|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-binaanak/99 |
|
e-BinaAnak edisi 99 (30-10-2002)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <><
Daftar Isi: Edisi 099/Oktober/2002
-----------
o/ SALAM DARI REDAKSI
o/ ARTIKEL : Status Rohani Seorang Anak
o/ KESAKSIAN PERTOBATAN (1): Pelopor Utusan Injil; Hudson Taylor
o/ KESAKSIAN PERTOBATAN (2): Pemuda Udik di Kota; Dwight L. Moody
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Kiriman Ide-ide untuk Natal
(Cara Mendapatkan Arsip e-BinaAnak
lewat e-mail/Agora dan tanpa web akses)
**********************************************************************
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI
Salam dalam kasih Kristus,
Sebagai topik terakhir pada tema kita "Pekabaran Injil di Sekolah
Minggu", maka kami akan membahas mengenai "Sejarah Penginjilan
Anak". Artikel yang kami sajikan dalam edisi ini mengajak kita semua
untuk lebih jauh mengetahui pergumulan yang terjadi dalam sejarah
penginjilan dan anak, khususnya tentang status rohani seorang anak
-- pada abad pertengahan pernah terjadi kemerosotan rohani sehingga
gereja percaya seorang anak kecil tidak memerlukan penginjilan
(otomatis selamat karena masih belum tahu apa-apa) ... dan
pengertian/doktrin mulai berubah kembali setelah jaman Reformasi --
Inilah alasan/motivasi/beban yang akhirnya mendorong lahirnya
gerakan penginjilan anak di seluruh dunia!! (dan SM juga; lihat
arsip edisi 001 -- Sejarah Sekolah Minggu).
Sajian spesial minggu ini adalah Kesaksian Pertobatan dari dua tokoh
Kristen yang terkenal yang telah mempengaruhi jalannya sejarah
perkembangan kekristenan di dunia, khususnya dalam dunia misi dan
penginjilan. Kami yakin kisah pertobatan ini akan menggerakkan kita
semua sebagai guru-guru SM, agar kita terus memegang pengharapan
bahwa anak-anak kecil yang kita layani ini suatu hari akan menjadi
alat yang akan Tuhan pakai secara luar biasa. Semoga edisi
e-BinaAnak kali ini dapat menjadi berkat bagi kita semua.
Selamat melayani,
Tim Redaksi
"Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus," (Matius 28:19)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+28:19 >
**********************************************************************
o/ ARTIKEL
STATUS ROHANI SEORANG ANAK
==========================
PENDAHULUAN
Kita yang melayani anak-anak di gereja atau di yayasan gerejawi
perlu memiliki keyakinan tentang status rohani seorang anak di
hadapan Tuhan, berdasarkan Firman Tuhan. Kita juga harus tahu
perkembangan kerohaniannya. Kedua pokok ini berkaitan dengan masalah
pertobatan dan kelahiran baru dalam hidup seorang anak.
Mungkinkah seorang anak bertobat? Perlukah hal itu? Kalau mungkin
dan perlu, kapankah hal itu bisa terjadi? Keyakinan tentang hal ini
sangat mewarnai cara dan arah pelayanan kita. Tetapi keyakinan ini
tidak mudah diperoleh, karena adanya perbedaan pandangan teologis,
pandangan tentang penginjilan dan pola pendidikan yang berhubungan
dengan anak.
Ada suara dari abad yang lalu yang mengatakan: "Delapan belas
abad di mana iman Kristen diajarkan, menghasilkan sangat sedikit
keterangan mengenai pokok 'Anak di dalam Gereja'. Pokok ini sebagian
besar masih perlu disoroti oleh teologia".
Selama berabad-abad ditemukan gereja yang berpandangan bahwa anak-
anak menikmati status "tidak dipengaruhi oleh dosa turunan" (sweet
innocence) sebelum mereka tiba pada saat di mana mereka harus
bertanggungjawab kepada Allah. Ada juga pandangan lainnya, seperti
yang diyakini oleh George Whitefield, seorang penginjil di Amerika
pada abad ke 18. Ia berpendapat bahwa anak-anak dapat dibandingkan
dengan "ular berbisa" dan "buaya yang juga manis" selama kecil.
Adanya anggapan yang berbeda-beda, antara lain seperti tersebut di
atas, menantang kita yang terjun langsung dalam pelayanan rohani
anak untuk secara serius menyelidiki dan memikirkan status dan
kebutuhan rohani seorang anak.
ANAK DALAM ALKITAB
Perjanjian Lama: Aman dalam "Covenant Relationship" (Hubungan
Berdasarkan Perjanjian)
-------------------------------------------------------------
Kita tidak menemukan suatu keragu-raguan atau persoalan mengenai
status anak-anak dalam keluarga atau dalam persekutuan agama orang
Israel.
Kepada Abraham diberikan tanda perjanjian, yaitu sunat. Setiap anak
laki-laki yang baru lahir menerima tanda itu pada umur delapan hari.
Tanda ini membawa dia masuk ke dalam persekutuan orang-orang percaya
dan ke dalam keluarga yang takut akan Allah. Status ini diperoleh
asalkan anak itu lahir dari keturunan Yahudi. Dalam keluarga, anak
itu dibesarkan, dididik dan diajar sampai ia berumur dua belas
tahun. Pada umur itu seorang anak laki-laki disebut "anak Hukum
Taurat" dan sesudah itu orangtuanya dilepaskan dari tanggung jawab
rohani terhadap dirinya.
Dengan demikian dapat dikatakan, jika dilihat dari segi kewajiban
agama, dalam masa Perjanjian Lama setiap orangtua Yahudi tahu apa
saja yang harus dilakukan terhadap anak-anaknya.
Perjanjian Baru: Aman dalam Kasih dan Janji Tuhan Yesus
-------------------------------------------------------
Dalam menyelidiki empat kitab Injil, kita berfokus pada ucapan Tuhan
Yesus mengenai anak-anak dan sikap-Nya terhadap mereka.
1. Markus 10:14
------------
Tuhan Yesus menghendaki supaya anak-anak datang kepada-Nya.
Ia berkata orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan
Allah.
2. Markus 10:15
------------
Tuhan Yesus berkata secara tidak langsung, bahwa merekalah
penyambut Kerajaan Allah. "... Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak
kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
3. Matius 18:6
-----------
Tuhan Yesus mengatakan bahwa anak-anak kecil percaya pada-Nya.
Tersedia hukuman yang setimpal bagi yang menyesatkan seorang
anak.
4. Matius 18:14
------------
Tuhan Yesus mengatakan, Bapa yang di sorga tidak menghendaki
supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.
Hal yang menarik perhatian ialah, bahwa Tuhan Yesus menunjuk anak-
anak sebagai teladan bagi orang dewasa dalam hal menerima kerajaan
Allah. Tuhan Yesus tidak menjadikan seorang anak menjadi matang
terlebih dahulu dan menjadi dewasa secara umur sebelum ia dapat
masuk kerajaan sorga. Sebaliknya Ia memperingatkan orang dewasa
dalam Matius 18:1-7,10 supaya mereka:
- bertobat dan menjadi seperti anak kecil
- merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil
- menerima kerajaan Allah seperti seorang anak
- menyambut seorang anak dalam nama Yesus, dan melaluinya
menyambut Tuhan Yesus sendiri
- jangan menyesatkan seorang anak
- jangan menganggap rendah anak-anak, karena malaikat mereka di
sorga selalu memandang wajah Bapa di sorga.
Perjanjian Baru: "Dahulu" dan "Sekarang" Serta Konsepsi Pertumbuhan
-------------------------------------------------------------------
Surat-surat dalam Perjanjian Baru ditulis kepada orang dewasa.
Hampir semua dari mereka merupakan orang Kristen generasi pertama.
Di dalam surat-surat itu kita dapat memperhatikan pembagian yang
jelas dan tegas antara hidup lama -- yang sudah lenyap -- dengan
pemyembahan-penyembahan berhala, kemerosotan moral dan lain-lainnya
dan hidup baru -- yang mulai pada suatu saat tertentu, -- yang
berkembang dalam persekutuan orang-orang percaya.
Anak-anak hampir tidak disebut dalam surat-surat. Dalam Efesus 6 dan
Kolose 3 anak-anak ditegur, supaya taat dan menghormati orangtua
sesuai dengan sepuluh hukum. Paulus juga memperingatkan orangtua,
dalam hal ini ayah, agar mereka jangan membangkitkan amarah dalam
hati anak, melainkan mendidik mereka dalam ajaran dan nasehat Tuhan.
Sebagai orang Kristen generasi pertama, tidak ada di antara mereka
yang dibesarkan dalam suasana keluarga Kristen, karena itu nasehat
Paulus ini penting sekali. Dalam gereja mula-mula orang dewasa
bertobat, -- mungkin juga anak- anak ada bersama mereka -- kemudian
membesarkan anak-anak mereka dalam konteks keluarga Kristen.
Dalam 1Korintus 7:13-14 ditambah hal lainnya yang juga penting.
Anak-anak dari pernikahan campuran (Kristen dan kafir), disebut
"kudus", artiya milik Tuhan. Mereka dibesarkan dalam suasana yang
dikuduskan oleh kehadiran Tuhan dalam hidup salah satu orangtuanya
yang percaya.
KONTROVERSI TENTANG PERTOBATAN ANAK DALAM 2000 TAHUN SEJARAH GEREJA
Gereja Mula-mula
----------------
Sudah jelas bahwa status rohani seorang anak harus dipikirkan oleh
orang Kristen dalam generasi kedua dan ketiga. Anak-anak yang
dibesarkan dalam keluarga Kristen tidak lagi mengalami kekafiran,
seperti yang dialami oleh orangtua mereka. Mereka dapat dibandingkan
dengan anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga orang Yahudi.
Apabila anak laki-laki Yahudi ditandai dengan sunat pada hari ke
delapan, apakah anak Kristen harus dibaptiskan sewaktu bayi sebagai
tanda "covenant relationship" yang baru?
Dalam abad kedua ada gereja yang mulai membaptiskan anak kecil.
Kemudian, pada abad kelima rupanya baptisan ditetapkan secara umum.
Mengapa terjadi demikian?
Karena dalam abad-abad sesudah masehi lahir beberapa doktrin baru,
misalnya doktrin tentang dosa keturunan yang membuat status rohani
anak tidak aman. Agustinus (354M - 430M), seorang theolog terpandang
pada abad pertengahan mengajarkan, bahwa anak kecil akan binasa jika
ia mati sebelum dibaptis, walaupun hukuman bagi anak kecil di neraka
paling ringan. Doktrin lain mengajarkan mengenai regenerasi atau
kelahiran baru melalui baptisan. Tidak heran bahwa setiap orangtua
rindu supaya anaknya selamat dan aman. Ini berarti mereka harus
dibaptiskan sedini mungkin. Kemudian pada sakramen baptisan ditambah
konfirmasi di mana seorang anak dapat mengaku imannya secara
pribadi.
Anak-anak dalam Gereja Abad Pertengahan
---------------------------------------
Pada abad pertengahan, gereja menjadi gereja negara. Anak-anak
sedini mungkin dilayani dengan sakramen baptisan, kemudian
konfirmasi supaya selamat. Tetapi dalam pelaksanaannya gereja sudah
kehilangan pengertian bahwa anak-anak harus percaya kepada Tuhan
Yesus secara pribadi dan tidak lagi mengajarkan pentingnya respons
terhadap Tuhan Yesus melalui menyerahkan hidup kepada-Nya. Sikap
seperti itu masih kita dapatkan dalam gereja Katolik sampai saat
ini. Isi agama dan konsepsi agama diteruskan kepada anak-anak
melalui sakramen-sakramen.
Anak-anak dalam Masa Reformasi
------------------------------
Pada masa reformasi, status rohani anak-anak didiskusikan kembali.
Apakah hanya orang yang sudah bertobat dan lahir baru dibaptiskan?
Kebanyakan gereja dalam masa ini meneruskan tradisi pembaptisan
bayi, tetapi memperbaharui arti konfirmasi. Anak-anak menerima
pelajaran katekimus yang teliti, supaya mereka sungguh mengerti iman
Kristen sebelum konfirmasi.
Gereja Mennonite, Baptis, Plymouth Brethren kembali pada baptisan
orang percaya. Tetapi kemudian timbul pertanyaan baru, pada umur
berapa seorang anak dapat bertobat dan lahir kembali? Pada umur
berapa ia layak dibaptis?
Anak-anak dalam Masa Kebangunan Rohani di Amerika
-------------------------------------------------
Pada abad ke 17, dalam kebangunan rohani besar-besaran yang terjadi
di New England, Amerika, hal keselamatan anak digumuli secara
serius. Anak dianggap hidup dalam status sangat berdosa dan binasa.
Tetapi Gereja Puritan (Protestan dari Inggris) tidak percaya bahwa
sakramen baptisan dapat menyelamatkan mereka. Sejak dari kecil anak-
anak didesak untuk melarikan diri dari neraka. Anak-anak sangat
menderita ketakutan karenanya.
Pada tahun 1740 Jonathan Edwards menginjili anak-anak. Dia berkata:
"Meskipun anak-anak nampak tak bersalah, tatapi kalau mereka hidup
di luar Kristus mereka tidak 'tak bersalah' dalam pandangan Allah,
melainkan seperti ular kecil dan masih jauh lebih jahat dari pada
ular kecil. Mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan."
Tetapi ada pandangan lain pada zaman yang sama. Misalnya, Horace W.
Bushnel. Ia mengajarkan bahwa pada dasarnya anak-anak tak berdosa.
Hanya kalau seorang anak dengan sadar menolak yang baik ia menjadi
salah secara pribadi.
Zaman kita: Persekutuan Penginjilan Anak-anak Sedunia
-----------------------------------------------------
Dalam abad ke 20 didirikan suatu gerakan yang bertujuan menginjili
anak-anak sedunia. Gerakan antar gereja ini dimulai pada tahun
1935 oleh Irvin Overholtzer sesudah ia sungguh-sungguh mendoakan
keberadaan rohani anak-anak sedunia. Keyakinan pendiri dan pelayan-
pelayan dalam gerakan yang bernama "Child Evangelism Fellowship" ini
ialah, bahwa setiap anak sudah hilang atau sebentar lagi akan
hilang. Oleh karena itu harus diinjili sedini mungkin. Kelompok ini
berpendapat, umur delapan tahun ke bawah adalah umur yang terbaik
untuk bertobat. Seorang anak yang baru berumur tiga tahun pun dapat
bertobat.
Keyakinan lain yang dipegang oleh gerakan yang bekerja di banyak
negara di dunia ini ialah, bahwa anak tak bisa mengerti sebelum
bertobat. Alasannya, "manusia duniawi tidak menerima apa yang
berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya suatu kebodohan ...".
(1Korintus 2:14)
Keyakinan ini mendasari pandangan mereka mengenai pentingnya
pengajaran tentang pertobatan pada setiap umur.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak
Pengarang : Ruth Laufer
Penerbit : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia,
Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, Malang, 1993
Halaman : 183 - 187
**********************************************************************
o/ KESAKSIAN PERTOBATAN (1)
Kesaksian berikut ini bisa menjadi penambah semangat bagi para guru
SM untuk semakin giat menginjili anak-anak. Walaupun kecil, tapi
anak-anak sungguh dapat menjadi alat yang luar biasa bagi pekerjaan
Tuhan.
PELOPOR UTUSAN INJIL;
=====================
HUDSON TAYLOR
Sebelum berumur lima tahun Hudson Taylor berkata, "Kalau saya
menjadi dewasa, saya akan menjadi seorang utusan Injil dan pergi
ke Tiongkok."
Hati anak laki-laki berbangsa Inggris yang peka itu merasa terkesan
oleh kisah-kisah mengenai negeri-negeri di mana hampir tak seorang
pun telah mendengar tentang Allah yang benar. Tetapi mereka yang
kenal dengan Hudson yang masih muda, membiarkan hal itu berlalu
hanya sebagai dorongan hati anak-anak. Wiliam Carey telah pergi ke
India dan beberapa orang lainnya telah mengabarkan Injil ke negeri-
negeri lain, tetapi dugaan bahwa Allah akan menggerakkan sendiri
hati orang-orang kafir itu agar bertobat tetap bertahan dalam
lingkungan gereja-gereja Inggris.
Keluarga Taylor itu berbahagia dan juga saleh. Setiap hari James
Taylor membaca ayat-ayat dari Alkitab dan menjelaskannya kepada anak-
anaknya. "Allah tidak dapat berdusta," ia sering berkata kepada
mereka. "Ia tidak dapat menyesatkanmu," dan si kecil Hudson akan
menganggukkan kepalanya yang berambut ikal seolah-olah mengatakan,
"Tentu itu benar, jika ayah berkata demikian."
Tetapi kepercayaan pada masa anak-anak yang sederhana itu lenyap
ketika Hudson memasuki masa remajanya. Selama enam tahun ia merasa
tidak tenang secara rohani. Ia berusaha dengan keras untuk
"menjadikan dirinya seorang Kristen" dengan melakukan segala ucapan
keagamaan yang timbul dalam pikirannya. Pasti, ia berpikir, ada
suatu jalan agar aku dapat layak memperoleh kasih Allah.
Ia mulai bekerja di perusahaan obat ayahnya dengan mencampur serta
menyalurkan obat-obatan kepada langganannya, tetapi ia masih merasa
tidak yakin bahwa ia telah mendapatkan obat rohani yang benar bagi
jiwanya. Pada suatu hari ketika ia bekerja, ia membaca sebuah cerita
dari traktat tentang orang dungu yang hanya dapat menetapkan
pikirannya pada satu kebenaran rohani, yaitu bahwa Kristus datang
untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan dalam kebenaran itu ia
menemukan damai yang menyelamatkannya dari maut.
Setelah membaca traktat itu, Hudson menundukkan kepalanya perlahan-
lahan dan untuk pertama kalinya ia berusaha dengan sadar menyerahkan
diri kepada Kristus. Walaupun demikian dalam tahun-tahun berikutnya
ia tidak menanggap hal ini sebagai pertobatan yang benar.
Ketika ia berusia lima belas tahun ia memperoleh pekerjaan sebagai
seorang jurutulis muda di sebuah bank. Hampir semua teman sejawatnya
di bank sering mengejek. Seorang jurutulis tua yang menjadi temannya
selalu menertawakan angan-angan Hudson yang sudah ketinggalan zaman.
Walaupun ia mempunyai pendapat yang lebih baik, Hudson membiarkan
pikirannya terseret oleh ejekan-ejekan terhadap pengajaran yang
diterimanya pada masa kanak-kanaknya. "Aku mulai menetapkan nilai
yang tinggi pada hal-hal duniawi. Tugas-tugas agama menjadi hal yang
menjemukan bagiku," ia kemudian menulis.
Tetapi Allah sedang bekerja. Karena bekerja berjam-jam lamanya
dengan mempergunakan lampu gas, Hudson mengalami peradangan mata.
Tak sesuatu pun yang dapat menolong penglihatannya yang melemah.
Oleh karena itu setelah sembilan bulan bekerja di bank, ia kembali
menjadi asisten ayahnya.
Ia menceritakan semua persoalannya kepada orang tuanya bahwa ia
tidak yakin akan kebenaran mengenai apa yang telah mereka ajarkan
kepadanya. Mereka berusaha sabar kepadanya. Ibunya dan Amelia,
adiknya yang perempuan, melipatgandakan doa-doa mereka.
Pada suatu hari ia berada di rumah seorang diri. Sepanjang sore itu
ia meneliti perpustakaan ayahnya, mencari sebuah buku untuk mengisi
waktunya. Namun tidak sebuah buku pun yang tampak menarik, maka ia
kembali ke sebuah keranjang yang berisi brosur-brosur tentang agama.
Sambil memilih sebuah brosur ia berkata kepada dirinya sendiri,
"Pasti bagian awalnya cerita dan bagian akhirnya khotbah. Aku akan
membaca ceritanya dan khotbahnya tidak."
Apa yang tidak diketahui Hudson Taylor waktu itu ialah bahwa ibunya,
yang berada kira-kira seratus dua puluh kilometer jauhnya dari sana,
sedang berlutut mendoakan dia. Setelah makan siang pada hari itu
ibunya merasakan pentingnya pertobatan Hudson. Dengan mengunci diri
di sebuah kamar, ibunya mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan
tempatnya sampai ia merasa yakin doa-doanya dijawab.
Sementara itu, Hudson telah menemukan sebuah ungkapan, "Karya
Kristus yang selesai." "Mengapa pengarang itu tidak mengatakan karya
penebusan Kristus?" ia bertanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba
kata-kata Tuhan Yesus pada saat Ia di salib, "Sudah selesai," timbul
dalam pikirannya.
Kemudian timbullah pikiran yang lain, "Jika Kristus telah selesai
membayar hutang dosa saya, apa yang masih tinggal yang harus saya
lakukan?"
Bersamaan dengan ini timbul pula jaminan yang membawa sukacita bahwa
tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukannya kecuali berlutut dan
menerima apa yang telah dilakukan Kristus.
Dua minggu kemudian ibunya tiba di rumah. Sambil merangkul ibunya,
ia menceritakan kabar baik itu kepadanya. "Aku tahu," ibunya berkata
dengan senang, "Aku telah bersukacita selama dua minggu. Allah
meyakinkan aku bahwa doa-doaku telah dijawab."
Dengan demikian, mulailah kehidupan Hudson Taylor yang cukup lama
yang penuh dengan kemenangan-kemenangan rohani itu. Ia memang pergi
ke negeri Tiongkok sebagi utusan Injil. Ia mendirikan Misi Pedalaman
Tiongkok yang terkenal itu yang telah bertanggung jawab dalam
menempatkan beribu-ribu utusan Injil di daerah-daerah yang miskin
secara rohani. Banyak orang telah menyebut Hudson Taylor sebagai
pelopor misi-misi iman.
Sumber:
Judul Buku: Bagaimana Tokoh-tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Pengarang : James C. Hefley
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000
Halaman : 66 - 68
**********************************************************************
o/ KESAKSIAN PERTOBATAN (2)
Sebagai guru SM kesaksian ini dapat menyadarkan kita bahwa pelayanan
kita dalam SM tidak akan sia-sia. Penginjilan dan pelayanan yang
kita lakukan asal kita kerjakan dengan penuh ketulusan, pasti akan
menghasilkan buah-buah pertobatan.
PEMUDA UDIK DI KOTA;
====================
DWIGHT L. MOODY
Dwight adalah seorang anak laki-laki kasar yang sukar diurus dan
yang meninggalkan rumah pertaniannya pada usia tujuh belas tahun
untuk bekerja di toko sepatu pamannya di Boston. Salah satu syarat
yang dikemukakan paman Samuel ialah "Pergi ke Gereja dan ke Sekolah
Minggu setiap Minggu."
Kelas sekolah Minggunya dipenuhi oleh pemuda-pemuda dari Harvard.
Dwight yang tidak dapat mengeja maupun membaca dengan baik menyebut
teman-teman kelasnya "anggota-anggota jemaat yang kaya dan saleh."
Dengan segan pemuda penjual sepatu itu mendaftarkan diri. Kemudian
pada suatu hari gurunya, Edward Kimball, menyampaikan pelajaran
mengenai Musa. Orang udik itu mendengarkan dengan terpesona. Ketika
Edward Kimball selesai, Dwight berbicara dengan cara yang kasar
seperti biasa. "Musa yang saudara katakan adalah orang yang sangat
cerdik."
Pemuda-pemuda Harvard itu menutupi wajah mereka tetapi tidak dapat
menahan tertawa mereka.
Beberapa hari Minggu kemudian, Edward Kimball memberi Dwight sebuah
Alkitab sambil memberitahu pelajaran yang diambil dari Kitab
Yohanes. Dwight mengambil Alkitab itu dengan tangannya yang besar
dan kekar itu, serta mulai membuka-buka Kitab Kejadian. Guru itu
melihat dengan sudut matanya bahwa murid-murid lain sedang
tersenyum-senyum dan saling menyikut satu sama lain. Dengan cepat ia
memberengut kepada mereka dan menyerahkan kepada Dwight Alkitabnya
yang terbuka pada ayat yang tepat.
Dwight tidak melupakan keadaan yang memalukan itu. Ia berjanji,
"Jika aku bisa ke luar dari keadaan yang memalukan ini, aku akan
berusaha sekuat-kuatnya supaya keadaan seperti ini tidak akan
terulang."
Minggu berikutnya ia tidak hadir. Guru itu mencarinya dan memintanya
untuk datang kembali. Dwight terbujuk dan berjanji untuk mulai
membaca dua pasal sehari untuk menghindari keadaan yang memalukan di
kemudian hari.
Selama acara kebaktian, ia biasa duduk di balkon. Pada suatu pagi
pada saat ia tertidur, seorang pemuda Harvard menjotosnya dengan
sikunya. Dwight terbangun, menggosok matanya, dan melihat ke bawah
kepada pendeta. Keringatnya bercucuran membasahi seluruhnya tubuhnya
dan kemudian ia berkata, "Saya tidak pernah merasa terhina seperti
itu seumur hidup saya."
Setelah selama satu tahun merasa canggung dan malu. Dwight telah
lebih pandai membaca. Pada tanggal 21 April tahun 1855, Edward
Kimball merasa saatnya telah tiba untuk berbicara mengenai Kristus
dengan muridnya yang dari desa itu.
Guru itu tiba di toko sepatu itu. Karena merasa agak malu dan ragu-
ragu ketika sampai di pintu, ia kemudian pergi setelah berpikir
lagi, bahwa lebih baik baginya untuk menunggu.
Ia sudah berada di jalan kira-kira setengah blok ketika ia dapat
mengatasi keenganannya. Ia balik lagi dan masuk ke toko itu. Dwight
ada di belakang, sedang membungkus sepatu.
Edward Kimball bersandar dan meletakkan kakinya di atas sebuah kotak
sepatu. Sambil menaruh tangannya sebelah pada bahu Dwight ia mulai
berbicara sedapat-dapatnya. "Saya ingin mengatakan kepadamu bahwa
Kristus sangat mengasihimu."
Beberapa saat kemudian, pemuda yang merupakan penjual terbaik di
toko sepatu itu merasa terharu. Saatnya telah tiba. Tanpa setahu
gurunya, pemuda itu telah berusaha menjadi orang yang lebih baik.
Bahkan ia telah berbuat sebegitu jauh, sehingga ia menandatangani
keputusannya dengan darahnya sendiri.
Pada saat Kimball bertanya apakah ia mau menyerahkan diri kepada
Kristus, Dwight mengatakan ya dengan berlinang air mata tetapi
bersukacita.
Kemudian Dwight mengungkapkan perasaannya. "Saya seolah-olah berada
di suatu dunia yang baru. Burung-burung berkicau lebih merdu.
Matahari bersinar lebih cemerlang. Saya belum pernah mengalami damai
seperti itu sebelumnya."
Secepat mungkin ia pergi ke Northfield, Massachusetts, untuk
mengunjungi rumah pertaniannya. Di sana dengan penuh kemauan ia
memberikan kesaksian Kristennya, dengan merasa yakin bahwa keenam
saudara laki-lakinya dan kedua saudara perempuannya akan segera
menginginkan apa yang telah dimilikinya. Namun mereka tidak
memberikan tanggapan, dan Dwight kembali ke Boston dengan kecewa.
Seringkali ia mengalami putus asa pada saat ia menyatakan
keinginannya untuk menjadi anggota Gereja Mount Vernon. Panitia
keanggotaan gereja memutuskan agar ia menunggu. Mereka tidak yakin
bahwa ia telah sungguh-sungguh bertobat.
Walaupun demikian hal ini tidak memadamkan semangat Dwight. Pada
saat ia berbicara dengan bersemangat di persekutuan doa yang
diadakan pada tiap-tiap pertengahan minggu, seorang diaken
menariknya ke tepi dan menasihatinya. "Saudara dapat melayani Tuhan
secara lebih baik dengan tetap berdiam diri." Ia akhirnya diakui
sebagai anggota gereja kira-kira setahun kemudian.
Dwight Moody pindah ke barat ke Chicago dan mencari penghasilannya
dengan menjual sepatu di Lake Street. Ia menghabiskan akhir-akhir
pekannya dengan mencari pemuda-pemuda dari daerah perkampungannya
yang miskin untuk diajak mengikuti Sekolah Minggu, yang telah
dimulainya di bagian utara kota Chicago. Ia demikian berhasil dalam
usaha-usaha penginjilannya sehingga ia meninggalkan dunia usahanya
untuk menjadi seorang pekerja Kristen penuh.
Lebih dari lima puluh tahun setelah kematiannya, surat kabar
Chicago Tribune memberikan penghargaan terhadap pemuda udik dari
Massachusetts dengan komentar editorial, "Dwight L. Moody patut
diingat sebagai utusan Injil terbesar dalam abad kesembilanbelas."
Sumber:
Judul Buku: Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Pengarang : James C. Hefley
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000
Halaman : 97 - 99
**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA
Dari: ampulr@
>Setelah membaca jawaban dari redaksi, bolehkah saya mendapatkan
>cerita natal, ide/tips natal, drama natal dan artikel natal atau
>drama boneka natal sebab saya tidak bisa download ke situs tsb.
>Di tempat kami ini tidak bisa mengakses internet hanya bisa e-mail
>saja.
>Tolong dikirimkan jikalau bisa.
>Thanks. Tuhan memberkati.
Redaksi:
Untuk permintaan Anda, kami akan mengirimkan beberapa ide natal
tersebut, namun mohon maklum jika kami tidak dapat mengirimkan
semua edisi Natal kepada Anda. Selamat menikmati. Tuhan memberkati!
Tapi kami dapat memberikan satu solusi bagi Anda dan semua pembaca
e-BinaAnak yang tidak memiliki "akses web/internet" -- hanya email,
yaitu dengan memakai fasilitas seperti "server Agora". Caranya
dengan mengirimkan e-mail ke alamat:
==> agora@dna.affrc.go.jp
dan tulis dalam BODY/isi:
==> send http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/print/?edisi=xxx/
(*) Ganti 'xxx' dengan nomor edisi e-BinaAnak yang Anda inginkan.
[Edisi 017, 048, 053, 054, 055, dan 056 adalah edisi tentang Natal.]
**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
**********************************************************************
Staf Redaksi: Oeni, Davida dan Septiana
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |