Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/53 |
|
e-Doa edisi 53 (26-4-2012)
|
|
_________________________________e-Doa________________________________ (Sekolah Doa Elektronik) BULETIN DOA -- Membangun Kepekaan Mendengar Suara Tuhan Edisi April 2012, Vol.04 No.53 DAFTAR ISI ARTIKEL DOA: MENDENGAR SUARA TUHAN TOKOH DOA: DANIEL: DIMENSI PEPERANGAN ROHANI STOP PRESS: GLOBAL DAY OF PRAYER AND FASTING FOR NORTH KOREA Shalom, Mendengar suara Tuhan merupakan sebuah hal paling diingini oleh setiap anak-anak-Nya. Tapi mungkinkah kita mendengar suara-Nya, selagi kita masih hidup dalam dunia ini dengan tubuh yang fana? Artikel Doa yang kami sajikan dalam edisi ini, akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, dan sekaligus memberi tip-tip yang dapat menolong kita membangun kepekaan akan suara Allah. Di kolom Tokoh Doa, kami mengajak Anda untuk belajar dari kehidupan rohani Daniel. Kiranya apa yang kami sajikan ini dapat mendorong Anda untuk semakin membangun hubungan yang dekat dengan Allah dalam kehidupan doa. Selamat menyimak sajian kami. Tuhan Yesus memberkati! Redaksi Tamu e-Doa, Yosua Setyo Yudo < http://doa.sabda.org > ARTIKEL DOA: MENDENGAR SUARA TUHAN Mendengar suara Tuhan? Siapa yang tidak tertarik dengan karunia yang satu ini? Selain menarik, juga orang yang memilikinya terlihat berbeda dibanding orang lain. Seolah-olah, pemilik karunia ini memiliki hubungan langsung dengan Tuhan, yang setiap saat dapat mendengar suara-Nya, mengerti isi hati-Nya, dan mampu menjadi jembatan orang itu dengan Tuhan. Itu sebabnya, orang yang memiliki karunia ini dituntut mengembangkan karakternya sedemikian rupa, sehingga melaluinya orang lain bisa dibangun, ditegur, dinasihati, dan dibawa dekat kepada Tuhan untuk mengalami transformasi hidup. Kalau tidak, maka karunia ini dapat disalahgunakan. Sudah banyak kasus di kalangan Kristiani perihal penyalahgunaan karunia ini, seperti manipulasi, okultisme, dan hal-hal lain yang mengarah pada praktik perdukunan. Kalau demikian yang terjadi, orang tidak dibawa bertemu dan mengandalkan Tuhan, melainkan digiring pada pribadi pemilik karunia. Setiap Orang Bisa Dalam Perjanjian Lama, setiap orang tidak dapat memiliki akses langsung kepada Tuhan. Mereka butuh perantara yang disebut nabi, sosok yang diangkat oleh Tuhan menjadi "juru bicaranya" di kalangan umat-Nya. Jadi, dulu kalau mau meminta petunjuk Tuhan, orang-orang akan datang kepada nabi. Tetapi sekarang, tidak ada lagi model perantara seperti itu di dalam konteks orang percaya pascakeberadaan Yesus. Siapa pun dapat dan memiliki akses langsung kepada Tuhan, di dalam hadirat-Nya, dan mendengar suara-Nya. Melalui Yesus, kita telah dibawa langsung kepada Allah. Jadi, siapa pun bisa dan berpotensi untuk mendengar suara Tuhan. Memang ada orang-orang tertentu yang memiliki "fungsi kenabian" di dalam dirinya, tetapi hal itu tidak berarti orang lain, yang percaya kepada Yesus dan sudah lahir baru, tidak memiliki kemampuan yang sama. Allah sudah memiliki hubungan langsung dengan kita. Kita tidak butuh lagi perantaraan manusia untuk mendengar suara-Nya. Persoalannya adalah, kalau kita punya akses langsung kepada Tuhan dan berpotensi untuk mendengar suara-Nya, kita sering bertanya demikian, "Mengapa saya masih belum dapat mendengar suara-Nya?" Dengan Cara Allah Satu prinsip penting untuk mendengar suara Tuhan adalah, memahami bahwa Allah selalu punya cara-Nya sendiri untuk berbicara kepada manusia. Artinya, harus berlangsung dalam kehendak Allah (bukan kehendak kita), pada waktu-Nya (bukan waktu kita), dan sesuai cara-Nya (tidak mengikuti cara yang kita inginkan). Kalau mau mendengar suara Allah, maka prinsip ini harus kita terapkan terlebih dahulu dalam diri kita. Ada kalanya, kita begitu menggebu untuk mendengar suara-Nya dengan cara yang kita kehendaki, dan hal itu membuat manusia gagal mendengar. Kenapa? Allah selalu punya cara-Nya sendiri untuk berbicara kepada kita. Banyak jalan di mana Allah menyatakan isi hati-Nya kepada manusia. Bukan melulu melalui suara yang terdengar audibel di telinga. Allah dapat memakai firman-Nya sebagai cara-Nya berbicara. Dia juga menggunakan mimpi, lagu-lagu, peristiwa-peristiwa, kejadian, tanda, simbol, orang lain, dan segala hal yang dapat digunakan-Nya sebagai saluran isi hati-Nya. Inilah yang disebut "mendengar". Artinya, mampu menangkap apa yang menjadi pesan Tuhan di balik semua cara yang dipilih-Nya itu. Bukan semata-mata melalui telinga! Allah selalu punya cara tersendiri untuk berbicara kepada tiap-tiap umat-Nya. Cara Tuhan berbicara kepada A, misalnya, berbeda dengan cara-Nya berbicara kepada B. Oleh sebab itu, kita patut belajar mengenali setiap hal yang berlangsung di dalam hidup kita, jangan-jangan Tuhan menggunakan hal itu untuk menyatakan sesuatu. Membangun Kepekaan Persoalannya adalah apakah kita peka? Bagaimana kita tahu bahwa itu "suara" Allah dan bukan berasal dari sumber lainnya? (sumber lain itu dapat berupa keinginan daging, manusia, roh jahat, dan sebagainya.) Bagaimanakah caranya membangun kepekaan itu? 1. Kita perlu belajar mengerti bahwa suara Allah adalah sebuah kedaulatan Allah. Dia bisa secara sepihak membuka saluran itu pada seseorang, dan di saat yang sama menutup pada orang lain. Ingat kasus pengepungan Dotan? Waktu itu, Elisa tenang-tenang saja karena mata rohaninya mampu melihat kehadiran bala tentara Surga. Itu sebabnya ia berkata kepada Gehazi hambanya, bahwa yang menyertai mereka jauh lebih banyak. Belakangan, ia berdoa meminta agar dengan kedaulatan Allah, mata rohani Gehazi juga terbuka (2 Raja-raja 6:16-17)! 2. Kita perlu membangun kepekaan roh di dalam diri kita. Pada dasarnya, kita adalah manusia roh yang berdiam di dalam tubuh fisik dan memiliki jiwa. Tetapi, kedagingan dengan segala sifatnya yang berdosa, sering kali menguasai hidup kita daripada roh yang ada di dalam diri kita. Kita belum mati terhadap manusia lama. Maka, kalau kita mau peka mendengar-Nya, segala bentuk manifestasi kedagingan di dalam diri kita, harus dengan berani kita kalahkan atau kita tekan sedemikian rupa, sehingga tidak lagi menguasai hidup, karakter, dan nilai-nilai kita. Pilihan ini tentu saja ada di tangan kita. Allah selalu nyaring "bersuara". Tetapi kedagingan yang menguat, membuat kita tidak dapat dengan nyaring mendengar-Nya. 3. Kita perlu mengambil waktu lebih banyak lagi untuk duduk diam di kaki-Nya. Apakah itu untuk berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, atau merenungkan (memeditasikan) firman? Jangan tunggu waktu luang (sebab itu tidak pernah ada), tetapi sediakanlah waktu untuk "bergaul intim" dengan Dia, di mana pun Anda berada; di mobil atau saat sedang bekerja, gunakan setiap kesempatan tersebut terhubung dengan Tuhan. Mendengar suara Tuhan bukan soal cara, melainkan soal apakah Anda mampu meningkatkan frekuensi dan kapasitas rohani Anda, melalui hubungan intim dengan Dia. Hubungan dengan Tuhan dengan sendirinya akan membangun kepekaan di dalam roh manusia. Paling tidak, Anda dapat mendengar suara-Nya untuk kepentingan Anda sendiri, sehingga tidak disesatkan. Diambil dari: Judul tabloid: Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008 Penulis: Pdt. Dr. Sonny Eli Zaluchu, M.A Penerbit: PT. Anugerah Panca Media, Surabaya Halaman: 24 TOKOH DOA: DANIEL: DIMENSI PEPERANGAN ROHANI Daniel adalah orang Israel yang dibawa ke Babel sejak masih belia, dan ia meninggal pada usia yang sangat lanjut. Dengan demikian, Daniel mengalami segenap zaman pembuangan yang 70 tahun lamanya itu. Ia mengalami masa pemerintahan Babel oleh Nebukadnezar (34 tahun), Evil-Merodach atau Amel Marduk (2 tahun), Neriglissar (4 tahun), Labashi Marduk (4 bulan), Nabonidus, Belsyazar, Darius, dan pemerintahan Media-Persia oleh raja Koresy. Sejak muda, pada masa-masa awal kedatangannya di negeri pembuangan, Daniel sudah sangat menonjol. Daniel dan ketiga temannya (Hananya, Misael, dan Azarya), sangat pandai: mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaan (Daniel 1:20). Pada zaman raja Nebukadnezar, Daniel dikenal sebagai tokoh yang cerdik dan bijaksana (Daniel 2:14). Kemampuannya menafsir mimpi, membuat sang raja takut kepada Allah Israel (Daniel 2:47). Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa alas seluruh wilayah Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel (Daniel 2:48). Pada zaman raja Belsyazar, Daniel berhasil menafsirkan tulisan yang muncul di dinding secara ajaib. Karena kebijaksanaannya itu, Daniel diberi kewenangan yang besar. Atas titah Belsyazar, dikenakanlah kepada Daniel pakaian dan kain ungu, dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan memunyai kekuasaan sebagai orang ketiga (Daniel 5:29). Pada zaman raja Darius, Daniel sempat dijebloskan dalam gua singa, karena ketaatannya untuk hanya menyembah kepada Yahweh. Tetapi, Tuhan melindunginya, sehingga tetap selamat. Mukjizat itu membuat Darius takut akan Tuhan, lalu memberi perintah agar seluruh rakyatnya menyembah Allah Israel (Daniel 6:27). Daniel pun diberi kedudukan tinggi, yang terus dijabatnya sampai pada zaman pemerintahan raja Koresh (Daniel 6:29). Daniel adalah seorang pemimpin futuris. Melalui pewahyuan yang diterimanya, Daniel melihat masa depan Israel. Bahkan, ia menangkap visi tentang kedatangan Kristus yang kedua pada akhir zaman. Hal itu terlihat, jika kita bandingkan ayat Daniel 7:13-14 dengan ayat-ayat dalam Injil (Matius 10:23, 16:27-28, 19:28, 24:30, 25:31). Kehidupan Doanya Sejak muda, Daniel menunjukkan komitmennya yang sangat kuat kepada Tuhan. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja (Daniel 1:8). Pertama, sikap itu menunjukkan keseriusannya untuk hidup suci. Kedua, tindakan itu adalah bentuk puasa, sebab ia mengurangi dan memantang makanan tertentu, hanya makan sayur dan minum air secara bersahaja saja (Daniel 1:12). Kehidupan doa seorang pemimpin akan sangat bagus, jika dibarengi dengan puasa. Berpuasa ala Kristen itu berbeda dengan berpuasa menurut versi agama dunia yang menekankan keprihatinan, penderitaan, penyiksaan diri, dan aturan yang kaku. Kelaparan dan kesakitan tidak menjadi ukuran. Yang Tuhan lihat adalah komitmen dan iman. Mungkin karena kesibukan dan beratnya pekerjaan, kita hanya sanggup berpuasa sampai tengah hari, tidak menjadi soal. Yang penting adalah iman dan kesungguhan hati kita. Kehidupan doa Daniel sangat kuat karena ia memunyai tim yang sevisi. Di tempat pembuangan, di tengah negeri asing, Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya merupakan sebuah kelompok yang kuat. Ketiga rekan Daniel adalah orang-orang yang sangat militan imannya, terbukti dari mukjizat terlepasnya mereka secara ajaib dari perapian yang menyala-nyala (Daniel 3). Sangat penting bagi seorang pemimpin Kristen, untuk hidup dan bertumbuh dalam sebuah kelompok para pemimpin. Dulu, Musa juga ditopang oleh Harun dan Hur. Dalam sebuah kelompok kecil, kehidupan doa dapat dibangun bersama, dengan saling mendoakan dan menopang satu sama lain. Secara pribadi, Daniel memunyai kehidupan doa yang sangat kuat. Alkitab mencatat bahwa di kamar atasnya, ada tingkap-tingkap terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (Daniel 6:11). Daniel berdoa bukan ketika ancaman datang, tetapi ia tekun berdoa setiap hari. Ketekunan doa akan selalu membuahkan hal-hal besar pada waktunya. Siapa menabur doa akan menuai mukjizat. Sedikit menabur sedikit menuai, banyak menabur banyak menuai (2 Korintus 9:6). Mengapa Daniel meraih sukses dalam kariernya, mencapai kedudukan yang tinggi, dan mengalami mukjizat ajaib di gua singa? Semua itu adalah buah dari ketekunan doa yang dilakukannya setiap hari! Peperangan Tingkat Strategis Sebagai pemimpin orang Israel, Daniel berdoa bagi bangsanya yang rindu pulang ke tanah air mereka. Ia berdoa untuk kepentingan umat Tuhan: "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu. Gunung-Mu yang kudus ... sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri." (Daniel 9:16-17) Ketika Daniel terus berdoa syafaat bagi kota tercinta, Tuhan mengutus malaikat Jibrail berkunjung kepadanya. Jibrail menjelaskan bahwa sesungguhnya ia sudah diutus Tuhan untuk membawa jawaban sejak hari pertama Daniel berdoa, tetapi kedatangannya dihambat oleh musuh. Kata Jibrail: "Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia." (Daniel 10:13) Kepada Daniel, Jibrail mengatakan bahwa ia memberi jawaban doa dari Tuhan yang berupa wahyu tentang akhir zaman. Tetapi, Jibrail tidak bisa berlama-lama, sebab ia harus berperang lagi, katanya: "Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang." (Daniel 10:20b) Dalam buku "Commentary on the Old Testament" karangan Kiel dan Delitzch, yang merupakan salah satu buku komentar Alkitab yang tepercaya, dijelaskan bahwa "raja Persia" yang dimaksud di atas adalah kekuatan spiritual yang menguasai kawasan Persia. Demikian juga dengan "pemimpin orang Yunani", adalah roh-roh teritorial atau penguasa penghulu udara yang menguasai daerah tersebut. Para pemimpin Kristen akan ditentang oleh roh-roh jahat yang menguasai kota, bangsa, atau daerah-daerah pelayanannya. Semakin ia berpengaruh atas jiwa-jiwa di daerah tertentu, roh-roh penguasa wilayah itu akan semakin menyerang dia. Karena itu, seorang pemimpin Kristen mau tak mau harus belajar berdoa dalam dimensi peperangan rohani pada tingkat strategis. Daniel menang dalam doa peperangan, sehingga ia menerima jawaban doa dari Tuhan yang berupa wahyu ilahi, meskipun jawaban itu terhambat beberapa hari. Kemenangan atas setan itu terjadi karena Daniel berpuasa (Daniel 9:3, Matius 17:21), merendahkan diri dengan mengaku dosanya (Daniel 9:4, Yakobus 4:7), dan memohon pelayanan malaikat (Daniel 10:12-13,20-21). Diambil dari: Judul buku: Mezbah Doa Para Pemimpin Penulis: Haryadi Baskoro Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2008 Halaman: 75 -- 80 STOP PRESS: GLOBAL DAY OF PRAYER AND FASTING FOR NORTH KOREA Open Doors International akan mengadakan gerakan doa "Global Day of Prayer and Fasting for North Korea" pada tanggal 15 April 2012. Open Doors Indonesia mengajak Anda -- umat Kristen diseluruh Indonesia, untuk ikut terlibat berdoa bagi Korea Utara. Untuk mendapatkan pokok-pokok doa dan informasi tentang umat Kristen Korea Utara, silakan kunjungi website Open Doors Indonesia di <www.opendoorsindonesia.org>. Selain itu, kami juga menyediakan pokok-pokok doa dan video kesaksian dalam bentuk CD. Bagi Anda yang berminat mendapatkan CD ini, Anda dapat menghubungi Open Doors Indonesia melalui email di <indonesia@od.org> (cantumkan data diri dan alamat lengkap Anda). Kami juga mengajak Anda bergabung dalam komunitas Facebook Open Doors Indonesia di < http://www.facebook.com/pages/Open-Doors-Indonesia/132588393444956 > dan Twitter di <@ODIndonesia>. Khusus tanggal 15 April 2012, Anda bisa memposting doa-doa Anda di Facebook kami –- kutiplah ayat-ayat dari kitab Mazmur sesuai dengan permintaan tubuh Kristus di Korea Utara. Kontak: < doa(at)sabda.org > Redaksi: Novita Yuniarti (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/doa > Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |