Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/52

e-BinaSiswa edisi 52 (5-10-2015)

Remaja dan Bangsa (2)


e-BinaSiswa -- Remaja dan Bangsa (2)
Edisi 52/Oktober 2015

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: PEMUDA SEBAGAI GARAM DAN TERANG BAGI INDONESIA
BAHAN AJAR: INDONESIAKU
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-KONSEL!


Salam kasih dalam Kristus,

Pemuda adalah tulang punggung sebuah negara karena para pemudalah yang 
akan meneruskan perjuangan para pendahulunya demi eksistensi suatu 
negara. Kreativitas, inovasi, dan spontanitas pemuda sangat diperlukan 
bagi bangsa ini. Akan tetapi, sejauh ini, pemuda dan remaja di 
Indonesia belum menunjukkan peranannya secara maksimal. Keadaan 
semacam ini tentunya menggugah kita untuk memaksimalkan potensi para 
pemuda dan remaja Kristen di sekitar kita sehingga mereka mampu 
menjadi garam dan terang bagi Indonesia.

Edisi e-BinaSiswa kali ini menyajikan sebuah artikel mengenai pemuda 
sebagai garam dan terang bagi Indonesia dan sebuah bahan ajar mengenai 
peranan pemuda. Kiranya setiap kita dapat termotivasi untuk mencetak 
pemuda dan remaja yang peduli pada tanah air dan memiliki sikap 
konstruktif bagi kemajuan bangsa Indonesia. Selamat menyimak. Tuhan 
memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Amidya
< amidya(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >


       ARTIKEL: PEMUDA SEBAGAI GARAM DAN TERANG BAGI INDONESIA

Seandainya gereja bisa mengerjakan hal ini, tentu bangsa Indonesia 
akan menjadi sangat berbeda karena akan ada para anak muda pilihan 
yang memiliki dasar rohani kuat dan siap berkarya bagi bangsa.

Seperti apa figur anak muda Kristen? Apakah senang membaca Alkitab, 
rajin berdoa, aktif di gereja, perkataannya rohani, berpakaian rapi, 
menjaga pergaulannya, dan melakukan banyak hal baik lainnya? Di luar 
ciri-ciri itu, apakah seorang anak muda akan dianggap sebagai anak 
dunia yang tidak rohani.

Tidak heran kalau anak muda Kristen akhirnya menghabiskan waktunya 
bersekutu dan bergaul hanya dengan sesama saudara seiman. Tentu ini 
tidak salah. Bukankah Yesus sendiri berkata di dalam doanya, "Mereka 
bukan dari dunia, sama seperti Aku, bukan dari dunia" (Yohanes 17:16).

Memang, orang Kristen adalah warga negara Kerajaan Surga sehingga 
nilai-nilai Kerajaan Surgalah yang harus dilakukan. Salah satunya 
tertulis dalam khotbah di bukit (Matius 5-7). Tidak heran jika 
akhirnya ada sekelompok orang yang memilih menjauhkan diri dari ingar-
bingar dunia dan memfokuskan hidupnya hanya kepada "surga". Kalau 
memang itu yang Tuhan mau, lalu untuk apa kita ada di dunia? Untuk apa 
kita ada di Indonesia?

Bukankah lebih baik kalau kita langsung ke surga meskipun kebanyakan 
orang juga tidak akan mau kalau disuruh cepat mati, apalagi anak muda, 
kecuali mungkin yang sedang "galau" dan banyak utang. Tentu, Tuhan 
punya rencana ketika menempatkan manusia di dunia. Salah satunya 
adalah untuk menjadi garam dan terang (Matius 5:13-17).

Orang percaya memang harus tinggal dan berbuat sesuatu bagi dunia, 
tetapi dengan catatan, tetap berhati-hati. Hal ini seperti yang Paulus 
ingatkan di Roma pasal 12 ayat 2, "Janganlah kamu menjadi serupa 
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga 
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang 
berkenan kepada Allah dan yang sempurna."

Anak Muda Kristen Indonesia

Apa yang seharusnya dilakukan anak muda Kristen di Indonesia, lalu 
bagaimana bisa mewujudkannya? Tentu, gereja mengambil peran sangat 
penting dalam hal ini. Gereja harus berpandangan bahwa anak muda 
Kristen memang bukan dari dunia, melainkan ditempatkan Tuhan di dunia 
untuk berdampak bagi sekitar.

Di gerejalah, anak muda akan ditempa dalam pengenalan akan firman 
Tuhan yang benar, firman yang bisa menjadi pegangan ketika menghadapi 
kehidupan di dunia yang serba relatif, dunia adalah tempat di mana 
dosa ada dan berkembang. Ironisnya masa sekarang, hal-hal yang 
dianggap tabu justru sekarang dianggap biasa.

Ironisnya, hal ini masih belum banyak dikerjakan gereja. Lembaga ini 
belum bisa melahirkan anak-anak muda yang siap berdampak bagi dunia. 
Ibaratnya, gereja hanya memberikan perlengkapan perang, tetapi tidak 
mengutusnya berperang.

Seandainya gereja bisa mengerjakan hal ini, tentu bangsa Indonesia 
akan menjadi sangat berbeda karena akan ada para anak muda pilihan 
yang memiliki dasar rohani kuat, yang siap berkarya bagi bangsa.

Kenyataannya memang cukup memprihatikan karena ketika kita mencari 
nama orang Kristen yang berdampak di Indonesia dalam segala bidang, 
ternyata hanya ada segelintir nama yang muncul. Itu pun kebanyakan 
adalah artis yang kadang malah tidak menunjukkan kesaksian hidup yang 
baik. Hal ini terjadi karena sejak masih muda, mereka tidak ditantang 
memikirkan yang harus dilakukan bagi sekitar.

Padahal seharusnya, mereka bisa lebih kritis memikirkan banyak hal, 
misalnya dampak global warming bagi kotanya, apa pengaruhnya ketika 
memutuskan golongan putih pada saat di Pemilihan Umum, hubungan nilai 
tukar dolar dengan perekonomian bangsa, pentingnya pendidikan bagi 
orang di pedesaan, sarana kesehatan bagi orang miskin, dan masih 
banyak hal yang seharusnya bisa dipikirkan, didoakan, dan dicari 
solusinya.

Apa yang bisa dikerjakan gereja untuk mengatasi hal semacam ini? Salah 
satu hal yang bisa dilakukan adalah mengadakan pemahaman Alkitab 
secara intensif guna memberi dasar rohani. Akan tetapi, ini harus 
ditambah "nilai lebih", yaitu sambil memikirkan tindakan nyata yang 
bisa diterapkan di dalam kehidupan sebagai warga negara.

Gereja juga harus berani keluar untuk mulai mengadakan kerja sama 
dengan banyak pihak, termasuk dengan organisasi atau lembaga nonagama. 
Hal tersebut untuk menambah wawasan maupun langsung bisa berkarya di 
bangsa ini.

Tentu hal ini tidak mudah karena generasi muda sekarang adalah 
generasi instan dan online, generasi yang terbiasa enak dan asyik 
dengan diri sendiri. Jangankan nasib bangsa, keluarga saja kadang 
tidak dipedulikan ketika mereka asyik dengan gawai dan permainannya.

Namun, hal ini jangan membuat kita menyerah. Terus perjuangkanlah hal-
hal yang baik. Ulangi terus ajakan yang kita lakukan supaya mereka 
bisa berbuat sesuatu yang bermakna dalam hidupnya.

Gereja harus meneladani orang tua zaman Perjanjian Lama yang 
diperintahkan Tuhan untuk mengajarkan tentang Tuhan secara berulang-
ulang kepada anak-anaknya, serta membicarakannya di mana pun mereka 
berada (Ulangan 6:6).

Meskipun seolah-olah terlihat masuk telinga kiri, keluar telinga 
kanan, yakinlah yang ditabur kepada anak muda tidak akan sia-sia. 
Suatu saat pasti akan ada anak muda Kristen yang siap menjadi garam 
dan terang bagi Indonesia.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Sinar Harapan
Alamat URL: http://sinarharapan.co/news/read/140621047/Pemuda-sebagai-Garam-dan-Terang-bagi-Indonesia
Penulis artikel: Davy Edwin Hartanto
Tanggal akses: 30 Juni 2015


                        BAHAN AJAR: INDONESIAKU

A. Landasan Alkitab

Kisah Para Rasul 1:6-8

B. Tujuan

1. Membuka cakrawala kekristenan di bumi Indonesia.
2. Menaati perintah Tuhan untuk memberitakan Injil.
3. Bertekad untuk mendoakan sejumlah orang tertentu dalam rangka 
   penginjilan.

C. Pendahuluan

Untuk mengungkapkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, dan 
Dia berdaulat mutlak atas seluruh alam semesta beserta segala isinya, 
maka secara luas Alkitab memakai istilah Kerajaan Allah (Mazmur 93:1). 
Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, seluruh tatanan semesta ini 
ada di bawah pemerintahan-Nya dan semua makhluk dengan sukacita tunduk 
pada perintah-Nya. Akan tetapi, keadaan menjadi berubah total ketika 
dosa sudah mulai mewarnai semesta. Mulai terjadi pertentangan antara 
kehendak Allah dan manusia. Dosa jugalah yang membuat manusia secara 
otomatis tidak mengakui kemutlakan pemerintahan Allah atas dunia dan 
segala isinya. Terpisahlah sudah antara Kerajaan Allah dan kerajaan 
dunia.

Setelah peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa, Allah tidak hanya 
duduk sambil menyesali apa yang terjadi, tetapi Ia langsung 
berinisiatif untuk menegakkan kembali kerajaan-Nya di bumi (Kejadian 
3:15). Orang-orang yang dipanggil untuk masuk dalam kerajaan-Nya ini 
adalah orang-orang yang menerima anugerah. Anugerah ini mengandung 
pengampunan dosa, hasrat untuk hidup menurut kehendak Allah, dan janji 
untuk memperoleh hidup yang kekal. Semua ini diberikan untuk 
memperlengkapi orang-orang yang menerima anugerah itu supaya dapat 
melayani Allah secara sempurna.

Inisiatif Allah untuk mendirikan Kerajaan-Nya di bumi dapat terwujud 
apabila Ia sendiri yang turun ke dalam dunia manusia berdosa dan 
meninggalkan kemuliaan surgawi-Nya. Sungguh luar biasa, Dia 
melakukannya! Karena itu, tidak heran jika dalam pengajaran Yesus 
kepada murid-murid-Nya, Ia banyak menyinggung tentang Kerajaan Allah. 
Bahkan, sampai pada saat Ia akan naik ke surga, Yesus berbicara kepada 
murid-murid-Nya tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:3).

Menjadi Saksi-Nya sampai ke Ujung Bumi

Pernyataan Tuhan Yesus ini perlu dicermati baik-baik! Perluasan berita 
Injil itu tidak dibatasi pada wilayah, golongan atau kelompok 
tertentu. Di sini, Yesus ingin menegaskan bahwa Injil itu harus 
disebarkan seluas-luasnya. Bermula dari Yerusalem, kemudian ke Yudea 
dan Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi. Hal ini berarti bahwa 
berita Injil itu harus didengar juga oleh orang-orang yang bukan 
Yahudi. Setiap orang berhak untuk mendengar dan menerima berita 
keselamatan itu!

Mengawali pemberitaan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Tuhan 
sendiri, pada kenyataannya tidak terlalu mudah untuk dilaksanakan. 
Banyak orang yang rela memberikan diri seutuhnya untuk menjadi alat 
Tuhan. Pengorbanan bukan hanya sampai pada harta, tetapi darah dan 
nyawa. Orang-orang yang menjadi martir abad pertama sampai keempat 
adalah orang-orang yang tangguh untuk memperjuangkan iman Kristen di 
tengah-tengah penderitaan dan penganiayaan. Melalui mereka jugalah, 
Injil tersebar sampai ke seluruh dunia. Berita Injil itu telah 
menembus hampir ke seluruh belahan dunia. Indonesia adalah salah satu 
belahan dunia yang telah mendengar dan sebagian menerima kabar 
kesukaan itu.

Jika kita pikirkan dan bandingkan dengan diri kita sendiri, apa yang 
telah kita lakukan berkaitan dengan Amanat Agung Allah itu? Kita ada 
di satu negara yang besar dan secara kasat mata kita dapat melihat 
bahwa terjangkau oleh Injil. Sementara kita melihat dan merasakan hal 
ini, apa tindakan kita? Sampai saat ini, masih banyak suku di 
Indonesia yang belum pernah mendengar tentang berita Injil 
keselamatan. Melihat kenyataan ini, apabila umat Tuhan yang ada di 
Indonesia tidak punya perhatian dan keprihatinan terhadap kondisi ini, 
dan semangat serta tekad penginjilan tidak ada di dalam diri kita, 
maka kita adalah orang paling malang karena tidak pernah merasakan 
bagaimana dahsyatnya pekerjaan Roh Kudus di dalam diri setiap orang 
sehingga mereka mau menerima dan percaya kepada Yesus.

Dalam lingkup yang luas, kita melihat Indonesia sebagai bangsa yang 
perlu didoakan dan digumulkan. Namun, dalam lingkup yang lebih kecil, 
marilah kita melihat orang-orang di sekeliling kita: satu RT, satu RW, 
satu wilayah, bahkan satu kota -- apakah mereka telah mendengar berita 
Injil itu? Jika belum, hal itu adalah tugas kita untuk mendoakan dan 
melakukan sesuatu bagi mereka. Yang harus diingat dan disadari adalah 
kita sebagai orang percaya merupakan lentera bagi jalan mereka untuk 
menuju kepada Yesus.

D. Rencana Pelajaran

1. Jelajah

- Bahan yang diperlukan: 1 lembar kertas "Pergilah ke Segala Penjuru 
  Nusantara".

- Aktivitas: Tanyakan kepada setiap anggota beberapa nama murid Yesus 
  yang mereka ingat. Mintalah salah seorang saja untuk dengan sukarela 
  menyebutkan sebanyak mungkin nama ke-12 murid Yesus. Berikanlah 
  respons positif atas kerelaannya berapa pun jumlah nama yang ia 
  ingat. Kemudian, bahaslah semua pertanyaan pada lembar "Pergilah ke 
  Segala Penjuru Nusantara", khususnya kedua nomor terakhir. Doronglah 
  siswa untuk berani bersaksi bagi Kristus.

2. Tip

- Bahan: 1 lembar kertas "Tuhan, Selamatkanlah Mereka Juga".

- Aktivitas: Bukalah lembar "Tuhan, Selamatkanlah Mereka Juga". 
  Sebelum meminta setiap anggota menuliskan sejumlah nama di dalam 
  kotak yang tersedia, katakan: "Firman Tuhan menjelaskan bahwa dari 
  satu orang Tuhan menjadikan semua bangsa dan Tuhan sendiri 
  menempatkan mereka masing-masing di tempat-tempat tertentu agar 
  mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menemukan-Nya" (Kisah Para 
  Rasul 17:26-27). Berdasarkan firman Tuhan ini, pasti Tuhan tidak 
  salah menempatkan kami di Indonesia, di kota tertentu, dan di 
  keluarga serta lingkungan tertentu agar kita mencari dan menemukan 
  Dia, Tuhan yang benar yang telah mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus. 
  Apakah kamu sudah menerima Dia? Jika ya, bagaimana dengan orang-
  orang yang kamu kenal? Jika masih ada yang belum menemukan Yesus, 
  tuliskanlah maksimal 4 nama dan 1 provinsi dari orang-orang yang 
  kamu rindu agar mereka tidak hilang, tetapi bertemu dengan sang Juru 
  Selamat, Yesus Kristus Tuhan.

3. Penutup

"Doakanlah mereka dengan sungguh-sungguh sampai kamu melihat 
hasilnya." Berikanlah waktu sejenak kepada setiap anggota untuk 
menuliskan sekian nama dan 1 provinsi berikut doa yang singkat bagi 
mereka. Lalu, berikan kesempatan kepada salah seorang siswa untuk 
menceritakan tentang apa yang ditulisnya. Terakhir, tutuplah pertemuan 
dengan doa bersama atau doa rantai.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Bintang Seri PA Kelompok Kecil Remaja
Judul artikel: Indonesiaku
Penulis: Tim Penyusun Bintang
Penerbit: Visi Pressindo, Bandung 2002
Halaman: 15 -- 20


          STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-KONSEL!

Bertolak dari kerinduan kami untuk memperlengkapi para konselor 
Kristen di Indonesia, Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan komunitas 
Konselor di Facebook. Dalam komunitas ini, kami menghadirkan berbagai 
informasi tentang publikasi e-Konsel yang kami terbitkan setiap hari 
Selasa minggu kedua setiap bulan, pertanyaan diskusi yang biasa 
dihadapi konselor dalam menolong konseli, dan berbagi pokok doa 
antarkonselor atau konseli.

Anda berbeban berat dan ingin berkonseling dengan kami? Silakan 
bergabung dengan Facebook e-Konsel dengan alamat 
< http://fb.sabda.org/konsel >. Pastikan Anda semakin mantap dalam 
melayani sebagai konselor dengan terus membaca bahan-bahan yang kami 
bagikan. Selamat melayani.


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Amidya, Bayu, dan Odysius
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org