Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/42

e-BinaSiswa edisi 42 (1-12-2014)

Remaja dan Kehendak Allah (2)


e-BinaSiswa -- Remaja dan Kehendak Allah (2)
Edisi 42/Desember 2014

DAFTAR ISI:
RENUNGAN NATAL: SEANDAINYA YUSUF MENCERAIKAN MARIA
BAHAN MENGAJAR: HATI HAMBA SEORANG MARIA
STOP PRESS: SITUS ALKITAB MOBILE SABDA


Shalom,

Tidak terasa, kita kembali akan memperingati hari kelahiran Tuhan
Yesus. Kisah tentang kelahiran-Nya pasti sudah sering kita dengar.
Demikian pula dengan kisah tentang ketaatan Yusuf dalam melakukan
perintah Allah, yang bisa menjadi teladan bagi kita. Ketaatan adalah
hal yang sering kali sulit untuk dilakukan, termasuk oleh para remaja.
Pada umumnya, mereka cenderung ingin bebas dan tidak peduli dengan
aturan yang berlaku. Adalah tugas kita sebagai pembina remaja untuk
mengingatkan mereka, anak-anak Tuhan, agar selalu taat kepada Tuhan,
mematuhi ajaran-Nya, dan menolong mereka agar tidak terhasut oleh
keinginan-keinginan daging mereka. Kami berharap renungan dan bahan
mengajar yang kami sajikan ini dapat menjadi berkat bagi Anda dalam
menyambut Natal 2014. Selamat Hari Natal. Selamat melayani. Tuhan
Yesus memberkati.

Redaksi Tamu e-BinaSiswa,
Yans Albert
< http://remaja.sabda.org >


          RENUNGAN NATAL: SEANDAINYA YUSUF MENCERAIKAN MARIA

"Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya
dengan diam-diam." (Matius 1:19)

Beberapa tahun yang lalu, sekelompok sejarawan mengarang buku berjudul
"If-Or History Rewritten"  (Jika Sejarah Ditulis Ulang atau Jika
Tidak). Beberapa  "jika" yang dikemukakan para ahli tersebut adalah:
Bagaimana jika Robert E. Lee tidak kalah dalam perang Gettysburg?
Bagaimana jika Belanda mempertahankan New Amsterdam?  Bagaimana jika
Booth tidak berhasil membunuh Abraham Lincoln? Bagaimana jika Napoleon
berhasil melarikan diri ke Amerika?

Mari kita coba terapkan hal yang sama pada suatu peristiwa penting
dalam sejarah  --  kelahiran Yesus Kristus. Bagaimana jika Yusuf
menceraikan Maria secara diam-diam? Apa akibatnya terhadap dirinya
sendiri, Maria, dan Yesus?

Siapakah Yusuf?  Hanya sedikit informasi yang dikemukakan Alkitab
tentang tokoh ini. Namanya paling banyak tercantum dalam Injil Matius,
itu pun hanya di bagian yang merekam permulaan hidup Tuhan Yesus.
Yusuf adalah anak dari Matan (Matius  1:16). Dua kali dalam Alkitab,
Yusuf diketengahkan sebagai anak atau keturunan Daud (Matius  1:20;
Lukas  1:27). Pekerjaannya adalah tukang kayu. Walaupun ia hanya
tinggal di kota kecil Nazareth, sebagai keturunan Daud, tentunya ia
dikenal dan dihormati orang-orang di sekelilingnya. Alkitab mencatat
bahwa Yusuf adalah seorang yang tulus hatinya. "A righteous man". Ia
setia dan taat dalam melakukan Hukum Taurat.

Sebagai seorang pria, ia tentunya sangat kaget, marah, dan kecewa
ketika mengetahui bahwa Maria, tunangannya, telah mengandung seorang
bayi. Ia sangat mencintai Maria, tetapi dalam benaknya pastilah
terpikir,  "Anak siapakah yang dikandungnya?  Dengan siapakah Maria
telah berzina?"  Bagaimana mungkin semua ini terjadi dan menimpa
mereka?

Dalam tradisi perkawinan Yahudi, hubungan seorang laki-laki dan wanita
yang menjurus kepada pernikahan terdiri dari tiga tahap. Pertama,
tahap saling berjanji. Tahap ini sering diawali oleh kedua pihak orang
tua atau wali ketika pasangan itu masih kecil. Kadang-kadang, sampai
pada saat pertunangan, si pria tidak pernah bertemu dengan si wanita.

Tahap kedua adalah tahap pertunangan. Tahap ini boleh kita samakan
dengan peresmian hubungan pria dan wanita di muka umum. Pada tahap
ini, perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua pihak orang tua atau
wali dapat saja dibatalkan, apabila si wanita tidak bersedia untuk
melanjutkan hubungan itu. Namun, sekali pertunangan itu dilakukan dan
diketahui umum, sifatnya mengikat. Masa pertunangan itu berlangsung
selama satu tahun. Dalam masa itu, pasangan itu sudah dikenal sebagai
suami dan istri. Hubungan itu tidak biasa diputuskan, kecuali dengan
jalan perceraian.

Memang, dalam hukum Yahudi, kita sering menemukan hal-hal yang bagi
kita sangat aneh. Seorang gadis yang ditinggal mati tunangannya
disebut sebagai gadis janda. Dalam tahap pertunangan, hubungan seks
adalah perzinaan. Hukuman bagi perzinaan adalah dirajam batu sampai
mati. Tahap ketiga adalah tahap pernikahan. Tahap ini dimulai seusai
masa pertunangan. Pada tahap ini, hubungan pria dan wanita itu
berlanjut menjadi hubungan suami dan istri.

Kala itu, hubungan Yusuf dan Maria sudah berada pada tahap
pertunangan. Kalau Yusuf ingin mengakhiri hubungan itu, ia dapat
melakukannya hanya dengan jalan menceraikan Maria. Bagaimana jika
Yusuf melakukan hal itu  -- menceraikan Maria? Bagaimana jika Yusuf
tidak percaya kepada penjelasan tunangannya tentang keberadaan bayi
dalam kandungannya?  Bagaimana jika Yusuf tidak menggubris apa yang
dikatakan malaikat tentang anak itu?

"Jika-jika" seperti itu memang sulit untuk dibayangkan karena faktanya
memang tidak demikian. Alkitab mencatat, ternyata Yusuf taat dan
percaya kepada berita yang disampaikan malaikat.  "Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang
akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."  (Matius  1:20-21)
"Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang
diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai
istrinya." (ay. 24)

Keputusan dan tindakan tersebut tidak diambil Yusuf berdasarkan
pertimbangannya sendiri, tetapi karena ketaatannya kepada firman
Tuhan. Hal ini juga tampak dalam dua peristiwa berikutnya. Ketika
lewat mimpi malaikat Tuhan memerintahkannya untuk membawa keluarganya
menyingkir ke Mesir, Yusuf segera melakukannya (Matius 2:13-14). Lalu,
ketika malaikat Tuhan memintanya berangkat kembali ke tanah Israel,
Yusuf pun segera melakukannya (ay. 19-21).

Ketaatan dan kepercayaan Yusuf kepada firman Tuhan mengalahkan segala
perasaan curiga, marah, dan kecewa. Penyerahan dirinya kepada pimpinan
Tuhan memberanikannya untuk melangkah maju. Inilah yang menonjol dalam
pribadi Yusuf. Inilah yang patut kita contoh!

Sumber asli:
Judul buku: Harta Karun Natal
Judul asli artikel: Seandainya Yusuf Menceraikan Maria
Penulis: Daniel Adipranata
Penerbit: Penerbit Mitra Pustaka, Bandung 2005
Halaman: 27 -- 31

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Situs Natal Indonesia
Alamat URL: http://natal.sabda.org/seandainya_yusuf_menceraikan_maria
Penulis artikel: Daniel Adipranata
Tanggal akses: 9 September 2014


               BAHAN MENGAJAR: HATI HAMBA SEORANG MARIA
                        Ditulis oleh: Amidya

I. LANDASAN ALKITAB

Lukas 1:26-38

II. TUJUAN

Mendorong setiap remaja untuk memahami kehendak Allah dalam hidupnya
sehingga setiap remaja dapat hidup dalam ketetapan Allah dan melakukan
kehendak Allah.

III. REFLEKSI

Allah memanggil dan menjadikan kita sebagai milik kepunyaan-Nya supaya
kita dapat hidup dan menyukakan hati-Nya. Seperti seorang anak yang
ingin menyukakan hati orang tuanya, demikian juga kita kepada Allah.
Seorang anak tidak mungkin bisa menyukakan hati orang tuanya apabila
ia tidak mengetahui keinginan hati kedua orang tuanya. Dengan
mengetahui apa yang menjadi keinginan orang tua, setiap anak tentu
akan berusaha menyukakan hati dan membuat orang tuanya bangga dengan
apa yang telah diraih sebagai seorang anak. Begitu pula dengan sosok
Maria, Ibu Yesus. Ia menyatakan bahwa dirinya adalah seorang hamba
yang setia, yang setia mengikuti dan menikmati setiap proses yang
telah Tuhan tetapkan dalam hidupnya.

Natal yang setiap tahun kita rayakan diawali dengan pemberitaan yang
disampaikan oleh malaikat Gabriel kepada ibu Yesus, yaitu Maria.
Setelah menerima pewartaan tersebut, ia sadar bahwa berita yang
disampaikan oleh malaikat Gabriel adalah kehendak Allah bagi hidupnya.
Belajar untuk mengetahui kehendak Allah dapat kita lihat dari sikap
yang ditunjukkan Maria dalam Lukas 1:26-38. Berikut ini adalah sikap
-sikap Maria yang menunjukkan kerinduannya memahami kehendak Allah
dalam hidupnya:

1. Menanyakan kembali arti pemberitaan yang disampaikan oleh Malaikat,
tidak langsung menolaknya.

Sebagai seorang perawan yang belum bersuami, setiap kita tentu akan
terkejut apabila kita menerima kabar bahwa kita akan mengandung,
begitu pula yang dialami oleh Maria. Maria begitu terkejut mendengar
kabar yang disampaikan oleh malaikat Gabriel  (ayat 26). Lalu, Maria
memastikan kepada Gabriel arti pemberitaan itu dan ia menjelaskan
bahwa dirinya belum bersuami. Untuk mengetahui kehendak Allah, sering
kali kita didorong untuk selalu bertanya kepada Tuhan, "Apakah yang
Tuhan kehendaki dalam hidupku?"  Demikian pula, Maria bertanya untuk
memastikan kembali maksud pemberitaan yang disampaikan oleh Gabriel.

2. Menyadari bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Malaikat Gabriel sebagai utusan Allah menyatakan bahwa tidak ada yang
mustahil bagi Allah. Hal ini dinyatakan Gabriel dengan menceritakan
kepada Maria bahwa Elisabet, sanaknya, telah mengandung seorang anak
laki-laki. Pemberitaan ini tentu bukan sekadar berita, melainkan Allah
benar-benar menyatakan kuasa dan ketetapan-Nya, bahwa Ia sanggup
beperkara dan menyatakan mukjizat untuk Elisabet yang mandul, berusia
tua, dan sudah mati haid. Elisabet beroleh kemurahan dari Allah dan ia
mengandung pada usia tuanya. Dengan berita ini, Maria pun menyadari
bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

3. Memberi diri sebagai seorang hamba.

Sungguh indah respons yang ditunjukkan oleh Maria. Cara ia mengetahui
kehendak Allah dalam hidupnya diucapkan dalam pengakuan berikut ini,
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;  jadilah padaku menurut
perkataanmu itu." (ayat 38)  Ketakutan yang semula dialami oleh Maria
telah berubah menjadi iman yang kuat dan keyakinan penuh untuk
menerima pemberitaan yang disampaikan oleh Gabriel. Terlebih, Maria
menyatakan bahwa dirinya adalah hamba, dan ia siap melakukan apa yang
diinginkan oleh Tuan-Nya.

IV. DISKUSI

1. Apa itu kehendak Allah?
2. Sebutkan sikap-sikap apa saja yang seharusnya dimiliki oleh setiap
 anak Tuhan untuk mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya!
3. Ceritakan kerugian apabila kita tidak mengetahui kehendak Allah
 dalam hidup kita!
4. Apa yang akan kamu lakukan untuk memahami kehendak Tuhan dalam
 hidupmu?

V. KESIMPULAN

Sebagai murid-murid Kristus, kita seharusnya rindu menyukakan hati
Allah dengan mengetahui apa saja kehendak-Nya dalam hidup kita dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kita
memahami kehendak Allah, kita akan menunjukkan sikap hati dan sikap
hidup sebagai seseorang yang sadar benar akan kehendak Allah, seperti
Maria yang menyambut Natal dengan menjadi seorang hamba yang taat pada
kehendak Allah.

Sumber bacaan:
1. _____.      "Mengetahui      kehendak      Allah".       Dalam
 http://c3i.sabda.org/bagian_b_kehendak_allah_bagaimana_cara_mengeta
 hui nya.
2. _____. "Bagaimana saya dapat mengetahui kehendak Tuhan dalam hidup
 saya?"     Dalam       http://www.christiananswers.net/indonesian/q
   -dml/dml -y001i.html


STOP PRESS: SITUS ALKITAB MOBILE SABDA

Situs Alkitab Mobi <  http://alkitab.mobi/ >  dirancang khusus untuk
dapat diakses dengan cepat melalui ponsel Anda. Situs ini dilengkapi
dengan:

- 84 versi terjemahan Alkitab (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, serta
 bahasa Suku-Suku di Indonesia)
- Kamus Alkitab.
- Kamus Bahasa.
- Kidung-Kidung Gereja.
- Bahan-Bahan Renungan.
- Nomor Strong yang mengacu pada teks asli Alkitab.
- Aplikasi Alkitab Mobile untuk berbagai platform ponsel (Java,
 Android, Blackberry, Symbian, iOS, Windows Mobile, Palm OS),
 Audio Alkitab dalam format MP3, serta teks Alkitab dalam format
 PDF. < http://alkitab.mobi/download/ >

Selamat berselancar di situs Alkitab Mobile SABDA! Teruslah bertumbuh
di dalam firman Tuhan. Salam IT 4 GOD!


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Adiana, Bayu, dan Amidya
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org