|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-binaanak/31 |
|
e-BinaAnak edisi 31 (24-5-2001)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <><
Daftar Isi: Edisi 031/Mei/2001
-----------
o/ SALAM DARI REDAKSI
o/ ARTIKEL : Kurikulum di Sekolah Minggu
o/ TIPS MEMILIH/MENGGUNAKKAN KURIKULUM:
: Memilih dan Menggunakan Kurikulum
dengan Efektif
o/ SERBA SERBI KURIKULUM : Inti Kurikulum untuk Anak dari
Berbagai Tingkat Usia
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA
***********************************************************************
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di:
Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
***********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI
Salam Sejahtera dalam Kristus,
Kebutuhan akan kurikulum yang baik dan tepat dalam sebuah Sekolah
Minggu seringkali menjadi permasalahan bagi banyak gereja. Memiliki
kurikulum yang dipandang baik pun ternyata tidak menjamin akan baik
pula dalam penerapan serta hasilnya. Kurikulum sebenarnya hadir untuk
memudahkan guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan Firman Tuhan kepada
anak-anak. Kurikulum dapat membuat pengajaran yang disampaikan guru
berjalan lebih efektif dan efisien bila tahu cara memilih dan
memanfaatkan kurikulum dengan tepat.
Edisi e-BinaAnak kali ini akan mengupas beberapa aspek dari
KURIKULUM Sekolah Minggu. Mulai dari pentingnya kurikulum, bagaimana
cara memilih dan memanfaatkan kurikulum, hingga masukan mengenai inti
kurikulum untuk berbagai tingkatan usia anak.
Semoga tulisan ini boleh bermanfaat bagi anda semua.
Selamat melayani!
Staf Redaksi
"Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada
kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita." (2 Tim. 1:14)
< http://www.bit.net.id/SABDA-Web/2Ti/T_2Ti1.htm 1:14 >
**********************************************************************
o/ ARTIKEL
KURIKULUM DI SEKOLAH MINGGU
===========================
Pertanyaan yang sering diungkapkan oleh orang-orang yang terlibat
dalam pendidikan Kristen, termasuk di sini adalah para Guru Sekolah
Minggu, adalah: "Seperti apakah kurikulum yang baik itu? Kurikulum
yang bagaimana yang sebaiknya dipakai dalam Sekolah Minggu di gereja
kita?"
Sebenarnya tidak ada satu jawaban yang persis sama bagi setiap
penanya, karena masing-masing gereja dan Sekolah Minggu memiliki
keunikan dan tantangannya sendiri. Ada gereja dan orang-orang
tertentu yang kurang setuju dengan penggunaan kurikulum. Mereka
berpendapat bahwa wewenang tertinggi seharusnya ada pada Alkitab
itu sendiri dan bukan pada "pandangan" si Penulis kurikulum. Bisa
dimengerti bahwa ada kekuatiran yang timbul, dimana para guru
akhirnya akan lebih "bersandar" dan "mengandalkan" materi kurikulum
yang siap pakai daripada menggalinya sendiri dari Alkitab.
Sebenarnya, kurikulum dibuat untuk menolong para guru. Pekerjaan
menyusun sebuah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini
membutuhkan kerjasama tim ahli, baik dari bidang teologia maupun
pendidikan. Para pekerja awam, termasuk Guru Sekolah Minggu, jelas
akan menemui banyak kesulitan bila dituntut untuk membuat kurikulum
pengajarannya sendiri.
Mengingat bahwa wewenang tertinggi tetap ada pada Alkitab itu
sendiri, maka tiap-tiap orang Kristen secara pribadi bertangung
jawab untuk menyelidiki Alkitab dan melihat kalau-kalau apa yang
disampaikan dalam materi kurikulum yang digunakan ternyata tidak
sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.
A. Arti Kurikulum
-----------------
Menurut Dr. D. Campbell Wyckoff, dalam bukunya "Theory and Design
of Christian Education Curriculum",
kurikulum adalah alat komunikasi yang direncanakan
dengan sangat hati-hati, yang digunakan oleh gereja
dalam bidang pengajarannya agar iman dan hidup
Kristen dapat dikenal, diterima dan hidup.
Disebutkan di atas bahwa "Kurikulum direncanakan dengan sangat
hati-hati" maksudnya bahwa Penyusun Kurikulum akan menghabiskan
waktu dan tenaganya untuk berfikir, merancang dan merencanakan
segala sesuatu yang perlu agar kurikulum tersusun dengan baik.
"Alat komunikasi" mengandung maksud bahwa kurikulum melibatkan
dialog antar satu orang dengan yang lainnya.
"Digunakan oleh gereja" ini menunjuk gereja secara menyeluruh,
semua anggotanya, gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup.
"Dalam bidang pengajarannya" meliputi semua kegiatan dan program
yang mengutamakan pengajaran dan pengasuhan sebagai bagian penting
dalam usaha memperlengkapi setiap orang menjadi pelayan Allah dan
murid Yesus Kristus.
"Agar iman dan hidup kekristenan dapat dikenal, diterima dan hidup"
menggambarkan isi dan tujuan pengajaran gereja. Ini bukan sekedar
mempelajari beberapa informasi mengenai Tuhan Yesus Kristus, tidak
juga sekedar menyatakan apa yang dipercayai seseorang. Namun lebih
dari pada itu, hal ini melibatkan praktek dan hidup seseorang
sebagai ungkapan pengetahuan dan kepercayaannya.
Pandangan mengenai kurikulum ini sama cocoknya bagi gereja besar
maupun kecil.
Dalam konteks Sekolah Minggu, kurikulum adalah susunan bahan Alkitab
yang mencakup materi/isi Alkitab, media mengajar, aktivitas belajar,
tujuan pembelajaran bagi kegiatan belajar mengajar di Sekolah
Minggu.
B. Manfaat Kurikulum
--------------------
Menggunakan atau tidak menggunakan kurikulum, toh Firman Tuhan tetap
diajarkan di Sekolah Minggu. Benar! Tapi, ada manfaat yang lebih
bila Sekolah Minggu menggunakan kurikulum, antara lain:
1. Kurikulum memungkinkan adanya pendekatan khusus yang cocok/sesuai
dengan ciri-ciri perkembangan usia anak.
Kurikulum yang baik menyediakan materi pelajaran secara bertahap
menurut keperluan, minat, kemampuan dan perkembangan anak. Beberapa
cerita atau pelajaran Alkitab akan terlalu sukar dimengerti oleh
anak-anak yang masih kecil. Penggunaan kurikulum dapat menolong guru
merangkaikan bagian-bagian Alkitab yang akan diajarkannya sekaligus
memberikan panduan mengenai cara pendekatan yang sesuai untuk
tiap-tiap kelompok usia anak.
Adanya kurikulum juga memungkinkan terjadinya perencanaan pelajaran
yang menyeluruh, yang disusun secara teratur untuk tiap-tiap kelompok
umur dalam satu masa periode tertentu.
2. Di dalam kurikulum biasanya termuat berbagai ide dan teknik
belajar-mengajar, alat peraga, dan perlengkapan mengajar lainnya.
Para pekerja awam atau Guru Sekolah Minggu, sepandai-pandainya dia
mengajar, tentulah kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya
terbatas juga. Sementara dunia pendidikan terus maju dengan hadirnya
berbagai teknik dan cara pengajaran yang baru, berbagai alat peraga
dan perlengkapan mengajar yang canggih, serta munculnya ide-ide baru
dalam konsep pendidikan itu sendiri, jelas para pekerja awam tidak
sanggup mengikuti semua perkembangan itu dengan baik.
Tetapi, para Penyusun Kurikulum justru mampu memberi masukan yang
berharga untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru.
3. Kurikulum menolong guru mencapai sasaran yang jelas dalam
mengajar, menyediakan pelajaran yang seimbang dan sistematis.
Saat seorang guru Sekolah Minggu mulai mengajar, kemungkinan ia
dapat menggunakan beberapa persedian cerita Alkitab yang ia sukai.
Namun ada saatnya persediaan cerita yang dia miliki akan habis.
Mungkin untuk mengatasi hal tersebut dia akan memulai dari permulaan
Alkitab, namun dengan berjalannya waktu dia akan menemui kesulitan
juga, karena mengajar menurut urutan Alkitab tidaklah mudah. Selain
itu, "main comot" kisah ini itu dari Alkitab tidak akan membawa arah
yang jelas dalam pengajaran Firman Tuhan.
