Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/44

Bio-Kristi edisi 44 (14-12-2009)

Issac Watts: Bapak Kidung Pujian Inggris

 
                          Buletin Elektronik
                   BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 044, Desember 2009________________________

Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Artikel Natal: Kisah Lagu Natal Bala Tentara Surga (Gita Surga
                 Bergema)
- Karya: Issac Watts: Bapak Kidung Pujian Inggris
- Tahukah Anda: Lagu-Lagu Himne Isaac Watts
- Sisipan: Dari Redaksi

+ Pengantar __________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Peristiwa kelahiran Yesus Kristus merupakan penggenapan atas nubuat
  yang telah disuarakan oleh para nabi. Tidak ada yang lebih
  menyukacitakan hati kita selain digenapinya janji Allah tersebut.
  Dengan demikian, kita beroleh anugerah keselamatan karena Sang
  Mesias datang untuk menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib demi
  menebus kita dari kematian kekal.

  Sukacita itu pula yang membuat seluruh Redaksi Bio-Kristi hadir
  kembali pada bulan Natal ini. Segala kebaikan Allah merupakan karya
  terbesar dalam hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya. Tidak
  ketinggalan, kebaikan Allah juga tampak nyata di dalam hidup
  tokoh-tokoh Kristen yang namanya ada dalam edisi ini. Khusus dalam
  masa Natal, kami membuka edisi ini dengan sebuah artikel Natal
  mengenai kisah lagu "Gita Surga Bergema". Selain itu, Anda pun akan
  membaca karya Issac Watts yang dijuluki Bapak Kidung Pujian Inggris,
  yang melaluinya kita dapat mengetahui bagaimana karya dan
  idealismenya berpengaruh bagi masyarakat di sekelilingnya.

  Pelanggan setia Bio-Kristi, tidak lupa pada kesempatan ini, segenap
  Redaksi Publikasi Bio-Kristi mengucapkan:

                       SELAMAT HARI NATAL 2009
                                DAN
                           TAHUN BARU 2010

  Biarlah damai dan sukacita Natal melingkupi hati kita sekarang dan
  selamanya. Tuhan Yesus memberkati.

  Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
  http://biokristi.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/biokristi
______________________________________________________________________

     Kemajuan-kemajuan besar dalam hidup kekristenan bergantung pada
                 banyaknya pengorbanan kita untuk Kristus.
                        John Sung -- Penginjil

+ Artikel Natal_______________________________________________________

                  KISAH LAGU NATAL BALA TENTARA SURGA
                          (GITA SURGA BERGEMA)

  Kebanyakan orang Kristen mungkin menyangka bahwa setiap nyanyian
  rohani yang menjadi lagu pilihan umat Kristen pada zaman sekarang
  sudah menjadi lagu pilihan umat Kristen sejak nyanyian itu
  diciptakan. Memang ada nyanyian rohani yang tetap populer sejak
  diciptakan hingga kini, tetapi tidak demikian halnya dengan lagu
  Natal "Gita Sorga Bergema". Kata-kata dan not-not lagu ini sudah
  berkali-kali diubah. Satu setengah abad setelah lagu ini digubah,
  barulah lagu ini muncul sebagai salah satu lagu Natal yang paling
  disukai oleh umat Kristen di seluruh dunia.

  Pengarang yang Pandai

  Syair untuk lagu Natal pilihan ini dikarang oleh Charles Wesley,
  salah seorang penulis nyanyian rohani terbesar sepanjang masa.
  Bersama kakaknya, John Wesley, ia menjadi pembina aliran Kristen
  yang kemudian dikenal sebagai aliran Gereja Metodis. Pada masa
  hidupnya, dari tahun 1707 sampai tahun 1788, ia menciptakan tidak
  kurang dari 6.500 lagu.

  Charles Wesley biasa menulis dengan sangat cepat ketika ia
  mengarang lagu baru. Lagipula, ia jarang meredaksikan karangannya.
  Orang lainlah yang meredaksikannya, terutama kakaknya, John. John
  menjadi redaktur kumpulan nyanyian rohani yang jumlahnya mencapai
  56 jilid.

  Syair lagu Natal "Gita Sorga Bergema" ini dikarang oleh Charles
  Wesley pada tahun 1738. Pada tahun itu juga, sebelum ia mengarang
  syair lagu itu, Charles Wesley mengalami pertobatan
  sungguh-sungguh sesudah bertahun-tahun menjadi "orang Kristen KTP".
  Ia sempat menjelaskan dalam bentuk puisi apa arti kelahiran Kristus.

  Anehnya, dalam syair karangannya itu, ia tidak menyinggung-nyinggung
  kelahiran Yesus. Bayi Kudus di palungan, kandang, binatang, gembala
  di padang -- semua hal itu tidak disebut-sebut. Bahkan, baris-baris
  pertama tentang "lagu yang merdu" dan "malak yang bers`ru" itu
  ditambahkan kemudian hari oleh orang lain, bukan oleh Charles
  Wesley. Syair Charles Wesley di dalam bahasa Indonesia kira-kira
  berbunyi demikian:

  "Cakrawala bergema:
  Mulia Sang Maharaja!"

  Pengarang yang selalu tergesa-gesa sewaktu menciptakan syair itu
  tidak memberikan judul apa pun pada hasil karyanya. Di sebelah
  kertas itu hanya ada catatan: "Lagu rohani untuk hari Natal".

  Proses Perubahan yang Rumit

  Syair karangan Charles Wesley itu mula-mula diterbitkan pada tahun
  1739. Tetapi banyak orang Kristen merasa kata-kata syair itu
  kurang pas. Misalnya, kata dalam bahasa Inggris pada baris pertama
  yang berarti "cakrawala" sudah dianggap kuno. Ada berbagai
  perubahan yang diusulkan. Kedua baris pertama pernah, jika
  diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, diubah menjadi:

  "Jagat raya proklamir:
  Kristus kini t`lah lahir!"

  Namun, usul peredaksian yang ini pun tidak berkenan di hati
  kebanyakan orang Kristen.

  Kemudian seorang penyunting kumpulan lagu pilihan mencoba
  mengubahnya lagi. Dari karangan aslinya yang terdiri dari 10 bait,
  dan yang setiap baitnya terdiri dari 4 baris, ia membuang 4 bait.
  Sisanya yang 6 bait digabung menjadi 3 bait saja; masing-masing
  terdiri dari 8 baris. Kedua baris pertama, yaitu kalimat tentang
  bala tentara surga (yang rupanya dibubuhkan oleh redaktur musik itu
  sendiri), diolahnya menjadi semacam refrein yang diulangi di
  belakang setiap bait.

  Melalui berbagai perubahan itu, syair lagu Natal "Gita Surga
  Bergema" akhirnya memperoleh bentuk seperti yang biasa kita
  nyanyikan pada bulan Desember. Tak dapat dipastikan, siapa
  redaktur yang membuat saduran itu.

  Lagu yang Telantar

  Lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak hanya mengalami berbagai
  perubahan dalam susunan katanya, tetapi juga hampir terlupakan
  oleh umat Kristen pada masa penciptaannya. Seandainya sesuatu yang
  tak terduga berikut ini tidak terjadi, nyanyian itu mungkin sudah
  lenyap sama sekali dari peredaran.

  Seorang tukang cetak sedang mengerjakan sebuah buku liturgi dan
  doa -- bukan untuk aliran Metodis, tetapi untuk Gereja Inggris,
  yaitu gereja negara yang resmi. Kebetulan ada satu halaman kosong
  dalam buku itu. Untuk mengisi halaman kosong itu, tukang cetak
  tersebut mencetak syair Natal karangan Charles Wesley.

  Sesudah dicetak, para pembesar Gereja Inggris baru menyadari bahwa
  syair itu karangan seseorang yang mereka anggap pemimpin bidat.
  Tak pelak lagi, mereka mengusulkan supaya syair tersebut jangan
  dimuat lagi pada edisi berikutnya. Tetapi sudah telanjur. Ada
  sejumlah anggota Gereja Negara yang menyukai lagu Natal itu. Jadi
  syair itu tidak dicabut.

  Pada zaman itu, syair Natal karangan Charles Wesley sudah diterapkan
  dengan berbagai melodi. Ada yang cocok, ada yang kurang cocok. Maka
  dari itu, lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak kunjung populer
  untuk jangka waktu yang lama.

  Adalah Felix Mendelssohn yang akhirnya mengarang not-not yang
  riang itu, yang selalu mengalun pada setiap bulan Desember.

  MUSIKUS YANG BERBAKAT

  Felix Mendelssohn adalah salah seorang komponis musik Jerman
  terbesar pada abad ke-19. Ia lahir di kota Hamburg pada tahun
  1809. Keluarganya adalah pemodal dan sarjana bangsa Jerman yang
  kaya raya. Menurut garis keturunan, mereka adalah orang Yahudi,
  tetapi menurut agama, mereka adalah orang Kristen yang setia.
  Felix dibesarkan dalam lingkungan yang serba nyaman, baik secara
  jasmani maupun rohani.

  Pada umur yang masih sangat muda, anak laki-laki itu sudah
  terlihat memiliki bakat musik yang brilian. Ketika ia baru berusia
  9 tahun, ia, sebagai pianis, mempersembahkan konser
  perdananya. Pada tahun yang sama, ia juga mulai mengarang musik.
  Musik gubahannya diciptakan pada usia belasan tahun, ada yang
  masih tetap dimainkan sampai sekarang oleh orkestra-orkestra
  besar.

  Sebagai seorang musikus, karier Felix Mendelssohn mencapai
  prestasi gemilang yang tiada taranya. Sebagai komponis, dirigen,
  pemain piano, pemain biola, pemain orgel, dan sebagai pembina
  sekolah tinggi musik, ia dihormati dan dikagumi di mana-mana.
  Berkali-kali ia melakukan lawatan ke luar negeri dan menggelar
  konser-konser yang disambut hangat oleh khalayak ramai.

  Di tengah-tengah segala popularitasnya, Felix Mendelssohn tidak
  melupakan imannya kepada Kristus. Beberapa gubahannya yang paling
  indah bersumber dari Alkitab; dua di antaranya "Nabi Elia" dan
  "Rasul Paulus". Kedua oratorium itu hingga kini masih sering
  dinyanyikan di Indonesia.

  Penyanyi yang Masih Muda

  Pada musim semi tahun 1847, Felix Mendelssohn mengunjungi negeri
  Inggris untuk kesepuluh kalinya. Di sana, ia memimpin orkes dan
  paduan suara besar yang mementaskan hasil karyanya sendiri, yaitu
  oratorium "Nabi Elia". Dalam acara itu, ada seorang penyanyi koor
  gabungan yang masih remaja, namanya William H. Cummings. Meski
  baru berumur 15 tahun, ia sudah 8 tahun menjadi anggota koor di
  sebuah katedral besar Gereja Inggris. Ia baru saja diangkat
  menjadi pemain orgel di gereja itu.

  William Cummings senang memadukan suara tenornya yang bagus dengan
  puluhan suara lainnya di dalam koor gabungan tersebut, terutama
  karena yang memimpin acara musik itu sang komponis sendiri, Felix
  Mendelssohn. Tetapi betapa menyedihkan, 6 bulan kemudian William
  mendengar kabar bahwa Felix Mendelssohn -- komponis ternama itu --
  meninggal muda pada usia 38 tahun.

  Selang beberapa tahun, William Cummings membolak-balik halaman
  sebuah buku musik karangan almarhum Felix Mendelssohn. Buku musik
  itu berjudul "Festgesang" (Nyanyian Perayaan) dan dikarang pada
  tahun 1840 dalam rangka merayakan 400 tahun penemuan mesin cetak
  Gutenberg. Tiba-tiba Cummings mulai menimbang-nimbang, apakah lagu
  kedua dari buku musik itu dapat dipasangkan dengan syair lagu Natal
  "Gita Surga Bergema", yang sudah lebih dari 1 abad menunggu melodi
  yang benar-benar cocok?

  Lagu kedua itu berjudul "Tuhanlah Terang". Mendelssohn
  menggubahnya untuk paduan suara pria dan alat-alat musik tiup.
  Anehnya, komponis besar itu pernah menulis tentang "Tuhanlah
  Terang", "Saya yakin, lagu ini akan disenangi oleh para penyanyi
  dan pendengar. Tetapi lagu ini sama sekali tidak cocok untuk syair
  rohani. Seharusnya sajaknya bertemakan kebangsaan atau sesuatu
  yang bersifat riang dan ringan, sesuai dengan nada musik itu
  sendiri."

  Akhirnya Ditemukan Aransemen yang Cocok

  Musik karangan Felix Mendelssohn itu memang "bersifat riang dan
  ringan". Tetapi ia tidak menduga bahwa melodi seperti itu cocok
  dengan sukacita umat manusia atas kelahiran Tuhan Yesus!

  William Cummings menggubah kembali lagu karangan Mendelssohn itu
  pada tahun 1855. Ternyata not-notnya cocok sekali dengan syair
  Natal karangan Charles Wesley. Dengan demikian, terciptalah musik
  yang baru. Lagu Natal "Gita Surga Bergema" terbit pada tahun 1856.
  Akhirnya, nyanyian rohani itu lambat laun menjadi lagu pilihan umat
  Kristen di seluruh dunia.

  William Cummings lahir pada tahun 1831 dan hidup sampai tahun 1915.
  Ia menjadi seorang mahaguru dan penceramah di bidang musik, juga
  seorang pengarang musik, penulis sejarah musik, dan pembina sekolah
  tinggi musik. Ia mengadakan tur keliling ke negara-negara lain untuk
  menggelar banyak konser vokalia. Meski demikian, nama William H.
  Cummings masih diingat sampai sekarang karena pada umur 24 tahun, ia
  menemukan melodi yang paling cocok untuk syair lagu Natal "Gita
  Surga Bergema" karangan Charles Wesley!

  Dahulu kala di kota Zanzibar, di pantai timur benua Afrika, ada
  sebuah pasar dan penjara besar untuk para budak belian. Setelah
  perdagangan manusia dihapus, seorang pengabar Injil mengusulkan
  supaya pasar dan penjara itu dirobohkan. Sebuah gedung gereja yang
  agung didirikan di situ. Ketika gereja itu selesai dibangun, umat
  Kristen di kota Zanzibar berkumpul untuk meresmikannya pada malam
  Natal. Di tempat yang dulu sarat kesengsaraan dan kejahatan,
  terdengarlah alunan suara riang yang melantunkan lagu Natal "Gita
  Surga Bergema"!

  Diambil dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan
  Penyusun: Andreas Sudarsono dan Doreen Widjana
  Judul asli artikel: Lagu Natal Bala Tentara Surga
  Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2007
  Halaman: 266 -- 271

  Sumber:
  Nama situs: Situs e-Misi
  Alamat url : http://misi.sabda.org/lagu_natal_bala_tentara_surga
  Alamat lagu: http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=42&chapter=1&tab=hymns#kj_99
  http://gema.sabda.org/gita_sorga_bergema
  http://www.cyberhymnal.org/htm/h/h/a/hhangels.htm

+ Karya ______________________________________________________________
1674 -- 1748 Himnis, Bapa Gereja

                ISSAC WATTS: BAPAK KIDUNG PUJIAN INGGRIS

  Bapak Kidung Pujian Inggris ini memiliki keunikan dalam banyak
  hal. Selain tergolong pendek (tingginya hanya 5 kaki) dan sering
  sakit-sakitan, kepalanya pun terlalu besar serta tidak
  proporsional. Semua lukisan menggambarkannya dalam jubah besar
  dengan lipatan-lipatan yang besar -- suatu usaha agar dia tidak
  terlihat terlalu aneh.

  Selain melayani sebagai seorang pendeta, Isaac Watts juga menulis
  buku ilmu logika yang digunakan selama puluhan tahun di Oxford,
  Cambridge, Harvard, dan Yale. Dia menulis buku tebal tentang
  metafisika (cabang filsafat yang mempelajari wujud benda yang
  sebenarnya). Bukunya yang berisi puisi anak-anak bahkan dicetak
  sebanyak 95 edisi dalam jangka 100 tahun.

  Selain Isaac Watts, tidak ada pemikir lain yang menerbitkan sebuah
  karya besar yang berkaitan dengan astronomi dan katekisme berdasar
  tingkat umur untuk anak-anak muda (katekisme pertama untuk anak
  berumur 5 tahun)! Kidung-kidung pujiannya sudah diterjemahkan dalam
  lusinan bahasa, dari bahasa Armenia hingga bahasa Zulu.

  Suaranya lemah dan semua orang sudah mengetahui perihal penyakit
  jiwanya yang sering kambuh (sering membuatnya tak mampu berkhotbah).
  Namun, pada saat dia cukup sehat untuk berkhotbah, banyak orang
  memegang erat-erat kata-katanya yang mereka percayai tercurah dari
  hati yang dibungkus dalam hati Tuhan.

  Sebagai anak tertua dari delapan bersaudara, Issac lahir pada
  masa-masa sulit. Kaum Dissenter (kaum yang menolak menyesuaikan diri
  dengan gereja yang resmi) tidak hanya meniadakan jalan masuk ke
  universitas dan lapangan kerja; mereka juga bertanggung jawab atas
  penuntutan dan penghukuman terhadap orang-orang yang tetap menyembah
  Tuhan sesuai dengan keyakinannya. Ayah Issac, seorang kaum
  Dissenter, dipenjara setahun setelah menikah.

  Issac tumbuh dewasa terlalu cepat. Dia sudah mempelajari bahasa
  Latin pada umur 4 tahun, bahasa Yunani saat berumur 9 tahun, bahasa
  Perancis saat berumur 11 tahun, dan bahasa Ibrani saat berumur 13
  tahun. Bahasa Perancis biasanya tidak dipelajari di sekolah dasar
  Inggris pada tahun 1600-an, tapi Issac dibesarkan di Southampton,
  kota para pengungsi yang lari dari penyiksaan di Perancis. Issac
  muda berpikir bahwa dia harus bisa berbahasa Perancis agar dia bisa
  berkomunikasi dengan tetangganya.

  Seorang dokter melihat bakat intelektual anak muda itu dan
  menawarkan dirinya untuk membiayai pendidikannya di Oxford atau
  Cambridge. Namun untuk diterima di salah satu universitas itu, dia
  harus meninggalkan keyakinan yang sudah membuatnya menderita. Dia
  tidak mau melakukannya. Akhirnya, dia masuk Dissenting Academy,
  institusi setara universitas bagi mereka yang dilarang masuk
  universitas. Sembari menyelesaikan pendidikan formalnya, dia menulis
  puisi, yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Latin.

  Pada masa ini, kidung pujian dinyanyikan di gereja-gereja Inggris.
  Pengikut Luther (Lutheran) dari Jerman sudah menyanyikan kidung
  pujian selama lebih dari 1 abad. Sedang pengikut Calvin (Calvinis)
  di Perancis dan Swiss tidak. Calvin ingin pengikutnya hanya
  menyanyikan Kitab Mazmur. Sementara umat Calvinis Inggris juga hanya
  menyanyikan Kitab Mazmur yang memunyai irama. Komposisi iramanya
  kaku ("Tapi kita akan mengingat nama-Nya atau nama Tuhan Allah
  sendiri"), suasananya membosankan, dan suasana ibadahnya suram.
  Suatu ketika, Isaac tidak tahan lagi dengan situasi seperti itu.
  Sekembalinya dari ibadah hari Minggu pagi, dia dengan bersemangat
  mengeluh kepada ayahnya tentang nyanyian Mazmur yang membosankan,
  yang membuat orang berhenti memuji Tuhan. "Mengapa kamu tidak
  menulis kidung pujian yang lebih baik?" tantang ayahnya. Sepanjang
  siang, Watts hanya mencoba membuat kidung pujian, dan pada ibadah
  malam penyembahan pada hari itu juga, jemaat menyanyikan kidung
  pujian #1, "Lihatlah kemuliaan Anak Domba" ("Behold the glories of
  the Lamb"). Kemudian 696 kidung pujian lain menyusul.

  Tidak semua orang berterima kasih kepadanya. Beberapa teman
  sebayanya mengeluhkan kidung pujian yang diciptakannya "terlalu
  duniawi" bagi gereja. Salah satu kritik mengatakan, "Jemaat Kristen
  telah menghilangkan mazmur yang kudus dan terbawa terbang dalam
  khayalan Watts!" Kidung pujiannya membuat banyak orang marah,
  jemaat terpecah belah (khususnya jemaat yang pernah dilayani oleh
  John Bunyan, penulis literatur Inggris klasik, bertahun-tahun
  sebelumnya), dan membuat banyak pendeta dipecat.

  Watts, seperti pencipta kidung pujian lain pada zamannya, menulis
  tentang penjamahan hati manusia oleh Allah dan Allah yang menjadi
  manusia sesuai dalam pemahaman kita. Namun demikian, keunikan Watts
  terlihat dalam penekanannya terhadap latar belakang pergaulan Allah
  dengan hati manusia: kosmos dari kebesaran-Nya yang tak dapat
  diungkapkan. Watts melihat drama turunnya Allah menjadi manusia dan
  penyaliban, kematian, dan kebangkitan, sebagai peristiwa-peristiwa
  kecil yang pada kenyataannya memiliki makna kosmik. Dunia Watts
  lebih besar dari yang penulis kidung pujian lain bayangkan. (Mungkin
  dunia seperti itulah yang seorang ahli astronomi harapkan!)

  Yakin akan kebesaran Tuhan dan tenggelam dalam kerinduan akan
  Tuhan, Watts sendiri memiliki pengalaman bersama Tuhan yang paling
  berarti.

    Palingkan, palingkan kami Allah yang penuh kuasa,
    Dan bentuklah lagi jiwa kami;
    Hancurkan, yang kuasa, hati yang terbuat dari batu ini,
    Dan beri kami hati yang terbuat dari daging.

  Ketika berusia 50 tahun, Watts merupakan seorang tokoh nasional yang
  dihormati oleh kaum Anglikan dan Dissenter. John Wesley (kaum
  Anglikan) telah sejak lama mengakui kejeniusan, kedisiplinan, dan
  ketaatan Watts. Dan saat Wesley menerbitkan buku kidung pujiannya
  yang pertama, sepertiga kidung pujian yang ada di buku itu adalah
  ciptaan Watts. Dia adalah seorang teolog yang handal, dia menemui 44
  halaman dari tulisannya yang berjudul "Ruin and Recovery" di buku
  karangan Wesley yang berjudul "The Doctrine of Original Sin".

  Sebagaimana ketidaklazimannya dalam penampilan, talenta,
  produktivitas, dan sejarah penyakit jiwa, Watts juga sama sekali
  tidak lazim dalam satu hal yang penting. Seperti semua orang
  Kristen, ahli logika ini sadar bahwa Tuhan itu dikasihi dengan
  pikiran, dan karena itu, rasio tidak boleh diabaikan dalam
  pengalaman iman atau kedisiplinan kehidupan Kristen. Tapi dia
  sadar bahwa misteri Tuhan, meski selalu rasional, tapi lebih dalam
  dari samudera atau segala macam rasio.

    Di mana alasan tidaklah cukup,
    Dengan semua kekuatannya,
    Di sanalah iman berlaku
    Dan kasih dimuliakan. (t/Dian)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Victorshepherd.on.ca
  Judul asli artikel: Isaac Watts
  Penulis: Victor Shepherd
  Alamat URL: http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/isaac.htm

+ Tahukah Anda________________________________________________________

                      LAGU-LAGU HIMNE ISAAC WATTS

  "Hymns and Spiritual Songs" karya Isaac Watts (1707) dicetak ulang
  di Amerika pada tahun 1739, sedangkan karyanya yang berjudul "The
  Psalms of David Imitated" (1719), dengan mazmur-mazmur yang dia
  terjemahkan secara bebas, dicetak ulang di Amerika pada tahun 1729.
  Pada tahun 1712, Pendeta John Tufts menerbitkan "Introduction to the
  Art of Singing Psalm Tunes", buku pedoman musik yang pertama kali
  dicetak di Amerika. Edisi keduanya berisi 37 lagu dan dijilid dengan
  "The Bay Psalm Book". Pendeta Thomas Prince, pendeta di Old South
  Church Boston, merevisinya secara signifikan; ia menambahkan 50
  himne; semuanya kecuali delapan himne, dikarang oleh Isaac Watts.
  (t/Kristin)

  Sumber: http://www.answers.com/topic/hymns-and-hymnody

+ Sisipan_____________________________________________________________

                            DARI REDAKSI

  Pelanggan yang terhormat, dengan ini Redaksi Bio-Kristi bermaksud
  meralat sajian publikasi Bio-Kristi edisi 043. Terdapat kesalahan
  dalam penulisan tahun pada artikel Riwayat dengan judul "Riwayat
  Hidup George Muller (1085 -- 1898)". Yang benar adalah "Riwayat
  Hidup George Muller (1805 -- 1898)". Mohon maaf untuk
  ketidaktelitian tersebut dan harap menjadi maklum Pelanggan setia
  publikasi Bio-Kristi. Tuhan Yesus memberkati.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari
Staf redaksi: Sri Setyawati
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/
Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum/
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Facebook Bio-Kristi: http://fb.sabda.org/biokristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org/

____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org