Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/454 |
|
e-BinaAnak edisi 454 (21-10-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 454/OKTOBER/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Mempersiapkan Generasi Masa Depan Gereja - ARTIKEL 1: Anak-Anak dalam Sejarah Gereja - ARTIKEL 2: Haruskah Anak-Anak Berada di Gereja? - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Coba Lagi - STOP PRESS: Perayaan 15 Tahun SABDA 19 -- 23 Oktober 2009 ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook! Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI MEMPERSIAPKAN GENERASI MASA DEPAN GEREJA Shalom, Ada gereja yang membuka kelas sekolah minggu bersamaan dengan ibadah umum orang dewasa. Salah satu alasannya adalah karena anak-anak tidak mungkin dapat mengikuti ibadah umum orang dewasa dengan baik sehingga dapat menimbulkan gangguan selama ibadah umum berlangsung. Alasan ini mungkin ada benarnya. Namun, apakah kita mau kehilangan saat-saat ketika para generasi masa depan gereja bisa belajar secara langsung hal-hal yang terdapat dalam ibadah gereja? Sekolah minggu perlu sering-sering membawa anak-anak mengikuti ibadah gereja orang dewasa. Tentu saja harus dengan persiapan yang matang dan terencana. Harus ada misi yang jelas pula, yaitu mengajarkan secara langsung makna gereja kepada anak-anak. Kita akan melihat pentingnya melibatkan anak-anak dalam kegiatan gereja dengan melihat bagian anak-anak itu sendiri dalam sejarah gereja. Selain itu, ada pula artikel mengenai membiasakan anak mengikuti ibadah gereja orang dewasa. Dari sana, para pelayan anak dapat mengadaptasinya untuk program pengenalan gereja terhadap anak-anak. Kiranya menjadi berkat bagi Anda semua. Tidak lupa kami sampaikan kabar gembira untuk Anda! Saat ini para pelanggan e-BinaAnak dapat saling berinteraksi melalui halaman e-BinaAnak di Facebook dalam Fan Page e-BinaAnak. Bagi Anda yang telah memiliki akun di Facebook, segeralah bergabung bersama kami. Silakan masuk ke halaman http://fb.sabda.org/binaanak untuk segera bergabung sekarang juga! Terima kasih. Selamat melayani! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+18:10 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL ANAK-ANAK DALAM SEJARAH GEREJA Gereja pada abad pertama tidak memerhatikan pendidikan anak, baik dalam hal pengetahuan dasar (baca tulis) atau pun dalam iman Kristen. Kelas-kelas dibentuk pada abad pertama dan kedua untuk petobat baru, dan, diperkirakan, anak-anak yang lebih dewasa masuk dalam kelas para petobat baru yang yang dikenal dengan nama "sekolah katekumen" ini. Kelas-kelas tersebut dibagi dalam "tingkatan", atau dikelompokkan menurut tingkat yang sesuai dengan komitmen masing-masing orang. "Pendengar" diizinkan untuk mendengarkan pembacaan Alkitab dan khotbah. "Pelutut" diizinkan tinggal lebih lama untuk berdoa dan mendengar lebih banyak firman; mereka diuji seturut dengan disiplin dan kebiasaan hidup Kristen. "Yang Terpilih" diberi instruksi teologis secara intensif dan dipersiapkan untuk dibaptis. Sekolah katekumen terus berlanjut selama beberapa abad, tetapi kemudian memburuk kira-kira setelah abad kelima. Sekolah-sekolah katekisasi muncul pada akhir abad kedua untuk melatih para pelayan dan sarjana Kristen. Sekolah-sekolah ini didirikan di seluruh dunia Kristen, dan suatu aturan dibentuk sehingga suatu kelompok jemaat mau bersama-sama mendukung sekolah "episkopal" atau "katedral". Meski demikian, sekolah-sekolah ini tidak untuk semua anak atau bahkan semua anak laki-laki. Mereka hanya menerima anak-anak yang dipersiapkan untuk menjadi pendeta gereja. Baru pada beberapa dekade setelah Reformasi orang-orang Kristen memerhatikan pendidikan baca tulis dasar bagi anak-anak secara umum dan manfaat pembelajaran Alkitab dalam pendidikan anak-anak muda. Marthin Luther mendukung pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak. Namun, adalah John Amos Comenius, pada akhir abad enam belas, yang sangat mendesak tersedianya pendidikan Kristen bagi semua anak. Comenius, Philip Spener, dan August Hermann Francke adalah orang-orang yang aktif mengenalkan pembelajaran Alkitab kepada pendidikan Kristen di berbagai bidang. Abad pertama telah menggunakan beberapa ayat tertentu dari Alkitab untuk dihafalkan di luar kepala dalam pengajaran katekumen, tetapi media cetak sekarang telah memungkinkan terwujudnya penggunaan Alkitab secara lebih luas lagi. Sekolah minggu pertama yang didirikan oleh Robert Raikes lebih banyak ditujukan untuk memberikan pengetahuan dasar (baca tulis) kepada anak-anak di Sooty Alley agar dapat menerima keselamatan. Editor Gloucester mendirikan sekolah minggu pertamanya di dapur Ibu Meredith. Dia membayar Ibu Meredith untuk mengajar anak-anak itu dan kemudian mempekerjakan orang lain. Namun, dia "di luar" gereja, dan hanya ada sedikit pendeta yang mendukungnya. Para pendeta yang mendukungnya itu di antaranya adalah John Wesley dan William Fox. Mereka berdua sejak awal memberi dukungan pada Raikes, bahkan sebelum Raikes mengaku pada masyarakat umum tentang apa yang sedang terjadi di dapur Gloucester selama hampir tiga tahun. Gerakan itu terus berkembang. Ketika Raikes meninggal pada tahun 1811, sudah ada hampir setengah juta anak yang terlibat dalam sekolah minggunya. William Fox mendirikan Sunday School Society di London pada tahun 1785, dan, dengan didukung oleh beberapa temannya yang kaya, dia mulai menyebarkan ide-idenya. Ketika gerakan sekolah minggu sampai di Amerika, gerakan ini menjadi semakin sedikit menggunakan program pengetahuan dasar dan semakin menuju pada penginjilan. Tahun 1810, sekolah minggu versi Amerika diizinkan masuk ke gereja. Ketika gereja mulai ikut terlibat, mereka menjadi lebih tertarik pada isi pengajarannya, dan denominasi-denominasi membentuk dewan atau komisi sekolah minggu untuk mengawasi pendidikan di gereja-gereja lokal. Awal abad dua puluh memberikan program yang lebih banyak dan lebih luas, yang ditujukan pada pendidikan moral dan spiritual anak. Program pramuka disusun antara tahun 1910 dan 1912. Child Evangelism Fellowship mulai berdiri tahun 1923. Bila pramuka cenderung menggunakan pendekatan sekuler, Child Evangelism Fellowship lebih banyak bekerja melalui Good News Clubs, mengumpulkan anak-anak di lingkungan mereka untuk dibawa kepada Kristus. CEF dan perkembangan lembaga-lembaga untuk anak terus berlanjut. Christian Service Brigade, Pioneer Clubs, Awana Youth Association, dan Christian Youth Crusaders -- masing-masing membentuk program pendidikan anak Kristen yang terus berkembang dan lebih baik: setiap program dilakukan tanpa memandang denominasi dan ditujukan untuk membawa anak-anak kepada Kristus dan pemuridan. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Judul buku: Childhood Education in the Church Judul asli artikel: Children in Church History Penulis: Robert E. Clark, Joanne Brubaker, Roy B. Zuck Penerbit: Moody Press, Chicago 1986 Halaman: 9 -- 11 --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak-- ______________________________________________________________________ ARTIKEL 2 HARUSKAH ANAK-ANAK BERADA DI GEREJA? Saat ini beberapa kalangan gereja memperdebatkan mengenai perlunya anak-anak berada dalam gereja selama ibadah berlangsung? Jawaban dari perdebatan tersebut sangat tergantung dari pandangan gereja dan apa yang kita lihat atau inginkan untuk anak-anak kita dalam gereja pada masa depan. Apakah anak-anak harus berada dalam gereja? Tentu saja. Anda tidak setuju? Teruskanlah membaca artikel ini. Saat saya masih berusia 20 tahun, sebagai wanita muda yang terlibat dalam sekolah minggu dan sebagai seorang guru profesional, jawaban saya secara teori terhadap pertanyaan di atas adalah, "Harus! Anda tidak dapat mengajarkan kehampaan. Anda tidak dapat mengajarkan tentang gereja jika anak-anak dikeluarkan dari kehidupan gereja." Di gereja asal saya, pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang menyenangkan. Anak-anak merupakan bagian dari keluarga gereja. Mereka dapat terlibat dalam gereja dan dipersilakan menghadiri ibadah, meskipun dengan "keributan kudus", "gerak-gerik liturgis", dan sebagainya. Kami tidak pernah melihat perbedaannya. Apakah mereka mengganggu yang lain? Kadang-kadang. Tapi mereka sedang dalam proses menjadi orang Kristen yang mencintai gereja; mereka akan rutin datang ke gereja jika mereka menghadiri ibadah gereja secara rutin sejak dini. Apakah saya tahu sulitnya membawa anak-anak ke gereja pada waktu itu? Tidak. Apakah memerlukan persiapan dan rencana? Ya! Apakah hal itu pantas untuk dilakukan? Jelas. Sebagai seorang istri pendeta, beberapa orang percaya bahwa anak saya memiliki sikap yang berbeda di gereja karena mereka terbiasa dengan kehidupan gereja atau karena suami saya adalah seorang pendeta. Menjadi terbiasa dengan kehidupan gereja? Nah, itulah intinya. Beberapa anak akan belajar mengenai sikap tertentu dalam situasi tertentu jika mereka terbiasa dengan sikap tersebut dan melihatnya secara rutin. Apakah hal itu mudah karena suami saya adalah seorang pendeta? Saya mampu menggunakan istilah "Ayah", bukan "Pendeta John", ketika menunjuk hal-hal tertentu selama ibadah gereja. Pendeta dapat mewakili Tuhan sementara ayah tetap seorang ayah. Pada kenyataannya, anak-anak saya tidak berbeda dari anak-anak lain seusia mereka. Alexander, 5 tahun, diharapkan dapat berkonsentrasi lebih lama daripada Elizabeth yang berusia 2 tahun. Dan tentu saja, Nathaniel yang berusia 9 bulan hanya akan melihat dan mengambil segala sesuatu sambil menjerit di sana-sini. Saya pun pernah mengalami saat-saat ketika saya bertanya-tanya apakah itu layak atau tidak. Saya akan pergi ke belakang gereja jika anak saya tiba-tiba menjadi agak terlalu berisik atau ribut atau meminta untuk pegi ke kamar kecil. Sering kali hal itu terjadi pada saat yang kurang "menguntungkan" selama ibadah. Pada waktu-waktu tertentu, saya sebenarnya sedikit membenarkan mereka yang mengatakan bahwa anak-anak tidak seharusnya berada di gereja selama ibadah. Namun hal tersebut sangat jarang saya alami karena saya kembali terguncang oleh "Kerajaan Allah" dan sambutan-Nya kepada anak kecil ketika anak saya tiba-tiba bertanya mengenai sebuah simbol tertentu atau bertanya tentang apa arti "keselamatan". Juga ketika anak saya yang berumur 2 tahun bernyanyi bersama dengan paduan suara yang menaikkan pujian "Haleluya". Apakah masa kecil saya sekarang berbeda dengan anak-anak zaman ini dalam hal ibadah gereja? Ya. Apakah akan lebih mudah bagi saya jika mereka hanya mengikuti kelas sekolah minggu dan tidak perlu mengikuti ibadah di gereja? Ya, tapi bukan itu yang saya inginkan untuk anak-anak saya. Saya ingin mereka terlibat dengan Kristus dan gereja. Ini yang saya inginkan untuk mereka sekarang dan pada masa depan. Jika saya hanya melibatkan mereka di "pinggiran", pada kemudian hari, mereka pun hanya akan terlibat di "pinggiran" gereja saja. Pada saat ini, berada bersama anak-anak saya selama ibadah gereja adalah pekerjaan saya untuk Tuhan dan gereja-Nya. Jika saya tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendengar setiap kata dari ibadah yang berlangsung atau kehilangan respons terhadap salah satu khotbah atau bahkan tidak dapat bernyanyi dalam paduan suara seperti yang telah saya lakukan sepanjang hidup saya, saya bisa percaya bahwa pekerjaan saya sekarang adalah untuk membawa anak-anak saya menyembah nama Allah. Dengan kehadiran yang teratur dalam gereja, anak-anak belajar dan melihat lebih dari yang kami pernah ketahui dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, pengetahuan dan kebiasaan ini akan menjadi kenyataan dan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Baru-baru ini saya berbicara dengan sepasang orang tua yang mengatakan bahwa ia akan menjadi orang terakhir yang mengatakan anak-anak harus berada dalam ibadah gereja. Dia telah melihat bahwa anak-anaknya belajar banyak hal selama mereka di gereja dan telah terbiasa dengan waktu ibadah yang panjang. Mereka telah membuat pengamatan dan tanya jawab tentang apa yang mereka lihat dan dengar. Namun, bukan tanpa banyak usaha dan kesabaran. Berikut adalah beberapa saran yang akan membantu Anda membawa kehidupan Kristus dan gereja-Nya menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. 1. Sebisa mungkin duduklah di deretan tempat duduk terdepan. Anak-anak perlu melihat apa yang terjadi selama ibadah. Hal ini juga membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dan akhirnya memahami hal-hal yang terjadi dalam pelayanan gereja. Anda mungkin merasa tidak nyaman melakukan ini dan berpikir anak-anak Anda akan menjadi gangguan untuk orang dewasa. Tolong, jangan pedulikan perasaan tersebut. Ini adalah tugas anak-anak untuk belajar bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari ibadah gereja. Dan adalah tugas orang dewasa untuk menjadi toleran terhadap proses pembelajaran ini dan tidak mengharapkan anak-anak menjadi dewasa. (Lihatlah ke sekeliling dan melihat beberapa perilaku orang dewasa, seperti berbicara. Ini lebih mengganggu pendeta daripada "suara suci" anak-anak.) Jangan berharap anak-anak kecil dapat duduk diam selama ibadah berlangsung. Hal tersebut tidak realistis. Saya tidak pernah mengatakan kepada anak-anak, "Jangan bicara!" Saya hanya "meminta" mereka untuk tetap tenang. Gerakan dapat dibatasi tetapi tidak dilarang. Anak saya yang berusia 2,5 tahun bisa bergerak lebih sedikit dan duduk di lantai, sementara anak saya yang berusia 5 tahun diperkirakan akan duduk di bangku dan berdiri dengan gerakan minimum. 2. Bawa bahan-bahan/materi untuk anak-anak. Dapat berupa buku liturgi untuk anak, buku-buku bergambar, krayon, atau makanan kecil. Biarkan anak-anak tahu apa yang diizinkan dan apa yang tidak -- hal ini akan berubah seiring bertambahnya usia anak-anak. Saya tidak berharap anak saya yang berusia 2,5 tahun mengerti banyak hal sebanyak yang dapat anak saya yang berusia 5 tahun terima. Sebagai anak-anak yang sedang belajar membaca, ilustrasi dalam buku liturgi mungkin sudah cukup. Jangan berlebihan pada kegiatan. Kadang-kadang, bangku kami begitu penuh dengan berbagai hal yang dikemas untuk anak-anak. Sekarang saya telah belajar untuk membawa lebih sedikit barang-barang yang tidak perlu. 3. Siapkan anak-anak sebelum mengikuti ibadah. Jika Anda telah mengetahui dari mana ayat Alkitab yang akan dikhotbahkan dalam ibadah, bacalah ayat tersebut pada hari Sabtu malam. Jelaskan kepada anak-anak bahwa mereka akan mendengar ayat ini di gereja. Selama di gereja, berbisiklah kepada mereka untuk mengingatkan mereka mengenai ayat tersebut. Mintalah anak-anak mempersiapkan persembahan mereka. Anak-anak usia dua tahun dapat membaca Doa Bapa Kami. Ajarkanlah kepada mereka dan dorong mereka untuk ikut berdoa Doa Bapa Kami dalam ibadah. 4. Abaikan komentar yang meremehkan upaya Anda untuk membuat anak-anak Anda menjadi bagian dari kehidupan gereja. Orang-orang yang mengeluarkan komentar tersebut memiliki pemahaman yang kurang tentang gereja dan tentang bagaimana Kristus menerima dan menyambut anak-anak kecil. Saya telah menemukan bahwa tingkat toleransi saya lebih rendah dan perilaku anak-anak saya tampaknya menjadi lebih buruk ketika saya lebih memerhatikan pemikiran-pemikiran orang lain. Saya menjadi tidak berkonsentrasi untuk mendorong anak-anak saya selama ibadah gereja. Jangan biarkan hari yang buruk mengecilkan hati Anda. Evaluasilah apa yang telah terjadi, ubahlah harapan Anda jika diperlukan, dan coba lagi. Anda tidak sendirian untuk mencari nasihat dari orang tua yang lain. 5. Jadikan gereja sebagai bagian yang penting dalam hidup Anda. Kehidupan rohani Anda sendiri adalah teladan penting untuk anak-anak. Jika anak-anak melihat bahwa Allah dan gereja adalah bagian penting dari hidup Anda, ini akan membuat dampak yang besar bagi anak dalam pertumbuhan mereka. Suatu hari, mereka pun akan menerima iman seperti yang Anda miliki sebagai milik mereka. Berdoa di rumah, membaca Alkitab, dan melibatkan anak-anak Anda dalam pekerjaan yang baik. Kekuatan rohani Anda pun akan memberikan tambahan kekuatan untuk menolerir mereka yang kurang dari sempurna. Orang tua yang hanya membawa anak-anak mereka ke sekolah minggu, apakah itu sebelum atau sesudah gereja, tidak menyadari bahwa kelas yang sebenarnya adalah di GEREJA. 6. Hadiri pelayanan gereja di luar ibadah rutin. Usahakanlah untuk menghadiri ibadah-ibadah khusus di gereja. Walaupun tidak selalu mungkin anak-anak dapat mengikuti seluruh kegiatan gereja, dalam ibadah khusus anak-anak akan belajar lebih banyak mengenai gereja dan lebih mempersiapkan anak-anak mengetahui apa yang akan mereka lihat dan dengar. Sebagai kesimpulan, Anda perlu memeriksa bagaimana Anda melihat gereja dan apa yang Anda lihat dan inginkan untuk anak-anak Anda dalam kehidupan gereja untuk menjawab pertanyaan Anda sendiri tentang apakah anak-anak diterima dalam gereja. Jika Anda ingin anak-anak Anda mengalami kepenuhan Kristus dan gereja-Nya serta memiliki hidup bergereja yang dapat meningkatkan kehidupan rohani mereka sendiri ketika berjuang dengan pertanyaan tentang iman, maka Anda harus menjawab dengan pasti, "Ya, anak-anak harus hadir pula dalam ibadah gereja!" (t/Davida) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Orthodox Family Life Judul asli artikel: Should Children Be in Church? Penulis: Joan Woodward Teebagy Alamat URL: http://www.theologic.com/oflweb/inchurch/attend3.htm --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak-- ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Tuhan pun menyambut anak-anak di dalam gereja. ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR COBA LAGI Bacaan: Matius 13:3-8 Waktu Mark mampir ke rumah kakeknya setelah pulang sekolah, dia heran mendapati kakeknya sedang berlutut di kebun. Beberapa kantong baru yang berisi benih tergeletak di sampingnya. "Apa yang sedang Kakek lakukan?" tanya Mark. "Kakek `kan sudah menanami lajur yang sama itu minggu kemarin." "Iya," jawab kakek, "tapi hujan yang deras menyapu bersih benih itu." "Oh," seru Mark. "Mmm, tapi bagaimana jika hal itu terjadi lagi? Mengapa Kakek tidak membeli sayuran di supermarket saja? Bisa mengurangi pekerjaan." "Kakek tahu," kata kakek setuju, "tapi tidak ada sayuran yang rasanya lebih enak dibanding sayuran segar dari kebun." Dia memungut kantong benih yang kosong. "Ngomong-ngomong," kakek melanjutkan, "siapa yang akan menemanimu dalam acara kemah sekolah minggumu minggu depan?" "Sepertinya tidak ada," kata Mark. Aku mengajak Scott lagi, tapi dia tak pernah datang untuk memberi jawaban." "Yah ..., mengundang seseorang itu seperti menabur benih," kata kakek menjelaskan. "Kadang kamu berhasil, dan kadang tidak. Namun jika kamu terus berusaha, hasilnya pasti beda, mengapa kamu tidak mencoba mengajak orang lain? Ini adalah kesempatan yang bagus supaya mereka mendengar tentang Yesus. Bukankah kamu pernah berkata ada anak laki-laki baru di kompleksmu?" "Iya," jawab Mark. "Namanya Brett." "Dia mungkin perlu teman baru," kata kakek mengingatkannya. Dia memberikan kantong benih pada Mark. "Apa kamu perhatikan bedanya, apa yang kakek tanam sekarang dan yang kakek tanam sebelumnya?" Mark mengamat-amati kantong yang dipegangnya. "Uh ... coba lihat ... Kakek tidak punya bawang merah sekarang," seru Mark, "dan sebelumnya kakek tidak punya gambas (semacam labu)." "Bawang merah biasanya tumbuh dengan baik kalau ditanam pada awal musim semi. Sekaranglah waktunya menanam benih-benih yang nantinya bisa tumbuh dengan baik pada musim ini, jadi kakek memutuskan untuk menanam gambas," jelas kakek. "Di kebun, jika satu jenis sayuran tidak bisa tumbuh dengan baik, kakek akan mencoba jenis sayuran yang lain. Dan untuk kamu, jika satu anak tidak menerima ajakan untuk ikut ke gereja atau kemah, ajaklah orang lain yang sepertinya lebih berminat untuk ikut." Mark menyengir. "Baiklah, Kakek," katanya. "Aku tidak akan menemui Brett lagi dalam perjalanan pulangku." M.M.P. Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu akan menyerah dengan mudah jika seseorang yang kamu ajak ke sekolah minggu atau gereja tidak mau datang? Ajaklah lagi, dan ajaklah orang lain yang ingin ikut juga. Jika kamu terus mengajaknya, bisa jadi kamu menolong orang lain belajar tentang Kristus. Ayat Hafalan: Galatia 6:9 "Karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (t/Setyo) Diterjemahkan dari: Judul buku: The One Year Book of Devotion for Kids II Judul asli artikel: Try Again Penulis: Katherine Ruth Adams, dkk. Penerbit: Tyndale House Publisher, Illinois 1995 Halaman: Tidak dicantumkan --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak-- ______________________________________________________________________ o/ STOP PRESS o/ PERAYAAN 15 TAHUN SABDA 19 -- 23 OKTOBER 2009 Banyak sukacita mewarnai minggu ketiga perayaan 15 Tahun SABDA. Selain jumlah fan SABDA yang sudah melewati angka 1.000, peluncuran Aplikasi Facebook SABDA Ayat juga telah mendapat sambutan yang hangat dari para penggunanya. Bagi Anda yang ingin facebooknya dihiasi dengan tampilan ayat setiap hari secara otomatis, silakan menambahkan aplikasi SABDA Ayat melalui URL berikut ini. ==> http://apps.facebook.com/sabda_ayat/ Sementara itu, masih ada beberapa kendala untuk peluncuran Tutorial SABDA Alkitab dan upgrade situs SABDA.net. Kami mohon dukungan doa dari Anda semua agar kedua proyek tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Memasuki perayaan minggu ke-3 ini, ada beberapa acara yang akan YLSA laksanakan, yaitu: - Peluncuran CD Image SABDA (ISO) - Dimulainya Pemilihan (Polling) Karya Slogan, Desain Stiker SABDA, dan Desain T-Shirt SABDA - Peluncuran Gadget "AYATIZER" - Peluncuran upgrade CD Alkitab Audio (TB dan BIS) Doakan agar semua rencana tersebut berjalan dengan lancar dan menjadi berkat bagi banyak orang. Terima kasih, Tuhan memberkati. ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/ Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |