Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/25

Bio-Kristi edisi 25 (14-7-2008)

Yohanes Salib dan William Booth

                          Buletin Elektronik
                   BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_________________________Edisi 025, Juli 2008_________________________

Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat: Yohanes Salib -- Biarawan yang Penuh Kasih dan Sederhana
- Karya: William Booth (1829 -- 1912)
- Tahukah Anda?
- Sisipan: - Ulang Tahun Publikasi Bio-Kristi
           - 40 Hari Mengasihi Bangsa Dalam Doa

+ Pengantar __________________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Saat ini kita telah menjalani separuh perjalanan pada tahun 2008
  ini. Kami harap semangat Anda tetap terjaga untuk melewati hari-hari
  ke depan. Begitu juga dengan kami, semangat kami untuk menyajikan
  tokoh-tokoh Kristiani yang dapat menjadi berkat dan menjadi sebuah
  inpirasi bagi Anda, tetap menjadi kerinduan segenap Tim Redaksi
  Publikasi Bio-Kristi.

  Di edisi ke-25 ini, kami mengangkat riwayat Yohanes Salib, seorang
  biarawan dan penyair. Anda juga dapat melihat karya-karya apa saja
  yang telah dihasilkan misionaris William Booth selama pelayanannya.
  Keduanya telah berhasil membawa sebuah perubahan di tempat mereka
  berada. Kecaman dan protes dari beberapa pihak tidak menyurutkan
  semangat Yohanes untuk senantiasa menghadapinya dengan penuh kasih.
  Begitu pula dengan William Booth yang memiliki kerinduan agar Injil
  bisa didengarkan oleh kaum miskin di Inggris.

  Apakah Anda juga siap membawa perubahan bagi bangsa Indonesia? Untuk
  itu, kami ajak Anda untuk ambil bagian dengan berdoa bagi bangsa
  Indonesia dalam 40 hari berdoa bagi bangsa Indonesia. Simak
  informasi selengkapnya di kolom Sisipan. Selamat menyimak!

  Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
  Kristina Dwi Lestari

+ Riwayat ____________________________________________________________
1540 -- 1591 Biarawan, Penyair


       YOHANES SALIB: BIARAWAN YANG PENUH KASIH DAN SEDERHANA
                   Diringkas oleh: Riwon Alfrey

  Yohanes Salib hidup pada abad ke-16, yaitu pada masa pergolakan,
  penemuan, dan perubahan. Yohanes Salib adalah penyair besar
  sekaligus guru terkemuka bagi umat Kristen yang tengah mencari
  Tuhan.

AWAL MULA KEHIDUPAN YOHANES SALIB
  Menurut penelitian terakhir, Yohanes lahir pada tahun 1540 di
  Fontiveros, Castile, Spanyol. Masa kecil Yohanes akrab dengan
  kemiskinan dan suasana lingkungan yang tidak aman. Keluarganya
  disebut sebagai "conversos" atau orang Yahudi yang menjadi Kristen.
  Keluarga orang tua Yohanes telah menganut agama Katolik selama
  beberapa generasi. Ayahnya, Gonzalo de Yepes, berasal dari sebuah
  keluarga pedagang kaya di Toledo, dan ibunya, Catalina Alvarez,
  adalah seorang penenun.

  Yohanes berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di sekolah bagi kaum
  miskin, Colegio de La Doctrine. Saat berumur dua belas tahun,
  Yohanes bekerja di sebuah rumah sakit setempat, Las Bubas. Yohanes
  muda mencurahkan tenaganya untuk merawat mereka yang tersingkir dari
  masyarakat.

  Oleh Don Alonso, Yohanes dibiayai untuk belajar di Kolese Yesuit
  yang belum lama didirikan di Medina. Selama tiga tahun berikutnya,
  Yohanes belajar sastra klasik dan filsafat, dan menikmati tantangan
  dalam belajar, khususnya kesempatan untuk menulis. Dari sinilah ia
  memeroleh dasar pengetahuan sastra. Sang calon penyair tengah
  mempelajari keahliannya.

HIDUP DI BIARA KARMEL
  Dengan tetap membantu di rumah sakit, akhirnya dia ditahbiskan
  menjadi imam di rumah sakit tersebut. Yohanes menyerahkan hidupnya
  pada Tuhan dan ia ingin menjadi seorang imam. Tahun 1563, ia
  memutuskan untuk bergabung dengan komunitas biarawan Karmelit di
  Biara Santa Ana, Medina. Karmelit adalah bagian dari sebuah gerakan
  dalam perkembangan ajaran kristiani yang terjadi pada awal abad
  ke-13. Pada waktu itu, banyak kelompok Kristen yang mencari bentuk
  hidup sederhana berdasarkan Kitab Suci. Selain kelompok Karmelit,
  muncul pula ordo Fransiscan yang dibentuk oleh St. Fransiskus dari
  Asisi.

  Seperti kaum Fransiscan, Karmelit hidup sebagai kelompok Bruder yang
  tidak hanya berdoa, namun juga siap pergi dan berkhotbah bagi
  kelompok-kelompok Kristen. Yohanes dan rekan-rekannya menjalani masa
  inisiasi atau novisiat dengan mempelajari tradisi-tradisi ordo dan
  dibantu untuk mengembangkan hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka
  memeroleh pelajaran sastra dan filsafat, belajar cara merumuskan dan
  mengekspresikan berbagai gagasan, serta diberi dasar budaya yang
  kuat.

  Setelah melewati masa inisiasi, Yohanes pergi ke Salamanca untuk
  belajar teologi dengan mengambil bidang studi Kitab Suci. Banyak
  figur pemikir Kristen ditemui oleh Yohanes, seperti Santo Agustinus
  dan Santo Thomas Aquinas. Metode pengajaran paham skolastik yang
  berdasar pada pandangan filsafat Yunani, menantang Yohanes untuk
  mengekspresikan pandangan-pandangannya. Banyak buku yang dia baca,
  seperti "The Fiery Narrow" (1270) dan "The Institutions of the First
  Monks" (ditulis oleh Philip Ribot), memberikan masukan untuk Yohanes
  melakukan perjalanan guna lebih dekat dengan Tuhan.

PENGARUH TERESA DARI AVILA
  Pada tahun 1567, Yohanes ditahbiskan menjadi Imam Ordo Karmelit.
  Pada periode ini, ia bertemu dengan seorang wanita baik hati yang
  selanjutnya berpengaruh dalam hidupnya. Ia adalah Teresa de Alumanda
  Y Cepeda atau lebih dikenal dengan Teresa dari Avila. Teresa adalah
  seorang biarawati Karmelit.

  Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 1568, Teresa meminta
  Yohanes bergabung dalam misinya. Teresa ingin mengadakan pembaharuan
  pada kaum biarawan dan biarawati dalam hal pelaksanaan hidup,
  kontemplasi, kedisiplinan, serta penyangkalan diri dalam kegiatan
  sehari-hari. Teresa menginginkan cara hidup yang seimbang sehingga
  cinta kasih, keteguhan, dan kerendahan hati lebih bermakna daripada
  menjalankan pengakuan dosa yang berlebihan.

REFORMASI
  Yohanes memulai cara hidup baru bersama dengan Antonio dan Joseph,
  yaitu dengan menjalani kehidupan yang dijiwai oleh visi kehidupan
  Karmelit pada masa awal ordo ini di Gunung Karmel. Mereka memerketat
  semua kelonggaran yang tidak sesuai dengan peraturan ordo yang asli.

  Memperingati peristiwa tersebut, Yohanes melakukan "Discalced
  Reform". Istilah "Discalced" berarti telanjang kaki. Bertelanjang
  kaki adalah tanda reformasi dalam komunitas-komunitas religius pada
  abad ke-16. Yohanes juga menggunakan nama baru dengan dikenal
  sebagai Yohanes dari Salib. Reformasi ini terus berkembang. Yohanes
  sangat gembira, keinginan untuk hidup sederhana dan penuh doa telah
  terpenuhi.

  Tetapi tidak setiap orang dalam gerakan reformasi para Karmelit ini
  memiliki keseimbangan pandangan hidup yang sama. Yohanes mengetahui
  bahwa diperlukan pertobatan batin dan percaya bahwa Tuhan
  menginginkan pribadi manusia yang penuh kasih dan baik hati.

  Pada tahun 1577, reformasi atau pembaharuan ordo yang diprakarsainya
  menjadi sasaran kontroversi dan kecurigaan. Semula, pimpinan ordo
  mendukung usaha tersebut, tetapi kemudian menerapkan
  larangan-larangan tertentu. Salah satunya adalah membatasi jumlah
  biara yang menjalankan hidup baru dan melarang pembentukan komunitas
  reformasi di Andalusia.

  Dalam konteks inilah Yohanes dilihat sebagai pemimpin kelompok yang
  tidak patuh. Yohanes menjadi fokus kritikan karena ia salah satu di
  antara orang-orang yang memunyai komitmen untuk gerakan yang disebut
  reformasi tersebut. Pada bulan Desember 1577, Yohanes diculik oleh
  sekelompok biarawan dari Avila dan dibawa ke biara Karmelit di
  Toledo.

  Pengalaman-pengalaman religius di balik penderitaan itu terungkap
  dalam puisi-puisi yang indah. Masa penahanan yang panjang membuat
  Yohanes merasa dekat dengan Tuhan dan sekaligus menemukan bakatnya
  yang besar dalam bidang seni. Yohanes berhasil melarikan diri dari
  penjara pada musim panas tahun 1578. Selanjutnya, Yohanes
  menghabiskan sepuluh tahun masa hidupnya di daerah Spanyol Selatan.
  Dari tahun 1582 -- 1588, Yohanes menjadi Kepala Biara Karmelit yang
  baru saja didirikan di Granada.

  Pada tahun-tahun ini, Yohanes menggunakan waktunya untuk membimbing
  para biarawan dan biarawati dalam pencarian mereka akan Tuhan. Ia
  juga membuktikan diri sebagai sahabat karib bagi semua orang. Pada
  tahun-tahun terakhir di Granada ini, Yohanes berada pada puncak
  kekuatannya dan tumbuh sebagai orang yang mengasihi dan dikasihi.

PEMBERONTAKKAN
  Pada tahun-tahun terakhir hidup Yohanes (1588 -- 1591), usaha-usaha
  menentang Yohanes banyak dilakukan. Di antaranya adalah Diego
  Evangelista yang menentang ajaran Yohanes tentang doa yang tidak
  sejalan dengan ajaran ortodoks. Diego menuduh Yohanes mengajar
  orang-orang agar melepaskan diri dari gereja dalam kehidupan doa
  mereka. Reformasi dipandang sebagai usaha memecah belah ajaran
  kristiani dan gereja perlu dilindungi. Kejadian ini menyebabkan
  kesehatan Yohanes memburuk.

AKHIR KEHIDUPAN YOHANES SALIB
  Hingga meninggalnya Yohanes, berbagai tuduhan tentang ajaran yang
  dia lakukan hilang dengan sendirinya. Yohanes meninggal pada tanggal
  14 Desember 1591. Menjelang kematiannya, ia meminta komunitas untuk
  membacakan Kidung Agung, bagian Kitab Suci yang sangat disukainya
  dengan kata-kata terakhirnya adalah kata-kata kepercayaan: "Ke dalam
  tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan jiwaku."

  Dia adalah seorang penyair besar, guru yang hehat namun tetap
  sederhana. Saat masih muda, kesadarannya akan kemiskinan memberinya
  sikap realisme dan membantunya bertahan dalam masa penderitaan dan
  kesulitan. Yohanes tidak merasa terasing atau terkekang, tapi
  berbakat, penuh kasih, dan memiliki tekad yang keras dalam cintanya
  pada Tuhan.

  Secara bertahap, karya-karya Yohanes diterbitkan dan ajarannya
  diakui karena keindahan dan keagungannya. Pengakuan resmi muncul
  ketika gereja menyatakannya sebagai Santo pada tahun 1726 dan karya
  sastranya mendapat penghormatan khusus saat ia ditetapkan sebagai
  pelindung para penyair Spanyol pada tahun 1952.

   Diringkas dari:
   Judul buku: Yohanes Salib
   Judul artikel: Latar Belakang dan Hidup Yohanes
   Penulis: Wilfrid McGreal
   Penerbit: Penerbit Kanisius, Yogyakarta 2001
   Halaman: 13 -- 29
______________________________________________________________________

  "Jika Yesus menjadi Allah dan mati untuk saya, maka ada tidak korban
  yang bisa menjadi lebih besar bagi saya yang bisa dibuat untuk Dia?"

                                       CT Studd -- Misionaris

+ Karya ______________________________________________________________
1829 -- 1921 Misionaris

                      WILLIAM BOOTH (1829 -- 1912)

  William Booth lahir di Nottingham, Inggris, pada tanggal 10 April
  1829. Saat berusia tiga belas tahun, ekonomi keluarganya betul-betul
  hancur berantakan, sehingga Booth yang semula mendapatkan pendidikan
  yang sangat berkualitas akhirnya harus meninggalkan bangku sekolah
  dan bekerja di rumah gadai. Di sana ia melihat jurang yang begitu
  dalam antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini membuat dia bertekad
  untuk memerbaiki nasib rakyat kecil yang tertindas. Baru setahun
  Booth bekerja, ayahnya meninggal dunia dan hal ini membuat jiwanya
  sangat terpukul. Tetapi justru hal ini pula yang membuat ia mulai
  memikirkan kehidupan setelah kematian. Setelah dibimbing oleh salah
  seorang sepupunya yang cinta Tuhan, kerohaniannya semakin bertumbuh.

  Sejak mengalami pembaharuan hidup pada usianya yang ke-15, Booth
  mengasingkan diri dari kehidupan dunia dan bertekad, "Bila saya mau
  berbakti pada Tuhan, saya harus berbakti dengan segenap hati."

  Pada usia tujuh belas tahun, Booth bersama seorang temannya yang
  bernama Samson mulai mengabarkan Injil pada orang-orang miskin dan
  berpakaian compang-camping di Nottingham. Mereka membawa orang-orang
  tersebut ke gereja dan duduk di kursi terdepan. Akan tetapi,
  ternyata Booth belum terlalu serius dengan pelayanannya. Menanggapi
  hal ini, salah seorang temannya menegur Booth, "Kepasifanmu adalah
  tanda mementingkan diri sendiri yang membuatmu takut dan menahanmu
  bersaksi bagi Kristus." Teguran tersebut menjadi pelajaran bagi
  Booth. Selanjutnya dia berusaha mengalahkan kegugupannya dan mulai
  bisa memimpin pujian dan berkhotbah dengan berdiri di atas sebuah
  kursi.

  Pada usia dua puluh tahun, Booth pergi ke London. Karena tidak
  mendapat pekerjaan lain, terpaksa dia tetap bekerja di pegadaian
  sambil berkhotbah. Melihat talenta pelayannya, seorang pengusaha
  bernama E.J. Rabbits menyarankan agar Booth melayani Tuhan sepenuh
  waktu dan dia akan menanggung biaya hidupnya selama tiga bulan.
  Ternyata pengusaha ini bukan hanya membantunya dalam hal pelayanan.
  Secara tidak sengaja, melalui pengusaha tersebut jugalah Booth
  berkenalan dengan seorang gadis bernama Catherine Mumford yang
  kemudian dinikahinya pada 16 Juni 1855 di London. Upacara pernikahan
  mereka sangat sederhana dan bertolak belakang dengan kebiasaan pada
  waktu itu. Pernikahan mereka sungguh-sungguh mencerminkan
  kesederhanaan seorang pengikut Kristus yang sejati. Pernikahan
  dirayakan tanpa bunga, tanpa musik, tanpa tamu, melainkan hanya
  mempelai pria dan wanita serta seorang pendeta yang memberkati dan
  dua orang saksi.

  Pelayanan selanjutnya semakin berkembang sekalipun mereka berasal
  dari dua karakter yang berbeda, Booth yang keras dan Catherine yang
  lembut dan baik. Bahkan kehidupan mereka pun dijalani dengan baik.
  Banyak orang menganggap pelayanan suami istri baru ini sebagai
  pelayanan yang mengagumkan karena keduanya mampu memberikan kasih
  bagi mereka yang miskin dan terlantar. Namun, pihak gereja
  memperlakukan mereka secara tidak adil karena tidak suka dengan pola
  pelayanan Booth dan khotbah-khotbahnya yang selalu mencela gereja
  yang tidak peduli dengan kemiskinan jemaatnya.

  Perlakuan tidak adil dinyatakan dalam bentuk pembatasan terhadap
  pelayanan Booth dan istrinya. Mereka tidak dapat menerima perlakuan
  ini. Dengan berat hati, mereka pindah ke Gereja Persekutuan Baru
  Metodis. Di sana mereka melayani selama sembilan tahun, dan pada
  tahun 1861 ketika diadakan konferensi tahunan gereja, mereka
  menyatakan keluar dari gereja dan memulai pelayanan sendiri sehingga
  lebih bebas. Tuhan terus membukakan pelayanan yang baru bagi mereka.
  Dengan usaha dan dana sendiri, mereka memasuki daerah-daerah
  pelayanan yang rawan. Dengan keberanian dan penyerahan penuh, mereka
  memasuki tempat-tempat kumuh. Mereka tetap tidak mundur sekalipun
  dicemooh. Bagi mereka berdua, yang paling utama adalah menyatakan
  kasih Kristus pada orang-orang terlantar, sekalipun risikonya sangat
  besar.

  Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang
  mengikuti pelayanan mereka. Hal ini juga yang membuat mereka harus
  memunyai tempat ibadah yang tetap. Namun mereka tidak memiliki
  kemampuan dalam hal dana. Akhirnya mereka hanya menyediakan sebuah
  tenda sederhana di mana jemaat-jemaat bisa berkumpul untuk belajar
  firman Tuhan. Namun tenda hanya bertahan dua bulan karena diterpa
  angin kencang. Booth tidak habis akal. Sekalipun tenda hancur, namun
  ibadah harus tetap berjalan. Itulah sebabnya Booth dengan gigih
  berusaha untuk dapat mengadakan ibadah dengan menggunakan gedung
  sandiwara, toko, bahkan di samping kandang binatang. Memang
  merupakan hal yang sangat memprihatinkan, namun justru pelayanan
  mereka bisa semakin berkembang.

  Setelah semakin berkembang, Booth mendirikan lembaga pelayanan untuk
  London Timur yang diberi nama The East London Christian Missionary.
  Lembaga ini sangat memerhatikan nasib para pekerja yang
  berpenghasilan rendah, sehingga selain menyebarkan Alkitab, traktat,
  dan buku, Booth juga mendirikan bank tabungan untuk dapat
  meningkatkan taraf hidup mereka. Lembaga ini kemudian berkembang
  dengan pesat dan memungkinkan mereka untuk menyelenggarakan berbagai
  kegiatan, seperti kebaktian wanita, sekolah minggu, sekolah Alkitab,
  dan sekolah sore untuk mengajar orang-orang miskin di London Timur
  agar dapat membaca dan menulis. Di samping itu, lembaga ini juga
  menerbitkan majalah, yaitu The East London Evangelist sebagai media
  informasi dan komunikasi. Melihat semakin berkembangnya pelayanan
  lembaga ini, Booth mengganti nama lembaganya menjadi The Christian
  Mission. Penggantian nama ini memunyai tujuan agar pelayanan mereka
  bukan hanya difokuskan ke London Timur, melainkan ke seluruh dunia.

  Wujud dari perkembangan pelayanan yang hanya dimulai dari sebuah
  tenda, melahirkan sebuah gerakan besar dalam kekristenan, yaitu Bala
  Keselamatan (The Salvation Army), yang bertujuan menyampaikan Injil
  dalam kata dan perbuatan kepada semua orang, khususnya mereka yang
  miskin dan terabaikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh jiwa "altruis"
  sejati dalam diri Booth, yaitu orang yang memerjuangkan hidup orang
  lain lebih daripada dirinya sendiri. Booth melihat bahwa Injil
  memiliki segi sosial, sehingga gerakannya ditujukan untuk mengangkat
  orang miskin dan tertindas. Gerakan ini dibentuk menurut model
  tentara Inggris yang memakai seragam dengan tanda kepangkatan bagi
  pejabatnya, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pasukan militer
  yang siap memerangi kuasa kegelapan di bumi ini. Bendera pasukan
  ditetapkan berwarna merah, biru, dan kuning. Merah melambangkan
  darah Tuhan, biru melambangkan kesucian, dan kuning melambangkan api
  Roh Kudus.

  Tahun 1890, dengan dibantu sahabatnya, Booth berhasil menulis buku
  berjudul "In The Darkness England and The Way Out". Buku ini
  menceritakan ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan nilai-nilai moral,
  serta mengusulkan perbaikan-perbaikan dengan menyediakan sarana
  penampungan bagi para wanita tunasusila. Ia juga mengusulkan
  penyediaan fasilitas pendidikan bagi para gadis sehingga mereka
  tidak menjadi wanita tunasusila. Demikian juga perbaikan nasib untuk
  para buruh pabrik dan perkebunan. Penerbitan buku ini ternyata
  berdampak besar.

  Dalam waktu relatif singkat, lembaga yang didirikan Booth mendapat
  sumbangan sebesar 120.000 poundsterling yang kemudian digunakan
  untuk mewujudkan saran-saran seperti yang dia tuliskan dalam
  bukunya. Iblis tidak tinggal diam dengan apa yang mereka lakukan dan
  mulai menghasut banyak orang untuk menyerang mereka. Pernah ada
  pemilik kedai minuman keras yang berusaha menyuap supaya gerakan
  mereka yang merugikan dirinya dipindahkan ke tempat lain, namun
  ditolak. Ada pula walikota pemilik pabrik minuman keras yang
  menyuruh para bandit di pasar, menyerang tim Bala Keselamatan dengan
  sebelumnya menyuap para polisi dan hakim supaya gereja diam saja.
  Namun aktivitas tim tetap berjalan. Bahkan akhirnya, tim Bala
  Keselamatan mendapat dukungan dari parlemen Inggris dan masyarakat,
  sehingga aktivitas mereka semakin meluas bahkan sampai ke luar
  negeri.

  Tanggal 4 Oktober 1890, Catherine, istri Booth, meninggal dunia.
  Kesedihan tidak membuatnya berhenti berjuang dalam pelayanannya,
  dia terus melayani Tuhan dengan gigih hingga tanggal 12 Agustus 1912
  Booth kembali ke pangkuan Bapa di surga dengan sukacita dalam usia
  83 tahun. Sepeninggalnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama,
  gerakan Bala Keselamatan sudah tersebar ke seluruh dunia dengan misi
  dalam bidang sosial, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Pelayanan
  Booth sangat diberkati dan menjadi monumental, baik gereja maupun
  panti-panti asuhan yang didirikannya, termasuk di Indonesia.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pekan Misi Penginjilan ke-29 Gereja Injili Indonesia Hok
  Im Tong - 2005
  Judul artikel: William Booth (1873 -- 1945)
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Gereja Injili Hok Im Tong
  Halaman: 53 -- 54

+ Tahukah Anda? ______________________________________________________

  Catherine Mumford, istri Booth meninggal pada saat yang sama ketika
  William Booth sedang menulis salah satu bukunya yang terkenal "In
  Darkest England and the Way Out".

  Sumber:  http://www.notablebiographies.com/Be-Br/Booth-William.html

+ Sisipan ____________________________________________________________

                    ULANG TAHUN PUBLIKASI BIO-KRISTI

  Pada tanggal 24 Agustus 2008, Publikasi Bio-Kristi akan berulang
  tahun yang ke-2. Selama ini, Publikasi Bio-Kristi telah menemani
  Anda dengan serangkaian riwayat dan karya tokoh-tokoh penting
  seputar kekristenan, yang kami harapkan dapat menjadi inspirasi
  maupun tambahan pengetahuan Anda semua. Nah, dalam rangka ulang
  tahun Publikasi Bio-Kristi yang ke-2 ini, Redaksi memohon
  partisipasi Pembaca sekalian untuk mengirimkan kritik maupun saran
  yang dapat membangun dan mengembangkan publikasi ini. Untuk itu,
  silakan layangkan surat yang berisi saran dan kritik Anda ke Redaksi
  Bio-Kristi di alamat biokristi(at)sabda.org. Redaksi akan memuat
  saran maupun kritik Anda tersebut dalam edisi ulang tahun Bio-Kristi
  pada bulan Agustus 2008 mendatang.

  Oke, kami menunggu partisipasi Anda semua. Tuhan Yesus memberkati!

                   40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA

  Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kita akan kembali bersatu
  hati berdoa selama bulan puasa, yaitu terhitung mulai tanggal 22
  Agustus -- 30 September 2008. Bahan Pokok doa yang disebut ",40 Hari
  Mengasihi Bangsa Dalam Doa", telah disiapkan. Untuk itu, jika Anda
  terbeban untuk ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan
  mengirimkan pokok-pokok doa melalui e-mail untuk menjadi pokok doa
  kita bersama. Bagi Anda yang ingin membagikan informasi ini ke
  teman-teman lain agar mereka pun bisa ikut berdoa dengan memakai
  bahan pokok doa ini, silakan mengirim e-mail ke alamat:

  ==> < doa(at)sabda.org >.

  Bagi Anda yang berminat untuk mendapatkan bentuk cetaknya, silakan
  menghubungi: Mengasihi Bangsa dalam Doa
               P.O. Box 7332 JATMI JAKARTA 13560
               Email  : < a40hdbb(at)yahoo.com >
               Catatan: [Ganti (at) dengan (@) saat mengirim e-mail]

  Harap pemohon pengiriman buku mencantumkan:
  Nama jelas:
  Alamat lengkap:
  Kota dan kode pos:
  Provinsi:
  Nama lembaga:
  No. telp./HP:
  E-mail:

  Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
  Tuhan yang penuh kuasa menolong dan menggugah hati nurani para
  pemimpin bangsa ini untuk bertekad dan bersatu mengeluarkan bangsa
  ini dari kemelut berbagai masalah yang berkepanjangan. Selamat
  menjadi "penggerak doa" di tempat di mana Anda berada dan biarlah
  karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia.
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Kristina Dwi Lestari
Staf Redaksi: Yohana Prita Amelia
Kontributor edisi ini: Riwon Alfrey
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/
Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum/
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi

____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org