|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/48 |
|
Bio-Kristi edisi 48 (13-4-2010)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 048, April 2010___________________________
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat: Hudson Taylor: Utusan yang Memiliki Hati untuk Tiongkok
- Karya: Edward Maitland: Novelis Kristen
- Tahukah Anda: Edward Maitland dan Anna Kingsford
- Sisipan: Dapatkan Bahan-Bahan Teologi Bermutu di Situs Soteri
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam sejahtera,
Kehidupan di dunia kian lama semakin bertambah keras dan penuh
dengan tantangan. Setiap orang cenderung mementingkan diri sendiri.
Sementara itu, keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang semakin tidak
diperhatikan, padahal masih banyak orang perlu mendengar Kabar
Keselamatan. Apakah kita akan tinggal diam? Belajar dari riwayat
tokoh Hudson Taylor, yang begitu terbeban untuk memenangkan Tiongkok
bagi Tuhan, kiranya kita akan beroleh dorongan untuk mewartakan
kebenaran Allah kepada mereka yang belum diselamatkan.
Tuhan bisa memakai siapa pun untuk menggenapi rencana-Nya, entah apa
pun profesi kita, apa pun kemampuan kita, kita semua bisa dipakai
menjadi alat-Nya, sebagaimana yang dapat Anda baca dalam biografi
novelis yang diangkat Bio-Kristi kali ini, Edward Maitland. Melalui
tulisan-tulisannya, ia mampu menceritakan kebaikan dan kebenaran
Tuhan. Jadi, setujukah Anda bahwa kita sesungguhnya tidak bisa
berdalih untuk tidak bersaksi dan memberitakan Kabar Keselamatan
kepada orang lain? Mari kita saling menguatkan dan saling
memperlengkapi untuk bekerja di ladang Tuhan.
Semoga sajian kami pada bulan ini bisa memotivasi dan menggiatkan
setiap hamba Tuhan untuk melayani Tuhan.
Bangkit dan bersinarlah, Tuhan Yesus memberkati.
Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
Sri Setyawati
http://biokristi.sabda.org
http://fb.sabda.org/biokristi
______________________________________________________________________
"Barangsiapa menyadari bahwa dirinya adalah pelayan Allah maka
ia dapat mengandalkan pencukupan Allah untuk semua kebutuhannya
dan berharap dengan penuh kepercayaan kepada Allah
untuk segala apa yang dikerjakannya berhasil"
James Hudson Taylor -- Misionaris
+ Riwayat_____________________________________________________________
1832 -- 1833 Misionaris
HUDSON TAYLOR: UTUSAN YANG MEMILIKI HATI UNTUK TIONGKOK
Hudson Taylor dilahirkan di Yorkshire, Inggris, pada tahun 1832.
Sejak masih kecil, ayahnya, James Taylor, telah menanamkan hati misi
kepadanya. Setiap hari ayahnya yang adalah seorang ahli farmasi
tersebut selalu membacakan dan menjelaskan ayat-ayat Alkitab kepada
anaknya, bahkan ia menginginkan agar anaknya kelak menjadi seorang
utusan Injil. Usaha ini ternyata tidaklah sia-sia, sebelum berumur
5 tahun, Hudson kecil sudah berkata, "Kalau saya dewasa, saya akan
menjadi seorang utusan Injil dan pergi ke Tiongkok."
Meskipun sejak kecil ia sudah menjadi Kristen, pada saat remaja ia
merasa ragu-ragu terhadap apa yang diajarkan ayahnya. Namun
demikian, berkat doa ibu dan adik perempuannya, akhirnya ia dapat
mengatasi keragu-raguannya. Pada waktu ia berumur 17 tahun, setelah
ia membaca traktat yang menceritakan karya penyelamatan Kristus yang
ditemukannya di ruang baca ayahnya, ia lalu berlutut dan berdoa
kepada Tuhan serta mohon pengampunan-Nya. Sejak saat itu, Taylor
mulai memfokuskan diri untuk mewujudkan kerinduannya melayani
sebagai seorang utusan Injil ke Tiongkok.
Meskipun jiwa misi sudah tertanam di hatinya, ia tetap mengambil
pendidikan di bidang farmasi. Keinginannya untuk melakukan misi
penginjilan ke Tiongkok baru terwujud secara tidak sengaja ketika
Hong Xiuquan, yang juga seorang Kristen, memproklamirkan dirinya
sebagai pemimpin Kerajaan Surga Taiping. Perkumpulan Penginjilan
Tiongkok (Chinese Evangelization Society - CES) yang mensponsori
pendidikannya melihat hal tersebut sebagai kesempatan Injil
diberitakan di Tiongkok. Mereka ingin supaya Hudson segera berangkat
ke Tiongkok sebelum kesempatan tersebut hilang.
Taylor mulai berlayar ke Tiongkok pada bulan September 1853 dan tiba
di Shanghai pada awal musim semi tahun 1854. Bagi Taylor, Tiongkok
dengan berbagai adat-istiadat masyarakatnya dan berbagai keunikan
lainnya merupakan tantangan tersendiri bagi Taylor. Setibanya di
Shanghai dan tinggal di rumah pertamanya, masalah utama yang segera
dihadapi Taylor adalah kesepian. Selain itu, ia juga mengalami
masalah keuangan dikarenakan harga-harga kebutuhan sehari-hari
di Shanghai yang sangat mahal.
Usaha-usahanya untuk menyesuaikan diri dengan bahasa setempat sempat
membuatnya sangat tertekan, tetapi dengan iman dan kepercayaannya
yang kuat kepada Tuhan, ia berhasil mengatasinya. Ia menyalurkan
ketertekanannya melalui hobinya -- mengoleksi serangga dan tanaman.
Setahun setelah Taylor sampai di Tiongkok, ia segera melakukan
perjalanan penginjilan menelusuri pedalaman Tiongkok. Dalam
perjalanan itu, ia tidak jarang melakukannya seorang diri. Di
Shanghai, misionaris asing bukanlah sesuatu yang baru. Meskipun
demikian, masyarakat Shanghai tidak memerhatikan pesan mereka
sampaikan. Namun di pedalaman, keadaannya justru berbeda. Mereka
justru lebih tertarik pada cara berpakaian dan cara hidupnya
daripada Kabar yang ia bawakan. Keadaan ini membuat Taylor menyadari
bahwa hanya ada satu cara untuk bisa melakukan penginjilan di daerah
ini, yaitu dengan mengikuti cara berpakaian serta kebudayaan mereka.
Meskipun tidak mudah bagi Taylor untuk mengikuti tradisi orang
Tiongkok, ia tetap melakukannya juga. Ia rela mengucir rambutnya
dan memotong rambut di bagian depan kepalanya; ia juga rela mengubah
cara berpakaiannya. Walaupun perubahan penampilan itu sangat
menyiksa dirinya, bahkan ia dijadikan bahan lelucon oleh para
misionaris lainnya, tetapi perubahan itu justru menjadi ciri
khususnya. Usaha ini ternyata tidaklah sia-sia karena dengan
penampilannya yang baru ini ia menjadi semakin mudah melakukan
perjalanan penginjilan ke seluruh Tiongkok, selain itu pakaiannya
yang baru pun ternyata lebih nyaman dipakai di iklim Tiongkok.
Perjalanan yang harus ditempuhnya bukanlah perjalanan mudah karena
selain menginjili, Taylor juga melakukan praktik pengobatan dan ia
pun harus bersaing dengan tabib-tabib lokal. Masalah keuangan tetap
menjadi persoalan utama Taylor namun ia beberapa kali menerima
kiriman dana dari Inggris. Selain itu, ia masih tetap
dibayang-bayangi rasa kesepian seperti yang pernah dialaminya pada
bulan-bulan awal kedatangannya di Shanghai. Di dalam benaknya mulai
muncul keinginan memiliki seorang istri. Taylor teringat kembali
kepada Nona Vaughn, wanita yang dicintainya ketika masih berada di
Inggris, meskipun pertunangan mereka dua kali gagal menikah karena
Nona Vaughn tidak bersedia mengikuti Taylor ke Tiongkok. Kemudian,
Taylor sadar bahwa keinginannya untuk untuk memperistri Nona Vaughn
tidak mungkin terwujud.
Taylor kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Elizabeth Sisson,
seorang gadis yang juga dikenalnya di Inggris. Meskipun Elizabeth
tidak menolak lamarannya, kisah mereka ternyata tidak berjalan lama.
Elizabeth memutuskan pertunangan mereka dan penyebabnya diduga
adalah model pakaian dan rambut Taylor. Keputusan Elizabeth sempat
membuat Taylor patah arang dan berencana untuk kembali ke Inggris
untuk mengejarnya. Sampai ketika pada akhirnya Taylor tiba di Ningpo
(Ningbo), sebuah kota pelabuhan penting di sebelah selatan Shanghai,
di sana ia bertemu dengan Maria Dyer. Maria adalah seorang guru di
sebuah sekolah khusus untuk anak-anak perempuan milik Nona Mary Ann
Aldersey. Nona Aldersey adalah seorang utusan wanita pertama yang
datang ke Tiongkok. Ia juga orang pertama yang membuka sekolah untuk
anak-anak perempuan di negeri yang didominasi oleh kaum pria ini.
Taylor mulai tetarik dengan Maria pada bulan Maret 1857. Meskipun
pada awalnya Maria menolak lamaran Taylor, namun akhirnya mereka
menikah pada tanggal 20 Januari 1858. Maria benar-benar seorang
wanita yang dibutuhkan Taylor untuk melengkapi hidupnya. Mereka
tinggal di Ningpo selama tiga tahun dan selama waktu itu Taylor
menjabat sebagai pengawas di sebuah rumah sakit lokal.
Pada tahun 1860 Taylor dan Maria kembali ke Inggris untuk
mempersiapkan berbagai keperluan dan memulihkan kesehatan mereka.
Taylor menggunakan kesempatan ini untuk melanjutkan pendidikan
kedokterannya. Di Inggris, Hudson dan rekan misonarisnya juga
melakukan revisi terjemahan Kitab Perjanjian Baru Ningpo.
Pada saat yang sama, Taylor mendirikan Misi Pedalaman Tiongkok
(China Inland Mission - CIM) -- sebuah organisasi pengutus yang
terbentuk berdasarkan pengalaman dan kepribadian Taylor. Taylor
menyadari bahwa Tiongkok tidak akan pernah diinjili jika ia harus
terus menunggu para utusan hamba Tuhan yang terpelajar datang ke
sana. Oleh sebab itu, Taylor merekrut orang-orang Inggris yang
berdedikasi dari kalangan menengah untuk melakukan penginjilan ke
Tiongkok. Taylor mendirikan kantor pusat CIM di Tiongkok sehingga
akan dapat memerhatikan berbagai kebutuhan para utusannya.
CIM berdiri secara resmi pada tahun 1865 dan setahun berikutnya
Taylor mulai melakukan persiapan untuk berlayar kembali ke Tiongkok
bersama dengan Maria, keempat anak mereka, dan lima belas orang yang
ia rekrut, termasuk tujuh gadis yang belum menikah. Selama dalam
pelayaran maupun setelah mereka sampai di Shanghai, rombongan ini
tidak henti-hentinya dilanda oleh berbagai masalah. Tetapi, segala
permasalahan itu dapat diatasi berkat kesabaran dan pendekatan
secara pribadi yang dilakukan Taylor.
Pada tahun 1868, rumah yang dipergunakan sebagai tempat penginjilan
Taylor di Yangchow (Yangzhou) dirusak dan dibakar. Peristiwa ini
nyaris merenggut jiwa para utusan dan Maria. Meskipun peristiwa ini
menyebabkan banyak kerugian dan sempat membuat semangat Taylor
hampir padam, tetapi berkat dukungan salah seorang temannya,
semangat Taylor menyala kembali untuk meneruskan misinya. Ia
merasakan bahwa melalui berbagai peristiwa itu, Tuhan menjadikan
dirinya seorang yang baru. Peristiwa yang tidak kalah menyedihkan
adalah kematian berturut-turut Samuel, anak mereka yang berumur 5
tahun, bayi mereka yang baru berusia kurang dari dua minggu, dan
Maria sendiri, yang meninggal beberapa hari setelah bayinya
meninggal.
Tanpa Maria, Taylor benar-benar kehilangan semangat dan kesepian.
Karena alasan itulah sebulan setelah kematian Maria, ia pergi ke
Hangchow (Hangzhou). Di sana, ia menghabiskan waktu bersama Jennie
Faulding, seorang utusan muda yang baru berusia 22 tahun, yang
merupakan salah satu dari misionaris yang datang ke Tiongkok bersama
mereka, dan merupakan teman dekat keluarga Taylor sejak mereka tiba
di Shanghai. Setahun kemudian mereka kembali ke Inggris dan menikah
di sana. Pada tahun 1872, mereka kembali lagi ke Tiongkok bersama
dengan para utusan yang berjumlah lebih banyak lagi.
Seiring dengan perkembangan CIM, Taylor menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mengelilingi Tiongkok. Semakin luas daerah yang
diinjilinya, semakin besar pula beban yang mereka harus tanggung.
Taylor memunyai visi yang besar, ia ingin merekrut seribu utusan dan
masing-masing akan menginjili 250 orang setiap hari sehingga dalam
waktu tiga tahun seluruh Tiongkok akan bisa dimenangkan. Tetapi
sayang, visi itu belum tercapai. Meskipun demikian, pelayanan CIM di
Tiongkok berdampak sangat luas. Pada tahun 1882, CIM berhasil
masuk ke setiap provinsi Tiongkok; pada tahun 1895, ketika CIM
berulang tahun ke-30, mereka telah memiliki lebih dari 640 utusan
yang mengabdikan hidup mereka di Tiongkok.
Tahun-tahun terakhir abad ke-19 menjadi periode yang penuh tekanan
dan ketidakstabilan. Tekanan modernisasi (dan terutama pengaruh
negara Barat) berbenturan dengan tradisi dan ketidaksukaan terhadap
orang-orang asing. Pada bulan Juni 1900 Pemberontakan Boxer
melakukan pembunuhan terhadap orang-orang asing dan pemberantasan
kekristenan. Seratus tiga puluh lima utusan dan lima puluh tiga
anak-anak mereka dibunuh secara keji.
Bagi Taylor, yang saat itu sedang berada di Swiss karena alasan
kesehatan, berita itu sangat memukulnya. Namun pada tahun 1902
Taylor mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin utama
CIM. Taylor dan Jennie tinggal di Swiss sampai kematian Jennie pada
tahun 1904. Setahun kemudian Taylor kembali ke Tiongkok, tempat ia
menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang sebulan setelah
kedatangannya.
Sepeninggal Taylor, CIM masih terus berkembang. Pada tahun 1914 CIM
menjadi badan misi terbesar di dunia dengan puncaknya pada tahun
1934 CIM memiliki utusan sebanyak 1.368 orang. Pada tahun 1964, CIM
berganti nama menjadi Persekutuan Misionaris Asing (The Overseas
Missionary Fellowship - OMF). Kontribusi Hudson Taylor terhadap
organisasi misi Kristen tidak dapat dihitung lagi besarnya. Sangat
sulit membayangkan pelayanan misi hari ini tanpa visi dan pemikiran
Taylor. (t/Setya)
Diterjemahkan dan dirangkum dari:
1. Judul Buku: Bagaimana Tokoh-tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus
Judul Artikel: Pelopor Utusan Injil -- Hudson Taylor
Judul Buku Asli: How Great Christians Meet Good
(The Moody Bible Institute of Chicago, 1973)
Penulis: James C. Hefley
Penerjemah: Junny J. Suliman
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Cetakan: ke-8, 2000
Halaman: 66 - 68
2. Judul Buku: From Jerusalem to Irian Jaya -- A Biographical
History of Christian Missions
Judul Bab: The Far East: "Barbarians Not Welcome"
Judul Artikel: The J. Hudson Taylors
Penulis: Ruth A. Tucker
Penerbit: Academie Books, 1983
Halaman: 173 - 188
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: e-Misi
Alamat situs: http://misi.sabda.org/hudson-taylor
______________________________________________________________________
Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi
+ Karya ______________________________________________________________
1824 -- 1897 Penulis Kristen
EDWARD MAITLAND: NOVELIS KRISTEN
Edward Maitland adalah seorang pegawai pemerintah dan penulis novel
yang berasal dari Inggris. Ia memiliki latar belakang pendidikan
yang luas dan memiliki hubungan yang baik dengan berbagai kalangan
politisi. Latar belakang ini memberikan kontribusi yang besar bagi
kariernya sebagai penulis. Terlebih lagi dukungan dari saudara-
saudaranya, Charles dan Brownlow, yang menjadi penulis terkenal pada
zamannya.
Perpindahannya ke New South Wales, Australia menjadi titik awal
kesuksesan kariernya. Dia ditunjuk menjadi komisaris pertanahan dan
peradilan kerajaan di Welington pada tahun 1854. Setelah dia
menikahi Esther Charlotte, putri William Bradley dari Goulburn
Plains, dia menjadi presiden direktur Sekolah Seni Goulburn dan
begitu aktif dalam penyelenggaraan diskusi umum. Dia merasa bahwa
Australia dalam keadaan bahaya menjadi terikat oleh "tradisi-tradisi
kuno yang sudah ditolak" dan bahwa masyarakatnya terlalu condong
"kepada pembagian kasta dan larangan-larangan". Dia sangat gigih
mengkritik Peraturan Gereja yang dibuat oleh Sir Richard Bourke dan
sertifikat religius yang diminta oleh Universitas Sidney pada tahun
1854. Ia lalu memutuskan untuk kembali ke Inggris; ia memberikan
kuliah terakhirnya di Sekolah Seni Sydney pada tahun 1858.
Di Inggris dia menghabiskan banyak waktunya untuk menulis. Dia
menghasilkan banyak novel yang terkenal, antara lain "The Pilgrim
and the Shrine" (1867), "By and By" (1873), "England and Islam"
(1877), dan buku-buku yang lain. Novel "The Pilgrim and the Shrine"
yang berlatar belakang kehidupan di Australia menggambarkan
perjalanan kehidupan rohaninya sekaligus gambaran mengenai kehidupan
di pertambangan emas. Berbeda dari novel lainnya, novel Maitland
yang berjudul "England and Islam" banyak memperlihatkan kemampuannya
dan orisinalitasnya. Pandangannya telah mengantisipasi pemikiran
psikiater C.G. Jung dan konsekuensi negatifnya terhadap peradaban
yang menyembah sosok Allah Kristen yang bernatur maskulin secara
eksklusif.
Meskipun ia meraih sukses sebagai penulis di "Spectator" dan
"Examiner", ia mempertaruhkan kariernya dengan bersahabat dengan Dr.
Anna Kingsford yang eksentrik dan pengakuannya bahwa ia memiliki
"kepekaan rohani" yang membuatnya mampu melihat kondisi kerohanian
orang dan mengingat masa lalunya sebagai pangeran Thebes, Daniel,
Yohanes dari Patmos, dan Marcus Aurelius. Ia banyak menulis, namun
teman-teman seprofesinya mengeluhkan bakatnya sebagai "seorang
dengan talenta alami yang besar yang disia-siakan". Ia meninggal di
Tonbridge, Kent, pada 2 Oktober 1897. (t/Setya)
Bibliografi pilihan:
R. T. Wyatt, The History of Goulburn, N.S.W. (Goulburn, 1941);
Athenaeum (London), 16 Oct 1897.
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs: Australian Dictionary of Biography Online Edition
Penulis: Niel Gunson
Versi cetak: Niel Gunson, "Maitland, Edward (1824 - 1897)",
Australian Dictionary of Biography, Volume 5, Melbourne
University Press, 1974, pp 201-202.
Alamat URL: http://adbonline.anu.edu.au/biogs/A050228b.htm
______________________________________________________________________
Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi
+ Referensi __________________________________________________________
Artikel lain tentang Hudson Taylor dapat dilihat di alamat berikut
ini.
Tokoh Lain dalam Pelayanan Misi di Tiongkok?
==> http://biokristi.sabda.org/sosok_lain_dalam_pelayanan_misi_di_tiongkok
+ Tahukah Anda________________________________________________________
EDWARD MAITLAND DAN ANNA KINGSFORD
Edward Maitland dilahirkan di Ipswich, Inggris pada tanggal 27
Oktober 1824. Setelah lulus dari Kolese Caius, Cambridge tahun
1847, dia berniat menjadi pendeta, tetapi ia memiliki banyak
ketidaksepahaman dengan gereja. Ia lalu menghabiskan beberapa tahun
untuk menjelajahi California dan Australia untuk belajar tentang
arti kehidupan.
Setelah kembali ke Inggris, dia mengabdikan diri untuk
"mengembangkan kemampuan intuitif karena menemukan solusi untuk
semua permasalahan memiliki dasar yaitu natur rohani manusia".
Karena persahabatannya dengan Anna Kingsford, dia menjadi seorang
vegetarian yang sangat giat dan menjadi penafsir kepercayaan Kristen
mistis sahabatnya itu. Edward bekerja bersama Anna dalam penulisan
buku berjudul "The Perfect Way; or, The Finding of Christ" (London,
1882) serta buku-buku yang terkait.
Setelah kematian Anna tahun 1888, Maitland menerbitkan biografinya,
"Anna Kingsford: Her Life, Letters, Diary" (1896). Edward Maitland
tutup usia setahun setelah buku tersebut terbit, pada tanggal 2
Oktober 1897. (t/Setya)
Sumber: http://www.answers.com/topic/edward-maitland
+ Sisipan_____________________________________________________________
DAPATKAN BAHAN-BAHAN TEOLOGI BERMUTU DI SITUS SOTERI
Situs SOTeRI (Situs Online Teologi Reformed Injili) merupakan sarana
untuk memperkenalkan teologi Reformed kepada masyarakat Kristen
Indonesia. Selain menyajikan arsip dari semua publikasi e-Reformed,
situs ini juga memuat artikel-artikel lain yang juga memiliki corak
pengajaran Reformed Injili. Anda dapat menemukan informasi tentang
situs-situs terkait, baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa
Inggris, di dalam situs ini. Melalui situs SOTeRI ini, Anda juga
bisa mendaftarkan diri untuk berlangganan publikasi e-Reformed. Kami
berharap kehadiran situs SOTeRI dapat menjadi berkat bagi Anda.
==> http://reformed.sabda.org
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Sri Setyawati
Staf redaksi: Kusuma Negara
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2010
YLSA -- http://www.ylsa.org
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org
Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org
Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |