Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/28

e-BinaSiswa edisi 28 (15-11-2013)

Remaja dan Guru (2)


e-BinaSiswa -- Remaja dan Guru (2)
Edisi 28/November 2013

DAFTAR ISI:
KESAKSIAN: DOA SEORANG GURU
BAHAN MENGAJAR: PANGGILAN MENJADI MURID KRISTUS
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI SITUS SABDA SPACE TEENS!

Syalom,

Pernahkah Anda mendengar pepatah Jawa yang mengatakan bahwa guru adalah
singkatan dari "digugu lan ditiru"? "Digugu" berarti perkataan seorang guru
adalah perkataan yang dapat kita percaya sehingga layak untuk kita dengarkan dan
perhatikan. Sementara, "ditiru" berarti seorang guru adalah teladan bagi hidup
kita yang pantas untuk dicontoh. Menjalankan pepatah ini mungkin tidak semudah
mengatakannya, terutama bagi guru itu sendiri. Simak edisi e-BinaSiswa kali ini
untuk melihat kesaksian ungkapan hati seorang guru yang berdoa bagi panggilannya
yang mulia ini. Simak juga bahan mengajar untuk mengajak para remaja dan pemuda
menjawab panggilan Sang Guru Agung menjadi murid-Nya. Semoga apa yang kami
sajikan dapat bermanfaat dan menjadi berkat bagi pelayanan kita bersama,
khususnya bagi para pemuda dan remaja yang dikasihi Allah, yang sedang kita
layani saat ini.

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Adiana
< ade(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >


KESAKSIAN: DOA SEORANG GURU

"Dear God, help me to see each of my children as uncut diamond, needing only
enough pressure to knock off the rough edges, so that the brilliance You have
placed in each of their hearts will always shine through."

"Ya Tuhan, bantulah aku melihat setiap anak-anakku sebagai berlian yang belum
diasah. Hanya perlu sedikit sentuhan dan tekanan untuk menghaluskan tepi-tepinya
yang kasar sehingga kecemerlangan yang telah Engkau taruh di masing-masing hati
mereka dapat senantiasa memancarkan keindahannya."

Sebelum menjadi seorang guru, saya menemukan doa di atas tertulis di sebuah
pembatas buku. Pikir saya waktu itu, alangkah indah doa ini. Maka, saya membeli
pembatas buku itu dan menyelipkannya di dalam Alkitab. Ternyata, hari ini saya
telah menjadi seorang guru dan doa di atas menjadi bagian dari doa saya.

Doa tersebut adalah doa yang sulit. Beberapa kesulitan yang ada di dalamnya
adalah bagaimana melihat setiap anak sebagai "uncut diamond" (red: belum diasah)
ketika mendapati seorang anak tidak suka belajar, sulit berkonsentrasi, sering
ribut di kelas, dan kerap kali lupa mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak hanya
itu, nilainya buruk meski sudah ada remedial dan seterusnya. Untuk melihat
setiap anak yang memiliki sejumlah masalah sebagai "uncut diamond", seorang guru
hanya bisa berharap kepada pertolongan Gurunya yang Agung, yaitu Yesus Kristus.

Menjadi seorang guru membutuhkan iman, pengharapan, dan kasih. Bagaimana terus
memercayai adanya anugerah Tuhan atas setiap anak. Bagaimana terus memiliki
pengharapan melihat anak yang bermasalah. Dan kemudian, bagaimana terus memiliki
cinta kasih kepada anak yang sering tidak menghargai gurunya.

Hal kedua yang dihadapi dari doa indah di atas adalah bagaimana memberi tekanan
yang cukup kepada seorang anak agar keindahan yang Tuhan berikan di dalam
dirinya dapat terpancar keluar. Memberi tekanan merupakan suatu pekerjaan yang
tidak enak. Seorang guru bisa menjadi tidak populer dan dicap sebagai guru
galak, bahkan kejam. Memberi tekanan pada seorang murid juga menjadi tekanan
dalam hati seorang guru yang mengasihi muridnya karena jauh di dalam hatinya, ia
tidak tega melakukannya, tetapi ia harus melakukannya demi keindahan Tuhan yang
dinyatakan.

Memberi tekanan yang cukup juga mengandung kesulitan lain, yaitu bagaimana
membedakan tekanan yang cukup untuk seorang anak yang satu dengan anak yang
lain. Tiap anak memiliki "rough edges"-nya sendiri. Seorang guru harus memiliki
kepekaan dalam mengenali tiap anak untuk dapat memberi tekanan yang cukup dalam
mengasah anak tersebut. Kepada yang seorang harus diberi tekanan yang lebih
keras, sedangkan kepada yang lain lebih lembut. Bagaimana dapat membedakannya?
Melalui relasi dengan Tuhan dan hidup yang bersandar pada pertolongan Allah Roh
Kudus.

Masalah lain lagi adalah tidak hanya seberapa besar tekanan yang harus
diberikan, tetapi juga berapa lama waktu yang harus diberikan. Tiap anak,
seperti halnya berlian, memerlukan waktu yang berbeda dalam proses
pengasahannya. Ada anak yang memerlukan waktu lama, ada yang hanya sebentar.
Dalam hal ini, guru dituntut kesabarannya sekaligus kasihnya untuk setiap anak.
Seorang guru dapat terjebak dalam aspek ini karena secara alami akan lebih
mengasihi mereka yang cepat diasah. Karena itu, sekali lagi, anugerah dan
kekuatan dari Tuhan sangat diperlukan untuk menghindari keberpihakan yang
terlalu tajam.

Akhirnya, seorang guru harus menyadari bahwa dirinya juga adalah seorang murid.
Murid dari Guru Agung, yaitu Yesus Kristus. Dalam panggilannya sebagai guru, ia
harus terus belajar di bawah kaki sang Guru. Meminta hikmat dari-Nya. Meminta
kekuatan dari-Nya. Meminta lebih banyak iman, kasih, dan pengharapan dari-Nya.

Tugas seorang guru merupakan panggilan mulia, panggilan yang dimulai oleh Tuhan
dan digenapi oleh Tuhan. Itu sebabnya, ketika seorang anak yang telah diasah
mulai memancarkan keindahannya, tidak ada seorang guru pun yang berhak mengklaim
jasanya. Seorang guru hanya dapat berkata, "Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan." (Lukas 17:10)

Jadi, siapkah Anda menerima panggilan untuk menjadi seorang guru? Sudahkah Anda
menjadi murid dari Guru Agung?

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia
Alamat URL: http://www.buletinpillar.org/ponder/teacher-s-prayer
Judul asli artikel: Teacher`s Prayer
Penulis: Ev. Maya Sianturi (Pembina Remaja GRII Pusat)
Tanggal akses: 10 September 2013


BAHAN MENGAJAR: PANGGILAN MENJADI MURID KRISTUS

A. LANDASAN ALKITAB
Lukas 5:1-11

B. TUJUAN
Setiap anggota menyadari pentingnya menjawab panggilan menjadi murid Kristus
dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.

C. REFLEKSI
Lukas 5:1-11 menjelaskan bahwa pelayanan Tuhan Yesus membuat Ia terus-menerus 
dikerumuni dan diikuti oleh banyak orang. Dalam ayat-ayat sebelumnya, kita 
melihat bagaimana orang banyak mencari Dia dan berusaha menahan Dia supaya 
jangan meninggalkan mereka (Lukas 4:42). Dalam peristiwa ini, Tuhan Yesus 
diperhadapkan pada orang yang ingin mendengar-Nya.

Bisa kita bayangkan pada waktu itu ada begitu banyak orang yang terus mengikuti 
dan ingin mendengarkan Yesus. Mereka menjadikan Yesus sebagai Guru karena mereka 
melihat Yesus mengajar sebagai seseorang yang berkuasa, tidak seperti para ahli 
Taurat (Matius 7:29). Namun, Yesus tahu bahwa Ia tidak dapat melayani semua 
orang secara pribadi. Maka, Ia memanggil dan memilih beberapa orang untuk 
dibimbing dan bersama-sama dengan Dia melayani orang lain.

Di sisi lain, Simon, seorang nelayan yang sudah semalam suntuk mencari ikan, 
bertemu dengan Yesus. Sama seperti orang banyak itu, Simon memanggil Yesus 
sebagai "Guru". Setelah kelelahan berlayar dan belum mendapatkan ikan sama 
sekali, Gurunya yang adalah seorang anak tukang kayu itu malah memintanya 
bertolak dan menebarkan jala. Bisakah Anda membayangkan apa yang ada dalam benak 
Simon pada waktu itu? Namun, setelah Simon melakukan perintah sang Guru, ia 
mendapatkan begitu banyak ikan dan ketaatannya itu telah membuktikan bahwa apa 
yang dikatakan oleh Gurunya adalah benar.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya ingin mendengarkan apa yang Yesus 
ajarkan? Atau, menjadi murid-Nya yang melakukan apa saja yang diperintahkan Guru 
kita, Yesus Kristus? Beberapa pertanyaan diskusi di bawah ini akan menolong kita 
meneladani Simon untuk memenuhi panggilan kita menjadi seorang murid Kristus.

D. DISKUSI

1. Siapakah Simon? Apakah pekerjaannya? Apa yang Anda ketahui tentang 
   hubungannya dengan Yesus pada waktu itu? (baca juga Lukas 4:38-41)

2. Coba perhatikan, bagaimana reaksi Simon setiap kali Yesus menyuruhnya 
   melakukan sesuatu?

3. Apa yang dapat Anda simpulkan dari reaksi Simon terhadap perintah Yesus ini 
   (ayat 5)? Perhatikan apa yang mendahului terjadinya mukjizat tersebut. Prinsip 
   apa yang Anda temui di sini (ayat 6)?

4. Bagi Simon, mukjizat ini bukan sekadar mukjizat, melainkan mempunyai makna 
   yang lebih dalam. Pada awalnya, Simon memanggil Yesus dengan sebutan "Guru", 
   tetapi kemudian ia memanggil-Nya "Tuhan". Dari perubahan sebutannya terhadap 
   Yesus, kebenaran apakah yang disadari Simon melalui peristiwa ini?

5. Lihatlah ketaatan mereka terhadap panggilan Yesus. Alasan apa yang 
   menyebabkan mereka taat? Apakah karena mendapat banyak ikan?

6. Bagaimana pengenalan akan Yesus membuat mereka taat? Jelaskan.

7. Seberapa jauh kita menjadikan Kristus sebagai Tuhan dalam hidup kita? 
   Tunjukkan hal itu dengan:
	 a. Pengertian kita tentang siapa Yesus dan posisi-Nya dalam hidup kita.
	 b. Ketaatan kita melakukan apa yang Dia kehendaki dan perintahkan.

8. Dalam menjadi murid Kristus, adakah hal-hal yang kita rasakan:
   a. Terlalu berharga untuk ditinggalkan? Mengapa?
   b. Terlalu berat untuk diserahkan? Mengapa?
   c. Terlalu mengikat untuk dilepaskan? Mengapa? Bagaimana seharusnya kita 
      bersikap terhadap semuanya itu?

* Catatan:
Dalam bahasa Yunani
- "guru" = epistada = master (ayat 5). Sebutan ini biasa diberikan kepada 
  pengawas/mandor, atau kepada guru.
- "Tuhan" = Kurie = Lord (ayat 8). Artinya, Penguasa atau Pemilik. Sering 
  digunakan untuk orang yang dihormati, Tuhan Allah yang Mahakuasa, dan Tuhan 
  Yesus Kristus.

E. APLIKASI
Dengan cara bagaimana Anda menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi murid-Nya? 
Apakah yang mendorong Anda untuk melakukan hal itu? Silakan bagikan.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Ketuhanan Kristus
Penulis: tidak dicantumkan
Penerbit: Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya 2006
Halaman: 27 -- 30


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI SITUS SABDA SPACE TEENS!

Bagi Anda yang rindu untuk saling berbagi berkat dan membuat karya yang kreatif 
dalam bentuk tulisan, silakan bergabung di situs SABDA Space Teens < 
http://teens.sabdaspace.org/ >. Teman-teman dapat bertemu dengan remaja-remaja 
Kristen lainnya dari seluruh Indonesia. Kalian dapat menulis maupun saling 
mengomentari tulisan teman-teman yang lain.

Mari kita mengembangkan diri dengan menulis untuk menjangkau orang lain bagi 
Kristus, memperkuat iman Kristen, mempererat persaudaraan dalam Kristus, dan 
memperluas wawasan pengetahuan untuk teman-teman yang lain.


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Adiana, Bayu, dan Amidya
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org