|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-binaanak/182 |
|
e-BinaAnak edisi 182 (17-6-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <><
Daftar Isi: Edisi 182/Juni/2004
~~~~~~~~~~~
o/ SALAM DARI REDAKSI
o/ ARTIKEL : Guru Sebagai Pendidik
o/ TIPS MENGAJAR : Mendidik Murid untuk Belajar
o/ BAHAN MENGAJAR : Hidup Rukun dengan Orang Lain
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Tanya Alat Peraga
o/ MUTIARA GURU
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ SALAM DARI REDAKSI
Salam dalam kasih Tuhan,
Mendidik seorang anak merupakan bagian penting dari tugas dan
kewajiban seorang guru, karena setiap guru haruslah juga seorang
pendidik. Jika kita sudah terpanggil untuk terjun dalam dunia
pendidikan dan pelayanan anak, Anda harus mau dan bisa mendidik
murid-murid Anda. Untuk itu berusahalah untuk terus mengembangkan
potensi itu dalam diri Anda demi kemajuan pelayanan Anda.
e-BinaAnak minggu ini akan membahas secara khusus tentang telenta
guru dalam mendidik. Melalui sajian-sajian ini Anda akan belajar
tentang pentingnya peranan yang harus dijalankan guru sebagai
seorang pendidik, khususnya di Artikel yang berjudul "GURU SEBAGAI
PENDIDIK". Sedangkan dalam Kolom Tips Mengajar, Anda akan belajar
tentang beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam mendidik
anak untuk belajar. Melalui kantung-kantung kecil berisi dua permen
coklat, Anda bisa menolong anak-anak untuk hidup rukun dengan orang
lain. Bagaimana caranya? Anda bisa temukan dalam Kolom Bahan
Mengajar. Semoga semua bahan yang kami sajikan ini dapat semakin
mendorong Anda untuk menggali dan mengembangkan potensi Anda dalam
hal mendidik.
Tuhan memberkati!
Tim Redaksi
"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana,
adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini." (Titus 2:12)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Titus+2:12 >
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ ARTIKEL
GURU SEBAGAI PENDIDIK
=====================
Adalah celaka jika kita mau mendirikan sekolah, yang lebih dahulu
dipikirkan adalah gedungnya, tetapi kemudian tidak mempunyai guru
atau dosen yang baik. Celakalah kalau sekolah mempunyai fasilitas
yang terbaik, tetapi guru-gurunya bermutu rendah. Jadi yang terutama
adalah kebutuhan akan guru-guru yang bermutu tinggi. Kalau tidak ada
guru yang baik, jangan harap bisa mendirikan pendidikan yang baik.
Ini hal yang utama.
Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada di
bawah situasi. Ia dapat mencari posisi yang baik untuk mengajar dan
selalu akan berada di atas situasi. Jika guru sibuk sendiri mengatur
anak-anak untuk diam, maka akhirnya guru itu sendiri yang paling
tidak bisa diam. Guru yang baik akan memberikan perintah ataupun
mengajar tidak dengan suara keras, tetapi justru dengan wibawa yang
lebih kuat dari suaranya. Pada saat mengajar, mata perlu bisa
melihat seluruh pendengar, dan menggunakan sorotan mata untuk bisa
menguasai setiap pendengar, sehingga jiwa-jiwa itu terpaku
kepadanya.
Banyak orang takut melihat mata saya, padahal saya orang biasa.
Namun, pada saat saya naik ke mimbar, saya menguasai mereka dengan
mata. Penguasaan mata mempunyai kekuatan yang jauh lebih berbicara
dibandingkan dengan kalimat-kalimat yang disampaikan. Mata bisa
berkuasa menembus jiwa orang. Ketika mendapat kesempatan untuk
mengajar di sekolah, saya minta kepada kepala sekolah untuk mengajar
kelas yang paling nakal. Saya mencoba menguasai kelas itu dan
mencapai banyak kemajuan dan terus bertekad untuk maju.
Alkitab mengajar kita untuk memiliki hati berani, yang sadar, dan
yang penuh dengan kasih. Berani bukan untuk liar, dan penuh kasih
bukan untuk "banjir", tetapi berani yang diikat oleh kasih, dan
kasih yang diikat oleh kesadaran. Terapkanlah teknik mengajar
seperti ini dengan dilandasi satu kesadaran, yaitu Anda sedang
berhadapan dengan jiwa-jiwa yang berpotensi untuk membangun atau
merusak masyarakat, dan sekaligus menyadari betapa pentingnya jiwa
anak-anak. Dengan kesadaran akan pentingnya hal ini, maka dengan
sendirinya akan mengubah cara Saudara mengajar mereka. Ini yang
disebut "the existential encounter caused by the existential
consciousness" (semacam kesadaran eksistensial yang mengakibatkan
secara otomatis terjadi perubahan eksistensial dalam menghadapi
anak-anak). Itu merupakan suatu hal yang tidak bisa diuraikan dengan
kalimat, karena pengertiannya melebihi kalimat, yaitu berupa
kesadaran akan nilai yang berbeda, dan kesadaran itu akan menanamkan
konsep nilai yang baru. Dulu Saudara memandang mereka sebagai anak-
anak nakal yang selalu akan mengganggu. Sekarang Saudara melihat
mereka sebagai jiwa-jiwa berharga yang masih Tuhan percayakan untuk
dididik. Perasaan dan kesadaran sedemikian pasti mengubah Saudara
menjadi "air hidup" yang tidak akan pernah merasa kekeringan. Dari
hidup Saudara akan mengalir cinta kasih yang tidak pernah habis,
mengalir terus-menerus.
Bukan hanya demikian, setiap kali Saudara melihat seorang anak,
Saudara akan melihat satu oknum yang memiliki satu unsur yang
disebut "diri". "Diri" ini ada di dalam dia, seperti juga "diri" ini
ada di dalam Saudara sendiri, sehingga mungkin bagi kita untuk
mengasihi dirinya seperti Saudara mengasihi diri sendiri. Ini
merupakan kontak antara pribadi dengan pribadi. Saya tidak ingin
guru-guru sekolah hanya mengontak muridnya dengan peraturan-
peraturan sekolah atau dengan pengajaran dan kurikulum sekolah. Saya
lebih senang guru mempunyai kontak dengan muridnya berupa kontak
dari jiwa ke jiwa, dari hati ke hati, dari pikiran ke pikiran, dan
dari emosi ke emosi. Berarti terjalinnya suatu hubungan antara
pribadi dengan pribadi. Kalau perasaan itu keluar dari oknum dan
menuju kepada oknum, dimana oknum yang kedua mempunyai perasaan yang
secara pribadi dan secara eksistensial telah dipengaruhi oleh oknum
yang lain, maka ia akan berubah. Ini adalah rahasia kesuksesan
seseorang.
Orang lain tidak memandang Saudara di dalam jabatan sebagai guru
atau kepala sekolah, atau yang lain, tetapi memandang Saudara
sebagai pribadi. Biarlah Saudara tampil sebagai pribadi yang
dihormati dan dikagumi oleh murid-murid, dimana kehadiran Saudara
diharapkan untuk memberikan berkat dan kebenaran kepada mereka.
Timbulnya perasaan seperti ini akan mengakibatkan pendidikan menjadi
suatu aktivitas yang hidup, bukan aktivitas yang staffs. Kehadiran
Saudara diharapkan akan membuat murid-murid menjadi senang, dan
merupakan suatu berkat bagi mereka, bukan sebagai hal yang mengikat
dan menakutkan.
Mengapa ada orang yang baru berbicara dua menit, sudah terasa begitu
lama dan mengantuk, dan mengapa ada orang yang sudah berbicara lebih
dari satu jam, tetapi orang merasa begitu singkat? Ini bukan teknik
berbicara semata, tetapi ini merupakan masalah "person to person
interest"; "person to person influence"; dan "person to person
communication". Hal ini penting sekali. Jika tidak ada kontak dari
pribadi ke pribadi dalam penginjilan pribadi, maka ketika diinjili,
orang yang diinjili selalu merasa ingin lari. Jadilah seorang
pribadi yang mengontak pribadi yang lainnya. Ini akan menjadikan
Anda sebagai guru yang sukses. Jika pada suatu saat saya harus
ceramah, namun saya tidak hadir, hanya mengirimkan kaset ceramah itu
kepada Anda, apakah itu dapat dianggap sama dengan kehadiran saya?
Saya rasa tidak. Jelas berbeda karena pribadi saya tidak hadir.
Sekalipun sudah memiliki banyak pengetahuan akan pendidikan, jangan
harap Saudara sudah langsung dapat menjadi guru.
Mark Twain mengatakan jika seorang mempunyai bakat di dalam,
tetapi tidak dapat menyatakan keluar, itu berarti ia belum ada
bakat. Bakat itu harus bisa dikomunikasikan dari pribadi ke pribadi.
Kalau itu tidak ada, berarti belum sukses.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Arsitek Jiwa
Penulis : Pdt. dr. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ TIPS MENGAJAR
MENDIDIK MURID UNTUK BELAJAR
============================
Talenta mendidik yang Anda miliki tidak akan ada gunanya jika tidak
Anda praktekkan dalam kehidupan mengajar Anda. Salah satu tindakan
yang dapat kita lakukan adalah mendidik mereka dalam hal belajar.
Secara kongkret dan praktis, untuk mendidik peserta didiknya dalam
hal belajar, guru dapat memperhatikan beberapa prinsip berikut ini.
1. Hargailah pendapat peserta didik meskipun tampak dan kedengaran
kurang tepat (bandingkan dengan Roma 14:1-2). Berilah terlebih
dahulu penghargaan bahwa peserta didik itu telah rela memberikan
pendapatnya. Kemudian, seperlunya berilah koreksi positif dan
konstruktif. Usahakan memberikan perbaikan pemikiran dari sudut
mana peserta didik memandang. Cara pandang guru dengan peserta
didik tidaklah selalu sama.
2. Hargailah peserta didik sebagai seorang pribadi, meskipun
kemampuan belajarnya sangat kurang. Bahwa ia tetap setia hadir di
kelas sudah menunjukkan usaha yang serius. Kita harus tahu bahwa
orang dapat belajar dari pengalaman, yakni pengalaman terhadap
proses belajar, bukan saja dari hasil yang sudah dicapai. Apa
yang telah dialami seseorang melalui interaksi dalam kelas
mungkin sekali tidak selalu dapat diungkapkannya secara gamblang.
Apalagi bagi mereka yang dibesarkan dalam nilai budaya Timur,
yang berkembang dalam tatanan "budaya bisu" atau "budaya diam".
3. Binalah selalu persahabatan dengan peserta didik tanpa
mengorbankan tujuan disiplin. Kita tahu hal ini memang sering
menjadi semacam motif-motif yang bertentangan bagi guru dan
peserta didik. Ada peserta didik yang sungguh ingin dikenal dan
dihargai oleh gurunya, lalu membina persahabatan harmonis, sama
sekali tanpa ada motivasi ingin mendapat nilai terbaik dari
persahabatan itu. Namun ada pula peserta didik yang ingin membina
persahabatan dengan guru untuk memperoleh kemudahan ataupun nilai
yang bagus. Guru harus dapat memahami kemungkinan motif semacam
itu, lalu berupaya meluruskannya.
Sering guru melemahkan disiplin terhadap peserta didik karena
persahabatan, atau melemahkan persahabatan (dengan menjaga jarak)
demi disiplin. Karena itu, guru harus "pandai-pandai" membawa
dirinya agar dapat menghadapi tugas yang menuntut pencapaian
tujuan, namun sekaligus membina persahabatan yang terbuka dan
tegas.
4. Peliharalah agar peserta didik merasa terlindungi, baik hak dan
harga dirinya, dalam setiap kesempatan interaksi.
5. Belajarlah mengembangkan suasana humor tanpa bernada sarkastik
terhadap peserta didik. Pada dasarnya, guru dapat mengajak
peserta didik menertawakan dirinya sendiri. Dengan begitu peserta
didik merasa aman dan tidak akan dijadikan bahan lelucon oleh
gurunya.
6. Berikanlah pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang
memang patut memperolehnya. Penghargaan ini dapat berupa hadiah
buku dan sejenisnya, atau berupa ucapan atau kata-kata yang
membangun semangat, termasuk nilai yang layak diperoleh. Guru
harus tahu bahwa perkataan yang diucapkannya senantiasa "memiliki
kuasa" apakah untuk membangun atau sebaliknya meruntuhkan atau
menghilangkan gairah. (Bandingkan dengan Efesus 4:29: "Janganlah
ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah
perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka
yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.") Karena itu, guru
harus belajar menetapkan sikapnya agar senantiasa dapat
mengeluarkan perkataan yang membangun dan memberi harapan.
7. Sesuaikanlah metode mengajar dengan situasi dan kondisi peserta
didik, agar mereka dapat mengikuti proses belajar. Kadang-kadang
metode yang terasa asing sama sekali bagi mereka dapat menghambat
kelancaran proses belajar. Jika guru memakai metode "baru",
peserta didik memerlukan waktu untuk penyesuaian, sebelum
memperoleh masukan atau makna dari kegiatan yang diikutinya itu.
8. Teruslah berdoa dan berharaplah akan campur tangan Allah, oleh
Roh-Nya, yang mampu membuat suasana nyaman dan menggairahkan
untuk belajar. Kita ketahui bahwa Roh Kudus adalah "pengajar"
yang hadir tanpa dilihat oleh siapa pun. Dialah sesungguhnya yang
sanggup menimbulkan "pencerahan" dalam diri guru dan peserta
didiknya (bandingkan dengan Yohanes 16:11-13; 1Yohanes 2:20,27, 3:24). Terutama dalam pengajaran iman Kristen (PAK), kedua belah
pihak harus senantiasa sadar akan kehadiran dan pimpinan-Nya.
Baik guru maupun peserta didik harus merelakan Dia bekerja secara
bebas dalam interaksi belajar mengajar itu.
Dalam pengajaran yang "non-Alkitab" atau "non-teologis" pun,
sebagai orang percaya, guru harus tetap mengandalkan campur
tangan Roh yang Mahapintar itu. Sebab kita tahu Roh Kudus adalah
Roh yang mampu menuangkan kreativitas dalam diri orang percaya.
Sebab ada sisi ilahi dari kreativitas manusia, khususnya bagi
mereka yang memberikan diri dikendalikan oleh Roh Allah. Roh yang
sama menumbuhkan motivasi, wibawa, dan otoritas serta percaya
diri yang mantap dalam diri guru. Modal dasar ini sangat perlu
bagi setiap guru dalam menghadapi situasi dan kondisi relasi
maupun interaksi manusiawi, yang sering tidak berlangsung segar
atau menyenangkan. Guru yang memberi diri dipimpin oleh Roh yang
maha mendidik, akan merefleksikan nilai-nilai hidup yang
menyukakan batin dan pikiran peserta didiknya!
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Menjadi Guru Profesional:
Sebuah Perspektif Kristiani
Judul Artikel Asli: Masalah Motivasi Belajar
Pengarang : B.S. Sidjabat, Ed.D.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993
Halaman : 112 - 114
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ BAHAN MENGAJAR
Mendidik anak-anak untuk memiliki sikap yang baik dalam hidupnya
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap guru. Bahan pelajaran
berikut dapat dipakai untuk mendidik anak-anak agar dapat hidup
rukun dengan orang lain.
HIDUP RUKUN DENGAN ORANG LAIN
=============================
Alat Peraga:
------------
Kantung-kantung kecil berisi dua permen coklat.
Ayat Alkitab:
-------------
Filipi 4:1-9
Tema:
-----
Hidup rukun dengan orang lain perlu diusahakan.
Penyampaian:
------------
Selamat pagi! Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh kita setiap
harinya. Menurut kamu apa yang harus kita lakukan?
(Tunggu jawaban mereka. Sesuaikan paragraf berikut ini menurut
jawaban-jawaban yang ada. Tuntunlah anak-anak untuk dapat melihat
bahwa kita harus hidup rukun dengan orang lain.)
Pertama, kita harus bangun tidur. Kita harus makan setiap hari. Kita
harus menyisir rambut kita, dan menggosok gigi. Ada orang yang harus
pergi kerja. Ada di antara kamu yang harus pergi ke sekolah. Kita
semua perlu bermain. Dan kita semua harus hidup rukun dengan orang
lain.
Kadang-kadang hidup rukun dengan orang lain itu mudah. Mungkin kamu
sangat menyukai orang itu dan sering bermain bersama. Tetapi,
kadang-kadang hidup rukun itu susah sekali. Walaupun kamu sangat
menyukai seseorang, pasti ada saatnya kamu tidak rukun dengannya.
Mungkin kamu sedang merasa bosan dan mengeluh, dan merasa sedang
tidak mau bersikap baik kepada siapa pun.
Ada juga saat-saat di mana seseorang tidak bersikap baik kepada
kamu. Itu menyedihkan sekali. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan
untuk memperbaiki persahabatan kita. Kita dapat berbuat baik. Kita
dapat memberi. Kadang-kadang, merangkul dan mencium itu baik juga.
Kadang-kadang kita harus mengampuni. Menyenangkan kalau dapat
bermain dan melakukan banyak hal bersama-sama, dan kadang-kadang
kita juga perlu menyendiri beberapa saat lamanya.
Setiap waktu, kita harus menyadari bahwa Tuhan akan menolong kita
mempertahankan persahabatan kita dan meminta pimpinan, juga
pertolongan Tuhan untuk dapat hidup rukun dengan orang lain.
Saya punya sesuatu yang istimewa buat kamu setelah doa nanti. Ini
kantung kecil dengan dua permen coklat di dalamnya. Salah satu
permen itu saya berikan untuk kamu sebagai tanda bahwa saya menyukai
kamu, memperhatikan kamu, dan ingin hidup rukun dengan kamu.
Ingatlah, ada dua permen coklat di sini. Saya ingin kamu memberikan
yang satu lagi untuk seseorang yang kamu sayangi.
Sumber:
Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu:
Sebuah Sumber Ibadah
Pengarang : Donna McKee Rhodes
Penerbit : Gospel Press, Batam Centre, 2002
Halaman : 137 - 139
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA
Dari: Maria N. <marian@>
>Syalom,
>Apakah e-binaanak juga menyediakan alat-alat peraga untuk setiap
>bahan mengajar yang disajikan? Kalau ada, saya mau donk minta
>dikirimkan beberapa. Saya akan mengganti biaya dan ongkos kirim
>saya termasuk yang tidak kreatif membuat alat peraga.
>GBU,
>Maria
Redaksi:
Maaf sekali, kami tidak membuat atau menjual alat-alat peraga yang
Anda inginkan. Namun, jika Anda ingin mendapatkan ide-ide kreatif
untuk membuat alat peraga, ada beberapa informasi yang bisa kami
berikann:
1. Yayasan Lembaga SABDA (yayasan yang menaungi penerbitan Publikasi
e-BinaAnak) memiliki situs yang menyediakan berbagai bahan-bahan
tertulis seputar pelayanan anak dan Sekolah Minggu. Situs
tersebut bernama PEPAK diambil dari singkatan Pusat Elektronik
Pelayanan Anak Kristen. Didalamnya ada beberapa artikel mengenai
alat peraga, antara lain:
a. Membuat Alat Peraga Sendiri
==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/000078/
b. Petunjuk Pemakaian Alat Peraga
==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020304/
c. Mengajar dengan Alat Peraga
==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/000077/
d. Alat Peraga sebagai Fasilitas dalam Sekolah Minggu
==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020303/
e. dll.
Anda dapat mencari lebih banyak lagi materi mengenai alat peraga
dalam topik "Metode dan Cara Mengajar" yang bisa diakses di:
==> http://www.sabda.org/pepak/topik/05/
2. Selain itu Anda dapat juga berdiskusi tentang bagaimana membuat
atau membeli alat peraga dalam milis diskusi e-BinaGuru. Untuk
bergabung silakan kirim e-mail kosong ke:
< subscribe-i-kan-BinaGuru@xc.org >, 3. Atau Anda bisa menghubungi Yayasan Domba Kecil, karena mereka
adalah yayasan yang menyediakan berbagai alat peraga. Silakan
menghubungi di:
Yayasan Domba Kecil
Jl. Tanjung Duren Utara III E/236
Jakarta Barat 11470 - INDONESIA
Telp. (021) 560-2630, 566-8962
Fax. (021) 566-8962
Untuk para pembaca e-BinaAnak yang tahu informasi seputar alat-alat
peraga, silakan mengirimkan informasinya ke kami karena mungkin ada
juga guru-guru SM yang membutuhkan informasi ini.
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ MUTIARA GURU
Untuk dapat masuk ke dalam dunia pikiran --
itulah artinya dididik
-- Edith Hamilton --
Rahasia pendidikan adalah
menghormati murid
-- Ralph W. Emerson --
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Kristian
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |