosta, murid-murid memiliki fakta-fakta, namun mereka tidak dapat memproyeksikannya dengan kekuatan yang meyakinkan. Pentakosta mengambil fakta-fakta sejarah serta observasi, dan menaruhkannya di dalam hati mereka, sebagai sebuah kekuatan Ilahi yang membangkitkan. Itulah era baru serta energi baru bagi mereka -- sebuah takdir baru, tidak diceraikan dari masa lalu, tetapi dikawinkan dengan masa lalu dengan ikatan yang lebih kuat. Pentakosta tidak hanya menghiasi dan memperindah masa lalu, tetapi melingkupinya dengan kemuliaan masa kini yang lebih menakjubkan. Lidah-lidah api melambangkan fungsi gereja yang paling penting: bersaksi. Lidah-lidah api juga melambangkan suatu energi yang dibutuhkan bagi kesaksian tersebut: Api Roh Kudus. Lidah api memberitakan kebenaran yang telah dibangkitkan oleh Roh Kudus secara berapi-api dan dengan energi yang menjalar. Kesaksian harus penuh dengan kekuatan dan membawa peneguhan. Kata "martir" berarti "saksi" dan menandai mereka yang meninggal karena berpegang pada kebenaran Allah. Kebenaran Allah telah masuk ke dalam mereka dengan sebuah kekuatan yang menekan, sehingga mereka harus memberikan kesaksian. Para pria dan wanita yang memiliki kesaksian di dalam diri mereka, selalu bersaksi tentang pengharapan mereka dengan segala risiko yang mereka tanggung. Tidak ada satu pun, kecuali gereja Roh Kudus yang dapat bersaksi. Orang-orang Kristen Roh Kudus selalu bersaksi. Sebuah gereja Roh Kudus adalah gereja yang verbal. Pujian, doa, serta kesaksian menjadi ciri gereja tersebut, sama halnya seperti Surga karena gereja dibentuk sesuai pola Surgawi. Pentakosta mengajari kita tentang kesederhanaan, persatuan, dan persaudaraan. Mereka menjadi satu "makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati". Mereka dipersatukan dalam persaudaraan yang erat dan bahagia -- suatu persekutuan yang membuat mereka menjadi rekan. Kepalsuan, kepura-puraan, dan perpecahan yang ada di dalam masyarakat dihancurkan. Ikatan anugerah lebih kuat daripada ikatan kasta, ikatan masyarakat, atau ikatan darah. Ambisi dan keduniawian yang menjadi sumber ketidakpuasan dan hasutan telah hilang. Roh Kudus telah menyembuhkan dosa yang kronis tersebut. Unsur-unsur perpecahan yang memisahkan manusia, menjadi hilang karena adanya persaudaraan kudus. Tuntutan, keegoisan, serta kekerasan hak-hak pribadi, secara sukarela dihapuskan demi kelangsungan persaudaraan baru tersebut. Persaudaraan ini, dengan kesederhanaan serta kesatuannya, sangat berbeda dengan ikatan sosial, yang umumnya menjadi pengganti persaudaraan itu. Ikatan-ikatan sosial seperti itu, yang diciptakan oleh para anggota gereja, latihan-latihan gerejawi, manipulasi-manipulasi, dan motif-motif duniawi, biasanya sangat lemah, sering kali kosong, dan biasanya bersifat lokal. Hal-hal ini biasanya bersifat tidak rohani dan memiliki kecenderungan bersifat duniawi. Roh kudus menciptakan suatu persaudaraan kasih dan belas kasihan, yang ditonjolkan secara rohani dan besar, dan memiliki kecenderungan pimpinan Surga. Persaudaraan tersebut menghapuskan perbedaan palsu yang telah diciptakan oleh masyarakat, uang, atau tempat, serta mempersatukan kaya dan miskin, tinggi dan rendah dalam suatu persekutuan kudus, yang tidak memiliki keegoisan, kecemburuan, dan keangkuhan. Pentakosta memecahkan masalah uang. Gereja memiliki lebih banyak masalah yang berkaitan dengan uang daripada masalah lainnya. Uang membuat gereja menjadi sekuler, menipiskan kerohanian, serta sifat surgawinya. Uang menghentikan banyak pemberian, umumnya semakin banyak yang kita miliki, semakin sedikit yang kita berikan. Uang mencuri hati bangku gereja dari Surga, dan ia memasuki mimbar yang sering kali lebih sibuk dan lebih memiliki hati mengenai bagaimana menghasilkan uang daripada menyelamatkan jiwa. Pentakosta dalam masa itu memecahkan masalah uang, karena Pentakosta menghancurkan keegoisan, sumber, akar, serta cabang-cabangnya. Orang-orang Kristen mula-mula menjual tanah serta rumahnya, dan meletakkan uangnya di bawah kaki rasul-rasul untuk dipergunakan bagi Allah dan tujuan persaudaraan kudus tersebut. Catatan mengenai hal ini terlihat dalam Kisah Rasul 4:32, 34-35, "Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.... Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya." Roh kudus dalam kepenuhan kuasa-Nya, merupakan satu-satunya obat bagi penyakit kikir yang telah mengikat kerohanian kita dengan kekuatan yang mematikan. Kuasa Roh Kudus adalah satu-satunya kekuatan yang dapat memenuhi perbendaharaan kita yang menipis, dan membuat orang Kristen tunduk kepada hukum penyangkalan diri, kepada pemberian murah hati orang Kristen, yang merupakan tanggung jawab kita. Pada hari Pentakosta, orang-orang ditarik, dipertobatkan, dan diselamatkan. Orang-orang yang diselamatkan ditarik kepada gereja. Sebuah gereja dengan api Roh Kudus, organisasi Roh Kudus, persaudaraan Roh Kudus, memecahkan masalah modern bagaimana menarik orang-orang dan menjangkau massa, karena gereja hidup aktif dan agresif. Pentakosta mengajari mimbar tentang semangat dan kuasa yang mengubahkan. Petrus pernah berkhotbah sebelumnya, tetapi api Pentakosta membakar habis khotbahnya yang lama, dan memberikan khotbah-khotbah baru kepadanya. Api telah membentuk Petrus yang baru. Apakah ada mimbar atau gereja yang tidak membutuhkan suatu Pentakosta baru? Di manakah mimbar, di manakah gereja yang sedang menantikan baptisan api ini, sama seperti para murid menantikannya dalam kerendahan dan doa, dengan bersatu hati dan di tempat yang sama? Diambil dari: Judul asli buku: Prayer and Revival Judul buku terjemahan: Doa dan Api Penulis: E. M. Bounds Penerjemah: Josep Tatang dan Susan Penerbit: Tunas Pustaka Halaman: 64 -- 71 Kontak: < doa(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/doa > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |