Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/459 |
|
e-BinaAnak edisi 459 (25-11-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 459/NOVEMBER/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Mari Mengevaluasi Kurikulum Mengajar di Sekolah Minggu - ARTIKEL: Mengevaluasi Kurikulum Sekolah Minggu Anda - TIPS: Mengevaluasi Kurikulum - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Membawa Persembahan Kita - WARNET PENA: Perlengkapi Rajawali Kecil Anda! ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook! Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI MARI MENGEVALUASI KURIKULUM MENGAJAR DI SEKOLAH MINGGU Mengajar dengan menggunakan kurikulum yang telah dirancang sedemikian rupa merupakan salah satu hal yang pasti dilakukan oleh guru sekolah minggu yang bijaksana. Namun, sebagus apa pun kurikulum yang digunakan sebagai landasan dalam mengajar, akan lebih bijaksana lagi jika kurikulum tersebut dievaluasi secara berkala. Oleh karena itu, selain menggunakan kurikulum, ada baiknya para pelayan anak pun membuat perangkat evaluasi untuk menguji efektivitas dan keberhasilan kurikulum yang digunakan. Pada edisi akhir e-BinaAnak November 2009 ini, redaksi menyiapkan beberapa panduan yang bisa Rekan-Rekan sekalian gunakan untuk mengevaluasi kurikulum pengajaran sekolah minggu Anda saat ini. Jika sekolah minggu Anda belum pernah melakukan evaluasi, maka sajian kali ini pasti akan sangat membantu Anda sebagai langkah awal. Namun, bagi Anda yang memang selalu mengevaluasi kurikulum, kiranya edisi ini dapat menambah wawasan dan membantu pengembangan evaluasi-evaluasi kurikulum selanjutnya. Biarlah semuanya mendapatkan berkat dan manfaat melalui edisi ini. Tuhan Yesus memberkati. Selamat mengevaluasi kurikulum mengajar Anda! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ http://fb.sabda.org/binaanak/ Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2 Timotius 3:16 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL MENGEVALUASI KURIKULUM SEKOLAH MINGGU ANDA Diringkas oleh: Dian Pradana Bagian dari tanggung jawab gereja untuk melengkapi para guru dalam pelayanan di gereja adalah menyediakan kurikulum yang tepat bagi mereka. Meskipun merupakan suatu tantangan bagi sebagian besar pemimpin gereja untuk memahami dan mengetahui bagaimana menggunakan kurikulum, beberapa gereja malah tidak ingin menggunakan kurikulum. "Kami tidak memerlukan kurikulum. Kami hanya mengajarkan Alkitab." Diucapkan atau tidak, sikap seperti ini kadang-kadang muncul di gereja-gereja dan organisasi-organisasi Kristen. Namun, biasanya sikap ini akan menghasilkan pendidikan yang kurang bermutu. Kurikulum yang baik dirancang untuk memudahkan pengajaran Alkitab, bukan untuk menggantikannya. Jadi, pemahaman tentang apakah kurikulum itu dan bagaimana memilih dan menggunakannya dengan efektif adalah hal yang penting bagi pendidikan Kristen. Masalah utama di gereja-gereja saat ini adalah memilih kurikulum yang alkitabiah dan mengacu pada penafsiran teologis firman Tuhan yang benar -- pendekatan sejarah keselamatan. Beberapa gereja, independen maupun denominasi, menggunakan bahan yang secara umum injili dan mudah digunakan tanpa memahami fokus kurikulum. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih kurikulum sekolah minggu. Salah satunya adalah filosofi pendidikan dalam kurikulum. Setiap kurikulum memiliki bias terhadap dasar filosofis tertentu. Apakah kurikulum itu berdasarkan instruksi guru dengan sedikit partisipasi murid, ataukah kurikulum itu menekankan pembelajaran yang melibatkan pencarian sehingga murid-murid bisa menjadi peserta yang aktif dalam proses pendidikan melalui metode pelajaran yang baik? Sebagian besar kurikulum mengandung kedua elemen tersebut, dengan salah satunya lebih mendominasi. Gereja-gereja perlu memilih mana yang lebih penting. Apakah guru-guru kita memiliki latar belakang teologis dan alkitabiah untuk menggunakan bahan yang lebih mudah digunakan, atau apakah kita menekankan teologi dengan bahan-bahan yang agak sulit digunakan? Meskipun filosofi pendidikan penting, pertimbangan teologis juga penting. Robert Pazmino di "Foundational Issues in Christian Education" menyatakan hal-hal berikut ini. 1. Apakah teologi penerbit dan penulis kurikulum cocok dengan teologi gereja atau pelayanan tertentu? Apakah konsep-konsep teologis yang disampaikan sesuai dengan berbagai tingkat usia dan komprehensif? 2. Apakah kurikulum tersebut menegaskan Alkitab sebagai otoritas tertinggi seperti yang dianut gereja atau komunitas tertentu? Apakah seluruh bimbingan Alkitab yang digunakan dalam kurikulum cocok untuk segala usia? Selain Alkitab, otoritas apa lagi yang digunakan dalam pengambilan keputusan kurikulum? Kebanyakan literatur sekolah minggu lebih menekankan moral daripada berpusat pada Kristus, produk yang diusahakan untuk menghadapi tantangan yang gereja biasanya hadapi -- kesulitan merekrut jumlah guru sekolah minggu yang cukup. Cara mudah untuk membantu mengatasi masalah ini adalah menemukan kurikulum yang paling berwarna, menarik secara visual, dan mudah digunakan oleh guru tanpa harus menganalisa isinya dengan cermat. Sebagian besar kurikulum tersebut tidak memiliki pesan keselamatan dan tidak berpusat pada Kristus, sehingga berpeluang membuat guru menafsirkan teks secara tidak tepat. Masalah umum bagi para pengkhotbah dan guru adalah gagal memahami dan menerapkan aspek keselamatan, dan akhirnya mengkhotbahkan atau mengajarkan moralisme dan pesan-pesan yang berpusat pada manusia. Dr. Bryan Chapell, dalam bukunya, "Christ Centered Preaching: Redeeming the Expository Sermon", menyatakan bahwa "pesan-pesan yang tidak berpusat pada Kristus (misalnya yang tidak berpusat pada keselamatan) pasti menjadi berpusat pada manusia, meskipun penyimpangan ini sering terjadi tanpa sengaja di antara para pengkhotbah Injil". Dia menyebut pesan ini pesan yang mematikan yang justru menusuk inti iman daripada mendukungnya. Pesan-pesan itu mendesak orang-orang percaya untuk melakukan sesuatu supaya dikasihi Tuhan. Beberapa contoh yang diberikan Dr. Chapell adalah pesan-pesan seperti "jadilah seperti...", "berbuat baiklah", dan "disiplinlah", yang memusatkan perhatian pendengar pada tingkah laku, pencapaian karakter alkitabiah tertentu, atau mendesak orang percaya untuk meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan dengan lebih rajin menggunakan anugerah. Yang sering kali menjadi masalah adalah bukan pada apa yang dikatakan oleh para pengkhotbah (guru), melainkan pada apa yang gagal mereka katakan. Beberapa penerbit menyesuaikan kurikulum mereka dengan pasar interdenominasi. Sebagian besar kurikulum yang diterbitkan oleh penerbit terkenal itu baik -- survei Alkitab, pertumbuhan rohani, teknik penggalian Alkitab, dilengkapi dengan beberapa saran praktis -- tapi tidak ditujukan untuk kepentingan penafsiran yang benar. Penyebab dari masalah penafsiran ini, yang berujung pada cacatnya kurikulum sekolah minggu, adalah kurangnya pesan sejarah keselamatan sebagai dasar materi. Hasilnya, pelajaran dalam banyak kurikulum berdiri sendiri dan terpisah dari tema Alkitab. Banyak guru sekolah minggu memiliki hati dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk mengajar anak-anak, tetapi kurang memiliki latar belakang teologis untuk memahami "gambaran besar" Alkitab dalam alur sejarah penyelamatan. Presuposisi guru yang diterapkan dalam suatu teks sebagai suatu tafsiran merupakan hal yang penting untuk menyampaikan kebenaran Tuhan. Bila tafsiran itu tidak benar, prinsip-prinsip dan penggunaannya akan menuju pada alur yang salah dalam konteks yang tidak menyelamatkan. Alkitab bukanlah suatu kumpulan bagian-bagian yang sama (ayat-ayat), seperti pizza, yang bisa dikeluarkan secara acak; sebaliknya, setiap teks harus dipahami konteks sejarahnya dan terus dalam terang wahyu Allah sebelum ayat tersebut dinyatakan sebagai firman Tuhan yang berkuasa untuk jemaat. Dr. Edmond Clowney, dalam "Biblical Theology and the Character of Preaching", mengatakan: "Teologi yang alkitabiah mencoba membuka tujuan yang penting dari sejarah keselamatan. Teologi yang alkitabiah berfokus pada inti sejarah keselamatan dalam Kristus. Di sisi lain, teologi yang alkitabiah ini juga membukakan bagi kita aspek subjektif, kekayaan rohani dari pengalaman umat Allah dan hubungannya dengan pengalaman kita sendiri." Akhirnya, kurikulum seharusnya berfokus pada Injil. Goldsworthy, dalam "Preaching the Whole Bible as Christian Scripture: The Application of Biblical Theology to Expository Preaching", mengatakan, "Kita tidak bisa mulai berkembang pada suatu rangkaian prinsip tanpa terlebih dahulu mengiyakan kesentralan Injil. Kehidupan dan pelayanan gereja lokal perlu dengan sadar diri berpusat kepada Injil untuk menjaga efektivitas demi pelebaran kerajaan Allah." Bahkan bila seseorang tidak bisa secara langsung melihat Kristus dalam suatu pasal, atau sebagai suatu tipe atau kiasan perbandingan, FCF harus membawa kita pada anugerah yang kita perlukan melalui Yesus Kristus. Salah satu bantuan terbesar yang bisa gereja berikan kepada guru-guru sekolah minggunya adalah menyediakan suatu kurikulum yang mengacu pada Injil dari suatu dasar sejarah keselamatan. Sangat sedikit kurikulum di pasaran yang memiliki fokus seperti ini. Kurikulum tidak hanya akan membantu para murid belajar tentang anugerah Allah, tetapi juga akan menjadi alat untuk memuridkan guru ketika mereka menggunakan waktu untuk mengajar. (t/Ratri) Diterjemahkan dan diringkas dari: Nama situs: PCACEP.org Judul asli artikel: Evaluating Your Sunday School Curriculum Penulis: Dave Matthews Alamat URL: http://www.pcacep.org/Publications/EquipArchives/2006/ September/LeadSept06.htm -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak -- ______________________________________________________________________ TIPS MENGEVALUASI KURIKULUM Untuk melihat kurikulum dengan jelas, ada tiga faktor yang harus diperhatikan: mengapa, apa, dan siapa. Mengapa Mengevaluasi Kurikulum? Gereja-gereja pada umumnya memiliki tiga alasan penting untuk mengevaluasi kurikulum sekolah minggu. 1. Ketidaknyamanan di antara guru. Masalah ini -- yang ditunjukkan oleh beberapa faktor, misalnya moral yang buruk, pengunduran diri, dan kurikulum alternatif yang digunakan -- merupakan alasan yang paling sering muncul. 2. Tujuan pendidikan yang baru. Dengan tujuan baru, gereja sering kali memikirkan ulang bahan-bahan pengajarannya. Misalnya, mereka mungkin ingin menerapkan program-program yang lebih menarik bagi orang-orang non-Kristen, atau mereka ingin pandangan yang lebih konservatif tentang Alkitab. 3. Keinginan untuk mendapatkan materi yang lebih baik. Ini mungkin adalah alasan yang paling diabaikan karena alasan ini tidak muncul dari asumsi bahwa perubahan memang diperlukan. Namun, gereja ingin memastikan tersedianya sumber yang terbaik bagi para guru, jadi mengevaluasi kualitas bahan-bahan yang digunakan setiap tiga sampai lima tahun sekali adalah ide yang baik. Apa Bias Kita? Faktor penting kedua untuk mengadakan evaluasi kurikulum yang jelas adalah pemahaman tentang bias pendidikan staf pengajar. Bila tidak, gereja mungkin malah mendapat bahan pilihan baru yang tidak tepat untuk para guru. 1. Penerapan dalam Hidup Sehari-Hari Para guru sangat memerhatikan hal ini. Pertanyaan, "Lalu apa?" terus muncul. Bahan-bahan harus membantu anak-anak mempraktikkan iman mereka. 2. Metodologi Pendidikan Beberapa guru yang memiliki bias ini merasa bahwa membuat murid-murid bosan adalah dosa, oleh sebab itu pelajaran harus fokus pada partisipasi murid, dan peramalan adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan. Ruang kelas bisa meluas ke masyarakat, kadang dengan mengorbankan isi Alkitab dan aplikasi langsung dalam kehidupan. 3. Penguasaan Isi Alkitab Para pendidik Kristen mengutuk tidak adanya pengetahuan yang alkitabiah. Mereka percaya bahwa anak-anak seharusnya tahu kebenaran, dan kebenaran akan membebaskan mereka untuk menerapkan ajaran alkitab. Dengan demikian jelaslah bahwa bahan-bahan kurikulum seharusnya berlaku adil terhadap ketiga bias ini. Namun bila bidang pengajaran para guru nampaknya terlalu mudah, bahan-bahan tersebut sepertinya tidak akan mendapat dukungan sepenuhnya dari para guru. Siapa yang Terlibat? Fokus ketiga dalam suatu evaluasi kurikulum adalah rasa memiliki terhadap proses dan keputusan. Hal ini membawa kita pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Siapa yang Mengevaluasi? Penting untuk membuat kepemilikan yang luas dalam suatu kurikulum pembelajaran, dan konsep kuncinya adalah keseimbangan. Contoh, di divisi anak, ada tiga kelompok yang harus berpartisipasi, yaitu guru, orang tua, dan ahli pendidikan Kristen. Setiap kelompok seharusnya memiliki suara yang sama dalam proses, termasuk dalam pemilihan alat evaluasi dan kurikulum yang ditinjau ulang, dan penerapan evaluasi. Murid yang lebih tua bisa bergabung dalam proses itu untuk kelas yang lebih tinggi. 2. Siapa yang Memutuskan? Ketika evaluasi membutuhkan rekomendasi-rekomendasi, seseorang perlu membuat keputusan. Kunci keberhasilannya adalah siapa pun yang memutuskan harus terlebih dahulu dihormati oleh jemaat. Biasanya majelis gereja atau komisi yang membuat keputusan ini, tetapi dalam kasus-kasus tertentu, anggota staf dapat mengambil keputusan. Di kasus yang lain, pengambil keputusan seharusnya adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dalam pendidikan Kristen tetapi bisa pula orang-orang yang melakukan evaluasi ini. Hal ini mencegah para pengevaluasi menjadi terlalu mudah membuat keputusan, dan evaluasi ini memberi otoritas terhadap keputusan tersebut. 3. Bagaimana Jika Gagal? Karena para guru mungkin merasa kurikulumnya tidak efektif, para pemimpin perlu mengumumkan bagaimana perubahan itu akan dievaluasi -- sebelum perubahan-perubahan itu dilaksanakan. Akan bijaksana untuk menggunakan kurikulum selama setahun untuk dapat melakukan cukup evaluasi, namun orang-orang perlu tahu bagaimana dan kapan efek dari perubahan itu akan dikritik. Ketika kita terus mengingat poin-poin ini, kunjungan dari perwakilan kurikulum akan memberikan informasi dan dorongan yang dapat membentuk pelayanan kita tanpa memaksakan penggunaan pilihan kurikulum yang tergesa-gesa atau tidak tepat. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku: Leadership Handbook or Outreach and Care Judul asli artikel: Choosing Curriculum Penulis: Mark H. Sebter III Penerbit: Bakers Book, Michigan 1994 Halaman: 392 -- 393 *) Referensi di publikasi e-BinaAnak yang membahas tentang evaluasi kurikulum: ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/070/ -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak -- ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Fokus evaluasi kurikulum adalah rasa memiliki terhadap proses dan keputusan. ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR MEMBAWA PERSEMBAHAN KITA I. Persiapan Sediakanlah beberapa hadiah yang telah dibungkus dengan kertas-kertas yang berwarna cerah. Letakkanlah di meja kecil untuk dipakai dalam renungan. Tulislah pada masing-masing bungkusan itu "Hati", "Waktu", "Talenta", dan "Uang". Tunjukkan kata-kata itu pada saat yang tepat. II. Nyanyian Bersama: "Semua Ku B`ri Pada Yesus", "Bintang di Timur" III. Renungan Minggu lalu kita bicara tentang para gembala yang segera datang melihat bayi Yesus. Tentunya ada juga pengunjung-pengunjung yang lain, tetapi Alkitab hanya menceritakan tentang satu kelompok lain yang mengadakan perjalanan khusus untuk melihat bayi Mesias. (Mintalah seorang yang pandai untuk membacakan Matius 2:1-12) Alkitab menyebut kelompok ini orang-orang Majus. Namun demikian, mereka adalah ahli-ahli perbintangan yang mempelajari dan menyelidiki bintang-bintang. Orang-orang ini telah mengamat-amati langit dan melihat sebuah bintang yang luar biasa terangnya. Mereka begitu tertarik akan bintang itu sehingga mereka menempuh perjalanan, mungkin sampai beribu-ribu mil, untuk mengikuti bintang itu. Sungguh memakan waktu lama untuk tiba di Bethlehem melihat Raja yang baru lahir, tetapi mereka percaya akan melihat seorang Penguasa yang penting dan mereka telah membawa pemberian untuk Bayi itu. Bisakah kalian menyebut pemberiannya itu? Ya, emas, kemenyan, dan mur. Ketiga persembahan ini mahal sekali, tetapi orang-orang Majus itu merasa bahwa persembahan itu merupakan yang paling sedikit yang dapat mereka bawa -- yaitu yang paling baik yang ada pada mereka. Saya ingin tahu berapa banyak di antara kalian yang memikirkan pemberian apa yang dapat kalian berikan kepada Yesus, yang hari ulang tahun-Nya kita rayakan pada hari Natal. (Baliklah hadiah yang bertulisan "Hati".) Hadiah yang paling penting yang dapat kita berikan kepada Yesus adalah kasih dari hati kita. Sesuatu yang kita semua dapat berikan kepada Yesus adalah waktu kita. (Baliklah hadiah "Waktu".) Kita masing-masing memunyai jumlah waktu yang sama dalam sehari. Bagaimana cara kita memakai waktu itu bergantung dari kita. Apakah kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk melakukan perkara-perkara buat diri kita sendiri? Bagaimana dengan waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa? Kita masing-masing memunyai talenta. (Baliklah hadiah yang bertuliskan "Talenta"). Talenta bukanlah sekadar menyanyi atau memainkan alat musik. Mungkin ada yang bisa membuat dekorasi indah untuk ruangan. Barangkali ada yang sangat baik dalam membaca dengan keras. Tak peduli apa pun talenta kita, kita dapat membiarkan hal itu dipakai bagi Yesus. Kalian dapat juga memberikan uang kalian kepada Yesus. (Baliklah hadiah "Uang".) Kita memberikan uang persembahan di sekolah minggu dan di gereja atau untuk badan misi. Yesus tidak ambil pusing tentang jumlah uang yang kalian berikan. Dia senang karena kalian memberi sebagian dari uang kalian kepada-Nya. Pada hari Natal ini, janganlah kita lupa untuk memberikan pemberian yang dapat kita persembahkan kepada Yesus (susunlah hadiah-hadiah itu sehingga tulisan-tulisannya dapat dilihat) -- hati kita, waktu kita, talenta kita, dan uang kita. IV. Doa Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 1996 Halaman: 75 -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak -- ______________________________________________________________________ WARNET PENA PERLENGKAPI RAJAWALI KECIL ANDA! <http://www.rajawalikecil.com/> Bermula pada tahun 2002, Rajawali Kecil memberikan pelatihan bagi guru sekolah minggu dan PG-TK untuk memberikan visi pelayanan anak, bercerita, menyiapkan alat peraga, dan lain sebagainya. Agar tidak penasaran, silakan berkunjung ke alamat di atas dan manfaatkan bahan-bahan yang ada di sana. Menu yang tersedia di antaranya adalah renungan, lagu-lagu, cerita, alat peraga, games, kreativitas, sulap rohani, makalah, agenda racil, dan bahan-bahan Natal. Situs ini cukup lengkap dan bisa menjadi bahan pendukung pelayanan Anda. Selamat berjelajah! Oleh: Kristina (Redaksi) ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/ Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |