|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/9 |
|
Bio-Kristi edisi 9 (9-4-2007)
|
|
Buletin Elektronik
______________________________BIO-KRISTI______________________________
Biografi Kristiani
==================
Edisi 009, April 2007
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat : Tertullianus: Sang Bapa Teologi Latin
- Karya : Mengenal Orang di Balik Pendaratan Pertama di Bulan
- Tahukah Anda?
- Sisipan : - Renungan Paskah: Bukti-Bukti Mutlak
- Catatan Redaksi
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam sejahtera,
Apa yang menyebabkan orang-orang Kristen pada masa gereja purba
begitu tegar menghadapi maut? Iman mereka yang teguh pada Kristus,
itulah jawabannya. Keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian,
itu jugalah yang membuat mereka dengan tegar mengaku sebagai
Kristen.
Ketegaran orang-orang Kristen tersebut ternyata telah mengubah
seorang kafir menjadi Kristen. Tidak sekadar menjadi Kristen, ia
malah memiliki peranan yang begitu penting dalam sejarah gereja. Ia
juga berperan dalam mencetuskan istilah teologis yang tidak terdapat
dalam Alkitab, sekaligus sebagai orang pertama yang menulis dalam
bahasa Latin. Silakan simak kisahnya dalam kolom Riwayat, yang
dirangkai dengan kisah orang di balik pendaratan di bulan tahun
1969.
Mengingat kita baru saja merayakan Paskah, Bio-Kristi menyertakan
sebuah renungan Paskah dalam kolom Sisipan. Ketika berita
kebangkitan Kristus itu diperdengarkan kembali, biarlah semangat
kita semakin dipompa untuk semakin giat melayani Dia.
SELAMAT PASKAH 2007!
Pengasuh Bio-Kristi,
R.S. Kurnia
+ Riwayat ____________________________________________________________
+/- 150 -- 220, Bapa Teologi Latin, Montanisme
TERTULLIANUS: SANG BAPA TEOLOGI LATIN
Disusun oleh: R.S. Kurnia
BAHASA LATIN SEBAGAI LINGUA FRANCA
Istilah "lingua franca" mengacu kepada bahasa pengantar yang
sifatnya universal sehingga orang-orang dari berbagai latar belakang
bangsa dan bahasa dapat memahami satu dengan lainnya. Kalau bahasa
Melayu menjadi "lingua franca" di wilayah Asia Tenggara, khususnya
perairan Indonesia kala itu, di daratan Eropa hingga ke Afrika
bahasa Latinlah yang menjadi "lingua franca".
Sebagai bahasa resmi di Kekaisaran Romawi, wajarlah bahasa ini
menjadi "lingua franca". Di puncak kejayaannya, bahasa Latin
dituturkan dari Pulau Britania di barat laut sampai Palestina di
ujung tenggara. Kini setelah bahasa Latin menjadi bahasa mati,
bahasa Inggrislah yang menjadi "lingua franca" dalam berbagai
pertemuan internasional.
Namun, tahukah Anda tokoh yang berperan dalam penulisan Latin untuk
pertama kalinya? Tokoh tersebut tak lain ialah Tertullianus, salah
seorang yang sangat berperan penting dalam sejarah gereja pada abad
abad ke-2 dan awal abad ke-3. Sebagai salah seorang penulis yang
sangat produktif pada masanya, Tertullianus menghasilkan begitu
banyak tulisan, baik dalam bahasa Latin, maupun dalam bahasa Yunani.
LATAR BELAKANG TERTULLIANUS
Tidak ada angka yang pasti mengenai tahun kelahiran Tertullianus.
Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 150.
Sumber lain menyebutkan dia lahir sekitar tahun 200, sedangkan yang
lain menyebutkan kelahirannya antara tahun 150 dan 160. Namun yang
jelas, ia dilahirkan di Kartago, dari keluarga kafir.
Quintus Septimius Florens Tertullianus, itulah nama lengkapnya.
Ayahnya yang adalah seorang komandan tentara Romawi mendorongnya
untuk mempelajari hukum. Keahliannya di bidang hukum inilah yang
kemudian memberinya kemampuan "mematikan" dalam melawan praktik
tidak adil yang menghukum mati orang-orang beriman, hanya karena
mereka Kristen.
Bila mengamati karya-karya tulisnya, memang bisa disimpulkan kalau
Tertullianus memiliki pendidikan yang sangat baik. Ia disebutkan
mendapatkan pendidikan di Homerus. Meski demikian, ia jauh lebih
tertarik pada filosofi, sejarah, sains, dan pengetahuan mengenai
barang-barang antik daripada kepada puisi.
PERTOBATAN TERTULLIANUS
Karena berasal dari masyarakat kafir, tidak heran jika Tertullianus
juga menjalani kehidupan masa muda yang dekat dengan nuansa
kekafiran. Ia memanjakan hasratnya kepada hal-hal yang dianggapnya
sesuai baginya. Termasuk dalam hal seks, juga arena gladiator, di
mana ia menyaksikan para gladiator saling menaklukkan; ia juga
menyaksikan para kriminal dan orang-orang Kristen yang harus menjadi
santapan singa di arena tersebut.
Setidaknya ada dua faktor yang bisa kita sebutkan sebagai penyebab
pertobatan Tertullianus. Faktor pertama menyangkut kegemarannya di
arena gladiator. Ia sangat terpukul tatkala menyaksikan bagaimana
orang-orang Kristen dieksekusi dalam arena tersebut. Faktor kedua
sangat berkenaan dengan tingkah laku dan keteguhan hidup orang-orang
Kristen yang disaksikan sendiri oleh Tertullianus -- termasuk ketika
mereka akan disantap singa.
Diperkirakan ia bertobat sekitar tahun 192 di Kartago. Lalu ketika
berusia 40-an hingga 60-an, ia mendedikasikan dirinya sebagai
seorang penulis. Lewat tangannya, ia menjadi seorang apologetik yang
tangguh. Sikapnya yang keras membuatnya menolak segala bentuk dosa
secara tegas.
Catatan Hieronymus menyebutkan bahwa Tertullianus sempat berposisi
sebagai uskup. Meski demikian, pandangan ini belakangan banyak
diragukan oleh para ahli.
Disebutkan pula bahwa Tertullianus menikah. Sayangnya, ia tidak
dianugerahi seorang anak pun. Meski demikian, ia pernah meminta
kepada istrinya agar tidak menikah lagi ketika ia meninggal. Ia
menambahkan, bila pun menikah, haruslah dengan seorang Kristen.
SEBAGAI BAPA TEOLOGI LATIN
Seperti kita ketahui, manuskrip-manuskrip seperti keempat Injil, dan
juga surat-surat para rasul, ditulis dalam bahasa Yunani. Warisan
penting ini tampaknya turut mendorong penulisan literatur gereja
purba dalam bahasa Yunani. Akan tetapi, kecenderungan ini mulai
beralih ke bahasa Latin.
Ketika itu, Kartago merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi. Selain
itu, kota ini merupakan pusat pendidikan dan budaya kedua setelah
Roma. Dengan demikian wajar saja kalau bahasa Latin, yang juga
bahasa resmi Romawi digunakan di sini. Karena lahir dan besar di
Kartago, tidak heran kalau bahasa Latin menjadi bahasa yang akrab
bagi Tertullianus.
Tertullianus sendiri diyakini sebagai orang pertama yang berperan
memperkenalkan bahasa Latin ke dalam lingkungan gereja. Semula, ia
memang menulis dalam bahasa Yunani, sebagaimana para pendahulunya.
Sayangnya, tidak satu pun dari karya-karya berbahasa Yunaninya ini
yang disebutkan tersisa. Karya-karya yang hilang itu meliputi
"Ecstasy", "Paradise", "Fate", "The Hope of Believers", "Flesh and
Soul", dam "Against the Apellians". Namun, Tertullianus juga mulai
menulis dalam bahasa Latin. Ia menulis begitu banyak karya.
Sayangnya, saat ini hanya tersisa 31 tulisan berbahasa Latin yang ia
hasilkan dan menjadi warisan berharga yang ada sampai saat ini.
Mengingat perannya dalam penulisan pemikiran teologi dalam bahasa
Latin, juga jumlah tulisannya yang diyakini banyak itu,
Tertullianus pun dianggap sebagai Bapa Teologi Latin.
MENJADI PENDUKUNG MONTANISME
Pada awalnya, Tertullianus merupakan pendukung gereja ortodoks. Ia
banyak menentang kekafiran. Bahkan setelah menjadi Kristen, ia malah
membenci hiburan umum, termasuk pertunjukan gladiator. Akan tetapi,
sikapnya yang keras membuatnya berbalik dan menyerang gereja
ortodoks.
Tertullianus berpendapat bahwa orang-orang Kristen dan gereja harus
bertindak tanpa kompromi terhadap kehidupan orang-orang di
sekitarnya. Ketika ia melihat bahwa sikap yang kompromi ini mulai
menjalar di tengah kehidupan gereja, ia menunjukkan kemarahannya.
Sikap-sikap yang ditentangnya adalah keengganan untuk menjadi
martir, termasuk sikap mengampuni dosa meskipun itu dosa yang
serius. Situasi ini kemudian membuatnya mendukung aliran Montanisme.
Aliran Montanisme merupakan aliran yang muncul sekitar tahun 170-an.
Saat itu, Montanus beserta dua wanita mulai bernubuat di Frigia.
Mereka menyerukan kehidupan yang sederhana: tidak lagi mengadakan
pernikahan, berpuasa lebih lama, dan tidak menghindari mati martir.
Semula, Irenaeus menganjurkan agar gerakan ini tidak dikutuk tanpa
pertimbangan. Meski demikian, terjadi keretakan dalam gerakan ini
sampai akhirnya, gerakan yang kemudian dikenal sebagai "ajaran sesat
Frigia" ini dikutuk. Ia diperkirakan mulai mendukung montanisme
sekitar tahun 210.
Tertullianus pun segera menjadi pembicara yang tangguh bagi kaum
montanis. Walaupun baginya, kaum montanis sendiri tidak cukup ketat.
Dan tampaknya hal ini juga yang membuatnya berpisah dengan mereka
dan membentuk sektenya sendiri, yang kemudian bertahan hingga abad
ke-5 di Afrika.
Akibat sikap ini, ia tidak pernah diangkat sebagai salah satu orang
suci, sebagaimana Augustinus. Lalu pada abad ke-6, melalui sebuah
dekrit gereja, Decretum Gelasianum, karya-karya Tertullianus,
beserta sejumlah karya dari penulis lainnya ditolak.
SEBAGAI SALAH SATU PELETAK FONDASI
Meski demikian, Tertullianus merupakan salah seorang yang sangat
berpengaruh, baik pada masanya, maupun pada masa-masa sesudahnya.
Pengaruhnya diwariskan melalui berbagai tulisan. Selain itu, ia juga
menjadi orang pertama yang mencetuskan istilah Trinitas, istilah
yang berkenaan dengan kepribadian Allah yang tidak ditemukan di
seluruh Kitab Suci. Istilah tersebut terdapat dalam "Adversus
Praxean", sebagai responsnya atas suatu ajaran sesat. Ia juga turut
berperan menetapkan fondasi dasar dalam Kristologi. Dalam karyanya,
"Baptism", ia juga memperkenalkan eksposisi pertama Doa Bapa Kami.
Berikut ini sejumlah tulisannya yang dianggap relevan dengan
Perjanjian Baru.
- Adversus Marcionem (Against Marcion)
- De Baptismo (Concerning Baptism)
- De Cultu Feminarum (Concerning the Apparel of Women)
- De Fuga in Persecutione (Concerning Flight in Persecution)
- De Oratione (Concerning Prayer)
- De Pudicitia (Concerning Modesty)
- Scorpiace
Tidak ada sumber yang jelas mengenai kapan dan bagaimana
Tertullianus meninggal. Catatan Hieronymus menyebutkan bahwa ia
meninggal dengan tenang sekitar tahun 220-an. Spekulasi lain
menyebutkan kemungkinan kalau ia mati martir.
Sumber Bacaan
Davis, Glenn. 1997-2007. Tertullian of Carthage (Quintus Septimius
Florens Tertullianus), dalam
http://www.ntcanon.org/Tertullian.shtml.
Douglas, J.D. (Ed.). 1978. "The New International Dictionary of the
Christian Church". Grand Rapids, Michigan: Zondervan.
Donaldson, Roberts. 2001. Tertullianus, Quintus Septimius Florens,
dalam
http://www.earlychristianwritings.com/info/tertullian-wace.html.
Lane, Tony. 2003. "Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani".
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
The Tertullian Project. 1999. Tertullian: Colorful, Controversial
Early African Christian, dalam http://www.tertullian.org/chi.htm.
______________________. 1999. The `Decretum Gelasianum de Libris
Recipiendis Et Non Recipiendis`, dalam
http://www.tertullian.org/decretum_eng.htm.
______________________. 1999. The Noddy Guide to Tertullian, dalam
http://www.tertullian.org/readfirst.htm.
Wellem, F.D. 1999. "Riwayat Singkat Tokoh-Tokoh dalam Gereja".
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Informasi lain mengenai Tertullianus dapat Anda peroleh dari:
- Tertullian of Carthage: biografi singkat oleh Rob Bradshaw
http://www.earlychurch.org.uk/tertullian.php
- Quintus Septimius Florens Tertullianus: karya-karya Tertullianus
(dalam bahasa Latin)
http://www.thelatinlibrary.com/tertullian.html
- Tertullian: Against the Valentinians: tulisan Tertullianus yang
menentang aliran sesat yang dipelopori oleh Valentinus.
http://www.gnosis.org/library/ter_val.htm
- The Tertullian Project: koleksi materi dari zaman kuno hingga
modern mengenai Tertullianus.
http://www.tertullian.org/
_____________________________________________________________________
Darah orang Kristen menjadi benih bagi gereja.
Tertullianus -- Bapa Teologi Latin
+ Karya ______________________________________________________________
1910 -- 1977, Ilmuwan
MENGENAL ORANG DI BALIK PROYEK PENDARATAN PERTAMA DI BULAN
Dirangkum oleh: Yohanna Prita Amelia
Ketika membicarakan penjelajahan ke angkasa luar, perjalanan ke
bulan, akan langsung mengingatkan kita pada nama Neil Armstrong.
Astronot asal Amerika Serikat (AS) ini merupakan astronot pertama
yang menginjakkan kakinya di bulan. Armstrong sampai di bulan
bersama rekannya, Edwin Aldrin, dengan menggunakan pesawat angkasa
Apollo 11. Namun, tahukah Anda siapa orang yang berdiri di balik
kesuksesan peluncuran tersebut?
Nama Wernher Magnus Maximillian von Braun mungkin bukan nama yang
familiar di telinga kita. Meski demikian, tanpanya, Neil Armstrong
dan Edwin Aldrin mungkin tidak akan pernah menginjakkan kakinya di
bulan. Ya, sebab von Braun merupakan sosok yang berdiri di balik
kesuksesan pendaratan pertama manusia di bulan pada tahun 1969
tersebut.
Wernher von Braun dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1912 di kota
Wirsitz, Posen, Jerman. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Baron Magnus Von Braun dan Baroness Emmy
Von Quistorp. Ayahnya merupakan politisi dan bankir yang sukses,
sedangkan ibunya merupakan astronom amatir yang sangat mencintai
astronomi. Dari ibunyalah von Braun akhirnya memimpikan kemungkinan
menjelajahi angkasa. Ibunya menghadiahkan sebuah teleskop kepada von
Braun ketika ia diterima sebagai anggota jemaat Gereja Lutheran.
Ketika berusia tiga belas tahun, von Braun membaca sebuah buku
berjudul "The Rocket into Planetary Space". Buku tersebut ditulis
oleh seorang perintis roket dari Rumania dan mengupas mengenai
kemungkinan dilakukannya perjalanan antarplanet. Buku inilah yang
memberi inspirasi bagi von Braun. Hanya saja, untuk memahami buku
ini dibutuhkan pengetahuan matematika, sesuatu yang menjadi
kelemahan von Braun. Maka, ia pun giat mempelajari matematika dan
fisika dengan serius.
Pada tahun 1930, von Braun masuk ke Institut Teknologi
Charllotenburg di Berlin. Di sana ia bergabung dengan Society for
Space Travel, perkumpulan yang memiliki minat dalam pengembangan
roket penjelajah angkasa luar. Di situlah ia bertemu dengan Oberth.
Bahkan von Braun sempat menjadi asisten Oberth dan mereka berhasil
mengembangkan mesin roket kecil. Pada tahun 1932, von Braun mendapat
gelar B.Sc. dari Institut Teknologi Charllotenburg. Dan empat tahun
kemudian, ia mendapat gelar Ph.D. dalam bidang fisika dari
Universitas Berlin.
Setelah sejak 1932 Perkumpulan Perjalanan Angkasa kehabisan dana,
sumbangan Kantor Ordonansi Tentaralah yang memungkinkan von Braun
terus melakukan penelitian. Namun pada tahun 1934, karyanya disita
sebagai akibat peraturan yang melarang penelitian roket selain dari
dinas militer.
Pada tahun itu pula von Braun direkrut oleh lembaga riset Angkatan
Bersenjata Jerman, untuk mengadakan riset tentang roket, guna
memantapkan Hitler melangkah ke Perang Dunia II. Riset ini bersifat
rahasia dan diadakan di Kepulauan Borkum, Laut Utara, lalu pindah ke
Peenemunde di Kepulauan Usedom, Baltik. Mereka berhasil
mengembangkan roket A-3 dengan tinggi 137 cm dan berstabilisasi
giroskopis, yang berhasil diluncurkan dengan ketinggian 2 km. Roket
A-3 masih mengalami perkembangan sampai menjadi A-4 atau dikenal
juga dengan V-2 (Vengeance Weapon Number 2).
Roket A-4 pertama kali diluncurkan dan diarahkan kota London pada
tanggal 7 September 1944. Sebanyak 4.320 roket ditembakkan ke
London, menewaskan 2.511 orang dan melukai sedikitnya 6.000 orang.
Karena merasa penelitiannya telah disalahgunakan oleh pihak militer
Jerman, von Braun kemudian menolak bekerja sama. Akibat penolakan
tersebut, von Braun dan dua orang rekannya dijebloskan ke penjara
pada tahun 1944. Akan tetapi, von Braun dilepaskan dari penjara
karena Hitler menyadari bahwa pengembangan roket tidak akan berjalan
tanpa ahlinya.
Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, von Braun dan anggota
penelitiannya menyerahkan diri ke AS, dengan anggapan pemerintah AS
akan lebih bijaksana dalam menggunakan hasil penelitiannya. Selain
itu, von Braun juga beranggapan bahwa AS merupakan negara yang
paling mungkin menggunakan kemampuannya untuk penjelajahan ruang
angkasa.
Mereka tiba di AS tanggal 20 Juni 1945. Saat itu, von Braun beserta
126 stafnya (disebut "Peenemunders") ditempatkan di Fort Bliss,
Texas dan diminta terus mengembangkan roket V-2. Dua tahun kemudian
pada 1 Maret 1947, von Braun menikah dengan sepupunya berusia 18
tahun, Maria Von Quirstorp. Mereka dikaruniai seorang anak
laki-laki dan dua orang anak perempuan. Dan pada tahun 1955, von
Braun dan 40 orang lainnya resmi menjadi warga negara Amerika pada
tahun 1955.
Von Braun tinggal di di Huntsville, Alabama selama dua puluh tahun
(1950-1970). Di kota ini von Braun mendirikan institusi riset di
Universitas Alabama, Huntsville, Pusat Roket dan Antariksa Alabama
dan von Braun Civic Center. Dalam sebuah majalah ilmiah bernama
"Collier", edisi 22 Maret 1952, von Braun menulis sebuah artikel
yang menarik berjudul "Crossing the Last Frontier". Di sini ia
menuangkan mimpinya tentang pembuatan stasiun antariksa yang berada
di bulan dan planet Mars.
Peluncuran Sputnik pada tanggal 4 Oktober 1957 oleh pihak Uni
Soviet, memicu pemerintah AS membentuk NASA pada Oktober 1958. Dan
von Braun diangkat sebagai direktur pusat penerbangan angkasa. Hal
ini tentu saja memberikan kebebasan baginya untuk mewujudkan
impiannya sejak awal, yaitu penjelajahan angkasa, melebihi
pengembangan senjata.
Roket Redstone merupakan salah satu roket yang dikembangkan von
Braun dan teman-temannya. Roket ini diluncurkan bersama astronotnya,
Alan B. Shepherd pada tahun 1961. Dan von Braun terus melakukan
pengembangan serangkaian roket khusus untuk penerbangan berawak.
Dari serangkaian pengembangan tersebut, lahirlah roket Saturnus 1,
Saturnus 1B, dan Saturnus V. Bahkan von Braun terlibat dalam proyek
penerbangan berawak: Mercury, Gemini, dan Apollo.
Pada akhir tahun 1968 Apollo 8 meluncur meninggalkan orbit bumi,
mengitari bulan dan kembali ke bumi. Kemudian Neil dan rekannya
Edwin "Buzz" Aldrin berhasil mendarat di Bulan dengan pesawat Apollo
11 tepatnya pada tanggal 20 Juli 1969. Proyek Apollo sendiri ditutup
pada proyek Apollo 17. Setelah keberhasilan program Apollo, von
Braun mengundurkan diri dari NASA pada tahun 1972 dan menjadi
seorang pengusaha di perusahaan Fairchild, Germantown, Maryland
sambil mempromosikan pendirian National Space Institute.
Pada tanggal 16 Juni 1977, von Braun menutup usia di Alexandria,
Virginia, AS karena kanker. Ia meninggalkan seorang istri, tiga
anak, dua saudara, dan sejumlah karya tentang penjelajahan
antariksa.
Meskipun telah menjadi seorang ilmuwan yang menonjol akibat proyek
pendaratan di bulan, von Braun tidak pernah sekalipun meninggalkan
Tuhan dalam penelitiannya. Dia adalah salah satu dari sekian banyak
ilmuwan lain yang menentang aliran rasionalis ilmiah dan teori
evolusioner. Von Braun memandang Alkitab sebagai "pernyataan hakikat
dan kasih Allah". Ia menulis:
"Manned space flight is an amazing achievement, but it has opened
for mankind thus far only a tiny door for viewing the awesome
reaches of space. An outlook through this peephole at the vast
mysteries of the universe should only confirm our belief in the
certainty of its Creator. I find it as difficult to understand a
scientist who does not acknowledge the presence of a superior
rationality behind the existence of the universe as it is to
comprehend a theologian who would deny the advances of science."
(Penerbangan ruang angkasa yang berawak adalah suatu prestasi
yang menakjubkan, tetapi sampai sekarang ia hanya membuka pintu
yang kecil untuk melihat ruang angkasa yang sangat luas. Suatu
pengamatan dari lubang intip ini, seharusnya meneguhkan iman kita
akan kepastian adanya Penciptanya. Saya merasa sama sulitnya
untuk mengerti seorang ilmuwan yang tidak mengakui adanya Allah
yang Mahatahu di belakang alam semesta ini, seperti seorang
teolog yang menyangkal adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan
alam.)
Sumber:
Hefley, James C. 2000. "Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan
Kristus". Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hlm. 145 -- 147.
Lamont, Ann. 1999. "Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi". Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Hlm. 294 -- 305.
Taufiq. 2006. Wernher Von Braun (1912-1977) : Memodernkan Roket
untuk Menjelajah Antariksa, dalam "Pikiran Rakyat", 20 Juli 2006.
+ Tahukah Anda? ______________________________________________________
Konsili Sirmium yang diadakan oleh Constantius, Kaisar Romawi Timur,
telah menolerir Arianisme. Constantius sendiri merupakan penganut
Arianisme. Hasil konsili inilah yang kemudian ditolak keras dalam
Decretum Gelasianum pada abad ke-6.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Council_of_Sirmium
+ Sisipan ____________________________________________________________
Renungan Paskah
BUKTI-BUKTI MUTLAK
Kisah Para Rasul 1:1-11
Alkitab mengatakan bahwa Yesus "menunjukkan diri-Nya hidup setelah
penderitaan-Nya melalui bukti-bukti yang mutlak" (Kis. 1:3). Hal ini
lebih daripada sebuah pernyataan bersejarah yang disampaikan oleh
Lukas. Ini merupakan sebuah tantangan terhadap berbagai kritikan
yang akan menyangkal fakta sesungguhnya tentang kebangkitan jasmani
dari Tuhan Yesus Kristus. Lukas telah membuat pernyataan yang
menakjubkan sekaligus mencengangkan bahwa Yesus hidup, Ia disaksikan
oleh sekelompok orang banyak, dan kebangkitan-Nya dikuatkan dengan
begitu banyaknya bukti yang meyakinkan.
Hari ini, hampir 2000 tahun setelah peristiwa tersebut berlalu,
tidak ada doktrin lain di dalam Kitab Suci yang lebih banyak
diserang dibandingkan dengan kebangkitan Tuhan kita secara jasmani.
Memang tidaklah mengherankan karena hal itu merupakan kunci dari
doktrin Kristen yang tertinggi.
Dengan kebangkitan Yesus dari kematian, keseluruhan struktur dari
doktrin Kristen dapat terus bertahan atau malah jatuh. Bila
kebangkitan Yesus tidak dapat dibuktikan, maka kekristenan dapat
hancur menjadi debu dan bahkan memiliki tingkat kepercayaan di bawah
mitos-mitos yang paling sembrono, yang ada di Yunani dan Romawi
Kuno.
Si Iblis mengetahui tentang hal ini dan karena itu, serangan
pertamanya dan yang paling sering terhadap kebenaran tentang Kristus
adalah dengan melawan kebangkitan jasmani-Nya. Kredibilitas dari
iman Kristen kita beralaskan pada "banyak bukti yang mutlak" bahwa
Yesus hidup. -- MRD
Kristus adalah kehidupan, kubur yang kosong
Menyatakan kekuatan kuasa-Nya;
Dan bagi mereka yang percaya pada-Nya
Baik kematian maupun neraka, tak `kan mencelakakan. -- Anon
Karena Kristus hidup, kita tidak perlu takut kepada maut.
Diambil dari:
Judul buku : Kemenangan dalam Kebangkitan
Penulis artikel: Martin R. De Haan
Penerjemah : Tim RBC Indonesia
Penerbit : RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2004
Halaman : 52
______________________________________________________________________
Catatan Redaksi
Kami memberitahukan kepada para pembaca sekalian bahwa sejak edisi
April 2007 ini, Buletin Elektronik Bio-Kristi mengalami pergeseran
waktu terbit. Bila semula hadir dua pekan jelang akhir bulan, kini
Bio-Kristi akan hadir pada hari Senin pekan kedua tiap bulannya.
Mohon dukungan doa agar perubahan ini bisa tetap konsisten,
khususnya dalam periode terbitnya.
Selain itu, kami juga masih mengundang para pembaca untuk
menyempatkan waktu berpartisipasi dengan mengisi kolom Apa Kata
Mereka dengan mengomentari tokoh-tokoh Kristen tertentu. Komentar
terhadap berbagai tokoh lain juga bisa dilakukan lewat situs
Bio-Kristi <http://biokristi.sabda.org/>. Silakan mendiskusikan
kontroversi yang mungkin ada lewat forum yang disediakan.
______________________________________________________________________
Pengasuh: R.S. Kurnia
Kontributor edisi ini: Yohanna Prita Amelia
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2007
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
_________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org >
Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/
Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |