|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/44 |
|
Bio-Kristi edisi 44 (14-12-2009)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
______________________Edisi 044, Desember 2009________________________
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Artikel Natal: Kisah Lagu Natal Bala Tentara Surga (Gita Surga
Bergema)
- Karya: Issac Watts: Bapak Kidung Pujian Inggris
- Tahukah Anda: Lagu-Lagu Himne Isaac Watts
- Sisipan: Dari Redaksi
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam sejahtera,
Peristiwa kelahiran Yesus Kristus merupakan penggenapan atas nubuat
yang telah disuarakan oleh para nabi. Tidak ada yang lebih
menyukacitakan hati kita selain digenapinya janji Allah tersebut.
Dengan demikian, kita beroleh anugerah keselamatan karena Sang
Mesias datang untuk menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib demi
menebus kita dari kematian kekal.
Sukacita itu pula yang membuat seluruh Redaksi Bio-Kristi hadir
kembali pada bulan Natal ini. Segala kebaikan Allah merupakan karya
terbesar dalam hidup setiap orang yang percaya kepada-Nya. Tidak
ketinggalan, kebaikan Allah juga tampak nyata di dalam hidup
tokoh-tokoh Kristen yang namanya ada dalam edisi ini. Khusus dalam
masa Natal, kami membuka edisi ini dengan sebuah artikel Natal
mengenai kisah lagu "Gita Surga Bergema". Selain itu, Anda pun akan
membaca karya Issac Watts yang dijuluki Bapak Kidung Pujian Inggris,
yang melaluinya kita dapat mengetahui bagaimana karya dan
idealismenya berpengaruh bagi masyarakat di sekelilingnya.
Pelanggan setia Bio-Kristi, tidak lupa pada kesempatan ini, segenap
Redaksi Publikasi Bio-Kristi mengucapkan:
SELAMAT HARI NATAL 2009
DAN
TAHUN BARU 2010
Biarlah damai dan sukacita Natal melingkupi hati kita sekarang dan
selamanya. Tuhan Yesus memberkati.
Pimpinan Redaksi Bio-Kristi,
Kristina Dwi Lestari
http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
http://biokristi.sabda.org/
http://fb.sabda.org/biokristi
______________________________________________________________________
Kemajuan-kemajuan besar dalam hidup kekristenan bergantung pada
banyaknya pengorbanan kita untuk Kristus.
John Sung -- Penginjil
+ Artikel Natal_______________________________________________________
KISAH LAGU NATAL BALA TENTARA SURGA
(GITA SURGA BERGEMA)
Kebanyakan orang Kristen mungkin menyangka bahwa setiap nyanyian
rohani yang menjadi lagu pilihan umat Kristen pada zaman sekarang
sudah menjadi lagu pilihan umat Kristen sejak nyanyian itu
diciptakan. Memang ada nyanyian rohani yang tetap populer sejak
diciptakan hingga kini, tetapi tidak demikian halnya dengan lagu
Natal "Gita Sorga Bergema". Kata-kata dan not-not lagu ini sudah
berkali-kali diubah. Satu setengah abad setelah lagu ini digubah,
barulah lagu ini muncul sebagai salah satu lagu Natal yang paling
disukai oleh umat Kristen di seluruh dunia.
Pengarang yang Pandai
Syair untuk lagu Natal pilihan ini dikarang oleh Charles Wesley,
salah seorang penulis nyanyian rohani terbesar sepanjang masa.
Bersama kakaknya, John Wesley, ia menjadi pembina aliran Kristen
yang kemudian dikenal sebagai aliran Gereja Metodis. Pada masa
hidupnya, dari tahun 1707 sampai tahun 1788, ia menciptakan tidak
kurang dari 6.500 lagu.
Charles Wesley biasa menulis dengan sangat cepat ketika ia
mengarang lagu baru. Lagipula, ia jarang meredaksikan karangannya.
Orang lainlah yang meredaksikannya, terutama kakaknya, John. John
menjadi redaktur kumpulan nyanyian rohani yang jumlahnya mencapai
56 jilid.
Syair lagu Natal "Gita Sorga Bergema" ini dikarang oleh Charles
Wesley pada tahun 1738. Pada tahun itu juga, sebelum ia mengarang
syair lagu itu, Charles Wesley mengalami pertobatan
sungguh-sungguh sesudah bertahun-tahun menjadi "orang Kristen KTP".
