Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/425 |
|
e-BinaAnak edisi 425 (25-3-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 425/MARET/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Mendisiplinkan Diri dalam Melayani - ARTIKEL: Pengajaran Sekolah Minggu yang Bermutu - MUTIARA GURU - TIPS: Tanggung Jawab Besar Menjadi Seorang Guru - BAHAN MENGAJAR: Yesus Mati di Kayu Salib - WARNET PENA: Situs "paskah.sabda.org": Menyediakan Kumpulan Bahan Paskah untuk Pelayanan Anda ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI MENDISIPLINKAN DIRI DALAM MELAYANI Prinsip kedisiplinan yang kita ajarkan kepada anak layan juga berlaku bagi kita. Di samping bertanggung jawab untuk mengajar, secara tidak langsung, pelayan anak juga diajar Tuhan untuk terus-menerus mendisiplin diri, baik dalam kehidupan rohani, pelayanan, dan kehidupan sehari-hari. Di edisi pamungkas e-BinaAnak bulan Maret 2009 ini, kami mengajak para Pelayan Anak melihat satu cara untuk lebih mendisiplin diri dalam mengajar. Melalui pemaparan Tujuh Hukum Mengajar di kolom Artikel, kami berharap Pelayan Anak sekalian semakin siap lagi dalam mengemban tugas mengajar ini. Simak pula tips menarik seputar disiplin guru. Selamat melayani. Tuhan Yesus memberkati hidup dan pelayanan Anda. Staf Redaksi e-BinaAnak, Tatik Wahyuningsih http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Tim. 4:5) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Timotius+4:5 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL PENGAJARAN SEKOLAH MINGGU YANG BERMUTU Seorang guru yang tidak mengenal Tujuh Hukum Pengajaran Gregory adalah seperti seorang pelajar Perjanjian Baru yang tidak mengenal surat-surat Paulus. Saya menerapkan hukum mengajar tersebut dalam sekolah minggu. Sebagian besar guru, bahkan mereka yang memiliki pendidikan formal sekalipun, tidak pernah mendengar Tujuh Hukum Mengajar. Ini adalah pengalaman saya setelah meraih gelar doktoral di bidang pendidikan. Tujuh Hukum Mengajar, yang ditulis lebih dari 100 tahun yang lalu oleh John Milton Gregory, adalah seperti gulungan surat asli tentang pendidikan, yang berisi rahasia pengajaran yang efektif dan bermutu. Gregory, yang memiliki latar belakang pendidikan pengacara, adalah seorang pendeta gereja Baptis dan juga pendidik andal. Dia melayani sebagai pemimpin sekolah negeri di Michigan (1859 -- 1865), dan kemudian menjadi presiden Kalamazoo College dan presiden pertama Universitas Illinois. Tujuh Hukum Mengajar Gregory, yang pertama kali diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1884, berisi faktor-faktor penting dan sederhana yang memengaruhi kemampuan dan seni mengajar. Tujuh hukum itu adalah seperti tujuh puncak bukit dengan tinggi yang berbeda, yang terbentang di daratan. Ketika seseorang mendaki setiap bukit, berbagai titik penting di daratan itu dapat dilihat dengan cara pandang ekstra. Ringkasan saya terhadap karyanya ini adalah usaha untuk menjadikan pikiran dan bahasa Gregory lebih mudah didapat, dibaca, dan dimengerti oleh para guru masa kini. Pendahuluan Terhadap Tujuh Hukum Pengajaran Tujuh Hukum Pengajaran ini sangat sederhana dan alami sehingga hukum ini banyak dipakai. Meski demikian, hukum ini sangat dalam maknanya bahkan untuk para guru yang berpengalaman sekalipun. 1. Guru harus tahu pelajaran, kebenaran, dan seni yang akan diajarkan. 2. Murid harus menunjukkan minat terhadap pelajaran. 3. Bahasa yang digunakan sebagai perantara antara guru dan murid harus merupakan bahasa yang umum dipakai kedua belah pihak. 4. Pelajaran yang diajarkan harus diberikan dalam bentuk kebenaran yang telah diketahui oleh murid -- yang belum diketahui harus dijelaskan dengan yang sudah diketahui. 5. Pengajaran harus menyemangati murid untuk belajar berbagai hal bagi dirinya sendiri. 6. Belajar adalah memikirkan suatu kebenaran atau ide baru menurut pemahamannya sendiri, atau mengupayakan suatu karya seni atau kemampuan baru menjadi suatu kebiasaan. 7. Pengajaran harus diselesaikan, ditegaskan, dan diuji dengan peninjauan ulang, pemikiran ulang, dan penerapan. Dasar-dasar hukum ini bahkan lebih jelas terlihat ketika dijadikan aturan dan dirangkum untuk mengajar. I. Hukum Bagi Guru Ketahuilah secara menyeluruh dan kenalilah dengan sungguh-sungguh pelajaran yang akan Anda ajarkan -- ajarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman yang jelas. Kesiapan guru dan pengetahuan yang jelas memberikan kepercayaan diri kepada murid dan membantu menumbuhkan kecintaan mereka untuk belajar. Dalam praktiknya, guru bekerja dengan empat tahap pengetahuan. 1. Murid-murid Anda bingung mengenali pengetahuan yang diberikan. 2. Murid-murid Anda mendapat kemampuan untuk mengingat dan menggambarkan pengetahuan dalam suatu cara yang umum. 3. Murid-murid Anda membangun kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan -- bahkan membuktikan atau menggambarkannya. 4. Murid-murid Anda mendapatkan pengertian makna yang lebih mendalam, mendapatkan kemampuan untuk menerapkan dan bertindak berdasarkan pengetahuan itu. Idealnya, pengajaran Anda diperlengkapi untuk menggerakkan murid-murid Anda ke tingkat yang keempat: memahami makna yang lebih mendalam, mendapatkan kemampuan untuk menerapkan dan bertindak berdasarkan pengetahuan itu. Mengajarkan kemampuan ini membantu murid berubah dari hanya sebagai "pendengar" menjadi "pelaku". Dengan menerapkan aturan ini, maka seorang guru yang bermutu akan: 1. Mempelajari terus pelajaran yang disampaikan. 2. Mempelajari lebih lanjut dan menggunakan buku-buku dan alat-alat bantu belajar untuk membangun pengetahuan praktis. 3. Mencari dan menggunakan ilustrasi dari kehidupan nyata. 4. Mendapatkan pemikiran yang jelas tentang pelajaran yang disampaikan sehingga dapat menjelaskan dengan jelas. 5. Dalam menyampaikan pengetahuan dan pelajaran, menggunakan urutan yang alami dari yang sederhana sampai yang rumit. Tanpa pembelajaran dan persiapan yang cukup, Anda seperti seorang pembawa pesan yang tidak membawa pesan. Pengetahuan memberikan kekuatan dan antusiasme dalam mengajar. Beberapa guru terjebak dalam menggunakan praktik yang tidak sebenarnya (hanya berpura-pura). Mereka menunjukkan khayalan mereka sendiri di depan para murid; mereka berbicara dengan kesombongan atas kepura-puraan mereka, dan dengan bijaksana dan nada suara yang indah, membagikan kekhusyukkan yang pura-pura. II. Hukum Bagi Murid Dapatkan dan peliharalah perhatian serta minat murid-murid Anda. Jangan mencoba mengajar tanpa perhatian dari murid. Minat dan perhatian murid-murid Anda saling berhubungan. Kuasai seni dan keterampilan mendapatkan dan mempertahankan perhatian. Beberapa tindakan akan membantu terlaksananya aturan ini. 1. Mulailah mengajar ketika murid-murid Anda hadir secara fisik dan buang semua gangguan. 2. Sesuaikan lama pelajaran dengan usia dan rentang perhatian murid-murid Anda. 3. Gunakan berbagai teknik mengajar: alat peraga, cerita, ilustrasi, pertanyaan, dan diskusi. 4. Berkelilinglah di kelas di mana Anda mengajar. Jagalah kontak mata dan jiwailah pengajaran Anda dengan gerakan tubuh yang alami. Ingatlah, antusiasme Anda itu menular! Pengetahuan kuno dan tidak praktis menghasilkan pengajaran yang membosankan dan tidak menarik. Pengajaran yang rutin menghasilkan pembelajaran yang rutin. III. Hukum Bahasa Gunakan kata-kata yang bisa dipahami oleh Anda dan murid Anda. Gunakan bahasa yang jelas dan hidup. Kata-kata, bahasa, dan alat-alat yang Anda gunakan harus jelas dapat dipahami oleh murid-murid Anda. Kata-kata yang tidak dimengerti, bila tidak dijelaskan, akan mengurangi keberhasilan Anda. Beberapa ide untuk komunikasi yang baik adalah: 1. Pelajarilah tingkat bahasa dan pengetahuan murid Anda. 2. Gunakan kata sesedikit mungkin untuk menyampaikan ide-ide Anda. Gunakan kalimat-kalimat yang pendek dan berusahalah menyederhanakan komunikasi. 3. Jelaskan dan berikan ilustrasi atas pengetahuan baru, kaitkan pengetahuan baru itu dengan pengalaman pribadi murid. Bila mereka bisa memahaminya, maka Anda berhasil. 4. Benda-benda natural, alat peraga, ilustrasi, gambar, dan diskusi merupakan alat-alat mengajar yang sangat membantu mempeluas makna kata dan pemahaman. 5. Ingatlah bahwa tampang yang sepertinya antusias tidak menjamin pemahaman. Murid-murid bisa saja hanya bepura-pura menyatakan bahwa mereka paham. Topik dan pengetahuan dalam kelas sekolah minggu sering kali di luar bahasa dan kehidupan murid. Ingatlah bahwa Yesus, Guru dari para guru, menggunakan perumpamaan tentang pengalaman hidup sehari-hari untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran penting. Karena itu, bahasa dan pengetahuan Anda seharusnya juga berkaitan dengan pengalaman hidup sehari-hari untuk membangkitkan minat murid dan pembelajaran yang bermutu. IV. Hukum Pelajaran Mulailah dengan apa yang sudah diketahui oleh murid-murid atau yang telah dialami, dan mulailah masuk ke materi baru dengan perlahan-lahan, mudah, dan alami, biarlah yang sudah diketahui menjelaskan apa yang belum diketahui. Bagaimana menerapkan hukum ini agar pengajarannya bermutu: 1. Pastikan pengetahuan Anda berkaitan dengan murid-murid Anda. Dengan demikian, mereka bisa mengikuti kemajuan Anda. 2. Gunakan perkembangan yang alami dengan menghubungkan pelajaran baru dengan pelajaran sebelumnya yang sudah diberikan. 3. Tanamkan dengan kuat di dalam pikiran murid pelajaran baru yang diterima melalui pertanyaan-pertanyaan dan diskusi. 4. Sesuaikan pelajaran dan perkembangannya dengan usia, konsentrasi, dan hasil yang dicapai oleh murid. Pengetahuan praktis dapat menyelesaikan masalah hidup dan bisa digunakan dalam pengalaman hidup. Tunjukkan bahwa pikiran yang jelas dalam sekolah minggu akan membantu mereka menjalani hidup di luar kelas sekolah minggu. V. Hukum Proses Mengajar Rangsanglah murid Anda untuk mempraktikkan pikiran mereka. Doronglah para murid untuk bepikir seperti seorang penemu. Pengajaran yang bermutu membangkitkan aktivitas para murid. Oleh sebab itu, pelajaran yang diberikan harus dikenali, dipikirkan ulang, dan dihidupkan kembali dalam pikiran murid. 1. Carilah titik kontak dalam kehidupan setiap murid. 2. Gunakan latihan-latihan dan tugas-tugas praktis yang melibatkan pikiran, tangan, dan kehidupan murid. 3. Tugasi para murid untuk melakukan penyelidikan nyata di luar kelas. 4. Gunakan pertanyaan dan diskusi yang membutuhkan pemikiran. Tahan keinginan untuk mengatakan semua yang Anda ketahui. 5. Jadilah seorang murid juga. Ikutlah bergabung dalam mencari fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan. Sering kali, mengungkapkan fakta-fakta dapat menghalangi pemikiran dan pengetahuan murid. Mengharapkan kata-kata yang tepat dari teks atau mulut Anda menghalangi daya ingat yang nyata dan berguna. Pengetahuan yang sebenarnya berasal dari penggunaan pikiran dan kehidupan. Pimpinlah gerakan untuk belajar! Ubahlah kelas Anda menjadi laboratorium kehidupan yang sibuk. Dorong murid-murid Anda untuk berpikir dan menemukan hal baru bagi diri mereka sendiri; jadikan mereka sebagai murid kehidupan. VI. Hukum Proses Belajar Wajibkan murid-murid Anda mengembangkan pelajaran itu dalam pikiran dan tindakan, menerapkannya dalam berbagai tahapan dan penerapannya hingga pelajaran itu dinyatakan dalam bahasa dan tindakan mereka sendiri. Penerapan hukum ini dalam pembelajaran dan kehidupan para murid, merupakan hasil dari hukum sebelumnya yang telah dijalankan dengan baik. Ide-ide tambahan untuk tindakan ini termasuk: 1. Membantu murid membentuk suatu ide yang jelas tentang tugas yang harus dikerjakan. Terus lakukan ini hingga semua ide diekspresikan dalam kata-kata mereka sendiri. 2. Doronglah murid-murid Anda untuk menghargai pencarian kebenaran. 3. Rangsanglah minat murid untuk bertanya-tanya pada diri sendiri dan menemukan jawabannya sendiri. Pelajaran yang diberikan dengan tergesa-gesa, tidak sempurna, dan terpisah-pisah menghalangi munculnya pemikiran yang orisinal, kemampuan murid untuk berekspresi, dan tugas praktis para murid. Ingatlah bahwa memberi dan berharap hanya pada hasil pengetahuan yang faktual saja dalam pendidikan menyebabkan menurunnya efektivitas dan tantangan yang sebenarnya dalam pengajaran. VII. Hukum Peninjauan Ulang dan Penerapan Peninjauan ulang, peninjauan ulang, peninjauan ulang, mengembangkan pelajaran yang sudah diberikan, mengenalkan pemikiran yang baru untuk memperdalam kesan yang muncul, menambahkan makna yang segar, mencari penerapan-penerapan baru, membetulkan ide-ide yang tidak benar, dan melengkapi kebenaran. Peninjauan ulang merupakan proses yang melengkapi pengajaran yang bermutu. Peninjauan ulang yang baik seperti sentuhan akhir seorang pelukis terhadap lukisan. Berikut beberapa cara untuk melakukan peninjauan ulang: 1. Lakukanlah peninjauan ulang secara teratur, penuh pertimbangan, dan dengan cara yang menarik. 2. Gunakan berbagai konsep yang segar dan penggambaran yang baru. 3. Modifikasi pelajaran yang lama menjadi lebih menarik. 4. Mintalah para murid menggunakan tangan dan pikiran mereka dalam meninjau ulang. Pengulangan pertanyaan dan jawaban yang tidak hidup dan tidak berwarna hanya menghasilkan peninjauan ulang dalam hal nama saja. Peninjauan ulang yang tergesa-gesa, tidak sabar, dan tidak cukup, selama dan di akhir pelajaran, juga tidak melengkapi dan mendukung terjadinya suatu pengajaran yang bermutu. Peninjauan ulang yang baik melengkapi pengajaran yang bermutu. Peninjauan ulang menutup lubang-lubang yang biasa muncul dalam proses belajar. Tanpa peninjauan ulang, pikiran para murid kekurangan informasi yang tanpa penerapan dan ingatan yang berguna. Para murid yang mengalami banyak peninjauan ulang bersama gurunya akan mulai berpikir bahwa peninjauan ulang itu penting dan layak untuk dilakukan. Mereka juga akan mengembangkan keinginan untuk menguasai subjeknya. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Judul buku: Almost Every Answer for Practically Any Teacher! Judul asli artikel: Excellence in Sunday School Teaching Penulis: Carl Shafer Penerbit: Multnomah Press, Portland 1992 Halaman: 30 -- 33 ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Jangan mengajar jika belum bisa mendisiplin diri sendiri! - Welni - ______________________________________________________________________ TIPS TANGGUNG JAWAB BESAR MENJADI SEORANG GURU Yakobus menulis, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yakobus 3:1). Yakobus tahu betapa mengajar itu penting, tetapi dia ingin semua guru memahami betapa besar tugas mereka. Mereka yang mengajar adalah orang yang mendapatkan penghakiman yang lebih berat dari orang lain. Mereka telah mendapat pengetahuan yang jelas tentang tugas ini; mereka lebih terikat untuk hidup sesuai dengan yang mereka ajarkan. Gagal mengajar berarti menciptakan batu sandungan bagi orang lain. Saat ini beberapa orang, seperti orang-orang pada masa Yakobus, ingin menjadi "guru kebenaran". Keinginan itu kadang-kadang lebih didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan peringkat atau penghargaan, bukan suatu keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Kata-kata Yakobus ini menjadi peringatan yang jelas bagi para calon guru supaya melakukan tugas ini dengan suatu peringatan -- tanggung jawab mengajar itu sangat besar. Mendisiplin Lidah Seorang guru harus mengungkapkan pendapatnya atas berbagai persoalan. Berbagai percakapan tentu saja akan menghasilkan berbagai pelanggaran atas lidah dan, akibatnya, penghukuman atau penghakiman yang lebih berat. Yakobus menulis, "Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." (Yakobus 3:2) Sebelum memberikan tugas pengajaran Kristen, seseorang perlu dengan cermat mengevaluasi disiplin pribadinya. Menjadi seorang guru Kristen memerlukan disiplin lidah yang ketat. Hanya orang yang memiliki kedewasaan disiplin pribadi yang dapat menghindari pelanggaran. Disiplin untuk Memiliki Hidup yang Konsisten Paulus menunjukkan masalah ketidakkonsistenan saat dia menggambarkan guru-guru Yahudi yang tidak bisa hidup sesuai dengan ajaran mereka sendiri. Dia menuliskan, "Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: `Jangan mencuri,` mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: `Jangan berzinah,` mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: `Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.`" (Roma 2:21-24) Kata-kata Paulus itu mengandung peringatan bahwa setiap orang yang mau mengajar harus menjaga hidupnya agar tetap konsisten dengan apa yang diajarkannya. Ketidakkonsitenan apa yang diajarkannya dengan hidupnya akan mengurangi nilai dari pelajaran kebenaran yang disampaikan dan merendahkan Tuhan kita Yesus Kristus. Tanggung Jawab untuk Membuktikan Sesuatu yang Berharga Nikodemus memberikan rahasia menjadi guru yang hebat saat dia menghampiri Yesus pada malam hari. Dia berkata kepada Tuhan, "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya" (Yohanes 3:2). Meskipun guru Kristen modern tidak bisa melakukan mukjizat, pelajaran yang diberikan dan cara hidup mereka menjadi contoh yang seharusnya menghasilkan mukjizat perubahan hidup dalam diri orang yang diajar. Bila usaha mengajar ini tidak berarti apa-apa bagi pendengarnya, pengajaran itu mungkin merupakan suatu tanda bahwa guru itu bukan seorang rabi (guru) yang "dikirim oleh Tuhan". Para pengkhotbah sering kali dituduh "berkhotbah untuk mendapatkan uang". Menjadi seorang pengkhotbah yang dimotivasi oleh kerakusan merupakan tindakan yang menyedihkan. Demikian juga bila pengkhotbah itu termotivasi oleh keinginan supaya mendapatkan pengakuan dan pujian, bukan misi mengabarkan Injil. Seorang guru Kristen harus dikirim oleh Tuhan. Jika tidak, orang itu tidak boleh menjadi guru. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: Sunday School Teachers and the Ministry of Sunday School Judul asli artikel: The Awesome Responsibility of Being A Teacher Penulis: Elton McCann Alamat URL: http://www.geocities.com/Athens/Delphi/8297/mccann.htm ______________________________________________________________________ BAHAN MENGAJAR YESUS MATI DI KAYU SALIB Berikut daftar kebenaran-kebenaran Alkitab di Matius 27:11-66, kisah kematian Yesus di kayu salib. 1. Yesus adalah orang benar yang tidak melakukan kesalahan (Matius 27:19, 23) 2. Yesus menderita dan dihina (Matius 27:26, 28-30, 39-44, 49) 3. Yesus mati di kayu salib. (Matius 27:35, 50) 4. Yesus disalib bukan karena Ia melakukan kesalahan, tetapi untuk berkorban bagi mereka yang melakukan kesalahan (Matius 27:11). Informasi berikut ini sangat membantu untuk memahami kisah ini. Yesus adalah Raja di surga dan di bumi (Matius 28:18). Mereka yang sekarang ini tidak percaya bahwa Yesus adalah Raja akan diyakinkan ketika Ia datang lagi ke dunia (Wahyu 19:16). Kegiatan-kegiatan berikut ini bisa digunakan untuk mengajarkan cerita Alkitab dan kebenaran-kebenarannya. Kegiatan-Kegiatan Cerita Alkitab - Penderitaan dan Penghinaan terhadap Yesus Gunakan kegiatan ini untuk membantu anak-anak yang lebih dewasa memahami bahwa Yesus benar-benar menderita kesakitan dan penghinaan ketika Dia mati di kayu salib. Bila Anda memunyai cambuk dari kulit, tunjukkan cambuk itu kepada anak-anak dan jelaskan bahwa Yesus dicambuki dengan cambuk seperti itu (Matius 27:26). Tunjukkan bahwa prajurit Roma meludahi Yesus (Matius 27:30). Bila Anda memunyai tongkat rotan atau tongkat kayu, tunjukkan tongkat itu kepada anak-anak dan jelaskan bahwa prajurit Roma memukul kepala Yesus dengan benda itu (Matius 27:30). Tunjukkan kepada anak-anak paku panjang. (Anda bisa menggunakan paku yang panjangnya kira-kira 6 inchi yang bisa Anda dapatkan di toko besi.) Dan jelaskan bahwa prajurit Roma memaku Yesus ke kayu salib dengan paku sepanjang itu (Yohanes 20:25). Orang-orang menghina dan mengejek Yesus (Matius 27:29, 39-44, 49). - Siapakah yang Bertanggung Jawab Atas Kematian Yesus? Gunakan kegiatan ini untuk membantu anak-anak memahami bahwa semua orang berdosa bertanggung jawab atas kematian Yesus. Tanyakan kepada anak-anak siapakah yang bertanggung jawab atas kematian Yesus. Bacalah ayat-ayat berikut ini untuk menemukan orang yang dicurigai, siapakah Yudas, imam kepala, Mahkamah Agama, para imam kepala dan tua-tua, kerumunan orang banyak, Pilatus, semua orang berdosa. Tulislah nama-nama para petinggi yang dicurigai seperti yang dapat dibaca di ayat-ayat berikut ini. a. Matius 26:49-50: Yudas mengkhianati Yesus. b. Markus 14:55-65: Para imam kepala dan Mahkamah Agama menghukum mati Yesus. c. Matius 27:20: Para imam kepala dan tua-tua membujuk kerumunan orang banyak supaya Yesus dihukum mati. d. Matius 27:22: Orang banyak berteriak agar Yesus disalibkan. e. Markus 15:15: Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan. f. 1 Korintus 15:3; 1 Petrus 3:18; Roma 5:8: Yesus mati untuk semua orang berdosa. Jelaskan bahwa semua orang yang dicurigai itu bertanggung jawab atas kematian Yesus. - Dosa dan Risikonya Gunakan kegiatan ini untuk membantu anak-anak memahami bahwa bahkan dosa terkecil sekalipun bisa menyebabkan seseorang tidak bisa diterima oleh Allah, Yesus mati untuk dosa-dosa kita sehingga kita bisa mendapatkan hidup kekal bersama Allah. Ingatkan anak-anak bahwa Allah itu tidak jahat atau pun licik. a. Allah itu kudus. Imamat 11:44-45. Allah benar-benar suci dan baik. b. Allah itu benar. Mazmur 19:s7-9; Yeremia 9:24. Tindakan dan hukum Allah selalu sempurna seperti sifat atau watak-Nya. c. Allah adalah Tuhan. Yeremia 9:24, Ayub 34:12. Tuhan dengan adil memberikan berkat atau hukuman atas perbuatan-perbuatan seseorang. d. Tuhan menolak dosa. Yesaya 59:2. Dosa menjadikan seseorang tidak dapat diterima oleh Allah. Allah tidak menginginkan adanya dosa di surga. Wahyu 21:27. Ingatkan anak-anak bahwa Allah mengasihi kita. (1 Yohanes 4:16) Karunia Allah didasarkan atas anugerah (Efesus 2:7-9). Allah memenuhi kebutuhan umat-Nya berdasarkan kemurahan-Nya, bukan berdasarkan atas apa yang mereka inginkan. Allah itu sabar (Keluaran 34:6). Allah tidak akan meninggalkan seseorang yang melakukan kesalahan dan akan mengampuni orang yang mau minta ampun dan bertobat. Tanyakan kepada anak-anak, manakah dari dosa-dosa berikut ini yang akan menjadikan seseorang tidak dapat diterima oleh Allah. 1. Seorang wanita yang membunuh seorang pria yang membuatnya marah. 2. Seorang perampok bank yang mencuri 5 juta dollar. 3. Seorang anak laki-laki kelas tiga yang mencuri permen karet di sebuah toko. 4. Seorang anak perempuan kelas tiga yang tidak patuh pada ibunya dengan menonton film. 5. Seorang murid SMA yang selalu menggunakan nama Allah dengan sia-sia. 6. Seorang anak laki-laki kelas empat yang mengotori lantai dapur tetapi mengatakan bahwa adiknyalah yang mengotori lantai itu. 7. Seorang gadis SMA yang mencuri sebuah mobil. 8. Seorang anak kelas satu yang berbohong kepada ibunya ketika ditanya berapa roti yang sudah dia makan. 9. Seorang anak kelas lima yang iri kepada sahabatnya yang memunyai tape baru. Semua dosa, tak peduli besar atau kecil, menjadikan seseorang tidak bisa diterima oleh Tuhan. Matius 5:20; Yakobus 2:10. Bahkan dosa terkecil sekalipun memberikan risiko yang serius. Salah satu risiko dari dosa-dosa kita adalah bahwa Yesus mati untuk menebus dosa-dosa kita sehingga kita bisa mendapatkan hidup kekal bersama Allah. Namun, sebelum seseorang mendapatkan hidup kekal bersama Allah, orang itu harus percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat dan bertobat dari kehidupannya yang penuh dosa. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Sunday School Resources.com Judul asli artikel: Jesus Died on the Cross Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.sundayschoolresources.com/btjesusdied.htm ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ SITUS PASKAH.SABDA.ORG: MENYEDIAKAN KUMPULAN BAHAN PASKAH UNTUK PELAYANAN ANDA <http://paskah.sabda.org/> Sudahkah Anda mempersiapkan segala sesuatunya dalam menyongsong Paskah tahun ini? Jika belum, ayo berkunjung ke situs paskah.sabda.org dan dapatkan bahan mengajar dan drama paskah di sana! Fasilitas forum Paskah juga disediakan. Bahkan saat ini sedang berlangsung diskusi menarik seputar Paskah. Bisa dibayangkan serunya, kan?! Kami mengajak Pelayan Anak untuk bergabung dalam forum tersebut. Atau jika Pelayan Anak memiliki tulisan seputar Paskah, jangan ragu lagi untuk membagikannya kepada saudara-saudara yang lain dengan mengirimkannya ke: < paskah(at)sabda.org >. Silakan berpartisipasi! Oleh: Kristina (Redaksi) ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/ ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |