Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/140

e-BinaAnak edisi 140 (20-8-2003)

Tujuan Mengajar

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                     Edisi 140/Agustus/2003
-----------
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL (1)            : Tujuan Mengajar
    o/ ARTIKEL (2)            : Pertanyaan-pertanyaan Seputar Tujuan
                                    Pelajaran
    o/ BAHAN MENGAJAR         : Allah Menghukum Manusia Berdosa
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA   : Mengajar Kelas Kecil

**********************************************************************
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
    <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam sejahtera,

  Dalam mengajar, seorang guru SM tidak boleh asal mengajar saja.
  Persiapan yang dilakukan sebelum mengajar harus memiliki tujuan
  yang jelas, jangan hanya asal mengajar. Oleh karena itu, penting
  bagi seorang guru yang bertanggung jawab untuk mengetahui dengan
  jelas apa arti tujuan mengajar. Hal inilah yang mendorong kami
  untuk membahas topik "Tujuan Mengajar" dalam edisi minggu ini.

  Ada dua Artikel penting disajikan yang kami harap dapat menolong
  kita memahami lebih dalam tentang Tujuan Mengajar. Artikel yang
  pertama memiliki poin-poin penting tentang apakah yang dimaksud
  dengan Tujuan Mengajar, apakah jenis-jenis Tujuan Mengajar, dan
  penjelasan lebih detail tentang salah satu Tujuan Mengajar yaitu
  Tujuan Pelajaran. Artikel yang kedua berupa tiga pertanyaan seputar
  Tujuan Pelajaran, yang akan penting bagi guru ketika menentukan
  tujuan pelajaran di kelas Sekolah Minggunya.

  Satu Bahan Mengajar juga kami sajikan, khususnya untuk menolong
  guru melihat contoh bagaimana membuat tujuan pelajaran yang baik
  dan memilih pelajaran yang sesuai dengan tujuan pelajaran.

  Selamat mengajar!

  Tim Redaksi

         "Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka
             ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan,
      dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani,
         dan pekerjaan yang harus dilakukan." (Keluaran 18:20)
          < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Keluaran+18:20 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (1)

                           TUJUAN MENGAJAR
                           ===============

  Kamus mendefisinikan tujuan sebagai berikut, "Aktivitas yang
  diarahkan dengan teratur menuju pencapaian sesuatu tujuan". Dalam
  pengajaran SM, tujuan pelajaran itu merupakan suatu pernyataan
  tentang apa yang diharapkan oleh guru agar terjadi sebagai akibat
  dari mengajarkan ajaran tersebut. Tujuan dapat dinyatakan sebagai
  suatu pernyataan yang langsung, misalnya, "Menolong setiap pelajar
  agar menemukan dalam hal-hal apa ia membatasi Kristus, dan menolong
  masing-masing untuk mulai percaya Tuhan dalam hal-hal tersebut".
  Atau tujuannya dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah pertanyaan yang
  mungkin diajukan pada pelajar sehubungan dengan pelajarannya,
  misalnya, "Dalam hal-hal apakah saya membatasi Kristus? Bagaimanakah
  saya bisa mulai percaya Tuhan dalam hal-hal tersebut?"

  JENIS-JENIS TUJUAN MENGAJAR

  Tujuan Pertama:
  ---------------
  Tujuan utama pengajaran SM ialah agar murid-murid kita bertumbuh
  menjadi dewasa dalam Kristus.

  Tujuan Triwulan dan Unit:
  -------------------------
  Pentinglah bahwa setiap guru menyusun suatu tujuan untuk seluruh
  rangkaian pelajaran dalam satu triwulan. Hal ini akan menolongnya
  untuk melihat bagaimana setiap pelajaran merupakan bagian dari
  suatu keseluruhan. Kemudian, tujuan triwulan itu dapat dibagi dalam
  beberapa tujuan unit yang meliputi dua atau lebih pelajaran yang
  berpadanan.

  Tujuan Pelajaran:
  -----------------
  Tiap-tiap tujuan pelajaran merupakan langkah-langkah langsung yang
  diambil untuk mencapai tujuan unit dan tujuan triwulan.

  Para pendidik sering kali berbicara tentang tiga macam tujuan
  pelajaran: 1) tujuan pengetahuan,
             2) tujuan sikap, dan
             3) tujuan tingkah laku.

  Suatu tujuan pelajaran yang baik harus mencakup ketiganya, meskipun
  salah satu dapat diberi tekanan khusus. Jika tujuan keseluruhan kita
  adalah bertumbuh menuju kedewasaan dalam Kristus, maka mengajar
  dengan tujuan pengetahuan saja tidak akan mencapainya, demikian juga
  halnya bila tujuan kita hanya berpusatkan sikap atau inspirasi
  belaka. Bila hendak mengajar untuk mengakibatkan pertumbuhan, maka
  kita harus mengajar agar mendapat tanggapan kelakuan. Mengetahui dan
  merasa adalah bagian dari tanggapan melakukan. Tanggapan itu
  biasanya didahului suatu perubahan dalam pengetahuan dan sikap. Yang
  perlu ditekankan di SM ialah mengajar untuk mengakibatkan perubahan
  dalam kelakuan dan tindak tanduk.

  PERLUNYA TUJUAN PELAJARAAN

  Sifat belajar sendiri menyebabkan tujuan pengajaran sangat
  diperlukan. Biasanya belajar bukan suatu aktivitas yang dilakukan
  untuk sekedar belajar saja. Belajar merupakan ikhtiar untuk mencapai
  suatu tujuan yang tertentu. Misalnya, seorang remaja yang belajar
  mengemudikan sepeda motor. Dia tidak mempelajari pedoman "Peraturan
  Lalu Lintas" hanya supaya dia dapat mengatakan telah menguasai
  isinya. Dia tidak menempuh ujian pengemudi supaya dia dapat
  mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia telah lulus ujian. Dia
  melakukan itu agar dapat memperoleh SIM-nya dan mulai mengemudikan
  sepeda motor di jalan raya. Belajar mengemudi hanyalah suatu cara
  menuju ke suatu tujuan.

  Demikian pun pendidikan Kristen merupakan ikhtiar untuk mencapai
  suatu tujuan. Tujuan akhirnya ialah kedewasaan di dalam Kristus.
  Tiap pelajaran merupakan selangkah menuju jurusan tersebut; suatu
  perubahan, suatu tanggapan yang membawa si pelajar lebih dekat
  kepada kesesuaian dengan Kistus.

  Jika memang demikian halnya, maka sebelum guru dapat membuat rencana
  agar murid-murid memahami pelajarannya, dia harus tahu betul-betul
  apakah tujuan yang hendak dicapainya. Guru harus memutuskan kemana
  tujuannya sebelum dia membuat rencana bagaimana dia dapat sampai
  di sana. Makin jelas tujuannya makin mudahlah membuat rencana untuk
  mencapainya.

  Kita dapat melihat lebih jelas betapa perlunya tujuan apabila kita
  menilik beberapa akibat yang timbul karena adanya tujuan pelajaran.
  Tanpa tujuan mungkin seorang guru akan mencoba menguraikan terlalu
  banyak bahan. Ajaran yang tidak bertujuan cenderung akan melantur.
  Ajaran yang tidak bertujuan sering kali tidak berkaitan dengan
  kebutuhan hidup si pelajar. Apabila guru tidak memusatkan usahanya
  untuk mendapat tanggapan, biasanya ajaran yang tidak bertujuan itu
  tak akan mengakibatkan banyak perubahan.

  MAKSUD DAN TUJUAN PELAJARAN

  1. Memberi arah kepada proses mengajar/belajar dengan memusatkan
     perhatian kepada tanggapan yang diinginkan.

  2. Memberi pedoman untuk urutan aktivitas kelas dan menjamin
     kelangsungan dan ketertiban sementara menuju ke tujuannya.

  3. Membantu sebagai penuntun ketika memilih cara-cara mengajar dan
     bahannya. Beberapa bagian pelajaran dapat ditiadakan, sedangkan
     beberapa bagian diuraikan dengan lengkap. Semua keputusan itu
     dibuat berdasarkan tujuan pelajaran itu.

  4. Berguna sebagai dasar evaluasi. Apakah cara-cara yang kita pakai
     ini menolong kita mencapai sasaran kita? Apakah kita memakai
     bahan yang tepat? Apakah kita melihat perubahan dalam diri anak
     didik kita? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan
     pertolongan tujuan itu. Juga tercapainya tujuan-tujuan yang
     dinyatakan itu mendatangkan perasaan puas baik bagi guru maupun
     murid.

  Sebagai kesimpulan kita dapat mengatakan bahwa tujuan pelajaran
  merupakan faktor pengontrol yang utama dalam proses mengajar dan
  belajar.

  SIFAT-SIFAT TUJUAN PELAJARAN YANG BAIK

  Tujuan pelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Harus cukup ringkas sehingga dapat dituliskan. Belumlah cukup
     bila mempunyai tujuan di dalam pikiran Saudara saja. Saudara
     harus dapat menuliskannya dengan singkat dan jelas. Dengan
     demikian barulah tujuan itu dapat menuntun pengembangan
     pelajaran Saudara.

  2. Harus cukup khusus agar dapat dicapai. Kebanyakan tujuan
     pelajaran terlalu umum dan luas. Tujuan pelajaran itu hendaknya
     menyarankan bidang-bidang tertentu dalam kehidupan pelajar di
     mana prinsip Alkitabiah dapat dipraktikkan. Tanggapan yang
     dikehendaki haruslah cukup luwes sehingga dapat dicapai oleh si
     pelajar.

  3. Harus cukup luwes sehingga dapat diterapkan secara pribadi.
     Memang mungkin untuk menjadikan sebuah tujuan pelajaran terlalu
     khusus. Tidak ada seorang guru pun yang mengetahui semua bidang
     kebutuhan dalam kehidupan muridnya. Karena itu tujuan pelajaran
     haruslah cukup luwes sehingga Roh Kudus diberi kesempatan untuk
     memimpin setiap pelajar kepada tanggapan unik yang dikehendaki-
     Nya bagi pelajar itu.

  MEMILIH TUJUAN MENGAJAR

  Memilih tujuan pelajaran sering kali merupakan bagian yang tersukar
  namun yang terpenting ketika merencanakan pelajaran. Dua faktor
  harus dipertimbangkan bila memilih tujuan pelajaran:

  1. Tujuan itu harus timbul dari arti yang terkandung dalam nats
     Alkitab. Memberi tafsiran yang sebenarnya tidak dimaksud oleh
     nats Alkitab itu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Tujuannya
     harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik dalam penafsiran
     dan penelaahan Alkitab.

  2. Tujuannya harus berhubungan dengan kebutuhan anggota kelas.
     Tentunya ini berarti bahwa guru harus mengetahui kebutuhan para
     pelajar.

  Setelah guru mengerti di mana prinsip-prinsip Alkitab menyentuh
  kebutuhan hidup para pelajar, maka ia sudah dapat menyusun tujuan
  pelajarannya.

  Biasanya buku-buku kurikulum memberikan tujuan untuk setiap
  pelajaran. Tetapi tidak ada seorang penulis pun yang dapat menyusun
  tujuan pelajaran yang akan memenuhi kebutuhan setiap kelompok yang
  memakai bahannya. Biasanya guru merumuskan kembali tujuan itu agar
  sesuai dengan kebutuhan khusus dari murid-muridnya.

  Bagilah semua staf menurut tingkat-tingkat usia yang diajarinya.
  Suruh masing-masing kelompok melatih untuk merumuskan tujuan
  pelajaran untuk minggu depan. Kemudian, para guru memberikan
  penilaian terhadap hasil masing-masing perumusan berdasarkan sifat-
  sifat tujuan pelajaran yang baik yang diuraikan dalam rapat ini.
  Tujuan pelajaran yang disetujui oleh tiap kelompok tertentu mungkin
  akan berbeda dengan hasil perumusan masing-masing guru. Hal ini
  disebabkan karena tiap-tiap kelas mempunyai kebutuhan yang berbeda-
  beda.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku : Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2
  Penerbit   : Gandum Mas, Malang, 1996
  Halaman    : 362 - 364


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (2)

  Dalam Artikel (1) di atas disebutkan bahwa salah satu jenis tujuan
  mengajar adalah tujuan pelajaran. Berikut ini beberapa ulasan
  penting seputar tujuan pelajaran yang dapat digunakan para guru SM
  sebagai pedoman dalam mengajar.

            PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPUTAR TUJUAN PELAJARAN
            ==============================================

  1. Apakah tiap pelajaran harus "diarahkan" atau "ditujukan"
     kepada orang-orang yang belum selamat?

     Jawab: Masing-masing kelas mempunyai sifat dan keadaan yang
        berbeda. Tingkatan usia perlu dipertimbangkan. Jumlah pelajar
        juga merupakan faktor yang menentukan. Cepatnya pergantian
        pelajar dan tetapnya kunjungan para pengunjung, juga merupakan
        hal-hal yang patut dipertimbangkan. Ada pengajar yang merasa
        bahwa semua muridnya telah dilahirkan kembali, sehingga tidak
        lagi memerlukan "pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan
        rencana keselamatan". Anggapan demikian benar juga, akan
        tetapi ketika Roh Kudus memimpin, seorang pengajar yang peka
        akan mengatakan bahwa kadang-kadang ada orang yang berlaku
        seperti Kristen, namun sebenarnya ia tidak pernah menyerahkan
        dirinya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Karena adanya
        orang-orang semacam inilah maka sekali-sekali, yakni menurut
        pimpinan Roh Kudus pada saat itu, harus ada "tujuan yang
        berkenaan dengan rencana keselamatan".

  2. Dapatkah satu pelajaran tertentu mempunyai lebih dari satu tujuan
     inti?

     Jawab: Seringkali pelajaran-pelajaran dalam buku penuntun
        menyarankan beberapa tujuan yang dapat dipakai. Kadang-kadang
        para pengajar mengikuti tiap-tiap tujuan itu dalam menguraikan
        pelajaran. Akan tetapi, adalah lebih baik bila pengajar lebih
        dahulu menerangkan tujuan inti pelajaran yang disampaikannya.
        Setelah itu ia dapat memilih beberapa tujuan lain yang
        dianggapnya dapat menyokong tujuan inti serta menggabungkannya
        dengan tujuan inti tersebut.

        Pada umumnya pengajar mendapati bahwa kelas mereka memberi
        tanggapan yang paling baik bila seluruh jam pelajaran seakan-
        akan bergerak ke satu jurusan tertentu. Pikiran manusia memang
        tidak dapat "mengganti perseneling" dengan cepat, lagi pula
        sukar baginya untuk merencanakan dan menuruti terlalu banyak
        gagasan yang tidak saling berhubungan. Satu tujuan inti yang
        disertai dengan berapa tujuan tambahan, akan memberikan hasil
        yang baik. Dalam beberapa hal, yakni bila anggota kelas
        sebagian besar terdiri dari anak-anak kecil, maka "tujuan
        pekabaran Injil" boleh menjadi tambahan kepada tujuan inti.
        Tujuan inti pelajaran itu mungkin berkenaan dengan hal menjadi
        murid Tuhan, namun suatu tujuan tambahan boleh menekankan
        tentang perlunya memulai hidup baru sebagai murid Tuhan dengan
        jalan menerima Kristus secara pribadi.

  3. Apakah menyusun tujuan pelajaran untuk anak-anak kecil juga
     penting?

     Jawab: Untuk usia yang lebih muda, kegiatan-kegiatan bermain yang
        dipimpin dengan seksama boleh dipakai sebagai jembatan untuk
        menerangkan tujuan pelajaran. Apabila tujuan itu diterangkan
        dengan jelas, maka berarti pengajar dapat memimpin kegiatan-
        kegiatan bermain untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila
        tujuan pelajaran itu adalah "mencintai ibu bapa kalian", maka
        pengajar akan berusaha memimpin anak-anak "melaksanakan"
        kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh ibu bapa maupun
        anak-anak, untuk menunjukkan bahwa banyak cara dapat dipakai
        oleh seorang anak untuk menyatakan cintanya kepada
        orangtuanya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku        : Penginjilan di Sekolah Minggu
  Judul Artikel Asli: Pertanyaan-pertanyaan yang Tepat
  Pengarang         : Richard L. Dresselhaus
  Penerbit          : Gandum Mas, Malang, 1973
  Halaman           : 85 - 87


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR

  Berikut ini satu bahan yang dapat Anda pakai untuk menceritakan
  kepada anak-anak mengenai dosa. Sesuaikan tujuan mengajar Anda
  dengan tujuan pelajaran yang ada dalam bahan mengajar ini. Selamat
  mengajar!

                     ALLAH MENGHUKUM MANUSIA BERDOSA
                     ===============================

  Tujuan Umum:
  ------------
  Anak mengetahui dan memahami bahwa Allah yang Mahakudus menghukum
  manusia berdosa.

  Pelajaran:
  ----------
  Hamba yang setia dan hamba yang tidak setia.

  Bahan Alkitab:
  --------------
  Matius 24:45-51

  Tujuan Khusus:
  --------------
  Anak dapat: - Membedakan perbuatan hamba yang setia dengan hamba
                yang tidak setia;
              - menceritakan pengalaman mereka, ketika tidak melakukan
                tugas;
              - Menjelaskan akibat bila tidak melakukan tugas;
              - Menyatakan akan selalu setia melakukan tugas.

  Ayat Hafalan:
  -------------
  "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan
  kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10b)

  Materi Pelajaran:
  -----------------
  A. Untuk Guru

  1. Penjelasan bahan Alkitab

     Tugas seorang hamba antara lain adalah menyediakan pakaian,
  makanan, merawat kebun dan menjaga rumah, serta lain-lain. Kali ini
  Yesus menjelaskan kepada kita melalui perumpamaan-Nya, tentang umat
  Tuhan yang harus bertugas melayani Tuhan sebagai Tuannya. Kalau
  ingin selamat tentu kita harus setia kepada Tuan kita.

  2. Renungan

     Perumpamaan ini diangkat oleh Yesus untuk mengingat kembali tugas
  manusia, sebagai umat-Nya. Ketika Tuhan menciptakan manusia, maka
  bersamaan dengan itu pula Tuhan memberikan tugas kepada manusia
  (lihat Kejadian 1:28, 2:15). Dan ini merupakan tugas yang pertama
  kali Tuhan serahkan kepada manusia. Tapi sayang, manusia menyia-
  nyiakan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya. Akibatnya,
  terjadilah kesenjangan hubungan antara Tuhan dengan dunia ini, dan
  secara khusus antara Tuhan dengan manusia yang Dia beri kuasa.

     Namun kemudian Anak Allah datang untuk memperbaiki hubungan itu;
  dan hal itu telah terjadi! Sekarang tugas manusia adalah memelihara
  hubugan yang sudah diperbaiki itu dan menghadirkan tanda-tanda
  kerajaan Allah di dunia ini. Siapakah yang setia ... ?

  B. Untuk Anak

  1. Cerita

     Ada satu keluarga kaya yang memiliki tiga mobil, dua buah
  televisi berwarna dengan layar lebar, barang-barang antik, dan lain-
  lain. Dalam keluarga ini Badu dan Budi bekerja sebagai pembantu
  rumah tangga. Selain mereka berdua, ada dua pembantu lain yang juga
  tinggal dalam rumah keluarga kaya ini. Mereka bertugas memasak,
  mencuci, dan menjaga kebersihan rumah. Sedangkan Badu dan Budi
  bertugas membersihkan mobil, menjaga kebersihan lingkungan, dan
  keamanan rumah.

     Setiap Hari Sabtu, bapak dan ibu pemilik rumah itu yaitu Bapak
  dan Ibu Andreas, beserta dua anak mereka pergi ke luar kota. Maka
  sebagai penjaga keamanan rumah, Badu dan Budi bertanggung jawab atas
  keselamatan rumah. Suatu kali ada kejadian khusus. Waktu libur
  panjang sekolah, kedua anak Bapak dan Ibu Andreas merencanakan untuk
  pergi berlibur ke kampung halaman mereka. Rencana kepergian Pak
  Andreas sekeluarga membuat Badu jadi berpikir, bahwa inilah
  kesempatan baginya untuk berlibur juga. Badu merasa yakin bahwa
  keluarga tersebut baru akan kembali tiga minggu lagi. Jadi, biar
  saja si Budi sendiri yang bekerja.

     Setelah tuannya pergi, mulailah Badu melakukan hal-hal yang telah
  lama dipikirkannya. Setiap malam, Badu pergi ke luar rumah. Ia baru
  kembali setelah hari terang. Pagi hingga sore Badu menghabiskan
  waktunya untuk makan dan tidur. Demikian hal ini dilakukannya setiap
  hari. Pada hari kelima belas semenjak kepergian keluarga Pak
  Andreas, Badu kehabisan uang. Padahal malam itu Badu ada janji
  dengan beberapa teman untuk bertemu di pasar. Badu mulai berpikir,
  mencari cara untuk mendapatkan uang. Akhirnya Badu mendapat akal: Ia
  akan meminta uang kepada ibu tukang masak, sebab dialah yang
  diserahi uang belanja. Badu lalu mendatangi ibu tukang masak, tetapi
  hasilnya nihil. Ibu tukang masak tidak mau memberikan uangnya pada
  Badu. Akhirnya terjadi keributan antara Badu dan ibu tukang masak.
  Budi menegur sikap Badu, akibatnya Badu menjadi semakin marah. Lalu
  ia pergi dari rumah itu dan jarang pulang. Pendek kata, Badu berbuat
  sesuka hatinya saja.

     Suatu malam, seperti biasanya Badu tidak pulang. Ia baru pulang
  jam 12 siang. Badu tidak tahu bahwa hari itu keluarga Pak Andreas
  tiba kembali, karena masa liburan telah habis. Seperti biasa Badu
  masuk dari pintu depan dengan maksud hendak langsung menonton
  televisi di ruang tengah. Tapi alangkah terkejutnya Badu ketika
  melihat Pak Andreas sekeluarga bersama Budi dan dua pembantu lainnya
  sedang duduk santai sambil menonton televisi. Di hadapan mereka ada
  banyak makanan.

     Budi mencoba menutupi rasa terkejutnya dengan menyapa, "Eh, Bapak
  dan Ibu sudah kembali! Mengapa tidak mengirim kabar sehingga saya
  bisa menjemput?" Lalu Pak Andreas menjawab, "Lho! Kami kemarin kan
  sudah telepon!" "Ya, waktu Pak Andreas telepon kamu sudah pergi dan
  kami tidak tahu kamu ada di mana," kata Budi menambahkan.
  "Ya sudah ... yang penting kami sudah sampai dengan selamat," kata
  Pak Andreas lagi.

     Badu jadi bingung, hatinya was-was. Apakah Budi dan dua pembantu
  lainnya tidak melaporkan sikap buruknya selama ditinggal pergi oleh
  majikan mereka? Sebab Pak Andreas sekeluarga tidak menunjukkan
  kemarahan. Waktu petang, Badu baru saja selesai mandi. Tiba-tiba
  Budi menghampirinya dan berkata, "Badu, kamu dipanggil oleh Bapak.
  Bapak ingin bicara denganmu." Badu bingung, "Ada apa rupanya? Tadi
  kamu melaporkan saya, ya?"

     "Aku tidak tahu," jawab Budi. "Lagipula aku belum bicara apa-apa
  pada Bapak sejak mereka tiba. Hanya satu kali aku menjawab
  pertanyaan Bapak, yaitu ketika Bapak menanyakanmu. Lalu aku jawab
  bahwa kamu sedang pergi sejak kemarin."

     "Wah ... gawat! Kalau begitu aku pasti dimarahinya," demikian
  pikir si Badu. Tapi Badu kemudian berusaha menyenangkan hatinya,
  "Ah, paling-paling aku hanya dimarahi; sesudah itu selesai." Tapi
  sayang, malam itu juga Pak Andreas memerintahkan Badu untuk
  meninggalkan rumah mereka besok pagi. Selain itu Badu tidak boleh
  kembali ke rumah itu lagi. Badu sedih sekali, "Ah ... andai saja
  waktu itu saya menjalankan tugas dengan baik, tentu tidak begini
  buruk keadaan saya."

     Adik-adik, cerita seperti ini ada juga di dalam Alkitab. Yaitu
  tentang hamba yang setia dan hamba yang tidak setia. Mari kita baca
  kisahnya dari Matius 24:45-51. [Sebaiknya guru membacakan dengan
  jelas.] Sebagai orang Kristen, itu berarti kita menjadi pelayan
  Tuhan. Tuhan telah memberitahukan kepada kita, tugas terutama yang
  harus kita lakukan, MENGASIHI SESAMA MANUSIA.

  2. Evaluasi

  a. Coba ceritakan lagi perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan
     Yesus!
  b. Pernahkah adik-adik melalaikan tugas?
     Jika pernah, tugas-tugas apa saja yang kalian lalaikan itu?
  c. Hukuman apakah yang kamu terima atas kelalaianmu itu?
  d. Sebutkan suatu tugas dan caranya menyelesaikan tugas itu dengan
     baik!

  3. Tutup dengan doa.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Pedoman Sekolah Minggu Anak Kecil (Umur 7 - 9 Tahun)
              Tahun II Jilid I
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994
  Halaman   : 21 - 26


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: Danny <danny@>
  >Apakah anak kelas kecil harus selalu menggunakan banyak kegiatan
  >pada saat kita mengajar? Apakah memang kalau hanya dengan bercerita
  >mereka tidak akan tertarik dengan cerita yang kita sampaikan? Saya
  >menanyakan hal ini karena saya akan baru saja akan menjadi guru SM
  >dan langsung ditempatkan pada kelas kecil. Mohon tanggapan rekan-
  >rekan semua.

  Redaksi:
  Waahh selamat mengemban tugas baru Anda ... :)
  Mengajar kelas kecil sebenarnya merupakan pengalaman yang paling
  menyenangkan. Memang sebagai gurunya, kita harus pintar-pintar
  memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatiannya. Tetapi
  terlalu sering mengadakan kegiatan juga dapat menyebabkan mereka
  bosan. Dengan bercerita pun Anda dapat menarik perhatian mereka.
  Siapkanlah alat-alat peraga yang sederhana dan menarik. Gambar yang
  besar pun dapat sangat menarik perhatian mereka.

  Untuk lebih memperdalam pengetahuan Anda mengenai kelas kecil,
  silakan kunjungi situs PEPAK. Di dalamnya terdapat tulisan-tulisan
  seputar kelas kecil dalam SM, misalnya:
  1. Mengajar Kelas Kecil
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010113/
  2. Memimpin Pujian untuk Anak Kecil
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010150/
  3. Mengelola Kelas Batita (Umur 2-3 Tahun)
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010009/
  4. Kriteria Guru Sekolah Minggu untuk Kelas Indria
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020015/
  5. Guru Anak Balita/Indria (Umur 4-5 Tahun)
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010015/
  6. Mengenal Anak Balita/Kanak-kanak/Indria (Umur 4-5 Tahun)
     ==>   http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010014/

  Selamat melayani!


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
**********************************************************************
               Staf Redaksi: Davida, Oeni, Yuli, dan Poer
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org