Ia sempat menjelaskan dalam bentuk puisi apa arti kelahiran Kristus.
Anehnya, dalam syair karangannya itu, ia tidak menyinggung-nyinggung
kelahiran Yesus. Bayi Kudus di palungan, kandang, binatang, gembala
di padang -- semua hal itu tidak disebut-sebut. Bahkan, baris-baris
pertama tentang "lagu yang merdu" dan "malak yang bers`ru" itu
ditambahkan kemudian hari oleh orang lain, bukan oleh Charles
Wesley. Syair Charles Wesley di dalam bahasa Indonesia kira-kira
berbunyi demikian:
"Cakrawala bergema:
Mulia Sang Maharaja!"
Pengarang yang selalu tergesa-gesa sewaktu menciptakan syair itu
tidak memberikan judul apa pun pada hasil karyanya. Di sebelah
kertas itu hanya ada catatan: "Lagu rohani untuk hari Natal".
Proses Perubahan yang Rumit
Syair karangan Charles Wesley itu mula-mula diterbitkan pada tahun
1739. Tetapi banyak orang Kristen merasa kata-kata syair itu
kurang pas. Misalnya, kata dalam bahasa Inggris pada baris pertama
yang berarti "cakrawala" sudah dianggap kuno. Ada berbagai
perubahan yang diusulkan. Kedua baris pertama pernah, jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, diubah menjadi:
"Jagat raya proklamir:
Kristus kini t`lah lahir!"
Namun, usul peredaksian yang ini pun tidak berkenan di hati
kebanyakan orang Kristen.
Kemudian seorang penyunting kumpulan lagu pilihan mencoba
mengubahnya lagi. Dari karangan aslinya yang terdiri dari 10 bait,
dan yang setiap baitnya terdiri dari 4 baris, ia membuang 4 bait.
Sisanya yang 6 bait digabung menjadi 3 bait saja; masing-masing
terdiri dari 8 baris. Kedua baris pertama, yaitu kalimat tentang
bala tentara surga (yang rupanya dibubuhkan oleh redaktur musik itu
sendiri), diolahnya menjadi semacam refrein yang diulangi di
belakang setiap bait.
Melalui berbagai perubahan itu, syair lagu Natal "Gita Surga
Bergema" akhirnya memperoleh bentuk seperti yang biasa kita
nyanyikan pada bulan Desember. Tak dapat dipastikan, siapa
redaktur yang membuat saduran itu.
Lagu yang Telantar
Lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak hanya mengalami berbagai
perubahan dalam susunan katanya, tetapi juga hampir terlupakan
oleh umat Kristen pada masa penciptaannya. Seandainya sesuatu yang
tak terduga berikut ini tidak terjadi, nyanyian itu mungkin sudah
lenyap sama sekali dari peredaran.
Seorang tukang cetak sedang mengerjakan sebuah buku liturgi dan
doa -- bukan untuk aliran Metodis, tetapi untuk Gereja Inggris,
yaitu gereja negara yang resmi. Kebetulan ada satu halaman kosong
dalam buku itu. Untuk mengisi halaman kosong itu, tukang cetak
tersebut mencetak syair Natal karangan Charles Wesley.
Sesudah dicetak, para pembesar Gereja Inggris baru menyadari bahwa
syair itu karangan seseorang yang mereka anggap pemimpin bidat.
Tak pelak lagi, mereka mengusulkan supaya syair tersebut jangan
dimuat lagi pada edisi berikutnya. Tetapi sudah telanjur. Ada
sejumlah anggota Gereja Negara yang menyukai lagu Natal itu. Jadi
syair itu tidak dicabut.
Pada zaman itu, syair Natal karangan Charles Wesley sudah diterapkan
dengan berbagai melodi. Ada yang cocok, ada yang kurang cocok. Maka
dari itu, lagu Natal "Gita Surga Bergema" tidak kunjung populer
untuk jangka waktu yang lama.
Adalah Felix Mendelssohn yang akhirnya mengarang not-not yang
riang itu, yang selalu mengalun pada setiap bulan Desember.
MUSIKUS YANG BERBAKAT
Felix Mendelssohn adalah salah seorang komponis musik Jerman
terbesar pada abad ke-19. Ia lahir di kota Hamburg pada tahun
1809. Keluarganya adalah pemodal dan sarjana bangsa Jerman yang
kaya raya. Menurut garis keturunan, mereka adalah orang Yahudi,
tetapi menurut agama, mereka adalah orang Kristen yang setia.
Felix dibesarkan dalam lingkungan yang serba nyaman, baik secara
jasmani maupun rohani.
Pada umur yang masih sangat muda, anak laki-laki itu sudah
terlihat memiliki bakat musik yang brilian. Ketika ia baru berusia
9 tahun, ia, sebagai pianis, mempersembahkan konser
perdananya. Pada tahun yang sama, ia juga mulai mengarang musik.
Musik gubahannya diciptakan pada usia belasan tahun, ada yang
masih tetap dimainkan sampai sekarang oleh orkestra-orkestra
besar.
Sebagai seorang musikus, karier Felix Mendelssohn mencapai
prestasi gemilang yang tiada taranya. Sebagai komponis, dirigen,
pemain piano, pemain biola, pemain orgel, dan sebagai pembina
sekolah tinggi musik, ia dihormati dan dikagumi di mana-mana.
Berkali-kali ia melakukan lawatan ke luar negeri dan menggelar
konser-konser yang disambut hangat oleh khalayak ramai.
Di tengah-tengah segala popularitasnya, Felix Mendelssohn tidak
melupakan imannya kepada Kristus. Beberapa gubahannya yang paling
indah bersumber dari Alkitab; dua di antaranya "Nabi Elia" dan
"Rasul Paulus". Kedua oratorium itu hingga kini masih sering
dinyanyikan di Indonesia.
Penyanyi yang Masih Muda
Pada musim semi tahun 1847, Felix Mendelssohn mengunjungi negeri
Inggris untuk kesepuluh kalinya. Di sana, ia memimpin orkes dan
paduan suara besar yang mementaskan hasil karyanya sendiri, yaitu
oratorium "Nabi Elia". Dalam acara itu, ada seorang penyanyi koor
gabungan yang masih remaja, namanya William H. Cummings. Meski
baru berumur 15 tahun, ia sudah 8 tahun menjadi anggota koor di
sebuah katedral besar Gereja Inggris. Ia baru saja diangkat
menjadi pemain orgel di gereja itu.
William Cummings senang memadukan suara tenornya yang bagus dengan
puluhan suara lainnya di dalam koor gabungan tersebut, terutama
karena yang memimpin acara musik itu sang komponis sendiri, Felix
Mendelssohn. Tetapi betapa menyedihkan, 6 bulan kemudian William
mendengar kabar bahwa Felix Mendelssohn -- komponis ternama itu --
meninggal muda pada usia 38 tahun.
Selang beberapa tahun, William Cummings membolak-balik halaman
sebuah buku musik karangan almarhum Felix Mendelssohn. Buku musik
itu berjudul "Festgesang" (Nyanyian Perayaan) dan dikarang pada
tahun 1840 dalam rangka merayakan 400 tahun penemuan mesin cetak
Gutenberg. Tiba-tiba Cummings mulai menimbang-nimbang, apakah lagu
kedua dari buku musik itu dapat dipasangkan dengan syair lagu Natal
"Gita Surga Bergema", yang sudah lebih dari 1 abad menunggu melodi
yang benar-benar cocok?
Lagu kedua itu berjudul "Tuhanlah Terang". Mendelssohn
menggubahnya untuk paduan suara pria dan alat-alat musik tiup.
Anehnya, komponis besar itu pernah menulis tentang "Tuhanlah
Terang", "Saya yakin, lagu ini akan disenangi oleh para penyanyi
dan pendengar. Tetapi lagu ini sama sekali tidak cocok untuk syair
rohani. Seharusnya sajaknya bertemakan kebangsaan atau sesuatu
yang bersifat riang dan ringan, sesuai dengan nada musik itu
sendiri."
Akhirnya Ditemukan Aransemen yang Cocok
Musik karangan Felix Mendelssohn itu memang "bersifat riang dan
ringan". Tetapi ia tidak menduga bahwa melodi seperti itu cocok
dengan sukacita umat manusia atas kelahiran Tuhan Yesus!
William Cummings menggubah kembali lagu karangan Mendelssohn itu
pada tahun 1855. Ternyata not-notnya cocok sekali dengan syair
Natal karangan Charles Wesley. Dengan demikian, terciptalah musik
yang baru. Lagu Natal "Gita Surga Bergema" terbit pada tahun 1856.
Akhirnya, nyanyian rohani itu lambat laun menjadi lagu pilihan umat
Kristen di seluruh dunia.
William Cummings lahir pada tahun 1831 dan hidup sampai tahun 1915.
Ia menjadi seorang mahaguru dan penceramah di bidang musik, juga
seorang pengarang musik, penulis sejarah musik, dan pembina sekolah
tinggi musik. Ia mengadakan tur keliling ke negara-negara lain untuk
menggelar banyak konser vokalia. Meski demikian, nama William H.
Cummings masih diingat sampai sekarang karena pada umur 24 tahun, ia
menemukan melodi yang paling cocok untuk syair lagu Natal "Gita
Surga Bergema" karangan Charles Wesley!
Dahulu kala di kota Zanzibar, di pantai timur benua Afrika, ada
sebuah pasar dan penjara besar untuk para budak belian. Setelah
perdagangan manusia dihapus, seorang pengabar Injil mengusulkan
supaya pasar dan penjara itu dirobohkan. Sebuah gedung gereja yang
agung didirikan di situ. Ketika gereja itu selesai dibangun, umat
Kristen di kota Zanzibar berkumpul untuk meresmikannya pada malam
Natal. Di tempat yang dulu sarat kesengsaraan dan kejahatan,
terdengarlah alunan suara riang yang melantunkan lagu Natal "Gita
Surga Bergema"!
Diambil dan disesuaikan dari:
Judul buku: Kisah Nyata di Balik Lagu Pilihan
Penyusun: Andreas Sudarsono dan Doreen Widjana
Judul asli artikel: Lagu Natal Bala Tentara Surga
Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2007
Halaman: 266 -- 271
Sumber:
Nama situs: Situs e-Misi
Alamat url : http://misi.sabda.org/lagu_natal_bala_tentara_surga
Alamat lagu: http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=42&chapter=1&tab=hymns#kj_99
http://gema.sabda.org/gita_sorga_bergema
http://www.cyberhymnal.org/htm/h/h/a/hhangels.htm
+ Karya ______________________________________________________________
1674 -- 1748 Himnis, Bapa Gereja
ISSAC WATTS: BAPAK KIDUNG PUJIAN INGGRIS
Bapak Kidung Pujian Inggris ini memiliki keunikan dalam banyak
hal. Selain tergolong pendek (tingginya hanya 5 kaki) dan sering
sakit-sakitan, kepalanya pun terlalu besar serta tidak
proporsional. Semua lukisan menggambarkannya dalam jubah besar
dengan lipatan-lipatan yang besar -- suatu usaha agar dia tidak
terlihat terlalu aneh.
Selain melayani sebagai seorang pendeta, Isaac Watts juga menulis
buku ilmu logika yang digunakan selama puluhan tahun di Oxford,
Cambridge, Harvard, dan Yale. Dia menulis buku tebal tentang
metafisika (cabang filsafat yang mempelajari wujud benda yang
sebenarnya). Bukunya yang berisi puisi anak-anak bahkan dicetak
sebanyak 95 edisi dalam jangka 100 tahun.
Selain Isaac Watts, tidak ada pemikir lain yang menerbitkan sebuah
karya besar yang berkaitan dengan astronomi dan katekisme berdasar
tingkat umur untuk anak-anak muda (katekisme pertama untuk anak
berumur 5 tahun)! Kidung-kidung pujiannya sudah diterjemahkan dalam
lusinan bahasa, dari bahasa Armenia hingga bahasa Zulu.
Suaranya lemah dan semua orang sudah mengetahui perihal penyakit
jiwanya yang sering kambuh (sering membuatnya tak mampu berkhotbah).
Namun, pada saat dia cukup sehat untuk berkhotbah, banyak orang
memegang erat-erat kata-katanya yang mereka percayai tercurah dari
hati yang dibungkus dalam hati Tuhan.
Sebagai anak tertua dari delapan bersaudara, Issac lahir pada
masa-masa sulit. Kaum Dissenter (kaum yang menolak menyesuaikan diri
dengan gereja yang resmi) tidak hanya meniadakan jalan masuk ke
universitas dan lapangan kerja; mereka juga bertanggung jawab atas
penuntutan dan penghukuman terhadap orang-orang yang tetap menyembah
Tuhan sesuai dengan keyakinannya. Ayah Issac, seorang kaum
Dissenter, dipenjara setahun setelah menikah.
Issac tumbuh dewasa terlalu cepat. Dia sudah mempelajari bahasa
Latin pada umur 4 tahun, bahasa Yunani saat berumur 9 tahun, bahasa
Perancis saat berumur 11 tahun, dan bahasa Ibrani saat berumur 13
tahun. Bahasa Perancis biasanya tidak dipelajari di sekolah dasar
Inggris pada tahun 1600-an, tapi Issac dibesarkan di Southampton,
kota para pengungsi yang lari dari penyiksaan di Perancis. Issac
muda berpikir bahwa dia harus bisa berbahasa Perancis agar dia bisa
berkomunikasi dengan tetangganya.
Seorang dokter melihat bakat intelektual anak muda itu dan
menawarkan dirinya untuk membiayai pendidikannya di Oxford atau
Cambridge. Namun untuk diterima di salah satu universitas itu, dia
harus meninggalkan keyakinan yang sudah membuatnya menderita. Dia
tidak mau melakukannya. Akhirnya, dia masuk Dissenting Academy,
institusi setara universitas bagi mereka yang dilarang masuk
universitas. Sembari menyelesaikan pendidikan formalnya, dia menulis
puisi, yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Latin.
Pada masa ini, kidung pujian dinyanyikan di gereja-gereja Inggris.
Pengikut Luther (Lutheran) dari Jerman sudah menyanyikan kidung
pujian selama lebih dari 1 abad. Sedang pengikut Calvin (Calvinis)
di Perancis dan Swiss tidak. Calvin ingin pengikutnya hanya
menyanyikan Kitab Mazmur. Sementara umat Calvinis Inggris juga hanya
menyanyikan Kitab Mazmur yang memunyai irama. Komposisi iramanya
kaku ("Tapi kita akan mengingat nama-Nya atau nama Tuhan Allah
sendiri"), suasananya membosankan, dan suasana ibadahnya suram.
Suatu ketika, Isaac tidak tahan lagi dengan situasi seperti itu.
Sekembalinya dari ibadah hari Minggu pagi, dia dengan bersemangat
mengeluh kepada ayahnya tentang nyanyian Mazmur yang membosankan,
yang membuat orang berhenti memuji Tuhan. "Mengapa kamu tidak
menulis kidung pujian yang lebih baik?" tantang ayahnya. Sepanjang
siang, Watts hanya mencoba membuat kidung pujian, dan pada ibadah
malam penyembahan pada hari itu juga, jemaat menyanyikan kidung
pujian #1, "Lihatlah kemuliaan Anak Domba" ("Behold the glories of
the Lamb"). Kemudian 696 kidung pujian lain menyusul.
Tidak semua orang berterima kasih kepadanya. Beberapa teman
sebayanya mengeluhkan kidung pujian yang diciptakannya "terlalu
duniawi" bagi gereja. Salah satu kritik mengatakan, "Jemaat Kristen
telah menghilangkan mazmur yang kudus dan terbawa terbang dalam
khayalan Watts!" Kidung pujiannya membuat banyak orang marah,
jemaat terpecah belah (khususnya jemaat yang pernah dilayani oleh
John Bunyan, penulis literatur Inggris klasik, bertahun-tahun
sebelumnya), dan membuat banyak pendeta dipecat.
Watts, seperti pencipta kidung pujian lain pada zamannya, menulis
tentang penjamahan hati manusia oleh Allah dan Allah yang menjadi
manusia sesuai dalam pemahaman kita. Namun demikian, keunikan Watts
terlihat dalam penekanannya terhadap latar belakang pergaulan Allah
dengan hati manusia: kosmos dari kebesaran-Nya yang tak dapat
diungkapkan. Watts melihat drama turunnya Allah menjadi manusia dan
penyaliban, kematian, dan kebangkitan, sebagai peristiwa-peristiwa
kecil yang pada kenyataannya memiliki makna kosmik. Dunia Watts
lebih besar dari yang penulis kidung pujian lain bayangkan. (Mungkin
dunia seperti itulah yang seorang ahli astronomi harapkan!)
Yakin akan kebesaran Tuhan dan tenggelam dalam kerinduan akan
Tuhan, Watts sendiri memiliki pengalaman bersama Tuhan yang paling
berarti.
Palingkan, palingkan kami Allah yang penuh kuasa,
Dan bentuklah lagi jiwa kami;
Hancurkan, yang kuasa, hati yang terbuat dari batu ini,
Dan beri kami hati yang terbuat dari daging.
Ketika berusia 50 tahun, Watts merupakan seorang tokoh nasional yang
dihormati oleh kaum Anglikan dan Dissenter. John Wesley (kaum
Anglikan) telah sejak lama mengakui kejeniusan, kedisiplinan, dan
ketaatan Watts. Dan saat Wesley menerbitkan buku kidung pujiannya
yang pertama, sepertiga kidung pujian yang ada di buku itu adalah
ciptaan Watts. Dia adalah seorang teolog yang handal, dia menemui 44
halaman dari tulisannya yang berjudul "Ruin and Recovery" di buku
karangan Wesley yang berjudul "The Doctrine of Original Sin".
Sebagaimana ketidaklazimannya dalam penampilan, talenta,
produktivitas, dan sejarah penyakit jiwa, Watts juga sama sekali
tidak lazim dalam satu hal yang penting. Seperti semua orang
Kristen, ahli logika ini sadar bahwa Tuhan itu dikasihi dengan
pikiran, dan karena itu, rasio tidak boleh diabaikan dalam
pengalaman iman atau kedisiplinan kehidupan Kristen. Tapi dia
sadar bahwa misteri Tuhan, meski selalu rasional, tapi lebih dalam
dari samudera atau segala macam rasio.
Di mana alasan tidaklah cukup,
Dengan semua kekuatannya,
Di sanalah iman berlaku
Dan kasih dimuliakan. (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Victorshepherd.on.ca
Judul asli artikel: Isaac Watts
Penulis: Victor Shepherd
Alamat URL: http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/isaac.htm
+ Tahukah Anda________________________________________________________
LAGU-LAGU HIMNE ISAAC WATTS
"Hymns and Spiritual Songs" karya Isaac Watts (1707) dicetak ulang
di Amerika pada tahun 1739, sedangkan karyanya yang berjudul "The
Psalms of David Imitated" (1719), dengan mazmur-mazmur yang dia
terjemahkan secara bebas, dicetak ulang di Amerika pada tahun 1729.
Pada tahun 1712, Pendeta John Tufts menerbitkan "Introduction to the
Art of Singing Psalm Tunes", buku pedoman musik yang pertama kali
dicetak di Amerika. Edisi keduanya berisi 37 lagu dan dijilid dengan
"The Bay Psalm Book". Pendeta Thomas Prince, pendeta di Old South
Church Boston, merevisinya secara signifikan; ia menambahkan 50
himne; semuanya kecuali delapan himne, dikarang oleh Isaac Watts.
(t/Kristin)
Sumber: http://www.answers.com/topic/hymns-and-hymnody
+ Sisipan_____________________________________________________________
DARI REDAKSI
Pelanggan yang terhormat, dengan ini Redaksi Bio-Kristi bermaksud
meralat sajian publikasi Bio-Kristi edisi 043. Terdapat kesalahan
dalam penulisan tahun pada artikel Riwayat dengan judul "Riwayat
Hidup George Muller (1085 -- 1898)". Yang benar adalah "Riwayat
Hidup George Muller (1805 -- 1898)". Mohon maaf untuk
ketidaktelitian tersebut dan harap menjadi maklum Pelanggan setia
publikasi Bio-Kristi. Tuhan Yesus memberkati.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Kristina Dwi Lestari
Staf redaksi: Sri Setyawati
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Situs Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi: < biokristi(at)sabda.org >
Alamat situs: http://biokristi.sabda.org/
Alamat forum: http://biokristi.sabda.org/forum/
Arsip Bio-Kristi: http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
Facebook Bio-Kristi: http://fb.sabda.org/biokristi
Blog SABDA: http://blog.sabda.org/
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |