|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/47 |
|
Bio-Kristi edisi 47 (23-3-2010)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 047, Maret 2010___________________________
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Renungan Paskah: Tugas Doa
- Riwayat: Mengenal Lebih Jauh Tokoh Origenes
- Karya: Frances Jan Van Alystine (Fanny Crosby): Kebutaannya
adalah Sebuah Anugerah
- Tahukah Anda: Fanny J.Crosby dan Himne Pertama untuk Sekolah Minggu
- Sisipan: Kumpulan Bahan Paskah di situs paskah.sabda.org
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam sejahtera,
Kita bersyukur bahwa Tuhan sudah menetapkan rencana yang agung bagi
kita masing-masing. Kita dapat mencoba mengatasi keterbatasan yang
ada semampu dan sebisa kita, selebihnya Tuhan bekerja untuk
membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak dan
rencana-Nya. Prinsip ini tampak dalam kehidupan seorang tokoh yang
kami bagikan dalam Bio-Kristi edisi bulan ini. Bagi Fanny Crosby,
kebutaan bukanlah penghambat untuk bekerja melayani Tuhan. Tuhan
menguatkan Fanny hingga mampu bangkit dan berhasil menjadi teladan
bagi banyak orang. Demikian juga bagi seorang bapa Gereja mula-mula,
Origenes. Ia seorang tokoh yang sudah memengaruhi pemikiran Kristen
dan membuat gereja dihormati di mata dunia.
Mereka telah memberikan hidup dan pelayan bagi pekerjaan Allah. Ini
membuktikan ketaatan mereka kepada Allah. Tuhan Yesus Kristus juga
menunjukkan teladan ketaatan sehingga Ia rela disiksa dan
disalibkan. Perjalanan-Nya ke Golgota hingga di atas kayu salib
menjadi kesaksian bagi banyak orang, bahwa Allah memberikan
Putra-Nya sebagai jalan keselamatan bagi manusia yang dikasihi-Nya.
Mari pada masa menyambut Paskah ini, kita bersama-sama merenungkan
arti "ketaatan" sebagaimana yang Tuhan Yesus sudah teladankan. Ia
membuktikan "ketaatan"-Nya kepada Sang Bapa.
"SELAMAT PASKAH 2010"
Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
Kristina Dwi Lestari
http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
http://biokristi.sabda.org/
http://fb.sabda.org/biokristi
______________________________________________________________________
"Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap
buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat
adalah wajah Juru Selamatku." (Fanny Crosby -- Penulis Himne)
+ Renungan Paskah_____________________________________________________
TUGAS DOA
Baca: Matius 26: 36--46
"Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa." (Matius 26:39a)
Saya harus mengakui bahwa saya telah merasakan bahwa berdoa itu
adalah kegiatan yang membosankan, membingungkan, dan memerlukan
ketekunan. Terkadang, saya menunda-nunda untuk berdoa dan kemudian
menyadari bahwa saya tak sanggup menahannya. Saya menyadari bahwa
berdoa yang sebenarnya adalah disiplin yang sukar dan berat.
Kita sering berpikir bahwa doa adalah persiapan untuk peperangan,
tetapi Kristus menunjukkan kepada kita bahwa doa adalah peperangan
itu sendiri. Doa adalah inti dari pekerjaan-Nya.
Di tempat manakah keringat Yesus mengalir seperti tetesan darah?
Bukan di istana Pilatus, ataupun di jalan menuju Golgota, namun di
Taman Getsemani. Di sana, Ia "mempersembahkan doa dan permohonan
dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup untuk
menyelamatkan-Nya dari maut" (Ibrani 5:7).
Jika saya menyaksikan pergumulan-Nya pada malam itu, saya mungkin
akan salah menafsirkan situasi dan berkata, "Bila Ia sangat hancur
dan yang Ia lakukan hanyalah berdoa, apakah yang Ia akan lakukan
pada saat Ia menghadapi krisis yang sesungguhnya? Mengapakah Ia
tidak menghadapi pencobaan ini dengan suatu kepercayaan diri yang
tenang seperti ketiga teman-Nya yang sedang tertidur?" Namun pada
saat pencobaan datang, Yesus berjalan ke kayu salib dengan penuh
keberanian, sedangkan ketiga teman-Nya ketakutan dan lari.
Apakah kita telah salah mengartikan pentingnya doa? Daripada
menganggap doa sebagai permohonan akan pertolongan untuk melakukan
pekerjaan Allah, bukanlah lebih baik kita memandang doa sebagai
tugas itu sendiri? -- HWR
Sesuatu terjadi tatkala kita berdoa,
Ambillah posisi, dan tinggallah tetap di situ,
Bergumullah hingga hari berlalu; Marilah kita berdoa. -- Anon
Doa tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi alat menghemat pekerjaan.
Diambil dari:
Judul buku: Kemenangan dalam Kebangkitan, Edisi Khusus Paskah,
Hari 9
Penulis: Haddon W. Robinson
Penerjemah: Tim RBC Indonesia
Penerbit: RBC Ministries Indonesia, Jakarta 2004
+ Riwayat_____________________________________________________________
185 -- 251 Bapa Gereja
MENGENAL LEBIH JAUH SOSOK ORIGENES
Pada awalnya, kekristenan dicemooh sebagai agama orang-orang miskin
dan tidak terpelajar, dan memang sesungguhnya banyak penganutnya
datang dari kalangan rendah. Seperti yang pernah diungkapkan oleh
Rasul Paulus, bahwa di gereja "untuk ukuran manusia, tidak banyak
orang bijak, tidak banyak orang berpengaruh, tidak banyak orang
terpandang" (1 Kor.1:26).
Namun menjelang abad ketiga, cendekiawan terhebat pada masa itu
adalah seorang Kristen. Baik karir, penganut ajaran sesat maupun
orang Kristen, semuanya mengagumi Origenes. Ia memunyai pengetahuan
luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting bagi pemikiran
Kristen pada kemudian hari.
Origenes lahir di Alexandria pada tahun 185. Ia berasal dari
keluarga Kristen yang saleh. Kira-kira pada tahun 201, ayahnya
Leonidas dipenjarakan dalam satu gelombang penyiksaan oleh Septimus
Severus. Origenes pun menulis surat kepada ayahnya di penjara agar
tidak memungkiri Kristus demi keluarganya. Meskipun Origenes ingin
menyerahkan diri kepada penguasa agar dapat menjadi martir
bersama-sama dengan ayahnya, namun ibunya mencegahnya dengan
menyembunyikan pakaiannya.
Setelah Leonidas mati sebagai martir, hartanya disita dan jandanya
terlantar dengan 7 orang anak. Origenes pun mulai menanggulangi
keadaan dengan bekerja sebagai guru kesusastraan Yunani dan penyalin
naskah. Karena banyak di antara cendekiawan senior telah
meninggalkan Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah
kateketik Kristen sangat membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya
yang ke-18, Origenes pun memangku jabatan kepala sekolah tersebut
dan memulai karier mengajarnya yang panjang termasuk belajar dan
menulis.
Ia menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam
hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas.
Mengikuti titah Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak
memunyai alas kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara
harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes
berhasrat setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama
Kristus.
Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat
tujuh sekretarisnya sibuk dengan dikteannya. Ia telah menghasilkan
lebih dari 2.000 karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap buku
dalam Alkitab serta ratusan khotbah. Karyanya "Hexapla" merupakan
prestasi dalam bidang kritik teks. Di dalamnya, ia mencoba menemukan
terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama dan dalam enam
kolom sejajar ia membentangkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah
transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta.
"Against Celsus" adalah karya besar yang merupakan pertahanan bagi
kekristenan terhadap serangan kafir. "On First Principles" merupakan
upaya pertamanya dalam teologi sistematis; di sini Origenes dengan
saksama meneliti keyakinan Kristen tentang Allah,Kristus,Roh
Kudus,penciptaan,jiwa,kemauan bebas,keselamatan dan Kitab Suci.
Origenes bertanggung jawab atas peletakan dasar-dasar penafsiran
alegoris terhadap Kitab Suci yang berpengaruh pada abad-abad
pertengahan. Pada setiap teks, ia percaya ada tiga tingkat
pengertian: pengertian harfiah, pengertian moral, yaitu untuk
memperbaiki jiwa, dan pengertian alegoris atau pengertian rohani,
yakni pengertian tersirat yang penting untuk iman Kristen. Origenes
sendiri mengabaikan makna harfiah atau gramatikal-historis teks dan
lebih menekankan makna alegoris.
Origenes berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan
dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani
merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci dan secara analogi,
yang kemudian dianut Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang
kafir digunakan oleh orang Kristen, seperti orang Israel "merampasi
orang Mesir itu" (Kel.12:35-36).
Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak
gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks. Dari
kesalahan-kesalahannya yang paling mencolok adalah paham Yunani
bahwa benda dan dunia ini jahat. Ia percaya akan eksistensi roh
sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia di atas bumi
ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan praeksistensi
(sebelum lahir). Ia menolak paham kebangkitan daging dan
mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan
keselamatan bagi semua manusia dan malaikat. Karena Allah tidak
mungkin menciptakan bumi ini tanpa berhubungan langsung dengan zat
awal, maka Sang Bapa memperanakkan Putra-Nya untuk menciptakan bumi
yang abadi ini. Ketika Sang Putra mati di kayu salib, maka itu hanya
kemanusiaan Yesus yang mati sebagai tebusan bagi iblis atas
kejahatan dunia.
Karena kesalahan-kesalahan semacam ini, maka Uskup Demetrius dari
Alexandria mengadakan sidang yang mengekskomunikasi Origenes dari
Gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima ekskomunikasi ini,
namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur tidak
menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan,
kebijaksanaan, dan kecendekiawanannya.
Dalam gelombang penyiksaan pada masa Decius, Origenes dipenjarakan,
disiksa dan diputuskan untuk dihukum mati pada tiang. Tetapi hukuman
itu tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Karena
penderitaan (batin) inilah Origenes jatuh sakit, kemudian meninggal
sekitar tahun 251. Ia telah berbuat banyak, lebih daripada yang
orang lain pernah lakukan untuk meningkatkan pemikiran Kristen dan
membuat Gereja dihormati di mata dunia. Pada kemudian hari, Bapa
Gereja di Barat maupun di Timur merasakan pengaruhnya.
Keanekaragaman pikiran dan tulisannya telah membawa reputasi baginya
sebagai bapa ortodoksi dan bapa ajaran sesat.
Diambil dari:
Judul buku: 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen
Judul artikel: Origenes Mulai Menulis
Penulis: A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen
Penerjemah: A. Rajendran
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991
Halaman: 12 -- 14
______________________________________________________________________
Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi
+ Karya ______________________________________________________________
1820 -- 1915 Penulis Himne
FRANCES JAN VAN ALYSTINE (FANNY CROSBY):
KEBUTAANNYA ADALAH SEBUAH ANUGERAH
Tentang kebutaannya, Fanny berkata:
"Tampaknya ini adalah suatu anugerah Tuhan bahwa aku harus buta
seumur hidup, dan aku berterimakasih untuk hal ini. Jika
kesempurnaan penglihatan duniawi ini ditawarkan kepadaku besok,
aku tidak akan menerimanya. Aku mungkin tidak akan bisa
menyanyikan himne untuk memuji Tuhan, jika aku telah tertarik pada
hal-hal yang indah yang menarik dalam diriku."
"Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap
buta... karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat
adalah wajah Juruselamatku."
Frances Jane Crosby lahir di keluarga keturunan Puritan yang kuat,
pada 24 Maret 1820. Saat bayi, dia menderita infeksi mata dan
dirawat oleh seorang dokter yang tidak cakap yang mengolesi pasta
panas pada kelopak matanya yang memerah dan meradang. Infeksinya
sembuh, tetapi berakibat pada matanya dan Fanny menjadi buta seumur
hidupnya. Beberapa bulan kemudian, ayah Fanny sakit dan akhirnya
meninggal. Mercy Crosby, menjadi janda pada umur 21 tahun, mencari
nafkah sendiri sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan Fanny diasuh
oleh neneknya, Eunice Crosby.
Neneknya mengajar dia sendiri dan menjadi mata bagi gadis kecil itu,
dengan bersemangat menjelaskan tentang fisik dunia. Pengajaran yang
sangat cermat dari neneknya menolong membangun kemampuan deskriptif
Fanny, dia juga memelihara rohani Fanny. Dia membaca dan dengan
cermat menjelaskan tentang Alkitab kepada Fanny dan selalu
menekankan pentingnya berdoa. Ketika Fanny tertekan karena tidak
dapat belajar seperti anak-anak yang lainnya, neneknya mengajar dia
untuk berdoa kepada Tuhan untuk diberi pengetahuan.
Pemilik rumah Crosby juga memiliki peran penting untuk perkembangan
Fanny. Ibu Hawley membantu Fanny untuk menghafal ayat Alkitab dan
gadis muda ini sering belajar lima pasal setiap minggu. Dia tahu
Kitab-kitab Taurat, Kitab Injil, Amsal, Kidung Agung, dan beberapa
inti kitab Mazmur. Dia membentuk daya ingat yang sering membuat
heran teman-temannya, tetapi Fanny percaya bahwa dia tidak berbeda
dari teman-temannya yang lain. Kebutaannya benar-benar telah memaksa
dia untuk lebih membangun daya ingatnya dan daya konsentrasinya.
Kebutaan tidak pernah membuat Fanny mengasihani diri sendiri dan dia
tidak memandang kebutaan sebagai sesuatu yang mengerikan. Pada usia
8 tahun dia mengarang ayat sederhana ini:
"Oh, what a happy child I am, although I cannot see!
I am resolved that in this world contented I will be!
How many blessings I enjoy that other people don`t!
So weep or sigh because I`m blind, I cannot - nor I won`t."
Pada tahun 1834 Fanny belajar di New York Institute for the Blind
(Institut New York untuk orang buta) dan dia tahu bahwa ini adalah
jawaban doanya atas pendidikan. Dia masuk ke sekolah itu ketika dia
berumur 12 tahun dan mengajar di sana selama 23 tahun. Dia menjadi
seperti seorang yang terkenal di sekolah dan diminta untuk menulis
puisi-puisi di hampir setiap ada kesempatan.
Pada 5 Maret 1858, Fanny menikahi dengan Alexander Van Alystyne,
mantan murid di institut dan saat itu mengajar di sana sebagai
seorang profesor. Dia adalah salah seorang musisi yang dianggap
sebagai salah satu pemain organ terbaik di daerah New York. Fanny
sendiri adalah pemain harpa yang handal, memainkan piano, dan
memiliki suara sopran yang bagus. Meskipun sudah menjadi wanita yang
lanjut usia (Fanny hidup hingga berusia 95 tahun), Fanny masih duduk
di depan piano dan memainkan berbagai karya musik klasik dari himne
sampai "ragtime". Bahkan kadang-kadang dia juga memainkan himne tua
dengan gaya jazz.
Setelah dia menikah, Fanny meninggalkan institut dan dalam beberapa
tahun dia menemukan pekerjaan yang benar-benar dia inginkan, yaitu
menulis himne. Dia membuat kesepakatan dengan penerbit Bigelow dan
Main untuk menulis tiga himne setiap minggu untuk dipakai di
publikasi sekolah minggu mereka. Kadang-kadang Fanny menulis enam
atau tujuh himne setiap hari. Meskipun Fanny dapat menulis puisi
yang rumit dan mengarang musik klasik, himne-himnenya bertujuan
untuk membawa pesan Injil kepada semua orang yang tidak mau
mendengarkan khotbah. Kapan pun dia menulis sebuah himne, dia berdoa
agar Tuhan menggunakan himne tersebut untuk membawa banyak jiwa
kepada-Nya.
Pada masanya, tim misionaris Dwight L. Moody dan Ira D.Sankey secara
efektif memperkenalkan himne Fanny Crosby`s kepada orang banyak.
Saat ini, beberapa dari himnenya terus membawa banyak jiwa kepada
Juruselamat mereka, baik untuk keselamatan maupun penghiburan:
"Blessed Assurance"; "All the Way My Savior Leads Me"; "To God Be
the Glory"; "Pass Me Not, O Gentle Savior"; "Safe in the Arms of
Jesus"; "Rescue the Perishing"; "Jesus, Keep Me Near the Cross"; "I
Am Thine, O Lord"; dan masih banyak lagi lainnya.
Meskipun himne yang ditulisnya mengalami kemunduran pada tahun-tahun
terakhir, hampir sampai pada hari kematiannya pada tahun 1915, Fanny
aktif membahas pekerjaan** dan pelayanan misi kepada penduduk miskin
di Amerika. Dia mencoba membawa orang-orang kepada Juru Selamatnya
tidak hanya melalui himnenya tetapi juga melalui kehidupan
pribadinya yang baik. Apa yang terjadi ketika Fanny meninggal?
Mungkin salah satu dari himne terakhirnya ini yang paling tepat
menceritakannya:
"When my lifework is ended and I cross the swelling tide,
When the bright and glorious morning I shall see,
I shall know my Redeemer when I reach the other side,
And His smile will be the first to welcome me.
I shall know Him, I shall know Him,
And redeemed by His side I shall stand!
I shall know Him, I shall know Him
By the print of the nails in His hand."
Fanny Crosby kemungkinan menjadi penulis himne terbanyak di
sepanjang sejarah, ia menulis lebih dari 8.000 himne. Kurang lebih
dua ratus nama pena yang berbeda diberikan untuk karya-karyanya oleh
para penerbit buku-buku himne sehingga masyarakat tidak tahu bahwa
dia telah menulis sedemikian banyaknya. Dia menulis kurang lebih
tujuh himne atau puisi dalam sehari. Pada beberapa kesempatan,
ketika mendengar sebuah lagu himne yang belum pernah dikenalnya, dia
akan menanyakan tentang pengarangnya, dan ternyata himne tersebut
adalah salah satu dari karya miliknya!
Seandainya Anda mengambil lima belas himne dan menumpuknya satu per
satu. Campurkanlah semuanya, itulah sejumlah himne yang ditulis
Fanny sepanjang hidupnya! Tentu saja, beberapa di antaranya saat ini
telah terlupakan, tetapi sebagian besar masih menjadi favorit
orang-orang Kristen di seluruh dunia. Selama hidupnya, Fanny Crosby
adalah salah satu wanita terkenal di Amerika Serikat dan seorang
Kristen yang kuat, yang warisan kesetiaannya kepada Tuhan
ditunjukkan melalui himne yang dinyanyikan sepanjang seluruh
kekekalan. (t/Kristin)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Eaec.org
Judul asli artikel: Fanny Crosby
Penulis: tidak dicantumkan
Alamat url: http://www.eaec.org/faithhallfame/fanny_crosby.htm
______________________________________________________________________
Kunjungi Facebook Bio-Kristi di: http://fb.sabda.org/biokristi
+ Referensi __________________________________________________________
Artikel lain tentang Fanny J.Crosby, dapat dilihat di alamat berikut
ini.
Tak Ingin Bisa Melihat
==> http://biokristi.sabda.org/tak_ingin_bisa_melihat
+ Tahukah Anda________________________________________________________
FANNY J.CROSBY DAN HIMNE PERTAMA UNTUK SEKOLAH MINGGU
Berikut ini, ada kisah menarik dari sang penulis himne dan penyair
wanita, Fanny J.Crosby. Di samping menulis himne rohani, dia juga
menulis lagu-lagu untuk sekolah minggu. Dia memulai menulis himne
tentang sekolah minggu untuk Wm.B. Bradbury pada tahun 1864. Berikut
kutipan himne pertamanya:
"We are going, we are going
To a home beyond the skies, ...."
Ditulis di hotel Ponton di jalan Franklin, New York, 5 Februari pada
tahun yang sama. Himne ini dinyanyikan pada pemakaman Mr. Bradbury`s
Januari 1868.
Sumber: http://www.wholesomewords.org/biography/bcrosby5.html
+ Sisipan_____________________________________________________________
KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS PASKAH.SABDA.ORG
Situs paskah.sabda.org dibangun untuk menjadi tempat Anda bisa
mendapatkan berbagai bahan Paskah. Hampir semua jenis bahan ada di
sini, yakni artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan
mengajar untuk pelayanan anak dengan tema Paskah, kesaksian Paskah,
khotbah audio Paskah, puisi Paskah, resensi buku Paskah, ulasan
situs Paskah, tips Paskah, humor Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah,
dan kartu Paskah. Jika Anda tertarik untuk mengirimkan bahan-bahan
seputar Paskah, silakan mengirimkan ke redaksi. Fasilitas menulis
blog pribadi seputar Paskah, memberikan komentar, berdiskusi di
forum sampai fasilitas berkirim-kiriman ucapan selamat Paskah juga
kami sediakan. Selamat berkunjung!
==> http://paskah.sabda.org/
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari
Staf redaksi: Sri Setyawati dan Kusuma Negara
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2010
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org/
Fan Page Bio-Kristi di Facebook : http://fb.sabda.org/biokristi
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |