|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-buku/4 |
|
e-Buku edisi 4 (9-2-2006)
|
|
=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=
<>< e-BUKU ><>
* Berbagi Berkat Melalui Buku *
04/Pebruari 2006
=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=
<> TEMA : Kasih
<> RESENSI BUKU : 1. [ANDI] Seni Bersahabat
2. [METANOIA] Belajar Mengasihi Orang
yang Anda Benci
3. [IMMANUEL] 12 Langkah Penyembuhan
bagi Orang Farisi (Seperti Saya)
4. [ANDI] Jejak Kaki itu Ternyata Bukan Milikku
5. [MOMENTUM] Perang dengan Kata-kata:
Mengenali Inti Pergumulan dalam
Komunikasi Anda
<> KESAKSIAN : Budak Perempuan Cilik yang Pandai Membaca
<> SHARING BUKU : [GANDUM MAS] Apakah Kasih Kristiani itu?
<> SEPUTAR BUKU : Info Buku dari Voice of Hope
<> SERBA SERBI : Mengenal Publikasi Berita YLSA
<> EDISI MARET : Mengajarkan Anak Anda untuk ...
======================================================================
<>= DARI REDAKSI =<>
Salam Kasih dalam Yesus Kristus,
Pada bulan Pebruari ini, e-Buku menyajikan sajian khusus dengan tema
"Kasih". Meskipun tema ini sudah biasa kita dengar di telinga kita
dan bahkan sudah mewarnai kehidupan kita sehari-hari sebagai anak-
anak Tuhan, namun kami yakin tidak ada orang yang berani mengatakan
bahwa ia sudah ahli dalam mengasihi seperti Kristus mengasihi kita.
Memang mudah diucapkan tapi tidak mudah dilakukan. Pernahkah Anda
dihadapkan pada satu situasi dimana Anda susah sekali mewujudkan
perbuatan kasih? Jika jawabannya, ya, maka kami anjurkan Anda
membaca beberapa buku yang dapat menolong Anda menjawab pertanyaan
tersebut, karena dengan membaca buku-buku yang tepat pengetahuan
Anda akan semakin luas dan pikiran Anda pun semakin dibukakan. Untuk
itu kami sajikan beberapa resensi buku-buku yang cocok untuk
kebutuhan Anda tersebut, supaya Anda mantap sebelum membeli dan
membacanya.
Akhir kata, marilah kita saling mengasihi karena Allah yang telah
terlebih dahulu menunjukkan kasih-Nya kepada kita dan menerima kita
seutuhnya.
Staf Redaksi e-Buku,
(Endah)
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."
(1Yohanes 4:19)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Yohanes+4:19 >
======================================================================
<>= RESENSI 1 =<>
SENI BERSAHABAT
===============
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang
saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)
Judul Buku : Seni Bersahabat
Penulis : Wayne Jacobsen
Penerbit : Andi, Yogyakarta, 2005 (Cetakan I)
Ukuran : 14 cm x 21 cm
Tebal : 155 halaman
ISBN : 979-731-868-0
Menjalin hubungan dengan sesama pasti menjadi kerinduan setiap
orang. Apalagi jika kualitas hubungan tersebut sudah meningkat ke
persahabatan. Dalam persahabatan kita dapat mencurahkan perasaan,
masalah, dan berbagai persoalan hidup kepada sahabat kita.
Melalui buku ini, kita dapat melihat bagaimana Alkitab mengajarkan
kita seni bersahabat sehingga persahabatan yang kita jalin tidak
merugikan salah satu pihak. Saling mengasihi, saling mengampuni,
saling membantu, saling mendoakan, saling memberi hormat, saling
menasihati dan saling membangun adalah beberapa hal yang dapat kita
terapkan dalam persahabatan kita. Selain dapat digunakan sebagai
bacaan pribadi, buku ini dapat juga digunakan sebagai bahan renungan
bersama. Di setiap akhir bab, Anda akan menemukan pertanyaan-
pertanyaan untuk diskusi yang dapat Anda gunakan dalam kelompok
Anda. Temukan indahnya hubungan yang bermakna lewat persahabatan dan
bersiaplah untuk berbagi dengan orang lain!
Sumber:
==> http://www.pbmr-andi.com/product_info.php?products_id=331
<>= RESENSI 2 =<>
BELAJAR MENGASIHI ORANG YANG ANDA BENCI
=======================================
"Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang
yang mengasihi mereka." (Lukas 6:32)
Judul Buku : Belajar Mengasihi Orang yang Anda Benci
Judul Asli : Learning to Love People You don`t Like
Penulis : Floyd McClung
Penerjemah : T. Wahyuni
Penerbit : Metanoia, Jakarta, 1992
Ukuran : 13,5 cm x 20,5 cm x 0,7 cm
Tebal : 133 halaman
Apakah saya bisa mengasihi orang yang telah membenci saya atau yang
telah melukai perasaan atau yang menyakiti hati saya? Bisa! Itulah
jawaban yang dapat Anda temukan saat membaca bukunya Floyd McClung,
"Belajar Mengasihi Orang yang Anda Benci". Bagaimana caranya?
Floyd memulai penjelasannya dengan mengulas fakta tentang kuasa
kasih Allah. Saat kita telah mengalami kasih Allah -- yang telah
menerima kita orang-orang berdosa sebagai anak-anak-Nya, maka kasih
itu memampukan kita mengasihi orang lain termasuk mereka yang telah
menyakiti hati kita.
Penulis memaparkan 10 babnya dengan gaya bahasa yang sederhana.
Walaupun setiap bab memaparkan topik yang berbeda-beda (tidak saling
terkait), namun semuanya memiliki satu benang merah yang memberikan
kesatuan kasih dalam setiap hubungan -- dengan Allah, dengan
keluarga, dengan teman, dengan pimpinan, dengan jemaat, dan dengan
gereja. Banyak pengalaman penulis yang diberikan sebagai ilustrasi
sehingga pembahasan buku ini menjadi lebih mendarat.
[Kiriman dari: Natalia]
<>= RESENSI 3 =<>, 12 LANGKAH PENYEMBUHAN BAGI ORANG FARISI (SEPERTI SAYA)
=======================================================
Mungkinkah Anda termasuk dalam golongan orang Farisi rohani? Apakah
Anda menyadarinya dan ingin hidup lebih nyata dan tidak munafik?
Baca buku ini dan tanggalkan topeng Anda!
Judul Buku : 12 Langkah Penyembuhan Bagi Orang Farisi
(Seperti Saya)
Judul Asli : 12 Step For Recovering Pharisee (Like Me)
Penulis : John Fischer
Penerjemah : Arti W. Harahap
Penerbit : Immanuel
Ukuran : 15 cm x 23 cm x 1 cm
Tebal : 161 halaman
Jika kita memiliki sikap suka membenarkan diri dan menghakimi orang
lain, maka tanpa disadari, kita sebenarnya termasuk dalam kelompok
orang-orang Farisi, orang-orang yang disebut Yesus sebagai pemimpin-
pemimpin yang buta. Mereka mengganggap diri bisa melihat lebih baik
daripada orang lain padahal mereka tidak melihat sama sekali.
Sesuai dengan judulnya, maka buku John Fischer ini menawarkan 12
langkah penyembuhan bagi orang-orang yang memakai topeng "paling
pandai" dan "paling benar". Langkah-langkah yang dibahas mengajarkan
kepada kita untuk menanggalkan topeng-topeng yang akan menjauhkan
orang percaya dari kasih karunia, dari rasa syukur dan dari sukacita
hidup.
Nilai plus dari buku ini adalah disertakannya pertanyaan-pertanyaan
pada setiap langkah sebagai evalusi untuk metode penyembuhan yang
sudah dipelajari. Buku ini adalah untuk semua orang, khususnya
untuk mereka yang ingin menyingkirkan kemunafikan dari hidupnya dan
menikmati kelimpahan kasih karunia-Nya.
[Sumber: Redaksi e-Buku]
<>= RESENSI 4 =<>
JEJAK KAKI ITU TERNYATA BUKAN MILIKKU
=====================================
"Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku
menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu
terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4)
Judul Buku : Jejak Kaki itu Ternyata Bukan Milikku
Penulis : Margaret Fishback Powers
Penerbit : Andi Offset
Benarkah kita sendirian di saat menghadapi situasi tersulit dalam
hidup kita? Tidak dipungkiri, perjalanan hidup ini tidaklah selalu
mulus. Ada kalanya jalan begitu terjal, bahkan seakan mustahil
dilalui.
Dengan menggubah puisi terkenal "Footprints", Margie Margaret
Fishback Powers mengilustrasikan perjalanan hidup kita ibarat dua
pasang jejak kaki; milik Tuhan dan milik kita. Anehnya, pada jalan
yang begitu sulit dilalui, jejak kaki itu tinggal sepasang. Kita
merasa ditinggalkan, sendirian. Saat itulah kita protes, "Di manakah
Engkau, Tuhan?"
Buku yang sarat dengan pengalaman mengharukan Margie ini seakan
mengingatkan kita untuk tidak terlalu sombong mengatakan bahwa
sepasang jejak kaki di jalan yang sulit itu milik kita. Bagaimana
mungkin itu jejak kita sedang kita ada dalam gendongan-Nya?
Anda tidak perlu bertanya lagi. Dia tidak pernah meninggalkan Anda
karena Dia tidak pernah punya waktu untuk tidak mencintai Anda.
(Wiwin)
Sumber:
* Bahana Magazine
==> http://www.bahana-magazine.com
* Situs GUBUK Online
==> http://www.sabda.org/ebuku/index.php?n=tampil_review&id=112
<>= RESENSI 5 =<>
PERANG DENGAN KATA-KATA:
Mengenali Inti Pergumulan dalam Komunikasi Anda
===============================================
"Perkataan yang tepat pada waktu yang tepat adalah seperti perhiasan
yang dibentuk secara khusus ...." (Amsal 25:11)
Judul Buku : Perang Dengan Kata-Kata: Mengenali Inti Pergumulan
dalam Komunikasi Anda
Judul Asli : War of Words: Getting to the Heart of Your
Communication Struggles
Penulis : Paul David Tripp
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2004
Ukuran : 14 cm x 21 cm x 1,5 cm
Tebal : 330 halaman
Dosa telah membelokkan karunia kata-kata dari tujuan Allah semula.
Karena itu kata-kata yang seharusnya dipakai untuk mengkomunikasikan
kasih dan damai sejahtera seringkali justru mendatangkan banyak luka
dan kehancuran.
Buku Paul David Tripp, yang dibagi dalam 3 bagian ini, memberikan
pemaparan kepada pembaca tentang komunikasi yang dikehendaki Allah
dan tawaran yang berupa solusi-solusi alkitabiah untuk mengatasi
kegagalan kita dalam hal berkomunikasi. Meskipun sarat dengan teori-
teori yang mendasar, buku ini cukup mudah diikuti karena disela-sela
penjelasannya penulis menyisipkan pengalaman pribadi dan
pergumulannya dalam berkomunikasi. Selain itu, di setiap bab penulis
menyertakan pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan pendalaman dan
penerapan pribadi bagi pembacanya.
Seperti yang ditulis penerbit dalam halaman Prakata, buku ini
merupakan salah satu buku komunikasi yang paling dibutuhkan oleh
setiap orang Kristen. Buku yang ditulis secara alkitabiah, jelas,
dan praktis ini kiranya dipakai Allah untuk mendatangkan pembaharuan
dalam hati dan kata-kata kita, sehingga kita dapat memuliakan nama-
Nya dan menjadi berkat bagi sesama.
[Sumber: Redaksi e-Buku]
======================================================================
<>= ARTIKEL <>=
Bagaimana seorang budak perempuan kecil bisa dipakai Allah untuk
menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang yang belum mengenal Dia di
kota Malagasy? Ikutilah sebagian kutipan kisah tentang "Budak
Perempuan Cilik" berikut ini, yang diambil dari buku "Alkitab di
Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata", karya Grace W. McGavran dengan judul
asli "Stories of the Book of Books", yang diterbitkan oleh Lembaga
Literatur Baptis.
BUDAK PEREMPUAN CILIK YANG PANDAI MEMBACA
=========================================
(Pulau Malagasy, 1882)
Satu abad yang lalu, di sebuah pulau besar yang jauh dari kepulauan
Indonesia, seorang anak perempuan kecil sedang menangis tersedu
sedan. Pantas saja ia menangis! Coba bayangkan: Si Upik baru saja
diculik dari rumah orang tuanya. Ia ditangkap oleh orang-orang kejam
yang memperbudak manusia ....
Ketika pagi tiba, si Upik diberi sehelai jubah baru yang sederhana.
Rambutnya pun disisir rapi. Si penjual budak dengan pandai telah
membuat barang dagangannya kelihatan menarik di mata calon pembeli!
Sekali-sekali ada orang yang menanyakan si Upik, yang duduk di bawah
naungan sebuah pohon besar dengan perasaan sedikit takut dan sedikit
mengharap-harap. Tetapi mereka selalu terus pergi setelah mendengar
harga yang ditawarkan itu, walau ada juga orang yang sempat
berkomentar dengan berbisik: "Cantik sekali! Mungkin ia akan laku
juga semahal itu."
Sebelum sang surya naik tinggi di atas cakrawala, datanglah sebuah
tandu yang indah, diusung oleh empat budak laki-laki. Budak yang
kelima memegang kain yang menaungi seorang wanita muda yang
berbaring di atas usungan itu; pakaiannya sangat mewah. Wanita yang
kaya-raya itu mengamat-amati setiap budak yang dipertontonkan
kepadanya. Kekuatiran dan kesedihan budak-budak itu tidak
dihiraukannya. Rupa-rupanya ia menganggap seorang budak itu sama
seperti seekor anjing kesayangan saja. Hanya ada satu budak yang
kelihatan tidak sedih. Itulah si Upik. Ia begitu tertarik akan
penampilan wanita kaya itu sehingga ia memandangnya dengan penuh
rasa ingin tahu. Belum pernah ia melihat seorang wanita dengan
pakaian sebagus itu!
"Gadis yang itu!" Sang penumpang tandu menunjuk kepada si Upik.
"Kelihatannya cerdik, lagi cantik. Suruh dia berdiri!"
Sebelum si Upik insaf apa yang terjadi, jual beli itu sudah selesai.
Sekarang ia telah menjadi milik wanita muda yang kaya-raya itu. Di
tempatnya yang baru, si Upik dengan cepat dan lancar dapat belajar
cara-cara melayani majikannya. Majikannya ternyata sangat baik hati.
Perempuan kaya itu merasa senang, terutama karena gadis cilik yang
baru dibelinya itu tidak pernah menangis lagi, dan tidak pernah
bermuram durja.
Namun kadang-kadang si Upik merasa kesepian. Pada saat-saat
demikian, bila tidak ada tugas, ia suka pergi menyendiri dan duduk
di bawah sebuah pohon yang besar di taman. Dari dalam jubahnya ia
mengambil sebuah buku yang selalu ia bawa serta. Lama ia duduk
sambil membaca Buku kecil itu.
Buku kecil itu adalah buku yang kebetulan ia baca pada saat diculik.
Tanpa disadari ia tetap menggenggam buku itu ketika ia ditangkap dan
diseret oleh para perampok. Kini buku kecil itu menjadi harta si
Upik yang paling berharga -- isinya tak lain ialah Kitab Perjanjian
Baru dalam bahasa Malagasy (yang mirip sedikit dengan bahasa
Indonesia). Di dalam rumah majikannya itu tidak ada seorang Kristen
pun kecuali si Upik. Juga tidak ada seorang pun di antara mereka
yang dapat membaca, sang majikan juga tidak. Namun budak-budak yang
buta huruf itu senang mengintip pada saat-saat si Upik pergi
menyendiri. Dan mereka pun senang mendengar si Upik membaca, karena
ia selalu membaca dengan bersuara, sesuai dengan kebiasaan pada
zaman itu. Tidak lama kemudian, setiap pelayan di rumah itu
mengetahui bahwa si Upik memiliki sebuah buku kecil dan ia juga
pandai membaca isinya.
Pada suatu hari yang panas, sang majikan berjalan-jalan di taman
untuk menikmati buaian angin sejuk. Sayup-sayup terdengar olehnya
suara orang. Karena ingin tahu, ia menghampiri tempat dari mana
suara itu terdengar. Tampaklah si Upik sedang duduk di bawah pohon,
asyik membaca. "Ha! Sedang apa kau Upik?" tanya majikannya. "Sedang
menghafal cerita, ya?" Dengan hormat si Upik berdiri. Mula-mula ia
hendak menyembunyikan Buku kecil itu, tetapi kemudian
diperlihatkannya. "Tidak, nyonya besar. Aku sedang membaca Kitab
Suci." "Membaca? Sungguh kau dapat?" tanya sang majikan. "Sungguh,
nyonya besar," jawab si Upik seraya menganggukkan kepalanya. "Ayah
yang mengajarku membaca."
Budak-budak yang lain sedang mengintip peristiwa itu dari jauh,
dengan hati yang berdebar-debar. Apakah majikan mereka akan marah?
Ataukah merasa geli saja? Namun, kedua dugaan itu meleset. Apa yang
mereka dengar kemudian? "Dapatkah kau mengajarku membaca, Upik?"
tanya sang majikan. "Dapat, nyonya besar! Dengan senang hati," jawab
si Upik. Pelajaran membaca itu segera dimulai. Karena tidak ada buku
lain, Kitab Perjanjian Baru milik si Upik menjadi buku pelajaran. Si
Upik mulai dengan cerita-cerita yang diajarkan oleh Tuhan Yesus,
seperti misalnya cerita domba yang hilang dan cerita orang Samaria
yang murah hati. Kata demi kata sang majikan belajar membaca
perumpamaan-perumpamaan itu. "Sangat menarik!" serunya. "Cerita-
cerita ini amat indah. Tetapi ... siapakah Tuhan Yesus itu?"
Maka pelajaran membaca yang berikutnya diambil dari Kitab Injil
Lukas, pasal 2. Budak cilik itu menolong majikannya membaca tentang
kelahiran Yesus pada malam yang ditaburi bintang-bintang. Mereka
membaca tentang para malaikat yang menyanyi dan memuliakan Tuhan,
tentang sinar surgawi yang turun menerangi palungan Sang Bayi Kudus.
Si Upik melanjutkan membaca tentang peristiwa-peristiwa yang indah
itu. Pasal demi pasal, pelajaran demi pelajaran, si Upik membacakan
cerita Tuhan Yesus, termasuk ajaran-ajaran-Nya, penyaliban-Nya, dan
kebangkitan-Nya. Si Upik pun meneruskan cerita itu dengan membacakan
perbuatan-perbuatan para pengikut Tuhan Yesus setelah Hari
Pentakosta. Sang majikan, beserta semua budaknya yang cukup dewasa,
terus mendengarkan dengan penuh perhatian. Belum pernah mereka
mendengar cerita yang demikian! Bukan hanya itu saja: Wanita
bangsawan itu mulai mengundang teman-temannya untuk berkumpul di
rumahnya pada waktu senja. "Aku mempunyai seorang budak baru,"
katanya, "Seorang gadis kecil." Anehnya, ia dapat membaca. Buku
miliknya sendiri memuat cerita-cerita yang sangat menarik, serta
ajaran-ajaran yang belum pernah kudengar. Ayo datang dan mendengar
Upikku membaca!"
Lambat laun Kabar Baik itu mulai meresap ke dalam hatinya. Pada
suatu hari wanita yang kaya-raya itu berkata, "Upik, letakkan dulu
bukumu dan jelaskan kepadaku bagaimana caranya aku dapat menjadi
pengikut Tuhan Yesus." Hal ini tidak mengherankan si Upik. Siapa
yang tidak mau mengikut Tuhan Yesus setelah mendengar dan mengetahui
kasih Bapa, demikianlah pikirannya. Siapa yang tidak mau berbakti
kepada Allah Bapa, yang begitu mengasihi kita sehingga Ia mengutus
Tuhan Yesus untuk menjadi Juruselamat kita! Namun si Upik jadi
terheran-heran juga ketika pada suatu hari semua budak dipanggil
menghadap majikan mereka. "Kalian sudah tahu," katanya dengan
lambat, "Bahwa aku telah menjadi pengikut Tuhan Yesus. Oleh karena
itu, aku tidak boleh lagi memperbudak sesamaku. Kalian semua
merdeka." Merdeka! Para budak itu hampir-hampir tidak mempercayai
apa yang mereka dengar. Sungguh suatu hari yang diliputi
kebahagiaan! Beberapa di antara mereka segera pulang ke kampung.
Yang lainnya lebih suka tetap tinggal pada majikan mereka sebagai
pegawai bayaran.
Dengan sangat gembira si Upik pulang ke rumah orang tuanya.
Kedatangannya kembali itu membawa kebahagiaan yang tiada taranya
bagi orang tuanya. Tetapi kemudian secara sukarela si Upik kembali
lagi kepada sang majikan yang sangat dikasihinya. Mereka berdua,
diiringi oleh beberapa pembantu, pergi jauh ke suatu tempat di mana
para utusan Injil berada. Keduanya memohon agar penginjil-penginjil
dikirim ke kota mereka di pulau Malagasy, untuk mengajar dan
membimbing orang-orang Kristen yang baru. Utusan-utusan Injil yang
datang dari negeri jauh itu merupakan jawaban atas permohonan doa
mereka. Tetapi iklim di pulau Malagasy itu asing bagi para
penginjil. Mereka dijangkiti penyakit, dan satu persatu meninggal.
Akhirnya keadaan kembali seperti semula: tidak ada yang memimpin dan
mengajar pengikut-pengikut Tuhan Yesus yang baru itu. Namun sang
majikan tidak putus asa. Dengan Alkitab di tangannya, ia mulai
membaca dan berdoa serta mengharapkan pimpinan Roh Kudus. Lalu
dengan sikap yang tenang dan gigih, ia sendiri mengajar setiap orang
yang rela berguru kepadanya. Lambat laun di kota Malagasy itu
tumbuhlah suatu jemaat Kristen yang banyak sekali anggotanya.
Hingga kini orang-orang Kristen yang tinggal di kota Malagasy masih
suka bercerita dengan bangga: "Semuanya itu terjadi oleh karena
seorang budak perempuan kecil yang kesepian membaca Kitab Perjanjian
Barunya dengan suara keras, dan oleh karena seorang wanita muda yang
kaya-raya terbuka hatinya untuk menerima ajaran Firman Allah serta
melaksanakannya dalam hidupnya sendiri!"
Sumber:
Kesaksian selengkapnya dari kisah ini dapat dibaca di Situs e-MISI
bagian Cerita Misi di alamat:
==> http://www.sabda.org/misi/cerita_isi.php?id=5
======================================================================
<>= SHARING BUKU <>=
APAKAH KASIH KRISTIANI ITU?
===========================
Ketika banyak orang membicarakan tentang kasih sayang, cinta, dan
semua yang berhubungan dengan hal itu di bulan Pebruari ini, buku
yang ditulis oleh Ken Wilson terbitan Gandum Mas ini menarik
perhatian saya. Judulnya memancing keingintahuan saya apakah kasih
yang selama ini saya terapkan sebagai orang Kristen benar-benar
kasih kristiani seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Seperti yang dijelaskan juga dalam buku ini bahwa inti kekristenan
adalah kasih. Tapi dalam praktiknya ternyata ada hal-hal tentang
kasih yang selama ini telah salah saya aplikasikan. Di dalam buku
ini disebutkan bahwa kasih kristiani adalah kasih yang didasarkan
pada pelayanan, mementingkan atau mendahulukan orang lain.
Sebenarnya saya juga tahu akan hal ini. Tetapi hal pelayanan dan
mendahulukan kepentingan orang lain tersebut tidak bisa disamakan
dengan "tidak pernah menolak" keinginan orang lain. Selama ini saya
merasa bahwa dengan selalu mengiyakan keinginan orang lain itu
sebagai bukti kalau saya mengasihinya. Melalui buku ini saya tahu
kalau hal itu tidaklah benar. Kadangkala kebenaran meminta kita
untuk memberi tanggapan yang kurang menyenangkan kepada orang lain.
Kasih Tuhan Yesus memang tidak suka bertengkar, tetapi Yesus juga
tidak takut untuk menentang. Jadi ada saatnya kita patut menunjukkan
kemarahan atau menentang orang lain kalau hal tersebut bertentangan
dengan kebenaran. Jadi jika saya selalu berusaha keras untuk menjadi
orang yang baik hati dengan menghindari marah dan konfrontasi
padahal seharusnya saya menegur atau menolak karena bertentangan
dengan kebenaran, itu sama saja saya telah gagal mengasihi.
Dari buku ini saya juga belajar bahwa perasaan bukan suatu keharusan
dalam kasih, walaupun perasaan ikut berperan dalam hal mengasihi.
Karena dasar kasih kristiani adalah ikatan janji dan bukan perasaan.
Kalau dasar yang dipakai untuk mengasihi adalah perasaan, maka yang
akan terjadi ketika perasaan kita negatif adalah kita akan kesulitan
untuk mengasihi. Satu hal lagi yang saya dapat dari buku ini, kasih
itu tanpa syarat, sama seperti kasih Allah kepada manusia yang tidak
bersyarat. Tanpa saya sadari, ketika saya mengasihi orang lain saya
telah menetapkan syarat-syarat, sebagai contoh saya mengasihi orang
ketika itu menguntungkan buat saya. Jadi saya mengasihi ketika saya
juga mendapatkan balasan berupa kasih dari orang yang saya kasihi
tersebut. Bentuk kasih seperti itu adalah kasih yang menyimpang dari
kasih kristiani.
Kalau saya renungkan lagi tentang apa yang disampaikan dalam buku
ini, sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan saya merasa
bahwa saya mungkin tidak akan mampu untuk menerapkan kasih kristiani
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sekali lagi saya patut bersyukur
kepada-Nya, meskipun saya tidak dapat menghasilkan kasih tetapi roh
Allah yang ada pada diri saya memperlengkapi dengan rasa kasih
sehingga pada akhirnya saya bisa mengasihi orang lain dengan kasih
kristiani.
[Kiriman dari: Yanti]
Info Buku:
----------
Judul Buku : Apakah Kasih Kristiani itu?
Judul Asli : Decision To Love
Penulis : Ken Wilson
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1980
Tebal : 86 halaman
======================================================================
<>= SEPUTAR BUKU =<>
INFO BUKU DARI PENERBIT VOICE OF HOPE
-------------------------------------
Daftar buku di bawah ini adalah buku-buku terbitan Yayasan Voice of
Hope. Bagi Anda yang ingin melengkapi koleksi buku dari Penerbit
Voice of Hope, dapatkan di toko-toko buku terdekat di kota Anda!
* Tulisan Paul G. Caram
---------------------
Judul Buku:
1. Kekristenan Sejati (The True Christinity)
2. Kemenangan atas Keakuan (Victory Over The Self Centered Life)
3. Mengubah Kutuk Menjadi Berkat (Turning The Curse Into Blessing)
4. Diteguhkan, Dikuatkan, Dikokohkan
(The Life and Epistles of Peter)
5. Kisah Para Rasul ECT (Acts)
* Tulisan Betsy Caram
-------------------
Judul Buku:
1. Wanita yang Berpengaruh dalam Alkitab
(Woman of Influence and Distinction)
* Tulisan Brian J. Bailey
-----------------------
Judul Buku:
1. Lebih dari Pemenang (More Than Conquerors)
2. Kekudusan yang Memulihkan (Colossians and Philemon)
3. Kepemimpinan (Leadership)
4. Pengajar Kebenaran (Teachers of Rightenousness)
5. Malaikat Baik dan Jahat (Angels Good and Bad)
Sumber: Penerbit Voice of Hope
======================================================================
ORANG YANG INGIN TUMBUH SECARA ROHANI DAN AKAL BUDINYA
AKAN BANYAK MEMBACA BUKU.
=<>= (J. Oswald Sanders) =<>=
======================================================================
<>= EDISI MARET =<>
MENGAJARKAN ANAK ANDA UNTUK ...
===============================
Pada edisi Maret mendatang e-Buku akan mengambil tema "ANAK".
Resensi-resensi yang akan ditampilan dalam e-Buku diharapkan dapat
menolong para pembaca untuk mengetahui buku-buku apa yang cocok dan
penting untuk Anda baca dan miliki.
Nah, bagi para pelayan anak yang memiliki buku-buku favorit dan
bermutu tentang pelayanan anak, kami undang untuk membagikan
berkatnya kepada para pembaca dengan mengirimkan resensi dari buku-
buku tersebut ke:
==> < staf-buku(at)sabda.org >.
Kiriman Anda yang memenuhi syarat akan dimuat pada Edisi Maret 2006.
Redaksi e-Buku juga menunggu usulan Anda tentang tema-tema buku
yang resensinya ingin ditampilkan pada edisi-edisi mendatang. Kami
tunggu ya!
=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Buku 2006
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
Arsip Publikasi e-Buku bisa dibaca online di:
< http://www.sabda.org/publikasi/e-buku/ >
< http://www.sabda.org/ebuku/ >
=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=
Staf Redaksi : Puji, Endah, Ary
Berlangganan : <subscribe-i-kan-buku(at)xc.org>
Berhenti : <unsubscribe-i-kan-buku(at)xc.org>
Kontak e-Buku : <staf-buku(at)sabda.org>
=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=<>=
"Sementara itu, sampai aku datang
bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci,
dalam membangun dan dalam mengajar."
(1 Timotius 4:13)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Timotius+4:13 >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |