Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/445 |
|
e-BinaAnak edisi 445 (12-8-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 445/AGUSTUS/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Keteguhan Kaleb - ARTIKEL: Kaleb: Keberanian Seorang Pemimpin, Berani Tampil Beda - MUTIARA GURU - BAHAN MENGAJAR: Karena Kurang Percaya - AKTIVITAS: Dua Belas Pengintai - STOP PRESS!: 40 Hari Mengasihi Bangsa dalam Doa ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI KETEGUHAN KALEB Semakin dekat puncak perayaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-64, semakin ramai suasana di lingkungan perumahan maupun beberapa organisasi. Banyak kegiatan yang dilakukan untuk memeriahkan suasana hari merdeka nusa dan bangsa kita. Semuanya berusaha memberikan sumbangsih yang terbaik. Begitu pun dengan dua belas pengintai yang diutus Musa untuk memastikan keadaan di Kanaan. Mereka pergi dengan penuh semangat dan berkomitmen membawa pulang kabar yang baik bagi bangsa Israel. Namun, hanya dua orang dari dua belas orang itu yang tetap semangat setelah mendapati kenyataan yang ada, bahwa Kanaan penuh dengan "raksasa". Kaleb pun bereaksi. Dia teguh memegang janji Tuhan, bahwa bangsa Israel tidak perlu takut. Nah, mari ajarkan keteguhan Kaleb ini kepada anak-anak layan kita. Namun sebelumnya, pelajari lebih dalam lagi mengenai sosok Kaleb dalam artikel di edisi ini. Setelah itu, kita dapat menggunakan bahan mengajar dan aktivitas sehubungan dengan kisah Kaleb, juga pada edisi ini. Selamat mengajar! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ "Tetapi hamba-Ku Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan memilikinya." (Bilangan 14:24) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Bilangan+14:24 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL KALEB: KEBERANIAN SEORANG PEMIMPIN, BERANI TAMPIL BEDA Ada satu pemahaman bahwa di dalam narasi Perjanjian Lama, kita akan melihat bagaimana Allah mengambil peran utama di dalam cerita itu. Pemahaman ini memang benar, bahwa melalui setiap cerita, kita akan mengenal Allah melalui tokoh atau bangsa Israel. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa belajar dari tokoh tersebut. Meskipun memang terkadang, tokoh Perjanjian Lama menampilkan satu sikap hidup yang nagatif. Sebagai contoh, seorang Yusuf yang memamerkan jubah mahaindahnya di depan saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan domba (Kej. 37:23). Kita harus pahami bahwa setiap tokoh pasti memiliki berbagai segi yang di dalamnya kita akan melihat pekerjaan Tuhan yang mengubah hidup mereka. Hidup mereka yang diperbaharui oleh Allah Israel itulah yang menjadi satu teladan yang bisa kita aplikasikan untuk kehidupan kita saat ini. Kaleb adalah salah satu tokoh hikayat Perjanjian Lama. Ia adalah seorang pemimpin suku di antara ke-12 suku yang ada di Israel (Bil. 13:4), tepatnya suku Yehuda. Pada saat Kaleb menjadi kepala suku Yehuda, ia dipilih oleh Musa menjadi salah seorang pengintai tanah Kanaan. Di dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir ke tanah Kanaan, Allah berfirman kepada Musa agar mengirim setiap pemimpin suku untuk mengintai negeri Kanaan. Tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan pun mulai diintai oleh semua kepala suku di Israel (Bil. 13:17-24). Mereka mulai mengintai negeri itu dengan melihat segala yang ada di negeri itu. Lembah ke lembah mereka jalani, gunung ke gunung mereka perhatikan, sampai pada setiap segi tanah perjanjian itu mereka ketahui. Hasil negeri itu mereka ambil dengan memotong setandan anggur sebagai bukti bahwa negeri itu berlimpah susu dan madu. Ternyata, memang benar negeri itu berlimpah susu dan madu, negeri itu sangat kaya akan hasil anggur, gandum, dan ternaknya yang melimpah ruah (Bil. 13:27). Ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi bangsa Israel. Perjalanan para pengintai selama 40 hari itu menghasilkan suatu kabar yang menggembirakan, negeri yang berlimpah susu dan madu. Namun, bukan hanya dilimpahi oleh susu dan madu, negeri itu juga didiami oleh bangsa-bangsa yang "besar". Negeri itu didiami oleh bangsa keturunan Enak, orang Amalek, orang Yebus, orang Het, orang Amori, dan orang Kanaan (Bil. 13:28-19). Sepintas lalu, mungkin kita akan berpikir, ada apa dengan orang itu? Atau kenapa rupanya kalau negeri itu didiami oleh bangsa-bangsa yang besar. Penulis kitab Bilangan menyebutkan bangsa ini adalah bangsa yang kuat-kuat dan ditambah lagi mereka mendiami bagian-bagian yang sangat strategis, yaitu pegunungan dan lembah-lembah yang secara geografis akan sangat sulit untuk diruntuhkan. Dengan kata lain, bangsa Israel menyimpulkan, bagaimana mungkin mereka akan menduduki negeri yang berlimpah susu dan madu itu jika didiami oleh bangsa-bangsa yang seperti itu. Kabar menggembirakan berubah menjadi satu kabar yang sangat menakutkan. Memang benar negeri yang dijanjikan Allah itu berlimpah susu dan madu, tetapi mereka bertanya mengapa bangsa-bangsa yang seperti itu yang berdiam di sana. Seperti biasa, orang Israel langsung merespons dengan gusar dan mulai menyalahkan Allah Yahwe. Memang benar itu adalah tanah yang subur, tetapi apa maksudnya negeri itu berkubu-kubu dan orang-orang besar tinggal di sana. Ini adalah gambaran pertanyaan orang-orang yang mulai meragukan janji Allah. Bahkan hal inilah yang membawa mereka gelisah dan siap memberontak kepada janji Allah. Yakni, kita harus mundur untuk bermimpi menduduki tanah perjanjian itu. Jadi bagaimana sekarang, tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali mundur atau kembali ke tanah Mesir. Para pemimpin suku yang mengintai tanah Kanaan itu terdiam melihat negeri yang dijanjikan itu. Di tengah ketakutan, muncullah seorang Kaleb yang mencoba menenteramkan hati bangsa yang penakut ini (Bil. 13:30-31). Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" Kalimat yang sangat "langka" keluar dari mulut seorang pemimpin. Meskipun pada satu segi kalimat itu akan menghasilkan satu risiko. Kaleb harus tahu itu. Tetapi apa pun itu, akan menjadi harga seorang pemimpin untuk bersuara di tengah kekacauan. Orang Israel mungkin akan berkata: "Hei ..., Kaleb, bagaimana mungkin engkau berkata kita akan menduduki negeri itu, engkau tidak tahu siapa kita dan siapa yang menduduki negeri itu? Secara logika, memang benar negeri yang dijanjikan itu sangat kecil kemungkinannya untuk diduduki. Bangsa yang berdiam di sana dilengkapi dengan kubu dan pertahanan yang sangat rapi. Dengan kata lain, mustahil orang Isreal bisa menduduki negeri itu. Sehingga benarlah tindakan Kaleb itu sangat bodoh jika kita berpikir secara manusia. Tetapi ingat, jika berpikir sebagaimana rencana Allah, maka jawaban kita akan berbeda. Bahkan sangat berbeda. Kalimat yang diucapkan Kaleb dimentahkan dengan hasutan sepuluh pemimpin suku yang lain. Sebagian besar pemimpin suku mengatakan: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita" (Bil. 13:31-32). Tidak hanya itu, mereka juga semakin jauh dengan meyampaikan kabar busuk tentang negeri yang diintai itu. Katanya, ternyata negeri itu memiliki kebiasaan memakan penduduknya sendiri, orang itu memiliki perawakan yang sangat tinggi dan kami seperti belalang di hadapan mereka. Keturunan Enak berada di sana, yang merupakan keturunan raksasa (Bil. 13:32-33). Ketika mendengar tambahan berita bohong itu, bisa kita bayangkan bagaimana respons orang Israel mendengarnya. Semakin gundah, semakin kacau, dan semakin ragu akan janji Tuhan. Suasana pun semakin tak terkendali. Dan ingat sekali lagi, di dalam suasana yang seperti ini, sangat riskan untuk bertindak, apalagi sesuatu itu berbeda menurut pandangan sebagian besar orang. Sangat berisiko. Kita mungkin bertanya, apakah Kaleb menarik kembali pernyataannya bahwa, "Kita akan maju dan menduduki negeri itu?" Jawabannya, tidak. Bahkan sangat mengejutkan, Kaleb tidak berhenti sampai satu pernyataan itu, Kaleb dan Yosua berdiri dan mengoyakkan pakaiannya (Bil. 14:6). Ini merupakan bukti berkabung atas bangsa yang penakut itu dan sebagai bukti perlawanan terhadap orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Mereka berkata (Bil. 14:7-9) dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Sekali lagi kalimat ini sangat berisiko dan "langka". Apa yang membuat Kaleb dan Yosua berkata demikian? Jika kita perhatikan, kalimat itu mereka ucapkan dengan dasar pengenalan yang dalam akan Allah di dalam rencana dan janji-Nya. Mereka yakin jika TUHAN menjanjikan negeri itu, maka negeri itu akan menjadi milik mereka. Hanya saja, mereka jangan memberontak kepada Allah. Keyakinan mereka bahwa Allah Israel akan mengalahkan semua bangsa itu bahkan akan menelan bangsa-bangsa yang besar itu sampai habis. Jangan takut kepada bangsa yang besar-besar itu dan bangsa yang berkubu itu jika TUHAN menyertai kita. Melalui pengenalan itu, mereka jelas tahu jika TUHAN menyertai, maka semua akan berjalan sebagaimana maksud dan rencana-Nya. Allah Israel bukanlah Allah yang lupa akan janji, dan bahkan Allah Israel sanggup mengalahkan semua bangsa-bangsa itu. Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel (Bil. 14:10-11). Risiko itu muncul dan harus dihadapi. Yakni, lontaran batu dari bangsa yang sudah meragukan TUHAN dan merasa dipermainkan oleh TUHAN. Apalagi bangsa yang bebal ini sangat mudah untuk dihasut dan setiap orang yang berani untuk menawarkan sesuatu yang berbeda, disarankan berhati-hati. Tetapi penyertaan TUHAN yang Kaleb ketahui itu terbukti melalui kehadiran-Nya. Ketika risiko itu datang, Allah tidak hanya diam. Kemuliaan TUHAN nampak di kemah pertemuan. Ini merupakan pertanda Allah hadir bersama-sama orang yang takut pada-Nya dan peringatan siapa saja yang memberontak kepada Dia. Kaleb yang mengikut Tuhan dengan segenap hati, harus berhadapan dengan bangsa yang bebal. Tetapi justru di dalam hal itulah kita melihat bagaimana keberanian seorang Kaleb menantang arus. Berani menentang pendapat dengan yang mayoritas dan berani tampil beda dari sepuluh orang pengintai yang lain. Ketika kondisi seperti ini yang terjadi, seorang pemimpin akan mengalami pengujian, bagaimana ia mengikut TUHAN. Tetapi dengan jelas, Kaleb menjatuhkan pilihannya: mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Melihat realita kehidupan pemimpin kristiani saat ini, menampilkan diri seperti yang ditunjukan oleh Kaleb bisa kita katakan sebagai sesuatu yang sangat langka. Untuk bisa mencari seorang pemimpin yang benar-benar memiliki keberanian untuk menampilkan suatu sikap yang berbeda dari apa yang dunia ini tawarkan sepertinya adalah sesuatu yang sangat sulit. Memang untuk bisa memilih berbeda dengan sebagian besar orang di dunia ini, maka sepertinya kita sedang berhadapan dengan satu singa lapar yang setiap saat siap menerkam kita. Seperti domba yang mencoba memberikan pendapat kepada kumpulan ribuan serigala. Tetapi kita harus ingat, hal ini adalah kewajiban setiap pemimpin yang mau mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Buah dari keberanian Kaleb adalah mereka akan menikmati Tanah Perjanjian. "Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur 20 tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya" (Bil. 32:11-12). Pemimpin yang memberontak itu harus menerima kenyataan tidak akan mendapat bagian di dalam tanah yang berlimpah susu dan madu. Tetapi Kaleb dan Yosua akan memperoleh bagian dan menikmati Tanah Perjanjian yang berlimpah susu dan madu itu. Ini merupakan upah setiap orang yang mengikut Tuhan dan ini sangat jelas berada di dalam satu pilihan di mana setiap orang bebas memilih. Mengikut Tuhan atau mengikut dunia. Pemimpin yang mengikut dunia akan berpikir dan bertindak menurut ukuran dunia, tetapi pemimpin yang mengikut Tuhan akan berpikir dan bertindak menurut kehendak dan rencana Tuhan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Prasasti Perangin-angin Penulis: Prasasti Perangin-angin Alamat URL: http://prasastipoenya.blogspot.com/2007/09/eksposisi-kaleb.html ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Tuhan tidak pernah ingkar janji. Percayalah, maka Dia akan bertindak. ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR KARENA KURANG PERCAYA Negeri Kanaan sekarang sudah dekat. Sudah 1 bulan berselang sejak mereka berangkat dari Gunung Sinai. Dan sekarang ... ai, orang-orang Israel berseru dengan girangnya. Negeri bahagia sudah dekat. Berita itu tersiar di antara orang-orang Israel. Semua menengok ke satu arah. Tangan menunjuk gemetar .... Di sana, di balik gunung-gunung, di sanalah letak tanah bahagia. Betul sekeliling mereka masih ada gunung dan gurun batu yang tandus kering, tetapi di balik gunung yang gundul itu ... di sana menanti tanah harapan. Muka mereka berseri-seri. Tengoklah awan Tuhan maju perlahan-lahan sekali, lalu berhenti. Kemah-kemah pun dipasang. Tetapi tak seorang pun mau masuk ke dalam tendanya. Mereka berdiri saja dan memandang ke kejauhan. Seekor burung rajawali melayang di atas gunung itu. Ia sudah melihat negeri bahagia itu. Begitu dekat negeri itu sekarang. Orang-orang ingin tahu. Betulkah seperti yang dikatakan oleh Musa, bahwa negeri itu sungguh indah? Subur makmur? Orang-orang itu gelisah. Mereka tak dapat diam lagi. Girang, tetapi takut juga. Mereka bimbang. Orang-orang apa yang tinggal di Kanaan itu? Musuh barangkali. "Baiklah kita hati-hati saja," kata orang-orang Israel kepada Musa. "Baiklah kita menyuruh beberapa orang penyelidik pergi dulu ke sana. Entah bahaya apa yang ada di situ. Para penyelidik itu dapat mencari tempat yang mudah kita serang nanti. Di samping itu, kita dapat mengetahui apakah negeri itu benar-benar subur." Mereka bimbang lagi karena kurang percaya. Musa mengetahui jalan pikiran mereka. "Baiklah," katanya. Tuhan Allah juga memberi izin. Tak lama lagi, mereka akan tahu bahwa Tuhan Allah berkata benar. Keesokan harinya, dua belas orang berangkat, dari tiap-tiap suku seorang. Yosua turut juga. Bangsa Israel menunggu. Makin lama menunggu, mereka makin gelisah. Setelah 40 puluh hari, nampak beberapa sosok tubuh di atas puncak gunung. Para penyelidik sudah kembali! Dan apa yang dibawanya? Buah-buahan yang enak lezat. Buah delima dan buah ara. Dua orang memikul tangkai buah anggur yang sangat besar. Belum pernah mereka melihat tangkai seperti itu. Orang-orang Israel bersorak gembira. Mereka mengelu-elukan para penyelidik itu sebagai pahlawan. Ada yang tanya ini, tanya itu, sambil berjalan ke tempat Musa. Sekarang tak ada yang bersungut-sungut lagi. Semua memandangi kedua belas penyelidik itu, yang sedang menceritakan pengalaman mereka. "Seluruh negeri itu sudah kami selidiki. Sampai ke sebelah utara kami pergi. Benar-benar negeri itu penuh dengan madu dan air susu, rumput-rumputnya hijau, tanahnya subur, ah, negeri itu sungguh bagus." Musa tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya. Benar juga kata Tuhan. Orang-orang Israel senang mendengar kabar itu. Tetapi itu hanya sebentar saja. Dari kedua belas orang itu, yang percaya kepada tuntunan Allah hanya dua orang: Yosua dan Kaleb. Yang sepuluh lagi seperti orang Israel lainnya: kurang percaya dan bimbang hati. "Inilah hasil bumi Kanaan," kata mereka dengan wajah murung. "Tetapi ingat, seorang pun dari kita takkan dapat masuk ke dalam negeri itu. Seorang pun takkan bisa memetik buah-buahan yang enak itu. Percayalah. Bangsa-bangsa itu tinggal dalam kota-kota yang dilindungi tembok-tembok batu yang kokoh kuat. Tak mungkin kita dapat mengalahkan bangsa-bangsa itu." Mendengar kata-kata itu, muka orang-orang Israel menjadi muram. Mereka tak bersorak lagi, tetapi mulai takut dan sangsi. Kaleb tampil ke depan sambil berkata: "Mengapa kita takut? Ayo, marilah kita berangkat. Tuhan akan menyertai kita." Orang-orang yang sepuluh lagi tertawa terbahak-bahak. Mereka menghina Kaleb. "Jargan percaya kepada Kaleb. Orang yang tinggal di situ raksasa. Aduh, mereka begitu besar. Kami seperti belalang saja, begitu kecilnya. Bagaimana kita dapat mengalahkan negeri raksasa?" Setelah mendengar penjelasan itu, orang-orang Israel mengeluh, mengerang, dan menangis tersedu-sedu. Mereka menepuk dada dan meremas-remas tangannya. Mereka sangat marah, kecewa. "Ah, andaikata kita mati di gurun, itu lebih baik. Tidak sampai begini keadaan kita," keluh beberapa orang. Beberapa orang lagi merengek, "Mengapa Tuhan membawa kita ke sini? Supaya kita mati? Supaya anak-anak serta istri kita ditangkap? Tidak, kita tidak akan masuk ke negeri Kanaan itu. Kita pulang saja ke tanah Mesir." "Benar, kita ditipu oleh Tuhan Allah dan oleh Musa!" Orang-orang itu makin lama makin ribut. Orang-orang Israel sungguh kehilangan harapan. Apa gunanya mereka berjalan sejauh itu ke sini? Menanggung bermacam-macam sengsara, padahal akhirnya mereka tidak dapat masuk ke negeri Kanaan! Dulu mereka merasa bahagia hidup dengan Tuhan, damai dan tenteram. Sekarang terjadi sebaliknya, mereka kesal, ribut, tak mau mengenal Tuhan Allah lagi. Bahkan, tanah bahagia yang sekian lamanya mereka harap-harapkan itu, mereka kutuki. Yosua dan Kaleb masih mencoba menenteramkan orang-orang Israel itu. Mereka mencabik-cabik pakaiannya tanda berkabung. Aduh, bangsa ini tidak percaya kepada Tuhan. Padahal selama perjalanan mereka selalu dilindungi oleh Tuhan dan selalu ditolong bila ada kesusahan. "Diam!" seru kedua orang itu. "Jangan takut! Tuhan dapat dan akan memberikan tanah itu kepada kita! Ia lebih kuat, lebih berkuasa daripada musuh itu. Dengarlah Musa!" "Lempari dia dengan batu!" ada yang berseru. "Rajam penipu itu!" Keresahan sudah sampai batasnya. Lalu Tuhan datang menolong hamba-hamba-Nya dengan kemuliaan-Nya. Ia membela hamba-hamba yang setia itu. Dari tiang awan Tuhan, turunlah suatu cahaya yang terang benderang menyambar ke bawah, lebih terang dari kilat. Orang-orang Israel yang mau membunuh hamba-hamba Tuhan itu terperanjat. Mereka mundur sambil menutupi mata dengan tangannya. Tak ada lagi yang berani berbicara. Diam. Sepi. Awan yang gelap dan besar itu menyelubungi Kemah Suci. Musa masuk ke dalamnya. Mukanya sedih, kakinya terasa sangat berat. Dan orang-orang Israel merasa bahwa murka Tuhan akan menimpa mereka. Mereka menunggu sampai Musa keluar lagi. Mereka terkejut. Belum pernah mereka melihat muka Musa sesedih itu. "Dengar," katanya hampir menangis. "Demikian kata Tuhan. Kamu tak mau masuk ke tanah bahagia itu? Kamu takkan masuk lagi! Kamu mau kembali? Baik, kamu akan kembali! Kamu lebih suka mati di gurun? Baik, kamu akan mati di gurun sebagai hukuman karena kamu tidak mau percaya! Semua yang berumur 20 tahun ke atas akan mati di sana, kecuali Yosua dan Kaleb, yang percaya kepada Tuhan. Dan anak-anakmu yang kamu tangisi, akan masuk ke dalam negeri bahagia itu sebagai bangsa yang baru. Selama 40 tahun lagi, kamu harus mengembara di gurun pasir ini ...!" Matahari terbenam. Di mana-mana mulai gelap. Orang-orang Israel menangis di dalam kemahnya masing-masing. Mereka menyesal, sangat menyesal. Negeri bahagia yang dijanjikan itu sudah tertutup bagi mereka untuk selama-lamanya. Hanya satu saja kuncinya, supaya dapat masuk ke dalamnya. Kepercayaan. Keesokan harinya, beberapa orang pergi kepada Musa. Mereka gagah berani, senjatanya pedang yang tajam. "Kami tahu bahwa kami sudah berdosa," kata mereka. "Sekarang kami akan masuk ke negeri bahagia itu." Musa menggelengkan kepalanya yang sudah beruban. "Jangan," katanya, "Tuhan tidak akan menyertai kamu." Tetapi mereka tidak mau mendengarkan. Karena sudah putus asa, mereka mendaki gunung-gunung di perbatasan negeri Kanaan itu. Hanya beberapa orang saja yang kembali. Badannya penuh luka-luka. Yang lain mati semua. Berserakan di pegunungan menjelang negeri bahagia yang ditujunya. Kembali ke gurun. Orang-orang Israel menyesal, tetapi sudah terlambat. Gurun yang berbukit-bukit, pasir yang panas terik, bongkah-bongkah batu yang serbatajam harus mereka tempuh lagi dari hari ke hari. Mereka mengikuti awan Tuhan yang pulang kembali ke tengah gurun pasir. Rombongan orang banyak itu bergerak maju seperti menuju kuburan. Sedih, kepala mereka tertunduk, kakinya berat. Tak ada yang gembira lagi. Benar-benar mereka pergi ke kuburan. Mengantarkan badannya sendiri karena mereka akan mati di gurun pasir itu. Anak-anak merengek-rengek. Mereka kecewa. Sudah diceritakan oleh ibu bapa mereka, bahwa tanah bahagia sudah dekat, di balik gunung sana, tetapi sekarang mereka kembali lagi. Mereka terus menoleh ke belakang, sambil menarik-narik tangan orang-orang tuanya. "Mengapa kita pulang lagi, Pak? Mengapa kita tidak terus ke balik gunung sana?" Begitulah mereka bertanya terus-menerus. Ayah bundanya menyahut dengan sedih, "Sabarlah, nanti di kemudian hari kamu akan masuk ke sana. Sekarang belum." "Di kemudian hari?" Anak-anak itu tercengang. "Mengapa baru di kemudian hari?" Ya, mengapa? Oleh sebab seorang pun tak dapat masuk ke dalam tanah bahagia yang sudah dijanjikan, kalau tidak percaya kepada Tuhan. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama Judul asli buku: Groot Vertelbook Penulis: Anne de Vries Penerjemah: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999 Halaman: 175 -- 178 ______________________________________________________________________ o/ AKTIVITAS o/ DUA BELAS PENGINTAI Tujuan: Kekuatan kita datangnya dari Tuhan, bukan dari diri kita sendiri. Pelajaran: Bilangan 13-14; Ulangan 1:19-46 Salah satu masalah terbesar bangsa Israel adalah rasa takut. Mereka takut ditinggalkan sendiri di tengah keliaran alam bebas, menghadapi bangsa Kanaan, serta dalam hal memenuhi kebutuhan makan dan minum mereka. Tuhan telah menyediakan segala yang mereka perlukan. Ia sudah membawa mereka melalui banyak kesulitan untuk menunjukkan bahwa Ia akan selalu peduli kepada mereka. Tapi, saat tiba waktunya bagi Tuhan untuk memberikan apa yang mereka inginkan -- tempat tinggal mereka sendiri, tanah yang penuh dengan makanan, dan kebebasan sebagai suatu bangsa -- mereka terlalu takut kepada bangsa Kanaan sehinggga tidak dapat memercayai bahwa Tuhan sudah menyediakan segala sesuatu bagi mereka. Hal apa yang kita minta, namun kemudian enggan kita kejar karena berpikir bahwa kita akan melakukannya sendirian? Aktivitas 1: Minta anak-anak memerankan/mendramakan pelajaran ini. Aktivitas 2: Minta anak-anak membandingkan para raksasa dengan Tuhan, tulis kekuatan masing-masing. Ingat bahwa bangsa Israel membandingkan para raksasa dengan diri mereka sendiri (belalang), bukan dengan Tuhan. Aktivitas 3: Untuk Melatih Ingatan "Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya." (Bilangan 14:8) Benar atau Salah 1. Para pengintai pergi selama 12 hari. (Salah) 2. Para pengintai berbohong soal kekuatan bangsa Kanaan. (Salah) 3. Yosua adalah satu-satunya pengintai yang percaya bahwa Tuhan akan membantu bangsa Israel. (Benar) 4. Bangsa Israel takut dengan bangsa Kanaan. (Benar) 5. Tuhan menghukum bangsa Israel karena ketidaktaatan mereka. (Benar) Aktvitas 4: Pertanyaan Tinjauan untuk Permainan Pertanyaan Linguistik 1. Sebutkan lima kitab pertama di Alkitab. 2. Cari dua kata yang berima sama dengan kata pengintai. Pertanyaan Aktivitas 1. Urutkan Sepuluh Hukum Tuhan yang sudah diacak. 2. Ucapkan peryataan Kaleb bahwa Tuhan mampu menolong bangsa Israel. 3. Mainkan permainan singkat tentang mengikuti pemimpin. Pertanyaan Emosi 1. Bagaimana perasaan bangsa Israel saat mendengar laporan para pengintai? 2. Bagaimana perasaan Yosua dan Kaleb saat bangsa Israel tidak percaya kepada Tuhan? 3. Bagaimana menurutmu perasaan Tuhan ketika bangsa Israel tidak memercayai-Nya? Pertanyaan Aplikasi 1. Apakah ada yang begitu kuat sehingga mencegah Tuhan memenuhi janji-Nya? 2. Apakah kita bertanggung jawab atas pengaruh kita terhadap orang lain? 3. Apakah Tuhan mengharap kita melakukan segala sesuatu dengan kemampuan kita sendiri? Pertanyaan Fakta 1. Kitab apa dalam Alkitab yang dinamai untuk salah satu pengintai? 2. Apa yang Tuhan sudah janjikan kepada bangsa Israel tentang tanah Kanaan? 3. Siapa yang harus masuk ke Kanaan setelah 40 tahun? (t/Dian) Diterjemahkan dari: Nama situs: e-BibleTeacher.com Judul asli artikel: The Twelve Spies Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.ebibleteacher.com/children/lessons/OT/Exodus/twelvespies.htm ______________________________________________________________________ o/ STOP PRESS! o/ 40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda meluangkan waktu sejenak untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009 ini kita akan kembali bersatu hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai 12 Agustus -- 20 September 2009. Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke: ==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke alamat e-mail redaksi di: ==> doa(at)sabda.org Untuk mendapatkan bahan pokok doa versi kertas, silakan menghubungi: Mengasihi Bangsa dalam Doa P.O. Box 7332 JATMI JAKARTA 13560 E-mail : < pray40daysindo(at)yahoo.com > Catatan: [Ganti (at) dengan (@) saat mengirim e-mail] Harap pemohon pengiriman bahan pokok doa versi kertas mencantumkan: Nama jelas: Alamat lengkap: Kota dan Kode Pos: Provinsi: Nama Lembaga: No. Telp./HP: E-mail: Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa. ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: tatik@in-christ.net Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak Kunjungi BLOG SABDA di http://blog.sabda.org/ ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |