Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/708

e-BinaAnak edisi 708 (9-7-2015)

Hari Anak Nasional 2015: Anak Indonesia yang Berhasil (I)


e-BinaAnak -- Hari Anak Nasional 2015: Anak yang Berhasil (I)
Edisi 708/Juli/I/2015

Salam sukacita,

Bulan Juli merupakan bulan yang istimewa bagi anak-anak karena secara 
khusus, pemerintah RI menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak 
Nasional. Setiap tahun, e-BinaAnak juga merayakannya dengan menyajikan 
topik-topik khusus seputar anak. Pada tahun ini, redaksi memilih tema 
Anak Indonesia yang Berhasil untuk mempertajam lagi definisi tentang 
keberhasilan yang perlu ditanamkan ke dalam diri anak-anak Indonesia, 
secara khusus anak-anak yang kita layani di gereja.

Banyak orang tua memberikan ukuran keberhasilan anak dengan prestasi 
dalam berbagai bidang kehidupan. Hal-hal yang dianggap sukses menurut 
dunia ditanamkan dengan kuat dalam diri anak-anak mereka. Apakah orang 
tua Kristen juga melakukan hal tersebut? Apakah tidak boleh menanamkan 
sikap yang kompetitif untuk berhasil dalam diri anak-anak? Mari kita 
lihat bersama, bagaimana seharusnya kita mendorong anak-anak untuk 
memiliki keberhasilan sejati dalam hidup mereka. Keberhasilan yang 
akan menolong mereka mengejar keberhasilan-keberhasilan lain dalam 
dunia dengan cara benar dalam terang ilahi. Kiranya sajian kami minggu 
ini menolong kita untuk menyambut Hari Anak Nasional tahun ini dengan 
lebih bermakna.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>

"Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa 
anak-anakku hidup dalam kebenaran." (3 Yohanes 1:4)


          ARTIKEL: MENOLONG ANAK MENJADI ANAK YANG BERHASIL

Tiba lagi waktu yang sama dalam setahun saat saya menghitung berapa 
banyak kursus piano yang telah saya ajarkan sepanjang tahun. Sembari 
saya menjumlah total kursus dari tiap murid, tidak mengejutkan bahwa 
mereka yang terbanyak mendapatkan kursus adalah murid-murid yang 
terbaik. Sebagai seorang guru, kapan pun, saya akan lebih menghargai 
ketekunan daripada bakat! Betapa sedihnya ketika saya memiliki seorang 
murid yang berbakat, tetapi tidak tekun. Bakatnya menjadi sia-sia. 
Sebagai seorang guru, saya sangat frustrasi akan hal tersebut dan 
murid tersebut tidak akan pernah mengetahui sukacita keberhasilan.

Sebagai orang tua, adakah pedoman-pedoman yang akan meningkatkan 
kesempatan anak-anak kita untuk berhasil?

Tentu saja! Akan tetapi, ketika kita melihat kelemahan kita sendiri 
yang "diperbesar" di dalam diri anak-anak kita, keputusasaan bisa 
menjadi berlebihan. Bagaimana kita mematahkan rantai sifat-sifat dalam 
diri kita, yang kita tidak ingin menurunkannya kepada anak-anak? Kita 
barangkali tidak ingin mendengar hal ini, tetapi perubahan terlebih 
dahulu harus dibuat di dalam hidup kita, sebelum ada harapan untuk 
perubahan terjadi di dalam hidup anak kita. Saya diminta untuk 
membahas masalah ini untuk sejumlah alasan.

Yang pertama, tidak ada seorang pun yang senang melihat kegagalan. Ya, 
kita semua gagal pada waktu-waktu tertentu. Namun, bukan itu yang 
sedang saya bicarakan. Saya prihatin dengan orang-orang percaya yang 
gagal dalam hidup karena ketidakmauan untuk berubah! Kebiasaan yang 
buruk dapat membunuh pernikahan dan menghancurkan anak-anak, dan jika 
pola pilihan yang buruk tidak dipatahkan, kehidupan akan menanggung 
konsekuensinya.

Yang kedua, saya baru saja membaca sebuah jurnal yang disimpan oleh 
seorang wanita muda ketika membimbing putri saya dalam tahun-tahun 
remajanya. Ketika saya membaca permohonan-permohonan doa, renungan-
renungan yang dibagikan, dan pencobaan-pencobaan yang memenuhi 
kehidupan putri saya, 14 tahun yang lalu, dan saya melihat tekadnya 
untuk mengambil pilihan-pilihan yang benar, saya memuji Tuhan atas apa 
yang telah Dia lakukan di dalam hidupnya. Dia tidak pernah menjadi 
anak yang memberontak (meskipun dengan mendengarkannya berbicara, Anda 
akan berpikir demikian!). Dia memiliki pergumulan yang sama dengan 
yang dihadapi oleh gadis-gadis remaja yang lainnya, tetapi dia 
memiliki senjata pamungkas di dalam persenjataannya melawan Iblis, 
yang saya yakin layak untuk disebutkan, dengan harapan bahwa hal itu 
akan dapat membantu Anda.

1. Orang tua yang saleh.

Kedengarannya, hal ini seperti memuji diri sendiri. Izinkan saya untuk 
menjelaskannya. Pada musim panas ini, yang bungsu dari anak-anak ayam 
kecil kami akan meninggalkan kandangnya. Anak kami yang tertua akan 
berusia 30 pada tahun ini. Ketika saya menanyakan mereka mengapa 
mereka bisa lurus (berjalan bersama Tuhan, mengasihi-Nya, dan taat 
kepada-Nya dan gereja-Nya) -- sebuah pencapaian yang sering kali gagal 
dicapai di dalam keluarga-keluarga pendeta -- mereka akan menjawab 
dengan kalimat seperti: "Kami telah melihat bahwa imanmu murni. Ibu 
menerapkan apa yang telah ibu khotbahkan." Hal itu adalah hal yang 
SANGAT BESAR di dalam mengasuh anak. Apa yang harus Anda ubah untuk 
membuatnya menjadi kenyataan di dalam keluarga Anda?

2. Teman-teman dan pembimbing yang saleh.

Saya memuji Allah atas seorang misionaris wanita muda lajang yang 
menyempatkan waktunya saat sedang cuti untuk membantu putri kami 
bertumbuh dalam perjalanannya bersama Tuhan. Bahkan, ketika kita masih 
lajang, kita memiliki kesempatan luar biasa untuk mencurahkan diri 
kita sendiri kepada orang lain yang belum tentu Anda miliki ketika 
Anda telah menikah. Sebagai orang tua yang anak-anaknya telah dewasa 
dan telah meninggalkan rumah, kami juga mendapatkan kesempatan untuk 
menjadi pengaruh yang saleh bagi kehidupan orang-orang lain yang 
sebelumnya mungkin kami tidak memiliki waktu untuk mereka ketika kami 
sedang membesarkan anak-anak kami sendiri. Mengundang anak-anak lain 
ke dalam rumah kita juga dapat menjadi kesempatan untuk membimbing 
tanpa menambahkan perpanjangan waktu ke dalam jadwal kita yang telah 
penuh sesak.

3. Renungan setiap hari.

Ketika saya membaca catatan harian putri kami, hal itu mengingatkan 
saya sekali lagi bahwa jika anak-anak kami tidak membaca Alkitab 
mereka dan berusaha untuk mendengar dari Allah, bagaimana mereka dapat 
bertumbuh secara rohani? Dia mengatributkan kebiasaan membaca 
Alkitabnya dengan sekolah minggu dan klub anak-anak hari Rabu malam 
kami yang menekankan renungan. Setelah 25 tahun mengajar anak-anak, 
saya hampir dapat memberi tahu anak-anak mana yang akan berhasil dalam 
perjalanan hidup Kristen mereka dan mana yang tidak, hanya dari 
kebiasaan yang dibangun selama masa kanak-kanak mereka! Dan, jika kita 
tidak membaca Alkitab kita dan berusaha untuk mendengarkan Allah, 
bagaimana mungkin KITA bertumbuh secara rohani?

Ada begitu banyak hal lain yang memengaruhi anak-anak kita, tetapi 
jika kita membuang semuanya itu dan berpegang pada hal-hal yang 
mendasar, Allah akan bekerja di dalam hidup Anda dan dalam hidup anak-
anak Anda. Sembari melihat anak-anak kami sekarang membesarkan anak-
anak mereka sendiri, saya tidak dapat cukup mengucap syukur kepada 
Tuhan karena semua janji-janji-Nya benar-benar menjadi nyata!

Dia akan ditemukan ketika kita mencari-Nya dengan segenap hati kita 
(Yeremia 29:13). Dia akan mendekat kepada kita ketika kita mendekat 
kepada-Nya (Yakobus 4:8). Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia 
yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13). Iblis akan lari ketika 
kita melawan (Yakobus 4:7), dan dia tidak dapat mencobai kita untuk 
melakukan apa pun tanpa Allah menyediakan jalan ke luar (1 Korintus 
10:13)!

Akan tetapi, yang terbaik dari semuanya itu adalah 3 Yohanes 1:4, 
"Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa 
anak-anakku hidup dalam kebenaran." Ayat itu adalah janji yang 
mendorong saya berlutut di dalam doa, melembutkan hati saya untuk 
berserah kepada Tuhan, dan memberikan saya keberanian untuk berubah 
dan menjadi teladan yang masih perlu dilihat oleh anak-anak saya. 
Kiranya hal itu juga melakukan hal yang sama kepada Anda, karena 
sungguh, tidak ada sukacita yang lebih besar! (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Faith Life Women
Alamat URL: http://faithlifewomen.com/2015/01/3-not-so-simple-steps-to-help-your-children-succeed/
Judul asli artikel: 3 Not-So-Simple Steps to Help Your Children Succeed
Penulis artikel: Wanda MacAvoy
Tanggal akses: 6 Juli 2015


            BAHAN MENGAJAR: BERHASIL KARENA MENCARI ALLAH

Ayat Alkitab: 2 Tawarikh 26

Tujuan: Anak-anak akan belajar bahwa keberhasilan sejati akan mereka 
dapatkan ketika segala sesuatu difokuskan kepada Tuhan, bukan kepada 
diri sendiri.

Ayat hafalan: Amsal 16:3

Pelajaran Alkitab: Minta seorang anak membaca dari Yohanes 3:30.

Allah memanggil Yohanes untuk mempersiapkan jalan bagi Juru Selamat 
yang dijanjikan. Yohanes tahu bahwa tujuannya adalah bukan supaya 
orang-orang memusatkan perhatian mereka kepada dirinya, melainkan agar 
mereka berfokus sepenuhnya kepada Yesus, Juru Selamat dunia.

Dapatkah kamu memikirkan orang terkenal yang bisa menjadi tokoh 
pahlawan dalam hidupmu? (Biarkan anak-anak menanggapi). Mungkin 
idolamu itu adalah seorang tokoh olahragawan, musisi, aktor, pemimpin 
gereja, atau orang tuamu sendiri. Apakah orang-orang yang kamu 
sebutkan itu memiliki kehidupan yang saleh? Jika dilihat dari sudut 
pandang kita mungkin terbatas karena mereka tampaknya selalu melakukan 
hal yang benar. Sayangnya, manusia memiliki sifat berdosa dan tidak 
akan selalu melakukan hal yang benar. Bahkan, jika mereka melakukan 
hal benar (yang mereka pasti tidak bisa), fokusnya harus benar-benar 
kepada Yesus. Ketika kita mengalihkan perhatian kepada Yesus, kita 
tidak akan pernah menemukan dosa. Dia selalu melakukan hal yang benar 
dan bertindak dengan cara yang menyenangkan Bapa surgawi-Nya. Yohanes 
Pembaptis tahu bahwa sorotan kasih sayang manusia perlu langsung 
kepada Tuhan Yesus. Jika kamu percaya, semua yang kamu lakukan harus 
menyebabkan orang lain melihat Yesus. Sorotan utama bukanlah kepada 
dirimu karena kamu kamu tidak mampu berdiri di bawah panas sorotan 
itu. Setiap keberhasilan dalam dirimu diizinkan oleh Allah untuk 
tujuan agar yang lain melihat kebesaran-Nya. Hanya Tuhan yang dapat 
menerima ketenaran karena Dia sendirilah yang layak atas setiap pujian 
yang muncul dari bibir semua orang.

Mari kita melihat 2 Tawarikh 26. Hari ini, kita akan memeriksa 
kehidupan Raja Uzia dan belajar dari kisah ini.

2 Tawarikh 26:1-15

- Uzia disebut juga Azarya dan menjadi raja pada usia 16 tahun.

- Uzia menjadi raja selama 52 tahun.

- Uzia selalu mencari Allah selama Zakharia menjadi nabi karena 
  Zakaria yang memerintahkan agar Uzia takut akan Tuhan. Selama Uzia 
  mencari Tuhan, Allah memberinya keberhasilan.

- Uzia menang dalam pertempuran melawan orang Filistin. Allah yang 
  membantunya untuk menang dan sejak saat itu, Uzia menjadi terkenal.

- Uzia mendirikan menara di Yerusalem dan memperkuat dinding yang 
  telah rusak dalam pertempuran sebelumnya (2 Tawarikh 25:23). Ia 
  menggali banyak sumur karena ia memiliki banyak hewan ternak.

- Hobi Uzia adalah bekerja di kebun dari waktu ke waktu dengan cara 
  yang santai untuk bersantai dari stres menjadi raja. Hobi dapat 
  menjadi berkat dalam hidup kita selama kita tidak membuat mereka 
  lebih penting daripada hubungan kita dengan Yesus.

- Uzia menciptakan tentara yang kuat dan besar. Dia menyediakan 
  senjata dan baju besi untuk seluruh pasukannya. Allah membantu Uzia. 
  Allah telah memberi setiap orang percaya semua baju besi yang mereka 
  butuhkan untuk melawan dalam pertempuran hidup ini (Efesus 6:10-18).

- Pertanyaan:

a. Siapa yang menjadi pengaruh dalam hidupmu? Apakah mereka 
   memengaruhimu untuk menjadi lebih seperti Yesus? (Orang-orang yang 
   memengaruhimu untuk menjadi lebih seperti Yesus akan mengajarkanmu 
   mempelajari firman-Nya dan akan mencoba untuk memberikan contoh 
   yang saleh bagimu.)

b. Mengapa Tuhan mengizinkan Uzia menjadi terkenal? Uzia adalah orang 
   Israel (umat pilihan Allah). Semua yang Tuhan lakukan melalui umat-
   Nya (Israel, Yahudi) adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa 
   Dia adalah Tuhan Yang Sejati. Dari orang-orang Yahudi, Allah akan 
   mengirim Juru Selamat dunia.

c. Tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia 
   selamanya. Bagaimana kamu menjalani hidupmu untuk membuat Allah 
   terkenal?

2 Tawarikh 26:16-20

- Uzia lupa kepada Allah yang memberikannya kekuasaan sehingga menjadi 
  sombong dan bangga atas dirinya sendiri. Kesombongan adalah dosa 
  karena membuat kita bangkit dan mengambil sorotan dari Allah (Yesaya 
  14 12-15).

- Kebanggaan Uzia membuatnya percaya bisa melakukan apa-apa karena ia 
  memiliki begitu banyak kekuasaan. Dia memutuskan untuk membakar 
  korban di rumah TUHAN. Hukum Allah hanya mengizinkan para imam yang 
  telah dipanggil dan ditahbiskan oleh Allah untuk pekerjaan kudus ini 
  (Keluaran 30:30, 40:15, Imamat 22:9, Bilangan 3:10, Bilangan 18:7).

- Azarya dan 80 iman lainnya mendesak Uzia untuk tidak berbuat dosa 
  dengan pergi ke Bait Allah.

- Uzia jelas mendengar kebenaran dari firman Tuhan apa yang harus ia 
  lakukan. Dia memiliki kesempatan untuk menanggapi dengan bertobat 
  dari kejahatannya atau melanjutkan pemberontakannya.

- Sayangnya, Uzia begitu yakin dengan dirinya sendiri dan keyakinan 
  palsu bahwa ia memiliki kekuatan untuk melakukan apa pun yang ia 
  inginkan. Dosa kebanggaan Uzia membuatnya berpikir bahwa dia tahu 
  lebih baik daripada yang Tuhan lakukan. - Tuhan menghukum 
  pemberontakan Uzia dengan memberikannya kusta (penyakit kulit) di 
  dahinya. Dalam PL, penyakit kusta adalah simbol dari dosa. Penderita 
  kusta dianggap najis dan tidak bisa hidup di antara orang-orang yang 
  tidak memiliki kusta.

- Ketika Azarya dan imam lain melihat kusta pada dahi Uzia, mereka 
  tahu bahwa Uzia sedang dihukum oleh Allah dan bergegas meraih Uzia 
  untuk keluar dari Bait Allah. (Tuhan menunjukkan belas kasihan 
  dengan tidak membiarkan Uzia mati). - Uzia buru-buru pergi dengan 
  para imam itu karena ia tahu bahwa Allah telah menghukumnya atas 
  tindakannya itu.

- Untuk menghindari supaya kita tidak mengabaikan cara Allah menjaga 
  hati kita, kita harus terus belajar firman Tuhan (Mazmur 119:11). 
  Dengan itu, kita akrab dengan apa yang Dia katakan dan kita dapat 
  menjalaninya dengan sukacita. Jika kamu percaya, Roh Kudus akan 
  menginsafkanmu ketika kamu sedang menuju ke arah yang tidak Tuhan 
  izinkan. Dia (Roh Kudus), seperti para imam dalam kehidupan Uzia, 
  akan memperingatkanmu untuk tidak pergi ke jalan dosa.

Penutup: Cerita Uzia dimulai dengan ketenaran dan kekuasaan, tetapi 
berakhir dengan rasa malu. Karena dia memiliki penyakit kusta, ia 
harus hidup terpisah dari kehidupan orang-orang Yehuda. Cerita Uzia 
akan berakhir berbeda jika ia terus berfokus kepada Tuhan daripada 
berpikir mengenai dirinya sendiri. Kamu memiliki pilihan bagaimana 
kisah hidupmu akan ditulis. Kamu bisa berjalan setiap hari dengan 
Tuhan dalam ketaatan kepada-Nya sehingga pada akhir hidup hidupmu, 
semua yang telah kamu lakukan dalam hidup ini telah membawa orang lain 
kepada Yesus. Itulah akhir terbaik untuk setiap orang yang percaya 
kepada Yesus.

Jika kamu tidak percaya, hari ini adalah hari keselamatan. Yesus mati 
di kayu salib untuk dosa-dosamu. Ia dikuburkan dan bangkit kembali. 
Dengan percaya bahwa Yesus membayar dosa-dosamu ketika Dia mati di 
kayu salib, Tuhan akan membersihkanmu dan memberimu hidup kekal. Saat 
kamu percaya bahwa Yesus menyelamatkanmu dari dosa-dosa, Roh Kudus 
datang ke dalam hidupmu dan memungkinkanmu menjalani kehidupan yang 
menyenangkan Tuhan. (t/Davida)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs: Ministry To Children
Alamat URL: http://ministry-to-children.com/uzziah-seeking-god/
Judul asli artikel: Lesson: Uzziah finds success by seeking God
Penulis artikel: Kelly Henderson
Tanggal akses: 7 Juli 2015


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org