Untuk itulah kurikulum yang berisi susunan materi/isi Alkitab yang
seimbang dan sistematis diperlukan untuk memudahkan tugas guru itu
sendiri dalam menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak.
Nilai penting sebuah kurikulum dapat diibaratkan sebagai menu
makanan yang disusun oleh seorang ibu rumah tangga yang baik. Jika
makanan yang disajikan selalu sama, tentu akan membosankan seisi
rumah. Karena secara rohani anak membutuhkan "makanan yang bergizi"
dan bervariasi, sesuai dengan tingkat umur dan pemahaman serta pola
pikir yang telah mereka capai, kehadiran kurikulum memungkinkan
penyusunan menu makan yang sehat dan seimbang tersebut. Melaluinya,
'nafsu makan' anak dipelihara dan mereka dapat bertumbuh secara
rohani. Inilah tujuan sebuah kurikulum.
Bahan ini dirangkum dari:
1. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Bag.II no.12:
Memilih dan Menggunakan Kurikulum
Penulis : Lawrence O. Richards
Penerbit : Kalam Hidup
Halaman : 192-195
2. Judul buku: Christian Education in The Small Church
Penulis : Donald L. Griggs dan Judy McKay Walter
Penerbit : Judson Press Valley Forge
Halaman : 75-77
**********************************************************************
o/ TIPS MEMILIH/MENGGUNAKAN KURIKULUM
MEMILIH DAN MENGGUNAKAN KURIKULUM DENGAN EFEKTIF
================================================
Masalah yang seringkali dihadapi Sekolah Minggu bukanlah perlu atau
tidak perlu menggunakan kurikulum, melainkan bagaimana caranya
memilih kurikulum yang baik.
A. Ciri-Ciri Kurikulum yang Baik
--------------------------------
1. Memiliki pandangan yang benar tentang Alkitab
Kelemahan yang seringkali terdapat dalam kurikulum pelajaran untuk
anak ialah pelajaran tersebut disusun agar murid memberi respons
dengan "kelakukan baik", tetapi bukan respons yang dituntut oleh
bagian Alkitab yang dipelajarinya tersebut.
Kelemahan lainnya adalah si Penulis mungkin telah terlebih dulu
membuat peraturan mengenai kelakuan baik tertentu, baru kemudian
mencari ayat-ayat atau cerita Alkitab yang "mendukung". Tetapi cara
seperti ini tidaklah tepat. Ajaran yang demikian mengaburkan
pandangan guru dan murid mengenai Allah yang menyatakan diriNya dan
yang menghendaki manusia memberi respons kepadaNya, bukan sekedar
soal mentaati peraturan saja.
Bisa juga terjadi Penulis hanya bertujuan menyampaikan informasi
belaka tentang kisah Alkitab (sejarah, data-data, angka, nama,
tempat, dsb.) tanpa mengharapkan respons dari anak.
Kurikulum yang baik seharusnya mampu menyajikan materi sedemikian
rupa sehingga guru dibantu untuk membawa murid "berhadapan" dengan
Allah serta mengarahkan anak memberi respons yang positif terhadap
berita Firman Tuhan yang disampaikannya.
"Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab
tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah."
(2 Petrus 1:20-21)
2. Memiliki konsep yang kreatif mengenai soal mengajarkan Alkitab
Kurikulum yang baik disusun untuk meningkatkan pengertian para murid
mengenai isi Alkitab. Dalam kurikulum yang baik, penerapannya
bersifat fleksibel, dimana para murid diajak untuk ikut ambil bagian
sebanyak mungkin dan mereka dibimbing untuk mencari sendiri
implikasi dari kebenaran Alkitab itu untuk kehidupan pribadinya.
Salah satu "tanda" kurikulum yang baik adalah timbulnya kesenangan
belajar secara aktif pada anak.
B. Bagaimana Guru Dapat Menggunakan Kurikulum dengan Efektif?
-------------------------------------------------------------
Sebaik apapun sebuah kurikulum, tidak akan banyak gunanya bila tidak
dimanfaatkan secara benar oleh seorang guru. Sebaliknya, guru yang
kreatif akan dapat memanfaatkan kurikulum atau menyesuaikan bahan-
bahan dari kurikulum tersebut sesuai dengan konteks dan kondisi anak
yang sedang dilayaninya.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah keberanian
untuk BEBAS bertindak di luar materi kurikulum. Seringkali apa yang
terjadi di dalam kelas (situasi, kondisi anak, lingkungan, dsb.)
berada di luar rencana dan tidak dapat diramalkan sebelumnya (bahkan
oleh Penyusun Kurikulum yang paling kompeten sekali pun), sehingga
guru harus peka akan pimpinan Roh Kudus. Bila perlu, guru dapat
mempersingkat, menambah, atau bahkan meniadakan bagian pelajaran
yang sudah direncanakannya tersebut.
Jadi, untuk dapat menggunakan kurikulum secara efektif, guru harus
mempersiapkan diri dalam beberapa hal di bawah ini:
1. Pandangan secara keseluruhan mengenai materi
Guru harus menguasai materi keseluruhan secara utuh, sehingga
tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari penyampaian materi
tersebut. Hal ini akan sangat membantu saat Guru harus memutuskan
bagian mana yang perlu mengalami perubahan, pemotongan, dsb.
2. Sasaran akhir yang ingin dicapai
Guru harus jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai dari proses
belajar mengajar yang telah disiapkannya. Sehingga bila terjadi
perubahan di tengah proses tersebut, tujuan akhir tetap dapat
dicapai.
3. Fleksibel - spontanitas
Guru perlu merasa bebas untuk menyesuaikan dan mengubah
rencananya sebagai tanggapan akan perkembangan yang terjadi di
kelasnya. Yang penting adalah anak dapat dibimbing untuk memberi
respons pada Allah, yang sudah berbicara pada mereka melalui
FirmanNya. Fleksibilitas dan Spontanitas adalah kunci
keberhasilan guru dalam menerapkan kurikulum secara tepat guna di
dalam kelas.
Kurikulum, sebaik apa pun, sebaiknya tetap dipandang sebagai
"penolong" guru dalam menyampaikan pengajaran Firman Tuhan. Setiap
guru hendaknya memiliki pandangan yang sehat terhadap bahan
pelajaran yang disajikan dalam kurikulum: menghargainya sebagai
petunjuk dalam mengajar, memanfaatkannya untuk memperoleh ide-ide
kreatif dalam menyampaikan Firman Tuhan, menggunakan berbagai usulan
metode/pendekatan serta berbagai alat peraga yang disediakan, TAPI
tidak perlu melihatnya sebagai suatu pola yang harus diikuti dengan
ketat.
C. Kesimpulan
-------------
Kurikulum yang diterbitkan oleh gereja, lembaga Kristen, maupun
perorangan mana pun, masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan
sendiri. Tidak ada bahan kurikulum yang sempurna. Yang perlu dalam
hal ini adalah fleksibilitas dan kreatifitas Guru Sekolah Minggu
yang memakainya supaya dapat menyesuaikan bahan kurikulum dengan
situasi gereja dan kebutuhan murid. Bila seorang guru terbuka dan
peka akan bimbingan Roh Kudus, maka ia akan menerima inspirasi dan
kuasa ilahi untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung
jawab.
Bahan ini dirangkum dari:
1. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Bag. II no.12:
Memilih dan Menggunakan Kurikulum
Penulis : Lawrence O. Richards
Penerbit : Kalam Hidup
Halaman : 192-201
2. Judul buku: Pedoman Pelayanan Anak
Penulis : Ruth Laufer
Penerbit : YPII
Halaman : 200-204
**********************************************************************
o/ SERBA-SERBI KURIKULUM
INTI KURIKULUM UNTUK ANAK DARI BERBAGAI TINGKATAN USIA
======================================================
Alkitab memang tidak dirancang sebagai bahan bacaan untuk anak, tapi
bukan berarti isi Alkitab tidak perlu disampaikan pada anak. Tuhan
sendiri yang memerintahkan agar FirmanNya diajarkan turun-temurun
pada generasi yang lebih muda (Ulangan 6:6-7).
Dari perkembangan sejarah gereja, pendidikan rohani anak mengalami
banyak perubahan dan perkembangan. Berawal dari terbentuknya
Sekolah Minggu yang pertama di Inggris (1780), materi pengajaran
Alkitab untuk anak pun mulai dipikirkan gereja.
Amerika Serikat, dalam hal ini, mendahului negara-negara lain dalam
usaha menciptakan kurikulum untuk Sekolah Minggu bagi seluruh
bangsanya.
A. Latar Belakang Sejarah
-------------------------
1. Masa Katekismus (1799-1815)
Pada mulanya gereja mengajarkan materi Katekismus pada anak,
bagian demi bagian. Oleh karena Katekismus dirancang untuk
orang dewasa, sudah bisa diduga bahwa bahan tersebut tidak
memuaskan kebutuhan anak.
2. Masa Hafalan (1815-1840)
Pada masa ini, gereja menekankan "penghafalan ayat Alkitab"
sebagai cara mengajarkan Firman Tuhan pada anak. Menurut
laporan, pada masa itu, anak berusia 10-12 tahun dapat menghafal
sampai 1000 ayat dalam satu triwulan. Tapi, kembali metode ini
dianggap kurang mengena, karena anak hanya mampu menghafal tanpa
mengerti arti ayat yang dihafalkannya tersebut. Baik guru maupun
murid akhirnya sama-sama menjadi bosan.
3. Masa "Babel" (1840-1872)
Kemudian ditemukan cara lain, dimana dalam setiap pertemuan hanya
1 ayat saja yang diberikan sebagai bahan pelajaran. Seiring
dengan berjalannya waktu, akhirnya masing-masing gereja mencari
jalan dan caranya sendiri dalam memilih bahan pelajaran untuk
Sekolah Minggu.
4. Bahan Pelajaran yang Seragam (1872-1900)
Dengan makin berkembangnya dunia pendidikan, mulailah dipikirkan
untuk menyusun suatu kurikulum yang SERAGAM, dimana pada hari
Minggu yang sama seluruh anggota keluarga (mulai anak kecil
hingga kakek dan nenek) menyelidiki bahan Alkitab yang sama.
Setelah bertahun- tahun cara ini diterapkan, akhirnya disadari
bahwa penyusunan bahan lebih memperhatikan kepentingan orang
dewasa dibanding kebutuhan anak.
5. Pelayanan per Kelas (1900-1914)
Kemudian timbul pandangan ekstrim yang bertolak belakang dengan
ide bahan pelajaran yang seragam di atas. Materi Sekolah Minggu
mulai disusun secara terpisah untuk setiap umur, dan telah mulai
memperhatikan aspek perkembangan jiwa anak dari setiap tingkatan
umur. Namun karena pembagian kelas terlalu rinci (karena tiap
umur memiliki materi berbeda), akhirnya tenaga Guru Sekolah
Minggu tidak memadai.
6. Pelayanan per Kelompok (1914-sekarang)
Akhirnya, ditemukan sebuah sistem yang hingga saat ini banyak
digunakan oleh Sekolah Minggu, dimana anak diajar per-kelompok
berdasarkan penggolongan usia sebagai berikut: - Anak Batita (di
bawah 3 tahun) - Anak Indria (usia 4-5 tahun) - Anak Pratama
(usia 6-8 tahun) - Anak Madya (usia 9-11 tahun) - Tunas Remaja
(usia 12-14 tahun) Dewasa ini, sebagian besar Kurikulum Sekolah
Minggu disusun berdasarkan pengelompokan di atas.
B. Inti Kurikulum
-----------------
Mengajarkan Alkitab pada seorang anak kecil yang belum sekolah
misalnya, tentulah berbeda cara pendekatannya dibanding pada anak
yang memasuki usia remaja. Bahkan mengajarkan cerita Alkitab yang
sama pun membutuhkan teknik serta penekanan yang berbeda pada tiap
kelompok usia anak.
Oleh karena itu, penting diketahui oleh setiap Guru Sekolah Minggu
bahwa Inti Kurikulum adalah BERBEDA untuk setiap kelompok usia anak.
1. Anak-anak Pra-Sekolah:
Tugas utama dari seorang guru yang mengajar anak-anak pra-sekolah
adalah untuk memberikan konsep-konsep dasar dan informasi yang
diperlukan oleh anak-anak itu agar mereka dapat merumuskan
pandangan yang bersifat alkitabiah mengenai dunia ini.
a. Anak-anak Asuhan/batita (2-3 tahun)
--------------------------------------
Cara terbaik untuk menyampaikan isi Alkitab pada anak batita
ialah dengan mengajarkannya di dalam konteks aktivitas dan
pengalaman. Informasi alkitabiah juga harus disampaikan sesuai
dengan level pemahaman mereka. Misalnya guru akan mengajarkan
"Allah yang Maha Tahu dan Maha Hadir", maka kalimatnya bisa
disederhanakan menjadi "Yesus selalu melihat kita".
Untuk mengajarkan satu kebenaran dalam tiap pertemuan, guru harus
memperlengkapi diri dengan berbagai metode yang menarik dan
menyenangkan anak. Semua aktivitas harus dirangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh untuk menyampaikan pesan yang sama, mulai dari
pujian, permainan, alat peraga, aktivitas, dsb.
b. Anak-anak Kelas Indria/TK (4-5 tahun)
----------------------------------------
Menurut riset, anak-anak usia TK sedang membina suatu cara untuk
memandang kehidupan ini, oleh karena itu kepada mereka harus
diberikan kebenaran-kebenaran yang dasar agar mereka mendapat
pengertian yang alkitabiah mengenai kehidupan ini dan mengenai
dunia mereka.
Mengingat anak Indria belum sadar akan perkembangan sejarah
(misal: bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus), materi-materi
Alkitab yang disajikan sebaiknya disusun dalam tema bulanan yang
berpusat pada pengalaman mereka, seperti: kehidupan dalam
keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah, dsb.
2. Anak-anak Sekolah:
Ajaran yang diberikan harus dapat menolong anak-anak mengenal
kebenaran yang relevan untuk mereka, sehingga mereka dapat
memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian
mereka sendiri.
a. Anak-anak Kelas Pratama (6-8 tahun)
--------------------------------------
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Pratama disusun dengan
pengertian bahwa perikop Alkitab yang ingin disampaikan untuk
umur ini boleh lebih panjang dan lebih lengkap. Cerita Alkitab
sewaktu-waktu masih terfokus kepada tema bulanan, misalnya
"Memberi dengan sukacita", bisa dipilih 2 kisah dari PL dan 2
kisah dari PB. Tetapi boleh juga ada cerita berseri, misalnya
"Kehidupan Daniel" atau "Yusuf dan saudara-saudaranya". Pada umur
ini anak-anak mulai mengerti hubungan dari satu peristiwa ke
peristiwa lainnya.
b. Anak-anak Kelas Madya (9-11 tahun)
-------------------------------------
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Madya disusun dengan
pertimbangan bahwa peristiwa Alkitab dilihat secara
keseluruhan dari segi sejarah, mulai dari PL hingga PB. Pada umur
ini anak juga mengagumi tokoh-tokoh serta meneladaninya, karena
itu penting sekali ditekankan mengenai teladan hidup baik tokoh
Alkitab maupun tokoh Kristen pada jaman modern.
c. Tunas Remaja (12-14 tahun)
-----------------------------
Metode bercerita sudah mulai jarang digunakan, anak remaja
cenderung lebih menyukai penyelidikan Alkitab sendiri (tentunya
dengan metode yang menunjang dan pendampingan yang baik dari
Pembimbingnya).
Bahan ini dirangkum dari:
1. Judul buku: Pedoman Pelayanan Anak
Penulis : Ruth Laufer & Anni Dyck
Penerbit : YPPI, Batu-Malang
Halaman : 200-206
2. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif
Penulis : Lawrence O. Richards
Penerbit : Kalam Hidup
Halaman : 205-243
**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA
Dari: Kriz <@ap.abnamro.com>
>Dear Bina Anak, terima kasih banyak atas informasinya. Sangat
>berguna bagi perkembangan di Sekolah Minggu kami di Gereja HKBP
>Menteng. Kalau bisa, saya mau minta tolong untuk informasi mengajar
>di kelas BATITA, adakah input yang bisa menunjang kelas? Sebelumnya
>saya mengucapkan terima kasih banyak atas segala perhatiannya.
>Syaloom, Kriz
Redaksi:
kami bersyukur untuk manfaat yang anda terima dari pelayanan kami.
Publikasi e-BinaAnak pernah mengupas tentang pelayanan untuk anak
BATITA pada edisi yang ke 19. Jika anda belum memiliki edisi tsb.
silakan menghubungi kami, maka kami akan kirimkan untuk anda.
**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-BinaAnak
**********************************************************************
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |