|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/5 |
|
Bio-Kristi edisi 5 (4-1-2007)
|
|
Buletin Elektronik
______________________________BIO-KRISTI______________________________
Biografi Kristiani
==================
Edisi 005, Desember 2006
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat : Sinterklas yang Selalu Dinantikan
- Karya : Gutenberg dan Mesin Cetaknya: Sebuah Revolusi
dalam Budaya Tulisan
- Tahukah Anda?
- Undangan Berpartisipasi
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam damai,
Menjelang perayaan Natal tahun ini, bagaimana persiapan Anda? Masih
sibuk mempersiapkan banyak hal? Sesibuk apa pun Anda saat ini,
setidaknya jangan sampai menggeser Kristus sebagai fokus Natal.
Itulah harapan kami, mengingat kecenderungan kegiatan perayaan Natal
saat ini telah menggeser Kristus sebagai fokus Natal.
Salah satu figur yang juga dapat menggeser Sang Juru Selamat adalah
Sinterklas. Tokoh yang populer sebagai Santa Claus ini sering muncul
dalam perayaan Natal anak-anak. Namun, ketika kehadirannya tidak
disertai informasi mengenai latar belakangnya, kecenderungan
memandang Sinterklas sebagai sang pemberi hadiah, patut diwaspadai.
Itulah sebabnya, tulisan mengenai Sinterklas dalam edisi ini
diharapkan dapat semakin menjernihkan keadaan.
Jangan lewatkan pula sajian Karya yang kali ini mengetengahkan tokoh
penemu mesin cetak di Eropa, Johann Gutenberg. Telusuri
perjalanannya dalam menemukan mesin cetak sekaligus kontroversi yang
beredar di seputar kehidupannya.
Tak lupa kami ucapkan,
SELAMAT NATAL, 25 DESEMBER 2006
dan
SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU, 1 JANUARI 2007
Tuhan memberkati.
Pengasuh Bio-Kristi,
RS. Kurnia
+ Riwayat ____________________________________________________________
270 -- 343/356
SINTERKLAS YANG SELALU DINANTIKAN
Oleh: RS. Kurnia *)
SOSOK YANG DINANTIKAN ANAK-ANAK
Pohon cemara yang dipenuhi beraneka hiasan, kue-kue Natal nan lezat,
dan bingkisan Natal menjadi sesuatu yang senantiasa dihadirkan
tatkala Natal menjelang. Meskipun hal-hal tersebut bukan inti dari
Natal, suasana Natal terkesan tidak lengkap tanpa ketiga hal
tersebut.
Namun, ada satu ikon lain yang senantiasa dinantikan ketika Natal
tiba. Sosok yang satu ini bisa dibilang menjadi sosok idola
anak-anak di bulan Desember. Kehadirannya selalu menghadirkan
keceriaan. Terutama kebiasaannya membagi-bagikan hadiah.
Itulah Santa Claus atau yang di Indonesia dikenal sebagai
Sinterklas. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak
gereja yang mengadopsi figur satu ini dalam perayaan Natal
anak-anak.
Satu pertanyaan yang paling sering muncul, khususnya bagi anak-anak
yang masih kecil, benarkah Santa Claus ada? Biasanya, ketika sudah
mulai dewasa, mereka akan menyadari bahwa orang tua merekalah yang
sebenarnya memberikan hadiah Natal. Dengan demikian, timbullah suatu
kesimpulan dalam benak mereka bahwa sosok Santa Claus sebenarnya
tidak ada.
NICHOLAS DARI MYRA
Nama Santa Claus sebenarnya merupakan nama yang umum diberikan
kepada Nicholas. Ia dilahirkan di Patara, Provinsi Lycia, sekitar
tahun 270[1]. Lycia merupakan salah satu wilayah di Asia Kecil yang
ketika itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi.
Nicholas diasuh dalam keluarga Kristen yang taat. Disebutkan bahwa
ia dibesarkan dengan baik oleh kedua orang tuanya dan dididik dengan
saleh seturut teladan orang tuanya[2]. Bahkan sejak awal,
Nicholas sudah terbiasa makan hanya pada malam hari setiap
hari Rabu dan Jumat. Didikan orang tuanya inilah yang tampaknya
memberikan karakter Kristen yang kuat padanya.
Meski demikian, setidaknya ada dua pendapat yang cukup berbeda
mengenai masa muda Nicholas, khususnya terkait dengan imannya.
Selain yang disebutkan di atas, sumber lain[3] menyebutkan bahwa
kedua orang tua Nicholas justru meninggal ketika Nicholas sedang
beranjak dewasa. Peristiwa ini membawanya kepada suatu periode
pencarian jati diri. Disebutkan pula bahwa pamannyalah yang kemudian
memperkenalkan kekristenan kepada Nicholas.
Meski tidak jelas, apakah Nicholas memiliki dasar kerohanian sejak
kecil atau ketika menjelang dewasa, tampaknya kita bisa menyepakati
satu hal. Imannya kepada Kristus bukanlah iman yang biasa. Hal ini
terbukti dari apa yang ia alami selanjutnya.
Nicholas mengenyam pendidikan dasarnya di Patara hingga meraih gelar
sarjana[4]. Tidak ada informasi mengenai apa yang ia pelajari.
Namun, melihat kondisi pada saat itu, Nicholas diperkirakan
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teologia dan filsafat
Yunani.
Keluarga Nicholas merupakan keluarga yang kaya. Oleh karena itu,
ketika kedua orang tuanya meninggal, Nicholas menerima warisan harta
yang jumlahnya tidak sedikit. Namun, ia senantiasa mengingat
perkataan Yesus untuk "menjual seluruh milikmu dan memberikan uang
kepada yang miskin"[5]. Demikianlah ia melaksanakan perkataan Yesus
tersebut dengan membagikan kekayaannya kepada mereka yang
membutuhkan.
Salah satu kisah kedermawanan Nicholas yang terkenal melibatkan
seorang penduduk Patara yang kehilangan seluruh hartanya, sedangkan
ia tidak lagi dapat menopang kehidupan ketiga anak perempuannya[6].
Karena kemiskinan mereka, ketiga anaknya tidak kunjung menemukan
suami yang baik. Pria yang malang itu pun berniat menjual ketiga
putrinya itu. Berita ini sampai ke telinga Nicholas dan mendorong
dirinya untuk melemparkan sekantung uang secara diam-diam. Uang itu
kemudian digunakan oleh putri tertua untuk menikah. Demikian
Nicholas melakukannya hingga seluruh putri orang tersebut dapat
menikah.
MENJADI USKUP DI MYRA
Sebelum menjadi uskup, ia melayani sebagai pendeta di Myra.
Pelayanannya ini ia lakukan ketika penyiksaan terhadap orang-orang
Kristen tengah terjadi. Di bawah pemerintahan Kaisar Diocletian
(berkuasa 284 -- 305) dan Kaisar Maximian (berkuasa 286 -- 306)[7],
dikeluarkan perintah bagi seluruh rakyatnya agar mereka hanya
menyembah kepada kaisar. Hal yang jelas bertentangan dengan iman
Kristen ini menyebabkan banyak orang Kristen yang menolak mengikuti
perintah tersebut. Oleh karena itu, pada masa-masa tersebut,
terjadilah penyiksaan yang hebat terhadap para pengikut Kristus.
Ketika itu, Nicholas turut mengalami penyiksaan yang berat dalam
penjara. Keteguhannya untuk tidak berbalik dari imannya terhadap
Kristus tidak kalah dengan para martir. Bagaimanapun juga, tanpa
pemeliharaan Allah, Nicholas tidak mungkin bertahan sedemikian rupa.
Setelah Constantine menggantikan Diocletian, Nicholas pun dibebaskan
dari penjara dan dapat melayani kembali.
Ketika uskup di Myra meninggal, para pendeta dan penduduk di Myra
harus bergumul untuk menentukan penggantinya. Disebutkan bahwa Tuhan
berbicara kepada para pendeta di kota itu untuk memilih Nicholas
sebagai uskup selanjutnya[8]. Pemilihan Nicholas sebagai uskup
bukanlah sesuatu yang wajar dilakukan, mengingat Nicholas lebih
sebagai orang awam daripada kaum terpelajar di bidang teologia.
Oleh karena itu, pengangkatan Nicholas di satu sisi bisa dibilang
sebagai pengangkatan berdasarkan popularitas[9]. Adapun pengangkatan
Nicholas sebagai uskup diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan
Licinius (berkuasa 307 -- 324).
NICHOLAS DAN PELAYANANNYA
Sepanjang pelayanannya sebagai seorang uskup, Nicholas dianggap
sebagai penentang segala bentuk kekafiran. Penolakannya terhadap
penyembahan berhala terlihat dari penghancuran beberapa kuil kafir,
salah satunya kuil Artemis yang diprakarsai olehnya[10]. Selain
itu, ia juga dianggap sebagai salah satu penentang ajaran Arius[11].
Peran serta yang sangat signifikan ditunjukkan Nicholas ketika
menghadiri Konsili Nicea pada tahun 325[12]. Terdaftar sebagai salah
satu uskup yang hadir dalam konsili tersebut, salah satu sumber
menyebutkan bahwa emosi Nicholas meledak terhadap Arius hingga ia
melayangkan sebuah pukulan di wajah Arius[13]. Akibat tindakannya
tersebut, ia sempat diusir dari konsili ini.
Keteguhan Nicholas untuk menjaga ajaran yang benar sungguh patut
dihargai. Berkat keteguhannya, Myra menjadi wilayah yang aman dari
ajaran-ajaran yang menyesatkan. Bahkan ketika Constantius (berkuasa
337 -- 361) menjadi kaisar dan menganut arianisme, pengaruh
Nicholas yang notabene merupakan penentang keras arianisme tidak
bisa digeser dari Myra[14].
AKHIR HIDUP DAN MENJADI ORANG SUCI
Tidak ada sumber yang menyebutkan secara spesifik perihal kematian
Nicholas[15]. Tempat dan tanggal kematiannya tidak diketahui secara
pasti. Sebagian orang menyebutkan ia meninggal di Italia. Ada juga
yang berpendapat di Irlandia. Namun, ia diperkirakan meninggal pada
tanggal 6 Desember antara tahun 343 dan 356[16]. Ia dimakamkan di
sebuah katedral di Myra, sekarang Demer, Turki.
Nicholas juga diangkat sebagai salah satu orang suci. Penghormatan
ini tampaknya dilakukan lebih awal. Justinian I, Kaisar
Romawi Timur yang memberi penghormatan tersebut kepada Nicholas. Ia
membangun sebuah bangunan gereja di ibukota Roma waktu itu,
Konstantinopel[17]. Sampai saat ini, umat Katolik dan Ortodoks,
termasuk dari Protestan masih menghormati Nicholas. Kemurahan hati
Nicholas juga menjadikan dirinya teladan hidup yang penuh belas
kasih terhadap sesama[18].
SANTA CLAUS DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal figur berbaju merah dan
berjanggut putih ini. Meski nama asingnya belakangan ini lebih
menggema, tapi kita juga mengenal Santa Claus sebagai Sinterklas.
Nama ini sendiri diperkirakan diadopsi dari nama Belanda,
Sinterklaas[19]. Dengan demikian, tampaknya kita bisa menduga bahwa
sosok ini diperkenalkan oleh pemerintah kolonial ketika itu.
Meskipun demikian, figur Nicholas ini tidak memiliki tempat yang
lebih khusus kecuali di pusat-pusat perbelanjaan. Kita tidak
memiliki tradisi untuk mengenang apa yang dikerjakan oleh Nicholas
pada abad ke-4. Kecuali aspek komersialnya, aspek spiritualitas
sebagai sesuatu yang lebih penting, cenderung kalah gaungnya.
Setidaknya ada dua alasan mengapa St. Nicholas tidak dikenang di
Indonesia.
a. Nicholas merupakan figur dengan latar belakang Eropa dari abad
ke-4. Tradisi untuk mengenang sosok ini tampaknya terus
diwariskan di benua tersebut. Dengan kata lain, sosok Nicholas
merupakan sosok yang asing bagi masyarakat di Indonesia. Kalaupun
banyak yang mengenalnya saat ini, pengenalan itu cenderung hanya
dari aspek lain, misalnya aspek komersial dan hiburan.
b. Kurangnya pengenalan akan uskup dari Myra ini. Meskipun banyak
gereja yang menampilkan figur ini dalam perayaan Natal, khususnya
Natal anak-anak, latar belakang dari Sinterklas ini tidak
disampaikan dengan baik. Sehingga Nicholas hanya dikenal sebagai
sosok yang suka memberi.
MERAYAKAN ST. NICHOLAS
Sejarah membuktikan bahwa Santa Claus adalah sosok yang nyata.
Meskipun tidak mewariskan pemikiran-pemikiran setajam Augustinus
dan bapa-bapa gereja lainnya, imannya yang teguh terhadap firman
Allah menjadi hal yang sangat bernilai. Apalagi keteguhannya
tersebut berdampak bagi masyarakat Myra pada waktu itu[20].
Penampilan sosok Santa Claus seharusnya diiringi oleh penjelasan
mengenai Nicholass sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Pertama, Nicholas bukan sekadar pemberi hadiah, tetapi orang yang
juga beriman teguh. Kedua, Nicholas merupakan salah satu penentang
ajaran-ajaran sesat di zamannya. Akhirnya, Kristus yang adalah pusat
dari perayaan Natal harus lebih diutamakan daripada Santa Claus.
Hal ini bukan berarti merayakan peringatan akan Nicholas tidak
dibenarkan. Sebaliknya, perayaan hari St. Nicholas pada 6 Desember
dapat dilakukan. St. Nicholas Centre menguraikan beberapa alasan
mengenai perayaan hari St. Nicholas[21].
o Mengisahkan kehidupan orang-orang suci yang menjadi teladan yang
sekaligus menginspirasikan belas kasih dan kemurahan hati.
o Menyatakan identitas Santa Claus dan Bapak Natal yang
sesungguhnya.
o Menekankan pentingnya memberi daripada menerima.
o Menegaskan kepedulian pada hal-hal kecil dan kegembiraan
keluarga.
o Menghadirkan suatu perayaan awal dalam minggu-minggu Adven.
o Menawarkan dimensi spiritual dari pemberian hadiah.
o Menekankan figur Kristus sebagai pusat Natal yang sejati.
Dengan demikian, setiap perayaan di seputar hari St. Nicholas
seharusnya mempersiapkan setiap orang untuk menyambut Kristus.
Catatan
1. Wikipedia. 2006. "Saint Nicholas". Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Saint_Nicholas_of_Myra .
2. "Feastday: December 6 Patron of Bakers and Pawnbrokers". Dalam
http://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=371 .
3. Wikipedia. 2006. loc.cit.
4. Ibid.
5. "Who Is St. Nicholas?". Dalam
http://www.stnicholascenter.org/Brix?pageID=38 .
6. 2. loc.cit.
7. Wikipedia. 2006. loc. cit.
8. Ibid.
9. "Was St. Nicholas A Real Person?". Dalam http://www.stnicholascenter.org/printable_template.jsp?show_print=no&backPageID=37&smpl_sakey=6 .
13. Wikipedia. 2006. loc. cit.
11. Arius melahirkan aliran arianisme, ajaran yang menolak keilahian
Kristus.
12. Konsili Nicea diyakini sebagai konsili ekumenis pertama. Dalam
konsili ini, hadir pula Eusebius dari Kaisarea dan Athanasius,
dua tokoh bapa gereja.
13. 2. loc. cit.
14. Ketika itu, uskup-uskup beraliran arianisme ditempatkan di
berbagai kota. Meski demikian, tampaknya dukungan masyarakat
Myra yang sangat kuat terhadap Nicholas, membuat Constantius
tidak bisa berbuat apa-apa kecuali membiarkan Nicholas tetap
sebagai uskup di sana (Wikipedia 2006).
15. Wikipedia. loc. cit.
16. Bandingkan sumber dari Wikipedia dengan St. Nicholas Centre dan
Santas.Net.
17. Wikipedia. 2006. loc. cit.
18. 5. Ibid.
19. Wikipedia. 2006. loc. cit.
20. Hal ini dapat menjadi bahan perenungan bagi kita. Seberapa besar
hidup kita berdampak bagi orang-orang sekitar kita?
21. "Why Celebrate St. Nicholas Day?". Dalam
http://www.stnicholascenter.org/Brix?pageID=102 .
*) Penulis merangkap pengasuh Bio-Kristi
______________________________________________________________________
Tak mungkin ada suatu sebab yang terakhir, ataupun yang tengah-tengah,
jika tidak ada yang pertama.
Thomas Aquinas -- teolog skolastik
+ Karya ______________________________________________________________
Ilmuwan, penemu mesin cetak, +/- 1398 -- 1468
GUTENBERG DAN MESIN CETAKNYA: SEBUAH REVOLUSI DALAM BUDAYA TULISAN
Oleh: R.S. Kurnia *)
REVOLUSI DALAM BUDAYA TULISAN
Budaya tulisan telah melampaui sejarah yang panjang dengan sekian
banyak perubahan. Mulai dari piktogram (disebut juga piktograf,
yaitu aksara berupa gambar untuk mengungkapkan amanat
tertentu[1]) hingga tulisan yang kita kenal sekarang ini. Dari yang
memanfaatkan dinding-dinding gua, lempengan batu-batu, sampai
pemanfaatan kertas tulis. Meski demikian, budaya tulisan kita tidak
akan mengalami perkembangan yang sedemikian pesat bila Gutenberg
tidak menciptakan mesin cetak pada tahun 1455.
Sebelum penemuan mesin cetak, satu-satunya cara untuk memperbanyak
sebuah tulisan ialah dengan menyalinnya. Salinan-salinan yang
dihasilkan itu dinamakan manuskrip, yang berarti `tulisan
tangan`[2].
Namun, metode penyalinan seperti itu justru menimbulkan sejumlah
masalah. Pertama, butuh waktu yang lama untuk menyalin sebuah buku.
Menurut Janus (2003)[3], pada tahun 1450, dibutuhkan setidaknya dua
bulan untuk menyalin sebuah buku -- tentu saja tergantung ketebalan
buku yang disalin. Kedua, kualitas penyalin tidak selamanya konstan.
Akibatnya, kesalahan dalam penyalinan dapat terjadi. Akhirnya, harga
buku menjadi mahal karena melalui proses kerja yang melelahkan dan
memakan waktu yang lama. Dengan demikian, tidak sembarang orang yang
bisa memiliki buku[4].
MENUJU ERA MESIN CETAK
Mesin cetak Gutenberg terwujud setelah melampaui proses yang cukup
panjang. Pemikiran awal yang ia lakukan ialah dengan memanfaatkan
sepotong balok yang berasal dari kayu yang keras[5]. Balok ini
dibentuk seukuran halaman buku. Selanjutnya, setiap kata yang
tertulis di halaman sebuah buku dipahat di salah satu sisi balok
tersebut sampai dihasilkan rangkaian kata yang timbul. Bagian
tersebut kemudian dicelupi tinta. Balok tersebut harus ditekan ke
lembaran kertas cetak untuk menghasilkan halaman yang dibutuhkan.
Semula Gutenberg berpikir bahwa cara ini akan lebih baik daripada
sekadar menyalin manuskrip. Namun, ia justru mendapati bahwa cara
seperti ini memakan waktu yang sangat lama karena lempengan kayu
tersebut harus dikerjakan dengan hati-hati. Selain itu, satu balok
hanya dapat mencetak satu halaman tertentu saja.
Meski demikian, Gutenberg mulai berpikir. Bila balok kayu dapat
digunakan untuk membentuk huruf cetak, seharusnya lempengan logam
juga dapat digunakan untuk tujuan serupa. Menurutnya, pemanfaatan
logam akan mempercepat proses reproduksi setelah satu karakter
berhasil dibentuk[6].
Sejumlah sumber[7] menyebutkan bahwa pemikiran Gutenberg tersebut
dimungkinkan mengingat keterlibatan keluarga Gutenberg dalam
pencetakan uang logam. Karena itu, tidak heran bila Gutenberg dapat
memikirkan model pencetakan mulai dari pemanfaatan balok kayu
hingga pemikiran untuk memanfaatkan lempengan logam. Tidak
mengherankan pula bila ia memiliki keahlian dalam pekerjaan yang
berkaitan dengan logam.
Semula Gutenberg membangun bengkel kerjanya di Strasbourg (ketika
itu masih menjadi bagian dari Jerman, sekarang Perancis)[8]. Hal ini
ia lakukan karena ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang ia
kerjakan. Ia menemukan runtuhan bangunan tua yang sebelumnya
digunakan oleh para biarawan dan menggunakan salah satu ruangan
sebagai bengkel kerjanya. Namun, tampaknya ia kemudian memindahkan
bengkel kerjanya ke Mainz[9] dan berhasil menciptakan mesin cetaknya
di kota tersebut.
Meski demikian, Gutenberg masih harus melakukan serangkaian
percobaan lagi untuk membuktikan bahwa mesin cetaknya dapat
digunakan. Oleh karena itu, ia melakukan serangkaian persiapan yang
sangat panjang dan menempuh serangkaian uji coba. Keberhasilan
pertamanya ialah mencetak buku tata bahasa Latin. Diperkirakan
sekitar dua lusin edisi Ars Minor, salah satu bagian dari buku
pelajaran tata bahasa Latin Aelius Donatus. Edisi pertama
diperkirakan dicetak antara tahun 1451 dan 1452[10].
Setelah melakukan serangkaian percobaan termasuk keberhasilannya
mencetak buku pelajaran tata bahasa Latin tersebut, Gutenberg mulai
melangkah lebih jauh lagi. Proyek besar selanjutnya adalah mencetak
Alkitab. Antara tahun 1450 dan 1455, Gutenberg menyelesaikan
pencetakan Alkitabnya[11]. Adapun versi Alkitab yang dicetak
Gutenberg kala itu adalah Alkitab Vulgata, Alkitab bahasa Latin
hasil terjemahan Hieronymus[12]. Dokumen-dokumen awal menyebutkan,
setidaknya 200 kopi dijadwalkan dicetak di atas kertas katun linen,
30 kopi dicetak di atas kulit hewan. Alkitab tersebut kemudian
dijual seharga 300 florins[13], harga yang jauh lebih murah
ketimbang Alkitab yang ditulis dengan tangan, yang penyalinannya
oleh seorang rahib bisa menghabiskan dua puluh tahun[14].
Adapun Alkitab yang dihasilkan oleh mesin cetak Gutenberg merupakan
Alkitab yang sangat indah. Gutenberg mendesain dan membentuk sendiri
keping-keping logam yang akan digunakan untuk mesin cetaknya dengan
huruf-huruf kaligrafi yang indah, ciri khas tulisan Abad
Pertengahan[15].
GUTENBERG DAN JOHANN FUST
Proyek Gutenberg ini merupakan proyek yang sangat besar. Oleh karena
itu, Gutenberg membutuhkan biaya yang sangat besar pula. Untuk
mencapai visinya, Gutenberg menghabiskan seluruh kekayaan yang ia
warisi dari keluarganya. Di tengah kesulitan dana, Gutenberg
berhasil meyakinkan Johann Fust, seorang pedagang kaya (sumber
lainnya, lihat catatan nomor 2, menyebutkan bahwa Fust juga seorang
pengacara). Pada tahun 1449, Fust memberikan 800 florins pertama
kepada Gutenberg, lalu sejumlah 800 florins lagi pada tahun 1452 dan
1453[16].
Meski berhasil mencetak Alkitab Vulgata, bahkan menjualnya seharga
300 florins, Gutenberg tetap tidak dapat mengembalikan pinjaman yang
diberikan Fust. Hal ini menyebabkan Fust membawa Gutenberg ke
pengadilan. Kemudian, hakim memutuskan Gutenberg bersalah sehingga
mesin cetak dan Alkitab yang berhasil ia cetak beralih menjadi milik
Fust[17]. Dengan demikian, Gutenberg pun bangkrut dan kehilangan
semua jerih payahnya selama ini.
Ketidakmampuan Gutenberg untuk mengembalikan hutangnya itu tampaknya
disebabkan oleh kepribadiannya sebagai seorang yang tidak sabaran.
Kemungkinan Gutenberg harus melakukan begitu banyak percobaan
sampai mesin cetaknya selesai. Dari sekian banyak percobaan yang ia
lakukan, bukan tidak mungkin ia menemukan sekian banyak kegagalan
yang tentunya memakan dana yang besar pula.
Setelah berhasil mengambil alih mesin cetak Gutenberg dan sejumlah
Alkitabnya, Fust melanjutkan bengkel kerja Gutenberg ini. Ia
menggaet Peter Schaeffer, mitra kerja Gutenberg sebelumnya sebagai
rekannya[18]. Sementara itu, Gutenberg masih melanjutkan
pekerjaannya dengan membuka percetakan. Meski demikian, cetakan yang
ia hasilkan berkurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
PENGARUH BAGI KEKRISTENAN
Satu hal yang jelas, Gutenberg merupakan salah satu orang jenius
yang dipakai oleh Tuhan. Mesin cetak yang dihasilkan oleh Gutenberg
mengambil peranan yang sangat vital dalam penyebaran Alkitab.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, buku merupakan sesuatu yang
sangat mahal. Demikian halnya dengan Alkitab sehingga tidak
sembarang orang bisa memilikinya. Dengan penemuan Gutenberg ini,
semua orang dapat memiliki Alkitab, meskipun masih dalam bahasa
Latin. Setidaknya hal ini sudah memberikan akses kepada masyarakat
awam, khususnya yang mengerti bahasa Latin untuk membaca Alkitab.
Meski terlibat dalam pencetakan surat indulgensi pada masa-masa
berikutnya, ciptaan Gutenberg ini sangat berperan dalam Reformasi.
Bahan-bahan seperti traktat, pamflet, khotbah, maupun
"Flugschriften" yang ditulis oleh para reformator seperti Martin
Luther, Martin Bucer, John Calvin, termasuk Ulrich Zwingli, dengan
mudah dapat diperbanyak[19]. Sekali lagi hal ini memudahkan akses
masyarakat luas terhadap kebobrokan gereja selama ini. Sehingga
banyak mata yang terbuka dan mulai melihat kebenaran yang
sesungguhnya.
MESIN CETAK DI ASIA
Meski karya Gutenberg diakui sebagai karya yang luar biasa, ternyata
Gutenberg bukanlah penemu mesin cetak yang pertama. Jauh sebelum
Gutenberg berhasil menciptakan mesin cetak dengan kepingan potongan
logam yang dapat dipindahkan, Chae Yun-eui dari Dinasti Goryeo telah
menciptakan mesin cetak pertama pada tahun 1234[20]. Sedangkan,
perangkat cetak dengan kepingan yang dapat dipindahkan diciptakan
pertama kali di Tiongkok oleh Bi Sheng, antara tahun 1041 -- 1048[21].
KEHIDUPAN GUTENBERG
Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh mengenai masa kecil
Gutenberg. Ia dilahirkan antara sekitar tahun 1394 -- 1404. Sebagian
menyebut tahun lahirnya pada tahun 1398. Ayahnya bernama Friele
Gensfleisch zur Laden dan ibunya Else Wirich[22]. Sebagai anak
bangsawan, kemungkinan ia menempuh studi di Universiteit of
Erfurt[23]. Namun, sekali lagi tidak ada bukti otentik bahwa
Gutenberg pernah mengenyam studi di sekolah tersebut.
Setelah mengalami kebangkrutan, disebutkan kemudian, kehidupan
Gutenberg belakangan ditopang oleh Keuskupan Mainz sampai akhir
hayatnya. Karena Gutenberg dikenal sebagai seorang peminum -- ia
akan membelanjakan uangnya hanya untuk alkohol, pihak keuskupan
memutuskan untuk memberikan makanan dan tempat tinggal daripada
uang[24].
Meski demikian, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa menjelang
akhir hidupnya, Gutenberg bergabung dalam ordo Fransiskan[25]. Ia
mengabdikan dirinya dalam doa, ketaatan, dan melakukan hal-hal yang
baik. Setelah gagal meraih kesuksesan duniawi, ia beralih mencari
kesuksesan surgawi.
Dalam pandangan Armstrong[26], perubahan dalam diri Gutenberg ini
merupakan bukti dari cinta kasih Tuhan. Ia tetap mengasihi mereka
yang Ia karuniai talenta sehingga ketika mereka ini terjerat dalam
dosa, Ia sama sekali tidak membiarkan mereka. Banyak cara yang bisa
Ia lakukan untuk memanggil kembali umatnya, diantaranya melalui
suatu kejatuhan yang menyakitkan.
Berdasarkan sebuah buku yang dicetak setelah kematiannya, disebutkan
bahwa Gutenberg meninggal pada tanggal 3 Februari 1468. Ia kemudian
dimakamkan di sebuah gereja di Saint Frances. Sayangnya gereja itu
kemudian dihancurkan sehingga makamnya tidak dapat ditemukan lagi.
Catatan
1. Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Kamus Linguistik". Edisi Ketiga.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 174.
2. "Johann Gutenberg". Dalam http://www.greatsite.com/timeline-english-bible-history/gutenberg.html.
3. Janus, Bill. 2003. "Book Review of John Man`s Gutenberg: How One
Man Remade The World With Words". Dalam http://mtprof.msun.edu/Win2003/JanRev.html .
4. Gutenberg sendiri menikmati manuskrip-manuskrip dan balok-balok
buku (blockbooks")yang dapat dibacanya. Namun, ia juga berkata,
"Sayangnya, hanya orang kaya saja yang dapat memiliki buku."
("Johann Gutenberg". Dalam http://www.greatsite.com/timeline-english-bible-history/gutenberg.html .)
5. 2. loc. cit.
6. Wikipedia. 2006. "Johannes Gutenberg". Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Gutenberg .
7. Lihat Janus, Bill. 2003. loc.cit. dan Armstrong, Chris. 2004. "A
God`s Eye View of Gutenberg: The Rise, Fall, and Redemption of
The Father of the Information Age". Dalam http://www.christianitytoday.com/ct/2004/augustweb-only/8-23-42.0.html
8. 2. loc. cit.
9. Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. "Johann Gutenberg and
Mainz". Dalam http://www.mainz.de/gutenberg/english/zeitgum.htm
10. Wikipedia. loc. cit.
11. 2. loc.cit. Sumber lain menyebutkan bahwa Alkitab tersebut
dicetak pada tahun 1455, sementara sumber lainnya menyebut tahun
1456.
12. Alkitab Vulgata tersebut merupakan versi Alkitab yang
diterjemahkan oleh John Wycliffe pada 1384.
13. Uang logam Inggris yang sebanding dengan dua shilling.
14. Wikipedia. 2006. loc. cit.
15. Armstrong, Chris. 2004. "A God`s Eye View of Gutenberg: The
Rise, Fall, and Redemption of the Father of the Information
Age". Dalam http://www.christianitytoday.com/ct/2004/augustweb-only/8-23-42.0.html
16. Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. loc.cit.
17. Ibid.
18. Ibid.
19. Hesperian. 2006. "Gutenberg and Reformation: The First
Information Age". Dalam http://hesperian.wordpress.com/2006/08/02/gutenberg-and-the-reformation-the-first-information-age/ .
20. Baek Su-gi. 1987. Dalam Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Johann_Gutenberg .
21. Ibid.
22. Hanebutt-Benz, Eva-Maria. Tanpa Tahun. loc.cit.
23. Ibid.
24. Wikipedia. loc. cit.
25. Armstrong, Chris. 2004. loc. cit.
26. Ibid.
*) Penulis merangkap pengasuh Bio-Kristi
+ Tahukah Anda? ______________________________________________________
Bret Harte merupakan orang pertama yang memperkenalkan Sinterklas ke
Amerika.
Dari: http://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=371
+ Undangan Berpartisipasi ____________________________________________
Tahun pelayanan yang baru segera menjelang. Oleh karena itu,
Bio-Kristi sungguh mengharapkan dukungan doa dan partisipasi para
pelanggan.
Selain mengisi kolom Apa Kata Mereka, Anda dapat mengirimkan
bahan-bahan berupa artikel dari sumber-sumber seperti buku, buletin,
tabloid, majalah, maupun situs internet. Jangan lupa untuk
mencantumkan sumber tulisan secara jelas. Misalnya:
a. judul buku, buletin, tabloid, atau majalah,
b. judul artikel,
c. judul asli (bila diambil dari buku terjemahan)
d. nama penulis,
e. nama penerjemah (bila dicantumkan),
f. nama penerbit dan tahun terbit,
g. situs penerbit bila ada,
h. halaman,
i. nama situs, dan
j. URL situs.
______________________________________________________________________
Pengasuh: R.S. Kurnia
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2006
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
_________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org >
Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |