Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/251

e-BinaAnak edisi 251 (20-10-2005)

Pendidikan Kristen dalam Gereja

   ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><
        ==================================================

Daftar Isi:                                     Edisi 251/Oktober/2005
----------
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL (1)          : Pendidikan Kristen dalam Gereja
    o/ ARTIKEL (2)          : Masalah Pendidikan Kristen dalam
                               Gereja Kecil
    o/ ARTIKEL (3)          : Program Pendidikan Kristen dalam Gereja
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Keanggotaan di e-BinaAnak
    o/ MUTIARA GURU

o/----------------------------------------------------------------o/
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/

  Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus,

  Sudah menjadi tanggung jawab gereja untuk memberikan pendidikan
  Kristen kepada jemaatnya. Tetapi pendidikan Kristen tidak berhenti
  pada anak-anak saja, karena kebutuhan untuk mempelajari iman Kristen
  dan Alkitab serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
  memerlukan waktu dan proses yang panjang, bahkan seumur hidup. Oleh
  karena itu visi dan komitmen pendidikan Kristen dalam gereja
  seharusnya ditujukan bagi seluruh anggota jemaat gereja -- mulai
  dari anak-anak sampai jemaat dewasa.

  Nah, untuk topik minggu ini, kami sajikan artikel-artikel seputar
  pendidikan Kristen dalam gereja, kiranya sajian tersebut dapat
  menolong kemajuan pelayanan pendidikan Kristen di gereja Saudara.

  Selamat menyimak, Tuhan memberkati! (Puj)

  Tim Redaksi

            "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,
           tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan."
                              (Amsal 1:7)
            < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+1:7 >

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL (1) ---------------------------------------------------o/

                -o- PENDIDIKAN KRISTEN DALAM GEREJA -o-
                    ===============================

  Seorang tamu di gereja pernah bertanya, "Ceritakan tentang program
  pendidikan Kristen di gereja Anda." Kapan dan bagaimanakah Anda bisa
  menjelaskan program pendidikan Kristen di gereja di mana Anda
  menjadi pelayan sekaligus anggotanya? Selama kami berkeliling dan
  mengunjungi banyak gembala dan pemimpin gereja, kami telah bertanya
  kepada banyak orang tentang pendidikan Kristen di gereja mereka.
  Tanggapan mereka kebanyakkan dapat ditebak. Hal pertama yang mereka
  ungkapkan biasanya berkaitan dengan pendidikan yang diberikan di
  Sekolah Minggu. Fokus dari Sekolah Minggu sendiri biasanya berkisar
  pada hal-hal yang terjadi dengan anak-anak. Sering pula gembala-
  gembala tersebut akan menganjurkan kami untuk berbicara dengan orang
  lain yang memiliki pengetahuan tentang pendidikan Kristen lebih
  daripada mereka. Pada banyak kesempatan lain, orang-orang akan
  menjelaskan acara-acara seperti sekolah liburan gereja, camping,
  festival Advent atau beberapa program istimewa lain. Walau semua
  tanggapan itu telah memberikan sedikit informasi, mereka hanya
  menunjukkan pandangan yang sangat terbatas tentang pendidikan
  Kristen.

  Jika pendidikan Kristen hanya dilihat sebatas kegiatan Sekolah
  Minggu dan beberapa acara-acara istimewa lain, yang sepanjang tahun
  direncanakan dan dipimpin oleh anggota gereja tanpa keterlibatan
  lebih dari sang gembala, maka pendidikan Kristen tidak akan pernah
  dapat memaksimalkan potensinya sebagai bidang pelayanan yang mampu
  mempersiapkan, merawat, dan membesarkan semua pelayanan gereja di
  masa depan. Pendidikan Kristen sendiri penting untuk dapat dipahami
  melalui pandangan yang lebih luas dan menyeluruh, terutama di gereja
  yang lebih kecil, dimana anggota dan gembalanya harus menjalankan
  banyak peran sebagai tanggung jawab mereka terhadap pelayanan
  gereja. Dalam hal ini, gereja kecil malah lebih diuntungkan daripada
  gereja yang lebih besar, karena hal itu akan mempermudah mereka
  mendapatkan pandangan yang menyeluruh. Namun, banyak gereja kecil
  yang terjebak pada kesalahan sama yang dialami gereja besar yaitu
  membatasi pengertian pendidikan Kristen dalam lingkup yang terlalu
  sempit dalam kehidupan gereja. Untuk menjalankan pelayanan gereja
  secara total dan efektif, adalah penting bagi kita untuk terlebih
  dulu memperbaharui beberapa cara pikir dalam memandang dan
  mempraktekkan pendidikan Kristen.

  Sangat penting untuk melihat bahwa pendidikan Kristen lebih dari
  sekedar program untuk anak-anak. Memang alami untuk memfokuskannya
  pada anak-anak. Sebagai orangtua dan orang dewasa, kita ingin anak-
  anak kita mempelajari dasar-dasar iman mereka sehingga mereka akan
  tumbuh sebagai orang Kristen yang memiliki iman kuat. Sebagai
  orangtua yang bertanggung jawab, kita juga mengadakan pelajaran
  musik, kegiatan rekreasi, dan kegiatan-kegiatan istimewa lainnya
  untuk menunjukkan kasih sayang dan pengasuhan kepada anak-anak kita.
  Kita juga merencanakan program lain berkaitan dengan pendidikan
  mereka dengan menyelenggarakan Sekolah Minggu dan aktivitas lainnya
  yang memberikan sumbangan bagi pemeliharaan kekristenan mereka.

  Menitikberatkan pada anak-anak sama sekali tidak salah. Malah pada
  dasarnya, adalah tidak bertanggung jawab jika kita tidak
  melakukannya. Namun, adalah kurang tepat jika kita membatasi visi
  dan komitmen tentang pendidikan Kristen hanya dengan memperhatikan
  apa yang dibutuhkan anak-anak dan apa yang bisa kita lakukan bagi
  mereka. Sekolah Minggu pun akhirnya akan selalu identik dengan
  program untuk anak-anak. Secara alami, perkembangan remaja sangat
  dipengaruhi kompleksitas pertumbuhan dari masa kanak-kanak sampai
  masa dewasa mereka sehingga ketika mereka mulai memasuki bangku
  SLTP, banyak dari mereka yang merasa kehilangan Sekolah Minggu
  mereka. Jika Sekolah Minggu hanya untuk anak-anak, maka satu cara
  untuk menunjukkan bahwa mereka kini sudah besar adalah dengan
  berhenti ber-Sekolah Minggu. Mereka punya berbagai alasan untuk
  berhenti. Dan akan sangat sulit bagi orangtua untuk membujuk anak
  remaja mereka pergi Sekolah Minggu karena para orangtua sendiri
  tidak melihat kegiatan tersebut sebagai salah satu aspek penting
  dalam perkembangan Kristen anak mereka.

  Sebagai hal yang sama pentingnya dengan pendidikan Kristen untuk
  anak-anak dan pemuda, saya percaya bahwa ukuran pelayanan pendidikan
  yang efektif dan bertanggung jawab terletak pada apa yang terjadi
  pada dan di antara orang dewasa. Tanpa melihat jumlah jemaat,
  biasanya orang dewasalah yang lebih sering diasosiasikan dengan
  gereja ketimbang anak-anak dan pemuda. Hal tersebut mengisyaratkan
  akan perlunya lebih banyak program-program bagi orang dewasa
  daripada anak-anak dan pemuda. Meski begitu, hambatan justru datang
  dari fakta bahwa lebih banyak kelas, program, pengajar, dana dan
  komitmen akan pendidikan Kristen yang berfokus pada anak-anak dan
  pemuda daripada orang dewasa. Hal ini sekali lagi memperkuat
  pernyataan semula bahwa pendidikan Kristen seringkali diartikan
  sebagai program untuk anak-anak.

  Mempelajari apa artinya menjadi Kristen, mempelajari Alkitab dan
  penerapannya dalam iman dan kehidupan kita sehari-hari, mempelajari
  kebutuhan orang-orang dan bagaimana meresponi kebutuhan itu, serta
  mempelajari kasih pada Tuhan, sesama, dan diri kita sendiri adalah
  sebuah proses yang sangat panjang. Untuk ini dan banyak alasan
  lainnya, orang dewasa membutuhkan adanya pendidikan yang berkualitas
  sebagaimana anak-anak dan pemuda membutuhkannya. (t/Ary)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku        : Christian Education in the Small Church
  Judul Artikel Asli: Christian Education is More Than
                      Sunday Church School
  Penulis           : Donald L. Griggs dan Judy McKay Walther
  Penerbit          : Judson Press, Valley Forge - USA, 1988
  Halaman           : 15 - 17

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL (2) ---------------------------------------------------o/

         -o- MASALAH PENDIDIKAN KRISTEN DALAM GEREJA KECIL -o-
             =============================================

  Pelayanan pendidikan di gereja kecil menghadapi dua masalah utama:
  anak-anak yang terlalu sedikit dan ruangan yang terlalu sempit.
  Karena rata-rata jemaatnya berjumlah kurang dari seratus orang, maka
  dapat diasumsikan bahwa kebanyakan gereja kecil menghadapi dua
  masalah ini.

  ANAK-ANAK YANG TERLALU SEDIKIT

  Pertumbuhan dalam hal jumlah tidak akan bisa disamakan dengan
  pertumbuhan rohani. Meskipun demikian, pertumbuhan yang seperti ini
  merupakan suatu tujuan yang pantas dicapai. Dalam pelayanan anak di
  sebuah gereja kecil, satu kelas mungkin berisi anak-anak usia pra
  sekolah sampai sekolah lanjutan pertama. Selisih usia ini tampaknya
  diabaikan oleh orang dewasa, namun ini dapat menciptakan sebuah
  perbedaan besar dalam proses belajar anak. Jumlah anak- anak yang
  sangat banyak akan memberi para guru kesempatan untuk membagi kelas
  dan menyesuaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan ciri-ciri
  setiap kelompok usia.

  Dengan jumlah murid yang sedikit, pengaturan yang terbaik bagi
  sebuah SM adalah dengan membagi pengelompokkannya sedekat mungkin.
  Pada anak usia pra sekolah, misalnya, guru dapat memisahkan anak-
  anak balita yang aktif dari bayi yang masih mudah menangis. Murid-
  murid usia sekolah yang mampu membaca dan menulis harus dipisahkan
  dari anak-anak yang lebih muda sehingga mereka dapat menggunakan
  kemampuan mereka dalam kegiatan mempelajari Alkitab. Pembagian kelas
  bagi murid yang lebih besar dapat ditentukan berdasar perbedaan
  tingkat kedewasaan atau jenis kelamin.

  Gereja kecil seringkali dirintis oleh keluarga-keluarga muda, dan
  kebanyakan anak-anak di gereja itu dapat dengan mudah menjadi akrab
  dengan anak sebayanya. Dalam kasus seperti ini, anak-anak harus
  dipisahkan berdasarkan kapasitas kelas dan rasio jumlah guru-murid.

  Jika jumlah pekerja mencukupi, satu guru dapat menangani satu murid
  dari usia tertentu yang jarak usianya dengan anak lain terlalu jauh
  untuk digabungkan dalam satu kelas. Namun kelemahan dari sistem ini
  adalah kurangnya persekutuan bagi murid-murid. Mereka kehilangan
  kontak penting dengan teman sebayanya dan kesempatan untuk belajar
  kebenaran Alkitab dalam sebuah konteks hubungan sosial.

  Dengan jumlah anak yang sedikit dengan selisih usia rata-rata sama,
  program gereja untuk anak bisa disampaikan dalam satu ruangan guna
  mengatasi masalah penghematan waktu pengajaran SM. Jika semakin
  banyak anak yang datang, para pekerja biasanya akan mengarahkan
  mereka pada kebaktian di gereja. Anak-anak yang menghadiri kebaktian
  dewasa hanya memahami sedikit dari ibadah yang diikutinya; akan
  lebih baik jika mereka menyembah Allah sesuai dengan tingkat
  pemahaman mereka lewat program gereja anak. Namun, koordinator
  haruslah bijaksana untuk membatasi gereja anak sesuai dengan
  kelompok usia tertentu dan jumlah anak yang dapat ditangani oleh
  pekerja. Ketika pelayanan ke luar menghasilkan lebih banyak anak dan
  perekrut menyediakan lebih banyak pekerja, maka program ini dapat
  diperluas dengan menambah kelompok-kelompok usia.

  RUANGAN YANG TERLALU SEMPIT

  Jemaat yang sedikit mungkin memiliki sebuah gedung yang besar namun
  dalam kebanyakan kasus, gereja-gereja kecil bertemu di gedung yang
  termasuk di dalamnya tempat ibadah, kantor pendeta, beberapa ruangan
  kecil, sebuah ruangan untuk makan malam di gereja, dan sebuah dapur
  kecil. Di beberapa gereja kecil, semua area ini dimanfaatkan sebagai
  ruang kelas SM.

  Jika tidak tersedia ruangan yang cukup, jemaat harus memanfaatkan
  ruangan yang ada. Dalam membuat perubahan, gereja-gereja harus dapat
  menawarkan pilihan, yaitu dengan tidak mengikutsertakan ruangan
  untuk menyesuaikan diri demi tujuan ke depannya. Peningkatan dapat
  berarti menghilangkan tembok yang ada dan bukannya membangun tembok
  tambahan lagi. Perkirakan ruangan mana yang dapat dipakai untuk
  barang-barang yang tidak digunakan seperti meja-meja guru, lemari
  penyimpanan, dan piano. Jika ada satu area yang hanya berfungsi
  sebagai tempat pertemuan pembukaan untuk anak untuk kemudian tidak
  dipakai lagi, hentikan program pertemuan tersebut dan gunakan
  ruangan itu sebagai kegiatan belajar Alkitab selama jam SM. Beberapa
  kegiatan anak-anak SM tidak membutuhkan meja. Jika hal ini menjadi
  masalah, cobalah ganti ruangan berkarpet itu dengan kursi.
  Pertimbangkanlah tempat tidur susun untuk anak-anak usia pra
  sekolah.

  Karena anak-anak kecil membutuhkan ruangan yang lebih luas untuk
  bertumbuh dan belajar daripada anak-anak remaja dan dewasa,
  kebutuhan mereka harus menjadi prioritas. Jika ruangan bagi orang
  dewasa ternyata lebih luas dan menarik, mereka harus rela pindah ke
  belakang gereja dan memberikan ruangan mereka untuk anak-anak balita
  yang berjejal-jejal di ruangan yang sempit. Meskipun bergabung
  menjadi satu dalam suatu gereja adalah yang terbaik, kelas bagi
  orang dewasa mungkin perlu diadakan di rumah terdekat, kantor atau
  restoran.

  RENCANA YANG TERLALU SEDIKIT

  Beberapa gereja kecil akan tetap selalu kecil. Batasan-batasan dan
  pengaruh-pengaruh mungkin meliputi masalah demografi setempat,
  lokasi yang tidak jelas, fasilitas yang terlalu banyak, atau suatu
  pelayanan yang tidak memenuhi kebutuhan komunitasnya. Beberapa dari
  batasan dan pengaruh ini berada dibawah kendali gereja, sedangkan
  yang lainnya tidak. Seringkali, kemampuan gereja untuk melampaui
  segala keterbatasannya terletak pada doa dan perencanaan.

  Untuk merencanakan pertumbuhan dalam pelayanan anak, para guru harus
  menyimpan baik-baik daftar kehadiran siswa. Dengan daftar yang
  akurat tersebut, perencana dapat memperkirakan pertumbuhan di tahun-
  tahun yang akan datang. Misalnya, sebelum ruangan penuh terisi maka
  ruangan ekstra harus disediakan dan kelas-kelas harus dibagi.
  Ruangan yang terlalu ramai membuat guru frustasi dan memecah
  perhatian orangtua serta menyebabkan anak berperilaku nakal. Sebelum
  kebutuhan muncul, sebuah gereja harus merekrut dan melatih pekerja
  yang telah siap ketika anak-anak datang.

  Beberapa denominasi dapat memberikan sumber-sumber tenaga kerja
  untuk membantu gereja dalam proses perluasan dan pertumbuhannya.
  Jemaat lainnya mungkin membutuhkan suatu komite untuk mencari ahli-
  ahli yang dapat membantu membuat perencanaan jangka panjang. Banyak
  penerbit kurikulum menyediakan konsultan-konsultan yang dapat
  memberikan nasihat, sedangkan sebuah sekolah Alkitab lokal atau
  seminari mungkin memiliki seorang staf pengajar yang dapat memberi
  evaluasi program di suatu gereja kecil.

  Ketika jemaat gereja kecil telah memahami perlunya pelayanan anak,
  maka mereka akan mencurahkan waktu, usaha, dan dana untuk
  mengembangkannya. Dengan komitmen seperti itu, gereja tersebut akan
  tumbuh baik dalam jumlah maupun dalam pelayanan. (t/Rat)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku         : The Complete Handbook for Children Ministry
  Judul Artikel Asli : Small-Church Education Programs:
                       Is the Small Church a Big Problem?
  Penulis            : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson
  Penerbit           : Thomas Nelson Publishers, Nashville, USA, 1993
  Halaman            : 298 - 301

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL (3) ---------------------------------------------------o/

            -o- PROGRAM PENDIDIKAN KRISTEN DALAM GEREJA -o-
                =======================================

  Ada empat unsur pendidikan Kristen yang penting sebagaimana
  tercermin dalam kehidupan jemaat mula-mula yang tertulis dalam Kisah
  Para Rasul 2:42-47, dan semuanya harus ada dalam program pendidikan
  Kristen di gereja saat ini.

  1. Pengarahan
     ----------
     Pengarahan, lewat khotbah dan pengajaran, terutama berhubungan
     dengan kecerdasan dan melibatkan penyampaian informasi, doktrin,
     serta kebenaran Alkitab. Proses ini juga meliputi pelatihan,
     seperti pengembangan ketrampilan mengajar atau kepemimpinan.
     Karena mengajar dan berkhotbah praktis berhubungan dengan proses
     melatih dan mengembangkan kecerdasan, maka pengarahan akan
     memberikan dasar (yang juga meliputi pengajaran kabar baik
     tentang keselamatan) dalam pertumbuhan menuju kedewasaan dalam
     Kristus sebagai manusia yang bertumbuh dalam pengetahuan akan Dia
     dan Firman-Nya.

  2. Penyembahan
     -----------
     Penyembahan artinya mengekspresikan pikiran kita tentang Tuhan
     kepada Tuhan. Penyembahan dalam bahasa Inggris kuno berasal dari
     kata "worthship" yang menunjuk pada kelayakan seseorang dalam
     menerima pujian dan hormat. Sikap yang benar dimana kita mengakui
     siapa Tuhan itu serta hak-Nya untuk menerima pujian dan
     kekaguman kita adalah unsur penting dalam penyembahan. Walau
     penyembahan atau ekspresi hati terutama melibatkan perasaan emosi
     seseorang, hal itu harus dilakukan berdasar pengenalannya akan
     Tuhan. Lois E. LeBar mengatakan, "Penyembahan adalah pemujaan
     kepada Tuhan saja, bersyukur pada Dia untuk segala kebaikan-
     Nya bagi kita, dan menyerahkan segala keinginan kita menjadi
     kehendak-Nya dalam hadirat-Nya. Ketika pengarahan berhubungan
     dengan akal, maka penyembahan menantang perasaan dan keinginan
     kita. Dan dengan dasar yang Alkitabiah, tingkah laku kita akan
     dibentuk menurut kesukaan-Nya.", 3. Persekutuan
     -----------
     Unsur ketiga yang harus menjadi bagian penting dalam program
     pendidikan Kristen di gereja adalah persekutuan. Seorang percaya
     tidak hanya merindukan persekutuan dengan Juruselamat dan
     Tuhannya, namun ia juga mencari pendidikan moral lewat gereja
     selaku tubuh Kristus (Efesus 4:15-16; 1Yohanes 1:3). Persekutuan
     yang benar tentu lebih dari sekedar aktivitas sosialisasi atau
     rekreasi atau sebatas sebagai kegiatan kumpul-kumpul yang membuat
     anggotanya merasa nyaman berada dalam kelompok, namun juga
     sebagai sarana saling membangun satu sama lain lewat perhatian,
     doa, sharing, pemanfaatan talenta dan kemampuan serta
     pengembangan pertemanan Kristen yang hangat. Persekutuan semacam
     ini dapat dilakukan oleh berbagai kelompok umur. Bahkan anak-anak
     juga dapat membangun atmosfer komunitas lewat kegiatan yang
     menawarkan kerjasama daripada persaingan. Dalam konteks pelayanan
     dewasa, LeBar mengatakan, "Kedalaman persekutuan mereka dengan
     Tuhan dan sesamanya akan memunculkan kualitas penyembahan dan
     penginjilan dalam gereja.", 4. Pelayanan Nyata
     ---------------
     Unsur keempat yakni pelayanan nyata, berfokus pada kewajiban tiap
     pribadi orang percaya untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan
     imannya. Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai cara. Ia dapat
     berbicara mengenai imannya, mengajar, melakukan kunjungan,
     melayani sebagai diaken, membantu dalam bidang administrasi
     gereja lokal, melatih orang lain, menunjukkan keramahan dan kasih
     bagi mereka yang sedang sakit dalam perkumpulan, doa atau
     memimpin pelajaran Alkitab. Pelayanan macam ini tidak hanya
     memungkinkan untuk dilakukan oleh beberapa orang saja, namun juga
     oleh berbagai kelompok umur, anak-anak, pemuda, dan orang dewasa
     juga dapat dilibatkan.

  Selain empat unsur di atas, satu aspek penting lagi yang perlu ada
  dalam program pendidikan Kristen di gereja adalah PENGINJILAN.

  Penginjilan atau pemaparan tentang Injil adalah tujuan utama dalam
  pendidikan Kristen sebagaimana diperintahkan oleh Alkitab. Hal ini
  tidak dimasukkan sebagai salah satu bagian dari keempat unsur
  sebelumnya, namun meresap kedalamnya. Pengarahan, penyembahan,
  persekutuan dan pelayanan nyata, semuanya dapat dipakai oleh gereja
  sebagai alat penginjilan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus.
  Sebagai contoh, dalam sebuah kegiatan camp (yang meliputi empat
  unsur tersebut), seorang murid SMU dapat menerima Yesus sebagai
  Juruselamatnya lewat berbagai macam aktivitas. Dia mungkin dapat
  mendengar dan menanggapinya ketika mendengar khotbah (pengarahan),
  ketika malam perenungan api unggun (penyembahan), atau lewat
  bimbingan rekan sekamarnya (persekutuan, pelayanan nyata). Gereja
  lokal harus bertanya pada diri sendiri, apakah orang-orang yang
  terlibat dalam berbagai program dan pelayanan kita benar-benar
  menampakkan pernyataan bahwa Kristus adalah Juruselamat sehingga
  mereka yang belum bertobat dapat dan akan menanggapinya? Apakah ada
  penekanan akan keselamatan dalam pertumbuhan dan pelayanan?

  Penilaian yang dilakukan secara berhati-hati terhadap program-
  program pendidikan Kristen bagi kelompok umur tertentu mungkin akan
  menunjukkan adanya penekanan berlebihan atau yang kurang atas salah
  satu dari keempat unsur di atas. Tiap departemen harus bekerja
  secara baik untuk membuat daftar urutan semua rencana program yang
  akan dilakukan selama setahun (Sekolah Minggu, program Minggu malam,
  camp, sekolah Alkitab liburan, persekutuan kelompok mingguan) dan
  mengetahui unsur mana yang memerlukan penekanan khusus dalam setiap
  detail program. Ketika sebuah departemen mampu mengembangkan daftar
  urutan tersebut, pertanyaan selanjutnya yang perlu ditanyakan
  adalah: Unsur mana yang paling sering ditekankan? Unsur mana yang
  seringkali hilang atau kurang mendapat cukup penekanan? (t/Ary)

  Bahan diterjemahkan dari sumber:
  Judul Buku        : Christian Education: Foundations for the Future
  Judul Artikel Asli: The Total Church Program
  Penulis           : Robert E. Clark, Lin Johnson, dan Allyn K. Sloat
  Penerbit          : Moody Press, Chicago, 1991
  Halaman           : 397 - 399

______________________________________________________________________
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/

  Dari: anna yulia <annayulia(at)>
  >Kepada yth. Bp/ Ibu pembina milis ini.
  >Saya sudah menjadi anggota tetapi hanya anggota pasif. Saat ini
  >saya ingin menjadi anggota aktif (turut berdiskusi) bagaimana
  >caranya? Sepertinya dulu saya ditawari untuk mengisi form tertentu
  >tetapi kebetulan sudah ke delete dari file saya. Bisakah saya
  >dikirimi lagi form tsb.? Terima kasih.
  >Anna

  Redaksi:
  Keanggotaan dalam Publikasi e-BinaAnak memang pasif karena milis
  publikasi e-BinaAnak bukan milis diskusi (dua arah). Keaktifan
  anggota tidak dalam bentuk diskusi tetapi dalam memberikan bahan,
  komentar, kritik, maupun saran. Namun jika Anda ingin bergabung
  dalam diskusi bersama sesama pelayan anak, silakan Anda mendaftar
  ke milis diskusi e-BinaGuru di alamat:
  ==>   <subscribe-i-kan-binaguru(at)xc.org>

  Kiranya informasi ini dapat membantu Anda :)

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/

                  Rencana pelajaran mingguan saya:
                    Hari ini saya akan menyadari
             bahwa apa yang saya perbuat adalah penting!

o/----------------------------------------------------------------o/
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
o/----------------------------------------------------------------o/
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org