Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/17

e-BinaSiswa edisi 17 (3-6-2013)

Peduli Lingkungan (1)

e-BinaSiswa -- Peduli Lingkungan (1)

Edisi 17/Juni 2013

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: MENGAPA HARUS KITA YANG MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP?
RENUNGAN: BANG SALIM
STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA: "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Shalom,

Hari-hari ini, banyak sekali isu tentang dampak kerusakan lingkungan yang kita 
dengar. Mulai dari pemanasan global, perubahan cuaca yang ekstrim, mencairnya 
gunung-gunung es di Kutub Utara, sampai dengan berkurangnya cadangan minyak 
bumi. Sebagai pendamping remaja, kita juga perlu mengajarkan bahwa remaja 
Kristen memiliki tanggung jawab di hadapan Tuhan untuk menjaga kelestarian 
lingkungan. Hal itu dapat dimulai dari diri mereka sendiri dengan tindakan nyata 
yang sederhana.

Pada edisi ini, Bina Siswa menyajikan artikel menarik tentang kepedulian 
lingkungan yang akan menolong Anda untuk menyadarkan para pemuda akan pentingnya 
menjaga lingkungan hidup. Simak juga renungan singkat yang akan membuka mata 
kita tentang kepedulian lingkungan hidup. Selamat membaca, Tuhan Yesus 
memberkati.

Staf Redaksi e-BinaSiswa,
Yusak
< http://remaja.sabda.org >


ARTIKEL: MENGAPA HARUS KITA YANG MENJAGA LINGKUNGAN HIDUP?

Dengan jumlah penduduk 6.525.170.264 jiwa, bumi saat ini sedang menghadapi 
berbagai masalah lingkungan yang serius. Masalah lingkungan yang utama tersebut 
di antaranya adalah ledakan jumlah penduduk, menipisnya sumber daya alam, 
perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam, 
serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dapat dibayangkan betapa besar 
kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber 
daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum bisa 
menyelesaikan permasalahan tersebut.

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik 
pembangunan tanpa memperhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang 
tidak berkelanjutan. Di sisi lain, PBB telah menyusun sebuah konsep Sustainable 
Development (Pembangunan Berkelanjutan) untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan di atas. Konsep ini didefinisikan sebagai: “Pembangunan yang 
memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi 
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.” Hal ini tertuang secara integratif dalam 
Brundtland Report (“Our Common Future”) tahun 1987.

Penerapan konsep Sustainable Development saat ini ternyata jauh dari harapan. 
Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang, salah satunya 
Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi 
penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas Kota Jakarta); 
yang diikuti dengan punahnya flora dan fauna langka. Hal ini sangat jelas 
menggambarkan kehancuran alam yang terjadi saat ini.

Kita dapat mengambil bukti nyata bahwa kerusakan alam juga dapat mengakibatkan 
berbagai bencana alam. Di antara tahun 2005-2006, tercatat terjadi 330 bencana 
banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa 
bumi, dan 13 bencana tsunami. Dapat disimpulkan bahwa bencana longsor dan banjir 
disebabkan terutama oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan 
kondisi alam. Sedangkan bencana alam lainnya menimbulkan jumlah korban yang 
banyak karena praktik pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan potensi 
bencana.

Mengambil contoh banjir yang terjadi di Jakarta, Februari 2007, kita dapat 
memahami betapa besar dampak pembangunan kota terhadap kerusakan lingkungan dan 
bencana alam. Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya 
Air, penyebab utama banjir di Jakarta adalah pembangunan kota yang mengabaikan 
fungsi daerah resapan air dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran 
drainase (pengatusan, penyaluran air, saluran air) kota yang tidak terencana dan 
tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya, debit hujan 
yang tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakkan.

Yang perlu dikaji selanjutnya adalah prinsip Teologia Reformed dalam pengelolaan 
alam yang sejati dan implementatif. Dalam rangkaian khotbah Pdt. Dr. Stephen 
Tong tentang manusia sebagai gambar dan rupa Allah, posisi manusia 
dideskripsikan sebagai raja untuk menaklukkan dan membudidayakan alam semesta. 
Hal ini diungkapkan sesuai dengan Kejadian 1:26-31 yang berbunyi, “Berfirmanlah 
Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya 
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas 
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di 
bumi ....’” Hal ini menegaskan bahwa tujuan Allah dalam penciptaan manusia salah 
satunya adalah untuk mewakili Allah untuk menguasai bumi dan segala isinya. 
Tampaknya, konsep ini ternyata ditafsirkan oleh beberapa ahli, seperti Beissner, 
bahwa manusia berhak menghabiskan sumber daya alam untuk kehidupan dan 
kesenangan manusia karena manusia diciptakan mengatasi alam. Pernyataan ini 
kemudian mengundang kritik para ahli lingkungan, seperti Lynn White yang menuduh 
bahwa ‘Konsep Kristen’ ini telah mendasari munculnya kerusakan alam karena 
kapitalisme dan eksploitasi alam secara habis-habisan.

Apakah benar bahwa manusia berhak menghabiskan sumber daya alam dan merusaknya? 
Menelaah lebih lanjut Teologia Reformed, John Calvin (1554) telah menulis bahwa:

“Adam diciptakan pertama kali untuk memelihara Taman Eden. Adam diizinkan Allah 
untuk menikmati hasil buah jerih payahnya secara wajar. Sebaliknya, Allah juga 
menginginkan manusia untuk tidak mengabaikan tanah, tetapi mengolahnya dengan 
baik. Selanjutnya, sistem ekonomi dan kerajinan itu seharusnya dikembangkan 
karena menghormati seluruh kebaikan Allah yang kita nikmati. Dan, disimpulkan 
bahwa setiap orang seharusnya menganggap dirinya sebagai penjaga milik Allah 
(dalam seluruh kepunyaannya) sehingga ia tidak mengorupsinya atau 
menyalahgunakan karunia itu.”

Jika kita renungkan pernyataan tersebut, kita akan mengerti bahwa prinsip yang 
benar dalam pengelolaan alam ialah: “Kita dapat memanfaatkan alam untuk 
keperluan manusia, tetapi Allah juga menginginkan kita mencukupkan diri dengan 
berkat yang kita miliki serta menjaga kelestarian alam.” Tuhan Yesus mengajar 
murid-murid-Nya untuk  meminta “hari ini makanan ... yang secukupnya.” Hal ini 
menunjukkan adanya batasan Allah untuk manusia mengeksploitasi alam. Bahkan, 
firman Tuhan dalam 1 Timotius berkata, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa 
cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam 
dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan 
pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke 
dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, 
....” Batasan ini juga terlihat dalam penentuan Hari Sabat, di mana Allah 
memerintahkan manusia untuk tidak bekerja dan mengeksploitasi hamba dan hewan 
ternak. Selain itu, dalam Perjanjian Lama, setiap tahun ketujuh, Allah juga 
memerintahkan orang Israel untuk tidak menabur dan mengumpulkan hasil, yang 
bertujuan untuk memberikan tanah perhentian dan memulihkan kondisi tanah serta 
memberi makan orang miskin dan hewan-hewan hutan. Ayat-ayat tersebut secara 
tegas menjelaskan tentang keinginan Allah agar alam semesta, termasuk manusia, 
tidak dieksploitasi secara berlebihan. Sesungguhnya, masih banyak firman yang 
menyajikan bagaimana alam ikut terkena hukuman oleh karena dosa manusia seperti 
pada kisah Adam, Nuh, Lot, dan Ahab. Mungkin, kita juga harus mengintrospeksi 
diri di hadapan Tuhan apakah bencana yang melanda negeri kita disebabkan karena 
dosa bangsa kita.

Akan tetapi, sesungguhnya Allah menjanjikan Yesus Kristus akan menebus manusia 
yang percaya dari dosa. Tugas-Nya juga mencakup memulihkan hubungan antara 
Allah, manusia, dan alam melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Bahkan, dalam 
Kitab Wahyu disebutkan tentang langit dan bumi yang baru sebagai puncak dari 
karya Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Tentu saja, pengetahuan manusia akan yang baik sering kali bukan berarti 
mewujudkan praksis yang baik dari pengetahuan itu. Hal ini juga berlaku dalam 
masalah lingkungan. Banyak warga masyarakat yang mengerti bagaimana mengelola 
alam dengan baik, misalnya tidak menebang dan membakar hutan, tidak membuang 
sampah, tidak membuang limbah ke sungai, dan sebagainya. Akan tetapi, sedikit 
orang yang melakukan hal itu.

Kinilah saatnya pemuda penerus dan pewaris zaman dapat memulai tindakan nyata 
untuk peduli terhadap lingkungan, khususnya kita yang mendapat anugerah wahyu 
khusus. Kata kunci yang penting dalam usaha seperti ini ialah solusi yang 
integratif berdasarkan firman Tuhan serta kemitraan dan partisipasi semua pihak. 
Hal ini disadari karena pemuda atau gereja hanya merupakan satu bagian kecil 
dari usaha ini. Diharapkan, dengan melakukan usaha-usaha ini terjadi perubahan 
yang signifikan pada kondisi lingkungan hidup, terutama di Indonesia. Amin.

Anda juga dapat membaca artikel terkait di:

1. __________. "Etika Lingkungan Hidup dari Perspektif Teologi Kristen". Dalam: 
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/114/?kata=peduli+lingkungan

2. __________. "Pemuda Gereja Dipanggil Mewujudkan Keutuhan Ciptaan". Dalam: 
http://yanedijagau.net/index.php?

3. __________. ",10 Aksi Hijau yang Membawa Perubahan". Dalam 
http://www.hijauku.com/2012/04/14/10-aksi-hijau-yang-membawa-perubahan/

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: www.buletinpillar.org
Alamat URL: http://www.buletinpillar.org/artikel/mengapa-harus-kita-yang-menjaga-lingkungan-hidup#hal-3
Penulis: Gunawan Tanuwidjaja
Tanggal akses: 21 Mei 2013


RENUNGAN: BANG SALIM
Bacaan: Kejadian 1:26-31

Nats: ... supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di 
udara ... dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi (Kejadian 1:26)

Pertemuan dengan Bang Salim di penangkaran penyu sisik di Pulau Pramuka, 
Kepulauan Seribu, membuat saya termenung. Sosoknya sederhana dan jauh dari 
gelegar retorika. Ia menceritakan bagaimana telur penyu sisik diambil dari Pulau 
Peteloran, dilindungi dari hama, ditunggu sampai menetas semi alamiah, 
dihindarkan dari predator, sampai akhirnya tukik (bayi penyu sisik) dilepaskan 
ke laut bebas.

Namun, sorot mata yang tajam tak dapat menyembunyikan komitmennya yang teguh. 
Selama lebih dari 19 tahun, ia berhasil melepas 6.000 tukik per tahun. Tak hanya 
itu, ia juga melestarikan hutan bakau (mangrove) seluas 39,5 ha di Kepulauan 
Seribu. Bertahun-tahun, seorang diri dan dengan biaya sendiri, ia melakukan 
penjagaan pulau konservasi dan taman laut seluas 2.475 ha dengan perahu 
sederhananya. Tak salah jika akhirnya pemerintah menganugerahkan penghargaan 
Kalpataru 2006 kepadanya.

Manusia diciptakan dengan keistimewaan: serupa dan segambar dengan Sang Pencipta 
(ayat 26). Keistimewaan ini diikuti oleh tanggung jawab yang sangat besar dan 
mulia, yaitu menjaga dan memelihara alam ciptaan-Nya (ayat 26-28). Tanpa banyak 
bekal teori, Bang Salim telah mewujudkan ketaatan yang konkret atas ayat ini.

Selain bersyukur akan kekayaan tanah air, kita juga perlu menyadari tanggung 
jawab kita. Mari kita cintai negeri ini dengan memelihara dan menjaga 
kelestarian alam sekitar kita, sejauh yang kita mampu. Tuhan sudah memberi kita 
sangat banyak. Mari kita rawat dan jaga semuanya sebagai wujud ketaatan kita 
kepada-Nya --WP

SANG PENCIPTA TELAH MENGANUGERAHKAN ALAM INDAH PERMAI
DENGAN PENUH BAKTI, MARI PELIHARA BUMI KITA INI!

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: www.sabda.org
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2008/02/22
Penulis: WP
Tanggal akses: 21 Mei 2013


STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA: "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum 
mengenal Kristus? Kami mengajak Anda bersatu hati untuk berdoa bagi saudara-
saudara kita, khususnya bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa.

Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan 
mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita 
bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke: ==> 
< subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai 
bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: 
< doa(at)sabda.org >

Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang 
penuh kuasa memulihkan bangsa kita untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya. 
Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan 
terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa.


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Doni K. dan Yusak
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org