Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/421 |
|
e-BinaAnak edisi 421 (25-2-2009)
|
|
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____ DAFTAR ISI EDISI 421/Februari/2009 - SALAM DARI REDAKSI: Bersaksi Terus Sampai Tuhan Datang - ARTIKEL: Biarkan Anak-Anak Itu Datang - MUTIARA GURU - TIPS: Mengajar Anak untuk Bersaksi Mengenai Iman Mereka - KESAKSIAN GSM: Pengalaman Mengajar Anak untuk Bersaksi - WARNET PENA: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs "paskah.sabda.org" ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi: <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ SALAM DARI REDAKSI BERSAKSI TERUS SAMPAI TUHAN DATANG Shalom, Dalam sebuah seminar remaja di Jakarta, seorang pembicara menyampaikan fakta yang cukup penting bagi para pelayan anak. Sembilan belas dari dua puluh orang percaya menerima Yesus sebelum berusia 25 tahun. Pada usia 25 -- 35 tahun, hanya satu dari sepuluh ribu orang yang bertobat. Fakta ini cukup menggetarkan. Karena itu, sebagai pelayan anak, kita seharusnya menjadikan hal tersebut sebagai tantangan dan kesempatan untuk semakin giat memperkenalkan Kristus kepada anak-anak dan kaum muda. Puji Tuhan jika Tuhan telah memercayakan kita untuk membawa jiwa-jiwa kecil datang kepada-Nya. Sekarang tugas kita adalah bagaimana agar anak-anak layan ini juga dipakai Tuhan untuk menyaksikan iman mereka kepada orang lain yang belum percaya. Sulit? Sebenarnya tidak, karena Tuhan Yesus sendiri kerap memakai anak-anak untuk menjadi partner pelayanan-Nya. Edisi kali ini akan semakin menyadarkan kita akan betapa pentingnya seorang anak di hadapan Tuhan dan bagaimana kita dapat mengajar anak-anak layan kita untuk bersaksi terus sampai Tuhan datang. Selamat bersaksi! Pimpinan Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/ http://pepak.sabda.org/ "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14) < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+24:14 > ______________________________________________________________________ ARTIKEL BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG Apakah anak-anak bisa menjalin hubungan yang berarti dengan Tuhan Allah? Banyak kisah menceritakan tentang anak-anak, yang walaupun masih sangat kecil, sudah menyerahkan diri kepada Allah dengan sungguh-sungguh; dan penyerahan itu ternyata tidak menjadi luntur. Seorang utusan Injil, pada waktu akan terjun dalam bidang pelayanan, bersaksi bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada Kristus ketika berusia 5 tahun. Ia berbuat demikian karena pengaruh seorang perawat ketika ia dirawat di rumah sakit. Seorang dokter mengatakan bahwa ketika berusia 8 tahun, ia berjanji kepada Tuhan untuk kelak menjadi seorang dokter setelah tanpa berdaya ia menyaksikan adiknya meninggal akibat menderita suatu penyakit yang tidak dikenal. Seorang wanita muda terkenang betapa senang hatinya ketika di sekolah minggu ia mendengar bahwa dirinya adalah "anak Raja" karena ia termasuk salah seorang anak Allah. Sejak saat itu, harga dirinya bertumbuh terus karena ia memandang dirinya sebagai seorang anak raja. Wayne Oates, seorang profesor psikologi agama di Southern Baptist Theological Seminary (Seminari Teologia Baptis Selatan), menulis begini: "Salah satu kebenaran terbesar yang kita peroleh melalui penelitian tentang perkembangan kepribadian ialah bahwa agama dikomunikasikan dengan cara yang berbeda-beda, pada tahap-tahap yang berbeda pula, sesuai dengan perkembangan individu itu sendiri .... Seluruh masalah keagamaan itu terdiri dari hal membukakan pintu sejak masa kanak-kanak untuk memasuki kekekalan." Tuhan Yesus mengungkapkan hal ini secara lebih sederhana lagi: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat. 19:14) Anak-anak selalu tertarik kepada Tuhan Yesus, dan Ia tidak pernah menyuruh mereka menunggu sampai mereka benar-benar mengerti dulu tentang konsep teologi sebelum boleh datang kepada-Nya. Ia tidak berkhotbah kepada mereka atau pun menegur mereka. Sebaliknya, "Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka" (Mat. 19:15). Ia menjamah mereka dan menasihati orang-orang dewasa agar "bertobat dan menjadi seperti anak kecil" (Mat. 18:3). Anak-anak memunyai tempat istimewa dalam hati Allah. Sambil memanggil seorang anak, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" (Mat. 18:4). Renungkanlah hal ini. Bayangkan betapa kecilnya perasaan diri Anda seandainya Yesus memanggil Anda datang kepada-Nya dan berkata kepada setiap orang di sekitar Anda bahwa Andalah yang terbesar? Betapa besar dorongan yang demikian bagi konsep diri anak itu! Jelaslah bahwa sikap merendahkan diri yang dianjurkan Tuhan Yesus bukan berarti menghapuskan harga diri yang positif pada seseorang serta perlunya mendapat dukungan dan dorongan orang lain. Kata merendahkan diri yang digunakan dalam Matius 18 memunyai konotasi sikap yang bergantung dan tunduk pada wewenang, bukan berarti menurunkan martabat diri. Seorang anak perempuan yang masih kecil mungkin saja mengira bahwa dirinya merupakan pusat alam semesta, namun ia tetap sadar bahwa ia masih bergantung pada orang tuanya. Secara arti luasnya, orang tua adalah wakil Allah bagi setiap anak, tapi Allah tidak dibatasi oleh pengertian seperti ini. Acap kali Ia menerobos batasan ini, bila Ia ingin berkomunikasi secara langsung dengan seorang anak, teristimewa dengan anak yang sedang sakit parah. Tampaknya anak-anak merasakan kehadiran Allah yang misterius dan mereka pun menyadari kebergantungan diri mereka pada-Nya. Adapun sifat anak-anak yang menjadikan mereka terbesar di dalam Kerajaan Surga, juga menjadikan mereka sangat rawan di dalam kerajaan dunia ini. "Report on the Hearings on the Unmet Needs of Children and Youth", 1979 (Laporan melalui Pendengaran tentang Kebutuhan Anak dan Remaja yang Tidak Terpenuhi), yang disusun oleh sebuah perserikatan para perawat di Amerika (The American Nurses Association) pada tahun 1979, mengungkapkan tentang bidang-bidang utama di mana ketergantungan dan kerawanan anak-anak dapat mengakibatkan mereka terjerat dengan mudah dalam kesulitan-kesulitan, seperti: penyalahgunaan obat bius, penganiayaan anak, dan eksploitasi seks. Tuhan Yesus sudah tahu kemungkinan terjadinya kesulitan ini. Ia menasihati murid-murid-Nya begini, "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut" (Mat. 18:5-6). Di sini, orang-orang dewasa memunyai tanggung jawab yang besar untuk memelihara serta memerhatikan pertumbuhan anak-anak Allah. Pertama, adanya suatu perintah yang positif untuk menyambut anak-anak dalam nama-Nya. Kedua, adanya suatu peringatan yang negatif agar jangan menyesatkan mereka sehingga menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa. Menerima seorang anak dalam nama Yesus artinya sama dengan mengasihi dia seperti Tuhan Yesus mengasihi mereka. Kasih itu begitu konsisten sehingga anak-anak akan merasa aman serta terlindung, dan diyakinkan bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (1 Yoh. 4:18). Kasih seperti ini tanpa syarat, sehingga mereka tidak usah menutup-nutupi diri mereka yang sebenarnya dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain. Mereka tahu bahwa mereka diterima sebagaimana adanya (Rm. 3:23-25). Inilah kasih yang berusaha memberikan apa yang terbaik kepada si anak, walaupun kadang-kadang kasih itu harus dinyatakan berupa disiplin yang tegas (Ibr. 12:6). Kasih ini adalah kasih yang hangat dan menyentuh hati, yang bersifat pribadi dan memperlakukan setiap individu sebagai pribadi yang istimewa (Mat. 18:12-14, 19:15). Akhirnya, kasih ini adalah kasih yang mengenal baik Sumbernya dan tidak mencari keuntungan atau kemuliaan bagi diri sendiri (Yes. 43:1-7). Oates pernah mengatakan bahwa "Allah menjumpai seseorang melalui pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok orang di masyarakat sekitarnya yang memiliki sifat suka mengampuni." Secara idealnya, "pribadi-pribadi yang suka mengampuni" itu adalah orang tua-orang tua, kemudian meluas kepada seluruh anggota keluarga, gereja, tetangga, sekolah, serta masyarakat di bidang pemeliharaan kesehatan. Memelihara Anak-Anak Domba Peringatan Tuhan Yesus terhadap siapa pun yang menyebabkan seorang anak berbuat dosa agak membingungkan. Kelihatannya dalam teguran itu bisa juga tersirat teguran terhadap kejahatan-kejahatan yang jelas berupa penyalahgunaan obat bius dan seks. Namun, orang dewasa menyebabkan anak-anak berdosa dengan banyak cara yang halus, yang mungkin tampaknya tidak jahat kalau dinilai secara sepintas. Dosa adalah segala sesuatu yang membuat seseorang menjauh dari Allah. Orang dewasa menjadi wakil Allah bagi anak-anak di dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukannya. Apabila orang dewasa yang bergaul dengan anak-anak menunjukkan sikap masa bodoh, tidak bisa dipercaya, mengharapkan yang tidak realistis, atau bahkan berniat menyakiti anak-anak, akibatnya mungkin anak akan menganggap bahwa begitulah sifat-sifat Allah. Sebagian dari anak-anak seperti itu tidak akan pernah dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan Allah. Yesus menjadi marah ketika murid-murid-Nya menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya (Mrk. 10:14). Barangkali murid-murid mengira bahwa ada hal-hal yang lebih penting yang akan dikerjakan oleh Tuhan mereka, dan mereka tidak ingin Dia diganggu oleh anak-anak itu. Berapa sering kita telah menghalangi anak-anak datang kepada Tuhan Yesus? Berapa sering kita telah tenggelam dalam hal-hal yang kita anggap "lebih penting" seperti halnya pengobatan, perawatan, dan tugas rutin di rumah sakit, sehingga kita lengah untuk bertanya kepada seorang anak yang sedang dirawat di rumah sakit itu apakah ia biasa berdoa sebelum makan atau sebelum tidur? Atau apakah ia biasa mendengar cerita Alkitab tiap-tiap hari? Setiap anak sungguh berharga di mata Allah, sehingga Tuhan Yesus mengumpamakan perhatian-Nya seperti seseorang yang memiliki seratus domba. Salah satu dari domba-domba itu tersesat, maka orang itu segera meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan pergi mencari dombanya yang sesat itu ke mana-mana sampai ia menemukannya (Mat. 18:10-14). Tuhan Yesus juga mengharapkan hal yang sama dari orang-orang yang menjaga anak-anak domba-Nya -- dari orang tua, guru, perawat, dan orang-orang dewasa lain yang memunyai peranan penting. Buku ini terutama membahas tentang pemeliharaan anak-anak secara rohani. Akan tetapi, karena faktor rohani mengisi dan memberi kehidupan kepada seseorang seutuhnya, maka kebutuhan fisik, emosi, dan sosial akan sering pula dibahas dalam pasal-pasal berikut ini, karena semuanya sering berkaitan erat. Kebutuhan rohani bisa diartikan "kurang terpenuhinya satu atau lebih faktor-faktor yang diperlukan untuk membangun dan/atau memelihara suatu hubungan pribadi yang dinamis dengan Allah". Singkatnya, semua itu adalah kebutuhan, yang jika tidak terpenuhi, akan menghalangi seorang anak datang kepada Tuhan Yesus. Kebutuhan-kebutuhan rohani yang mendasar pada orang dewasa diringkaskan dalam buku "Spiritual Care: The Nurse`s Role" (Pemeliharaan Rohani: Peran Perawat), juga berlaku bagi anak-anak. Kebutuhan akan arti dan tujuan berkembang dalam bentuk-bentuk yang lebih canggih sementara seorang anak bertumbuh menuju kedewasaan. Namun, kebutuhan itu sudah ada sejak ia lahir. Kebutuhan untuk mendapat kasih dan hubungan pribadi merupakan kebutuhan dasar untuk hidup. Bayi yang tidak dikasihi bisa mengalami gangguan emosi yang parah atau bahkan bisa mati. Sementara seorang anak yang sedang tumbuh itu hidup dengan perasaan aman di dalam kasih orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya, ia akan mulai mengasihi orang lain dan mengerti kasih Allah. Kebutuhan akan pengampunan menjadi nyata, pertama-tama sebagai kebutuhan akan kasih yang diberikan tanpa syarat, tanpa ada batasan; kemudian lambat laun kebutuhan ini berkembang menjadi suatu kebutuhan untuk diampuni dari "kenakalan". Awal masa kanak-kanak, khususnya 12 tahun pertama, merupakan masa yang amat penting dan menentukan bagi perkembangan rohani seseorang. Amsal 22:6 berbunyi: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Hikmat yang sudah sejak dulu kala berlaku dalam Kitab Suci disahkan secara mutlak oleh penyelidikan psikologis, yaitu bahwa pengertian rohani yang dikembangkan pada seorang anak sampai ia mencapai usia 12 tahun bisa diragukan olehnya pada masa remaja, tetapi untuk sementara waktu saja. Biasanya pengertian itu justru menjadi dasar bagi iman kepercayaannya pada masa dewasa. Kepercayaan yang dianut oleh kebanyakan orang dewasa sama benar dengan kepercayaan yang dianut oleh orang tua mereka. Beban tanggung jawab yang utama dalam tugas memerhatikan kerohanian anak terletak pada bahu orang tua. Memberi perawatan yang baik berarti memandang seorang anak sebagai bagian dari suatu keluarga besar, bukan sebagai seorang pasien yang diasingkan atau diisolasi. Begitu juga dengan perhatian yang diberikan dalam segi rohani. Orang tua harus didukung dan dihormati apabila memberikan perhatian dalam segi rohani. Pada masa-masa krisis, para perawat, guru, pendeta, dan orang-orang lain yang bersedia memberi dukungan atau pun dorongan secara rohani kepada orang tua serta anak-anak mereka, akan menghasilkan dampak yang kekal. Setiap krisis yang dialami pada masa anak-anak bisa memberi peluang bagi timbulnya krisis rohani. Jika anak menderita tanpa berbuat salah apa pun, orang tuanya sering bertanya, "Kenapa? Apa yang telah saya perbuat sehingga terjadi hal ini? Apakah Allah sedang menghukum saya?" Perkembangan rohani anak itu, sekalipun sehat, akan dapat terganggu sekali. Penderitaan secara jasmani dan perasaan ditinggalkan seorang diri di rumah sakit, ketika dikelilingi oleh peralatan yang menakutkan, bisa mengancam perkembangan perasaannya untuk menaruh percaya dan harga diri yang masih rapuh pada anak itu. Pemeliharaan bidang rohani bukanlah semata-mata merupakan suatu pilihan yang enak bagi para perawat yang hanya memunyai sedikit waktu luang; namun pemeliharaan ini sangat penting bagi perkembangan anak itu seutuhnya serta pandangan hidupnya. Kita memunyai suatu mandat untuk memerhatikan, bukan saja sebagai seorang Kristen yang setia, melainkan juga karena kita adalah orang yang harus memberikan perhatian itu secara bertanggung jawab. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para Orang Tua, Guru, dan Perawat Judul asli buku: The spiritual Needs of Children Penulis: Judith Allen Shelly Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1982 Halaman: 12 -- 17 ______________________________________________________________________ MUTIARA GURU Setiap anak sungguh berharga di mata Allah. -Judith A.S.- ______________________________________________________________________ TIPS MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI MENGENAI IMAN MEREKA Anak-anak yang memiliki pengalaman pertobatan yang murni ingin membagikan kesaksian iman mereka kepada orang lain, tetapi terkadang mereka kurang memahami bagaimana memulainya. Kita bisa membantu mereka dengan memberikan pengalaman-pengalaman langsung dan pelatihan di lingkungan gereja. Berikut beberapa ide yang bisa digunakan. Mulailah dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak, saat sekolah minggu, untuk membagikan apa arti Yesus bagi mereka. Ini akan menjadi persiapan yang bagus bagi mereka untuk menunjukkan iman mereka ke luar gereja. Setiap minggu, sediakan waktu setidaknya untuk satu anak guna membagikan apa yang telah Tuhan kerjakan bagi mereka. Undanglah anggota jemaat gereja Anda untuk hadir di kelas Anda guna membagikan kesaksian mereka. Ini akan mendorong dan membantu anak-anak belajar melalui contoh dari orang dewasa dan remaja yang mereka kenal. Ajarkanlah ayat-ayat keselamatan dalam Alkitab kepada murid-murid Anda. Bantulah mereka memahami maknanya melalui alat peraga, penjelasan-penjelasan, dan diskusi. Mintalah kepada anak-anak untuk menandai ayat-ayat yang ada di Alkitab mereka. Ini akan membantu mereka untuk dengan mudah menemukan referensi-referensi saat mereka berdiskusi tentang Tuhan dengan salah satu teman atau anggota keluarga mereka. Untuk kegiatan belajar, pilihlah kelompok kecil anak-anak untuk membuat drama singkat atau meminta mereka untuk bermain peran (role play) tentang berbagai cara untuk mengenalkan Yesus kepada teman-teman mereka. Naskah yang singkat akan membantu mereka memulainya. Boneka wayang bisa sangat efektif karena anak-anak dapat dengan mudah mengenalinya. Selain itu, mereka juga akan percaya diri karena boneka-boneka itu menceritakan kehidupan nyata. Ide lain adalah dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 anak dan mintalah mereka duduk melingkar atau di satu meja. Mintalah anak-anak melengkapi suatu kalimat sebagai batu loncatan untuk diskusi. Misalnya, "Saya senang menjadi orang kristen karena ..." atau "Kita tahu Tuhan mengasihi kita karena ...". Cara yang baik untuk memulai latihan ini adalah guru terlebih dahulu membagikan responsnya. Anda bisa menuliskan respons anak-anak di papan tulis atau kertas catatan. Selanjutnya, mintalah anak-anak menuliskan respons mereka pada kertas bergaris. Sediakan kertas kosong dan pensil warna, krayon, atau spidol untuk menggambarkan karangan singkat mereka. Karangan dan gambaran mereka bisa direkatkan (dilem) atau dijadikan satu (berdampingan) pada kertas instruksi berwarna yang berukuran besar yang telah digulung sebagian sehingga berbentuk seperti buku. Pajanglah kesaksian itu di ruang kelas Anda supaya anak-anak terdorong untuk menunjukkan iman mereka melalui berbagai cara. Salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak belajar bagaimana bersaksi adalah dengan melibatkan mereka dalam pelayanan penjangkauan. Dalam Mobilizing Kids for Outreach, Pete Hohmann, menggambarkan perlunya perubahan pola pikir kita tentang bagaimana kita mengajar anak-anak di gereja. Penekanan yang berlebihan pada pola duduk diam dan mendengarkan tanpa memberikan kesempatan untuk anak-anak berpartisipasi bisa menyebabkan timbulnya sikap pasif pada anak-anak saat kita mengajar. Hohmann menunjukkan perlunya melatih dan melibatkan anak- anak dalam penginjilan saat mereka masih di divisi anak-anak. Membentuk tim pelayanan yang akan terjun ke masyarakat sehingga mendapatkan pengalaman hidup yang sebenarnya merupakan cara yang menarik untuk melibatkan anak-anak dalam penginjilan. Kelompok musik dan tim wayang bisa melayani di gereja-gereja pusat kota, taman-taman, rumah perawatan, tempat penitipan anak, dan pasar malam juga bisa digunakan untuk melihat beberapa kemungkinan. Sekolah minggu dapat merencanakan acara-acara penjangkauan dan keluarga yang dirancang khusus untuk membantu murid-murid mereka mengenalkan teman-teman mereka kepada gereja. Langkah pertama akan lebih mudah bagi anak untuk menjelaskan apa yang mereka percayai tentang teman-teman mereka. Beberapa kemungkinannya adalah mengadakan kegiatan-kegiatan sekolah minggu, misalnya pesta es krim, sekolah Alkitab liburan, kemah, perayaan natal, dll.. Perlombaan di sekolah minggu juga memberi kesempatan istimewa bagi anak-anak untuk mengundang teman-teman mereka ke gereja. Akhirnya, doakan murid-murid Anda di kelas supaya Tuhan membantu mereka bersinar bagi-Nya di mana pun mereka berada. Bantulah mereka memahami bahwa meskipun ada orang yang tidak menunjukkan minat mereka, tetapi ada orang lain yang dengan gembira akan mendengarkan pesan penginjilan itu. Apa pun responsnya, murid-murid Anda akan tahu bahwa mereka telah mematuhi perintah Kristus dan telah menjadi alat penting dalam memenuhi Amanat Agung. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Discipleship Judul asli artikel: Teaching Children to Share Their Faith Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://discipleshipideas.com/index.php?Itemid=26&id=40&option=com_content&task=view ______________________________________________________________________ KESAKSIAN GSM PENGALAMAN MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI Gereja kami adalah adalah gereja yang terdiri dari 35-40 anak. Kami benar-benar diberkati karena kami bukanlah gereja yang besar, hanya memiliki anggota sekitar 150 orang. Kembali pada awal mula saat Tuhan berbicara ke dalam hati saya untuk mengadakan kelas junior (kecil) untuk anak usia 10-12 tahun, Dia juga menggerakkan hati saya untuk mengajarkan kepada mereka sesuatu yang disebut bersaksi kepada orang lain. Jadi, dari September sampai Februari, ide ini hanya ada dalam pikiran saya, sambil berdoa bahwa bila ini adalah apa yang Tuhan inginkan dan bukan sesuatu yang menurut saya menyenangkan bagi anak-anak, maka Ia akan menunjukkan kepada saya bagaimana melakukannya (karena saya sama sekali tidak kreatif). Pada awal Februari, Ia menggerakkan hati saya untuk bertanya kepada seorang wanita di gereja saya apakah dia bersedia membantu saya membuat naskah drama pendek. Ia sudah pernah menulis naskah drama Natal di gereja kami beberapa tahun yang lalu. Jadi, kami mengerjakannya bersama-sama dan berdoa serta mencari ide-ide hingga akhirnya kami merasa bahwa kami sudah mendapatkan apa yang Tuhan ingin untuk kami sajikan. Kami membuat sebuah adegan di mana ada dua orang berbeda yang mengaku sebagai orang Kristen pergi ke pesta. Yang satu berbohong bahwa dia tidak akan menggunakan obat-obatan, sedang yang satu lagi memang tidak akan menggunakan obat-obatan. Tuhan sudah memberitahu yang tidak akan menggunakan obat-obatan untuk tidak pergi ke pesta. Lalu, di pesta, tiba-tiba seseorang meminta orang yang berbohong tadi untuk mengantarnya pulang karena ia juga tidak ingin ada di sana. Anak yang tetap tinggal di pesta itu, dan yang sudah beberapa kali diperingatkan oleh Tuhan untuk meninggalkan pesta itu, terkena razia. Meskipun ia tidak mabuk atau pun menggunakan obat terlarang, tetapi ia tetap harus membayar harganya. Kemudian, adegan selanjutnya adalah pada saat acara kelulusan. Anak yang berbohong tadi memberikan pidato perpisahan pada saat acara kelulusan karena ia mendapat nilai yang terbaik di sekolah, dan dia menjelaskan bagaimana orang yang mengajaknya pulang dari pesta, mengajak dia ke gereja sehingga mengubah hidupnya. Di setiap adegan, kami mengambil ayat-ayat Alkitab yang sesuai dengan setiap situasi dan yang memuat suara Allah yang berbicara kepada setiap anak bahwa mereka tetaplah dapat melakukan penginjilan. Kita juga menunjukkan siapa yang telah menjadi saksi yang baik dan siapa yang tidak. Kita melakukan ini untuk menunjukkan bahwa yang didengar orang lain bukanlah apa yang kita katakan, namun apa yang kita lakukan. Meskipun setan berulang kali mencoba menghentikan kita, tetapi Allah tidak pernah gagal. Allah tetap bekerja dalam karya penyelamatan. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: Children`s Ministry Inspiration Vault Judul asli artikel: Teach Children to Witness Penulis: Tammy Baggett Alamat URL: http://childrensministryvault.com/ministry-lessons-ideas-training/704/teach-children-to-witness/ ______________________________________________________________________ o/ WARNET PENA o/ BARU! KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS "PASKAH.SABDA.ORG" http://paskah.sabda.org/ Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) kembali meluncurkan sebuah situs baru yang kami yakin akan menjadi berkat, khususnya menjelang perayaan Paskah di bulan April 2009 yang akan datang. Sesuai dengan isinya, yakni berbagai jenis bahan seputar Paskah yang pasti akan berguna bagi Anda dalam menyiapkan perayaan Paskah, maka situs ini kami sebut "paskah.sabda.org". Situs "paskah.sabda.org" adalah satu-satunya situs berbahasa Indonesia yang menyediakan bahan Paskah yang sangat lengkap, di antaranya: artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan mengajar Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah. Situs "paskah.sabda.org" juga dirancang sedemikian rupa agar setiap pengunjung bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan renungan, artikel, atau juga blog Paskah untuk bisa saling berbagi berkat dengan pengunjung yang lain. Fasilitas forum juga tersedia di situs ini sehingga pengunjung bisa ikut berdiskusi seputar topik Paskah. Keistimewaan lain dari situs ini adalah disediakannya fasilitas mengirimkan ucapan selamat Paskah untuk teman seiman dan pengunjung yang lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "paskah.sabda.org"! Mari berbagi berkat pada hari peringatan pengorbanan Yesus di kayu salib. Kemenangan-Nya atas maut, patut kita rayakan dan peringati karena Dialah Allah yang patut kita sembah. ______________________________________________________________________ Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org> Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/ Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/ ______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |