|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/4 |
|
Bio-Kristi edisi 4 (28-11-2006)
|
|
Buletin Elektronik
______________________________BIO-KRISTI______________________________
Biografi Kristiani
==================
Edisi 004, November 2006
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat : John Sung
- Karya : Kenneth Lee Pike: Linguis yang Berjiwa Misionaris
- Tahukah Anda?
- Sisipan
- Undangan Berpartisipasi
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam kasih,
Banyak orang pasti akan memilih berkarier di bidang-bidang yang
dianggap memberi prestise dan kebanggaan. Oleh karena itu, tidak
heran jika banyak orang memiliki impian dan ambisi untuk meraih
posisi terhormat dan penghasilan yang tinggi dengan cara apa pun.
Saat kesempatan untuk mewujudkan impian itu datang, tidak mungkin
orang akan melewatkannya.
Namun, pandangan seperti itu ternyata tidak berlaku bagi sebagian
orang. Tokoh kita kali ini, John Sung, merupakan salah satu orang
paling jenius di dunia. Meski ia tahu kalau di dunia sekuler pun ia
bisa melayani Tuhan, ia malah memutuskan menjadi misionaris.
Sebaliknya, Kenneth Lee Pike bisa terus berkarya bahkan memberi
pengaruh dalam dunia linguistik lewat pelayanan misi yang ia
lakukan.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan kita?
Pengasuh Bio-Kristi,
R.S. Kurnia
+ Riwayat ____________________________________________________________
1901 -- 1944, Misionaris
JOHN SUNG
Pendeta ini berpenampilan unik. Ia kurus kecil. Rambutnya pendek dan
selalu terurai di dahi. Mukanya pucat dan selalu menunduk. Ia selalu
berpakaian kemeja putih sederhana model Tiongkok kuno. Ia tidak suka
tersenyum sana-sini atau berbasa-basi. Sifatnya ketus dan
menyendiri. Ia pemalu. Tapi kalau berkhotbah, tiba-tiba ia menjelma
menjadi nabi yang berapi-api. Orang datang berduyun-duyun sampai
gedung gereja melimpah ruah. Itulah Dr. John Sung dari Tiongkok yang
membuat ratusan ribu orang Indonesia pada tahun 1935 - 1939 menerima
Injil Kristus.
Siapakah John Sung? Ia lahir dengan nama Sung Siong Geh pada tahun
1901 di sebuah desa miskin di Provinsi Fukien di Tiongkok Tenggara.
Ayahnya pendeta Gereja Metodis, sedangkan ibunya buruh tani. Mereka
sekeluarga bertubuh lemah dan sering sakit.
Sejak kecil Sung sudah berwatak unik. Ia gesit dalam segala hal. Ia
keras kepala dan tidak bisa sabar. Ia mudah marah dan sering
memberontak kepada ayahnya. Ia pernah menjatuhkan diri ke sumur. Ia
pernah menabrakkan diri ke buyung besar sehingga buyung itu hancur.
Setiap kali ia dicemeti ayahnya ia tidak pernah menangis, ia malah
heran karena justru ayahnya yang menangis setelah itu.
Sung tampak lebih unik lagi di sekolah. Kecedasannya melewati batas
wajar. Ia bisa mengingat tiap kata dari tiap buku yang dibacanya. Ia
sudah hafal kitab Mazmur, Amsal, dan kitab-kitab Injil. Ia suka
menulis karangan yang menentang penjajah Jepang. Ia suka ikut
ayahnya melayani kebaktian di desa-desa lain. Kalau ayahnya sakit,
Sung yang baru berusia 12 tahun sudah bisa menggantikan ayahnya
menjelaskan Alkitab dari atas mimbar.
Pada usia 18 tahun Sung berlayar ke Amerika karena mendapat beasiswa
bintang pelajar tingkat provinsi. Ia belajar kimia di Wesleyan
University di Ohio. Untuk ongkos hidup, ia bekerja sebagai pembersih
sampah dan pembersih mesin pabrik. Ia lulus sebagai mahasiswa nomor
satu. Surat kabar di Amerika dan Eropa melaporkan prestasi jenius
ini.
Namun, Sung tetap gelisah mencari arti hidup. Apa faedah hidupku
bagi orang lain? Apa kehendak Tuhan dalam hidupku? Ia bangun pukul
empat setiap pagi untuk mencari kedekatan dengan Tuhan. Ia sering
merenungkan cinta Tuhan Yesus yang memberi makan ribuan orang
menurut Matius 14:13-21. Anak kecil dalam cerita itu memberi lima
roti dan dua ikan. Apa yang aku punya untuk diberikan kepada TUHAN?
Aku punya sepuluh jari tangan dan sepuluh jari kaki. Itu bisa aku
berikan! Tetapi bagaimana caranya? Sung termenung memikirkan nasihat
Rasul Paulus, "supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah"
(Roma 12:1).
Sementara itu, studi Sung berjalan terus. Ia diterima di Ohio State
University. Program Master of Science ditempuhnya hanya dalam
sembilan bulan, padahal ia bersekolah sambil bekerja sebagai
pemotong rumput di jalan dan aktif dalam gerakan mahasiswa menentang
diskriminasi rasial.
Sesudah itu Sung mengambil program doktor. Persyaratan bahasa
Prancis dan Jerman dipenuhinya dengan belajar sendiri cukup dalam
waktu satu bulan. Ia lulus dengan gemilang dan menjadi doktor ilmu
kimia hanya dalam tiga semester. Semua surat kabar Amerika dan Eropa
kembali mencatat rekor jenius ini. Banyak perusahaan raksasa
menawarkan lowongan kepada Sung. Bahkan pemerintah Jerman membujuk
dia untuk mengembangkan riset teknologi roket.
Sung menolak semua tawaran itu. Lalu ia masuk sekolah teologi.
Program tiga tahun di Union Theological Seminary di New York
ditempuhnya dalam waktu satu tahun. Namun, sementara itu tubuhnya
semakin lemah dengan penyakit asma, paru-paru, jantung, dan
khususnya mata.
Pada suatu siang Sung mengalami gangguan mental. Ia dirawat di rumah
sakit jiwa. Selama 193 hari di rumah sakit itu ia menelaah 1.189
pasal Alkitab dari Kejadian 1 sampai Wahyu 22 sebanyak 40 kali
dengan 40 sudut eksegese yang berbeda. Ia keluar rumah sakit
sambil membawa 40 naskah eksegese dalam bahasa Inggris dan mandarin.
Di sekolah teologi Sung membuat keputusan untuk mengkristalkan
pergumulan spiritualitasnya dalam bentuk meninggalkan ilmu kimia
lalu menyerahkan jari tangan dan kaki, serta kedua telinga, mata,
tangan dan kakinya untuk memperkenalkan Injil di Asia. Ia tahu
bahwa sebagai kimiawan pun ia bisa menjadi saksi Kristus, namun ia
memilih jalan lain.
Tahun 1927 Sung pulang ke Tiongkok. Ia langsung bergiat dalam
perkabaran Injil dan pembinaan kader-kader awam sebagai pemberita
Injil. Sepanjang tahun ia terus bepergian. Sebab itu, ia tidak mau
menikah. Namun, adat kuno keluarga mewajibkan dia menikah dengan
seseorang yang belum dikenalnya sama sekali. Dari pernikahan ini
lahir lima orang anak, namun Sung hampir tidak mengenal anak-anaknya
ini. Sung kemudian mulai mengabarkan Injil ke negara-negara Asia.
Pada tahun 1939, ia beberapa kali datang ke Indonesia. Acara
pemberitaan Injil ini disebut "Serie Meeting" yang terdiri dari 22
pemahaman Alkitab atau khotbah tiap pagi, petang, dan malam selama
tujuh hari. "Serie Meeting" ini diadakan di Surabaya, Madiun, Solo,
Magelang, Purworejo, Yogyakarta, Cirebon, Bandung, Bogor, Jakarta,
Makasar, Ambon, dan Medan. Khotbahnya diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa. Pokok pembahasannnya bersambung. Cara
penyampaiannya jelas, sederhana, dan memikat. Ia sering menggunakan
papan tulis dan alat peraga. Sasarannya adalah orang-orang yang
belum pernah mendengar berita Injil.
Hasilnya memang luar biasa. Ribuan orang dengan setia mengikuti 22
pertemuan itu. Pada tiap pertemuan ribuan Alkitab, nyanyian rohani,
dan buku renungan terjual habis. Di tiap kota, gereja-gereja
membentuk komite tindak lanjut karena ribuan orang mendaftar untuk
mengikuti katekese.
Watak Sung sejak masa kecilnya tetap tampak. Ia serba cepat dan
tidak sabar. Ketika memasuki ruang yang gaduh ia langsung menggebrak
meja sambil berteriak, "Apa ini ruang ibadah atau gedung komedi?" Di
tempat ia menginap, dituntutnya suasana sunyi. Ia meminta seisi
rumah itu bangun pukul empat pagi dan berdoa untuk pertemuan "Serie
Meeting" hari itu. Ia menolak pemberian atau hadiah dalam bentuk
apa pun. Kalau diajak mengobrol atau berbasa basi ia langsung
menegur dengan ketus, "Jangan ganggu pikiran saya!"
Kondisi tubuh Sung semakin rapuh. Perang dunia dan kemiskinan yang
melanda Tiongkok menekan dia. Berkali-kali ia masuk rumah sakit
untuk pengobatan dan pembedahan. Pada tahun 1944 dalam usia 42 tahun
Sung meninggal dunia. Di kalangan akademik ia dikenang sebagai
kimiawan jenius calon pemenang hadiah Nobel untuk ilmu kimia. Namun,
di hati banyak orang lain, ia dikenang sebagai pembawa berita Injil.
Generasi masa kini gereja di Indonesia tidak mengenal John Sung.
Tetapi sebenarnya banyak di antara kita merupakan buah dari benih
Injil yang ditaburkan Sung kepada generasi-generasi pendahulu kita.
Ayah dan ibu saya pertama kali mendengar berita Injil pada "Serie
Meeting" John Sung di Bandung pada tahun 1939. Ketika itu, saya
masih berada dalam kandungan lima bulan. Kemudian ketika masa remaja
saya diberi buku oleh seorang "zendeling" yang pulang ke Belanda,
yaitu Cornela Baarbe. Buku itu adalah karangannya sendiri. Isinya
tentang John Sung. Judulnya, "Dr. Sung Een Reveil op Java" terbitan
Voorhoeve Den Haag. Zendeling ini dulunya adalah komite
penyelenggara "Serie Meeting" John Sung. Lalu zendeling itu dengan
perasaan haru memberikan kepada saya sehelai potret John Sung yang
ditandatangani sendiri oleh John Sung. Karangan ini saya tulis
sambil memandangi potret itu.
Artikel di atas merupakan kiriman dari casuya < casuya(at)xxxx > yang
diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : Selamat Berkembang: 33 Renungan tentang Spiritualitas
Penulis : Dr. Andar Ismail
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003
Situs penerbit: http://www.bpkgm.com/
______________________________________________________________________
Bila Anda percaya akan apa yang Anda sukai di dalam Injil, dan
menolak apa yang tidak Anda sukai, bukanlah Injil yang Anda imani,
tetapi diri Anda sendiri.
Augustinus - teolog, Bapa Gereja
+ Karya ______________________________________________________________
Linguis, Misionaris, Pencetus Tata Bahasa Tagmemik
KENNETH LEE PIKE: LINGUIS YANG BERJIWA MISIONARIS
Oleh: R.S. Kurnia *)
PENGANTAR
Awalnya, para ahli lebih banyak melakukan pendekatan secara
terpisah-pisah terhadap bahasa. Bukan sebagai suatu kesatuan yang
menyeluruh. Bahkan aspek makna bukan menjadi bagian dari objek yang
dikaji[1].
"Bahasa bukan sekadar rangkaian suara, klausa, aturan, dan makna
yang tidak beraturan; kesemuanya itu merupakan kesatuan sistem yang
koheren, yang terintegrasi satu dengan lainnya, bersama-sama dengan
perilaku, konteks, wacana universal, dan perspektif peneliti[2],"
demikian Kenneth Lee Pike mengemukakan pendapatnya.
Meskipun Pike bisa disebut sebagai salah seorang pengikut Leonard
Bloomfield[3], ia tidak membatasi teorinya untuk pemerian bahasa
saja, tetapi juga pemerian kebudayaan. Ia juga memasukkan unsur
makna dalam menganalisis bahasa[4]. Dan sebagai salah seorang
linguis besar, ia lebih dikenal berkat teori bahasa yang dinamakan
teori tagmemik.
Sebagai seorang linguis, sumbangannya yang terbesar dalam bidang
misi amat berkaitan dengan keahliannya. Selain terlibat langsung
dalam penerjemahan Alkitab, lewat serangkaian kuliah yang ia
berikan, banyak tenaga linguis yang ia hasilkan, yang nantinya juga
berperan dalam penerjemahan Alkitab.
MASA KECIL DAN PENDIDIKAN
Kenneth Lee Pike lahir pada tanggal 9 Juni 1919 di East Woodstock,
Connecticut sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara. Ayahnya
bernama Ernest Reginald Pike (1872-1955), ibunya bernama May
Granniss Pike (1873-1951)[5]. Meski ayahnya berprofesi sebagai
dokter di daerah mereka, kehidupan keluarga ini tidaklah senyaman
bayangan orang kebanyakan. Ayah dan ibunya hampir tidak bisa
menopang delapan bersaudara itu.
Tidak ada yang istimewa di masa kecilnya. Ia tinggi, kurus, dan
terlihat canggung. Ia juga sering terkena penyakit dan memiliki
fobia terhadap ketinggian. Ia juga seorang yang mudah gugup.
Benar-benar tidak terlihat sebagai sosok yang akan memberi dampak
yang besar bagi dunia[6].
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Woodstock Academy -- pidato
perpisahannya dimuat dalam Putnam Patroit pada 21 Juni 1928, Pike
melanjutkan studinya ke Gordon College of Mission and Theology di
Boston, Massachussetts. Di sini ia mempelajari bahasa Yunani
Perjanjian Baru yang saat itu diajarkan oleh Prof. Merril Tenney[7].
Keinginan kuatnya di dunia misi diwujudkannya dengan melamar ke
salah satu organisasi misi, China Inland Mission (CIM). Dorongan
untuk melamar ke CIM ini tidak lepas dari pengalamannya setelah
membaca buku biografi Hudson Taylor, pendiri CIM, yang ia temukan di
salah satu rak buku ayahnya. Kesempatan bertemu anak perempuan dan
menantu Hudson Taylor semakin meyakinkan dirinya bahwa Allah ingin
ia menjadi misionaris ke Tiongkok[8].
Pada 25 Desember 1932, Pike mengirimkan lamarannya. Mulanya ia
diterima sebagai salah satu kandidat. Namun, kemudian ia harus
berhadapan dengan kenyataan yang menyakitkan. CIM menolaknya[9].
Alasan penolakan tersebut kemudian disadari sendiri oleh Pike. Ia
melihat empat alasan yang menyebabkannya. Ia berpikir bahwa
dorongannya untuk pergi ke Tiongkok adalah dari Tuhan, bukan dari
dirinya sendiri. Alasan kedua, ia tidak memerhatikan kelemahan
psikis yang ia warisi dari ayahnya. Selain itu, masa mudanya saat
itu juga membuatnya tidak memperhitungkan faktor-faktor sosial,
seperti sifat gugup yang dapat menghalangi pelayanannya. Hal keempat
ialah kesulitannya untuk membedakan bunyi yang dibedakan hanya dari
ada tidaknya hembusan napas, yang sudah tentu akan menghalanginya
untuk berkomunikasi dengan masyarakat Tiongkok[10].
Meski gagal bergabung dengan CIM, bukan berarti studinya di Gordon
College ditelantarkan. Malahan ia berhasil lulus dengan predikat
terhormat. Karenanya, ia diberi kehormatan sebagai salah satu
pembicara saat upacara kelulusannya. Setelah itu, ia masih menempuh
studi yang lebih mendalam lagi di tempat yang sama selama
setahun[11].
Pendidikannya di bidang linguistik ditempuh di University of
Michigan atas dorongan Townsend pada tahun 1937[12]. Di sini ia
dibimbing oleh Edward Sapir yang telah lebih dahulu melakukan kontak
dengan suku-suku Indian. Sapir menunjukkan bagaimana ia menganalisis
nada-nada dalam bahasa suku Navaho dengan meneliti kata-kata,
membedakannya berdasarkan pola titinada yang muncul bersamaan dalam
konteks yang sama. Hal ini jelas sangat membantu Pike di kemudian
hari.
MISIONARIS BAHASA
Kerinduan Pike untuk menjadi misionaris tidak putus hanya karena
penolakan CIM. Setelah setahun bekerja bersama Citizen`s Workers
Administration (CWA), ia mulai menulis kepada pengurus organisasi
misi lain, mencari tahu apakah ada pelatihan bagi linguis dan
penerjemah Alkitab yang mereka selenggarakan[13].
Dari semua dewan pimpinan organisasi misi yang ia kirimi lamaran,
hanya Pioneer Mission Agency -- kemudian menjadi Wycliffe Bible
Translation (WBT) yang membalas suratnya. Meski demikian, keadaan
Pike sempat memberi kesan meragukan, sampai Cam Townsend melihat dan
meyakini potensi besar dalam diri Pike[14].
Pada tahun 1935 Pike mengikuti sesi kedua Camp Wycliffe. Dan pada
tahun yang sama, untuk pertama kalinya ia mengunjungi perkampungan
Mixtec di Meksiko. Dan sejak itu, pelayanannya dalam dunia misi
lewat ilmu linguistik pun dimulai. Bahkan dari penelitiannya
terhadap bahasa Mixtec inilah lahir bukunya, "Tone Languages: The
Nature of Tonemic Systems" -- buku ini sendiri baru dirampungkannya
pada tahun 1943[15].
DARI MONOLINGUAL KE TAGMEMIK
Jika banyak orang mengalami frustasi saat mempelajari kerumitan
bahasa bernada, Pike malah menganggap bahwa hal itu sangat
menantangnya. Dengan kecerdasannya, ia pun mampu mengatasi hal
tersebut. Tentu saja ini membuat Cam Townsend kagum sehingga ia
mengundang Pike untuk kembali bergabung dalam kamp berikutnya, kali
ini sebagai pengajar[16].
Pada tahun 1936, Pike menetap di Mixtec untuk mempelajari bahasa
Mixtec. Dari penerapan pendekatan monolingual yang ia kembangkan
sejak 1935, terhadap masyarakat Mixtec, ia mengembangkan demonstrasi
monolingual yang ia sampaikan pada sesi ketiga Camp Wycliffe di
tahun yang sama[17]. Lewat pengajaran demonstrasi monolingual ini,
Pike menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan para peneliti bila
ingin mempelajari bahasa-bahasa yang minim aksara, tanpa kamus,
tanpa tata bahasa tulis, bahkan tanpa penerjemah yang tersedia[18].
Mula-mula demonstrasi monolingual yang dikembangkannya ini
disampaikan hanya pada pada peserta Summer Institute of Linguistics
(SIL)[19], namun akhirnya juga ke seluruh dunia.
Tampaknya perhatian Pike kemudian banyak tersita untuk masalah
fonetik dan fonemik. Hal ini terbukti dari perkembangan penelitian
yang terus ia kerjakan. Berbagai tulisan mengenai fonetik maupun
fonemik terus ia hasilkan. Selain disertasinya pada tahun 1942 yang
berjudul "A Reconstruction of Phonetic Theory", ia juga menulis "The
Intonation of American English pada 1945, "Phonemics: A Technique
for Reducing Languages to Writing" pada 1947, dan "Tone Languages: A
Technique for Determining the Number and Type of Pitch Contrasts in
A Language" pada tahun berikutnya[20].
Selain demonstrasi monolingual dan berbagai penelitiannya mengenai
fonetik dan fonemik, pencapaiannya yang lain dan yang paling
terkenal ialah tata bahasa tagmemik. Teori yang mulai
dikembangkannya dalam tahun 1949[21] ini didasarkan oleh istilah
tagmem[22]. Tagmem itu sendiri merupakan konstituen dari konstruksi
dan merupakan perpaduan gatra, kelas, peran, dan keutuhan[23].
Karena mewarisi pandangan dari Bloomfield dan Sapir, tata bahasa ini
menjadi bersifat struktural dan antropologis[24].
Ada empat asumsi atau alat konseptual dari teori tagmemik ini[25].
a. Perspektif
Menurut Pike, bahasa dapat dilihat secara dinamis ("wave") dan
sebagai antarhubungan dari satuan-satuan dalam sebuah sistem
("field"). Ia juga membedakan etik ("etic") dari emik ("emic").
Pendekatan etik ialah pendekatan yang memisahkan data-data
kebahasaan dari fungsinya dalam sistem bahasa yang diteliti.
Sementara itu, pendekatan emik merupakan pendekatan yang
memerhatikan hubungan fungsional tersebut.
Dengan kata lain, ketika seorang peneliti meneliti suatu bahasa,
pertama-tama ia akan berusaha memerikan bahasa tersebut terlebih
dahulu. Setelah berhasil memerikannya, barulah ia menghubungkan
pemeriannya itu berdasarkan perspektif penutur aslinya.
Alat atau konsep pertama ini disebut juga fungsi epistemologi
atau fungsi peneliti[26].
b. Satuan ("Contrastive")
Data bahasa terdiri dari satuan-satuan terstruktur. Untuk
menentukan apakah sebuah unsur merupakan sebuah satuan (bukan dua
satuan berbeda), harus dilihat kontras-kontras yang ada, jalur
variasinya, dan distribusinya.
Alat kedua ini disebut juga fungsi ontologis[27].
c. Hierarki
Bahasa memiliki hierarki. Ada struktur yang lebih besar daripada
kalimat, adapula yang lebih kecil dari kalimat. Namun, meskipun
bahasa mengenal hierarki, hubungan di antara unsur-unsur bahasa
bukanlah hubungan yang terlepas, melainkan menyeluruh.
Unsur-unsur tersebut memang dapat diteliti secara terpisah, namun
bukan berarti masing-masing unsur tidak berkaitan. Sebagai
contoh, pembahasan mengenai sintaksis akan menemukan kendala
tanpa menyertakan aspek morfologis. Unsur-unsur tersebut
merupakan poin yang menguntungkan bagi peneliti untuk mencapai
keseluruhan yang hendak dicapai.
d. Konteks
Satuan-satuan terstruktur itu merupakan komposisi bentuk dan
arti. Bentuk bahasa juga tidak dapat dipisahkan dari arti yang
didapatkan dari konteksnya, karena arti sebentuk bahasa justru
didapat dari konteksnya.
Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, ada kata "motor" yang
menurut KBBI (2002) berarti `mesin yang menjadi tenaga
penggerak`. Arti lainnya ialah `sepeda motor`. Kata "motor" itu
akan memiliki arti yang berbeda bila Anda berada di Medan[28].
Inilah yang dimaksud bahwa bentuk bahasa mendapatkan arti dari
konteksnya.
Secara umum, tata bahasa tagmemik ini sangat berguna untuk hal-hal
berikut[29].
* Menyelidiki sesuatu yang baru "diketahui" dari permukaannya dan
memperdalam pemahaman seseorang tentang konteks situasionalnya,
bagian-bagian komponennya, ukuran rata-rata, sifat alamiah, dan
kualitas dari dampak yang dimiliki sesuatu tsb. terhadap
sekitarnya.
* Menemukan sifat alamiah, kualitas, bentuk, dampak, dst. dari
sesuatu yang tak diketahui tersebut sebagaimana ia dikondisikan
oleh lingkungannya.
* Mengklasifikasikan/menaksonomikan sebuah fenomena, mengenali
bentuknya, bagian-bagian komponennya, konteks berdasar
situasinya, dll.
* Mendukung sifat alami, kualitas, bentuk, dampak, dst. yang
dimiliki sebuah fenomena sebagaimana telah diidentifikasikan atau
digambarkan oleh peneliti/pengamat lain.
* Menyediakan suatu tatanan yang stabil bagi prinsip, konsep,
istilah, heuristik, sistem tanda, untuk menyelidiki,
menggambarkan, dan mengevaluasi bahasa dan fenomena tingkah laku
secara menyeluruh menurut poin-poin penilaian yang baik dan
mendetail.
PIKE DAN KARYA LAINNYA
Pengetahuan dan kecerdasan Pike dalam bidang linguistik jelas sangat
menolong penerjemahan Alkitab. Salah satu buah pelayanannya terwujud
pada tahun 1947, ketika draf pertama dari Perjanjian Baru bahasa
Mixtec selesai. Mungkin inilah satu-satunya sumbangan Pike secara
langsung bagi penerjemahan Alkitab. Meski demikian, ia banyak
membimbing para calon penerjemah Alkitab lainnya lewat kuliah-kuliah
yang ia berikan.
Pike tidak hanya memiliki perhatian di bidang linguistik. Bakatnya
dalam bidang sastra ia wujudkan pertama kali ketika memerankan Don
Jose dalam sebuah operet, "The Belle of Barcelona" pada 1927. Selain
itu, ia juga menulis banyak puisi. Sebanyak lima volume puisinya
diterbitkan oleh SIL pada tahun 1997 dengan judul "Seasons of Life:
A Complete Collection of Kenneth L. Pike Poetry" [30]. Pike juga
dipercaya untuk memberi kuliah di bidang sastra pada Maret 2000.
Berkat sumbangannya yang besar bagi dunia linguistik, berbagai
penghargaan dan gelar kehormatan diterimanya. Di antaranya ialah
penghargaan Alumnus of The Year di Gordon College, Massachussetts
pada tahun 1960. Dari University of Michigan ia memperoleh gelar
Charles Fries Professorship in Linguistics. Sedangkan gelar
kehormatan, Doctor of Humane Letters, ia dapatkan dari Gordon
College dan dua tahun kemudian Georgetown University memberinya
gelar yang sama.[31]
AKHIR HIDUP
Meskipun telah pensiun -- ia pensiun dari University of Michigan dan
jabatan Presiden SIL pada tahun 1979, kecintaannya terhadap
linguistik tidak turut dipensiunkannya. Hal ini terbukti dari
berbagai karya ilmiah, pertemuan ilmiah, dan kuliah yang masih ia
kerjakan dan hasilkan.
Hidupnya yang penuh diwarnai cintanya pada linguistik sudah terlihat
sejak ia muda. Saat mengalami patah kaki pada 1936, ia memanfaatkan
waktu perawatannya untuk menulis buku mengenai fonetik. Demikian
pula ketika ia harus kembali ke rumah sakit pada Desember 2000,
secara ekstensif ia tetap berkorespondensi, sampai akhirnya Tuhan
memanggilnya pulang pada 31 Desember di tahun yang sama.
KENNETH LEE PIKE DAN KEKRISTENAN
Berdasarkan penuturannya sendiri, Pike menyebutkan bahwa ia tumbuh
dalam sebuah keluarga Kristen yang sangat tekun[32]. Kedua orang
tuanya adalah Kristen yang sangat memegang komitmen kristiani
mereka. Hal ini ditandai dengan kebiasaan untuk berdoa dan memuji
Tuhan di rumah yang disesaki oleh sepuluh penghuni tersebut. Binaan
dari orang tuanya yang sedemikian inilah yang secara perlahan, namun
pasti, mengarahkan Pike untuk setia dalam imannya kepada Kristus.
"Ketika saya mematuhi kebenaran, saya tidak mematuhi suatu prinsip
yang abstrak; saya mematuhi perintah Allah," demikian ia
berkata[33].
Imannya sebagai seorang Kristen tergambar indah dalam untaian
puisi-puisinya. Kehidupannya sebagai akademisi dan Kristen yang
saleh diangkat dalam biografinya yang ditulis oleh Eunice Pike, adik
perempuannya, dalam "Ken Pike: Scholar and Christian".
Catatan
1. Tidak heran bila akhirnya bidang semantik, bahkan pragmatik
menjadi bidang yang paling muda dalam kajian linguistik.
2. Pike, Kenneth L. 2004. Dalam
http://www.brainyquote.com/quotes/authors/k/kenneth_l_pike.html
3. Tokoh linguistik struktural yang terkenal dengan bukunya,
"Language".
4. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder (Peny.). 2005.
"Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik". Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 214.
5. "Kenneth L. Pike (1912-2000): A Chronological Life and Work",
dalam http://www.sil.org/klp/klp-chronology.htm.
6. Tucker, Ruth A. 1983. "From Jerusalem To Irian Jaya: A
Biographical History of Christian Missions". Grand Rapids,
Michigan: Academie Books. Hlm. 357.
7. Ibid.
8 Pike, Kenneth L. Dalam http://www.sil.org/klp/pilgrim/pilgrim2.htm
9. 5. loc. cit.
10. Pike, Kenneth L. 8. loc. cit.
11. 5. loc. cit.
12. Pike, Kenneth L. Dalam http://www.sil.org/klp/pilgrim/pilgrim4.htm
13. Tucker, Ruth A. loc. cit. Hlm. 358
14. Ibid.
15. 5. loc. cit.
16. Tucker, Ruth A. loc. cit. Hlm. 258.
17. 5. loc. cit.
18. "Ken Pike`s Growing Contribution", dalam
http://www.sil.org/klp/klp-contributions.htm
19. SIL merupakan organisasi yang juga dipelopori oleh Cam Townsend
untuk mengkaji berbagai dokumen dan menolong pengembangan
bahasa-bahasa yang tidak banyak dikenal masyarakat dunia.
20. 5. loc. cit.
21. Ibid.
22. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. op. cit.
Hlm. 215.
23. Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Kamus Linguistik". Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 207.
24. Ibid. Hlm. 69.
25. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. loc.cit. Hlm.
215.
26. Edwards, Bruce L. 1996. "Tagmemic Discourse Theory". Dalam
http://personal.bgsu.edu/~edwards/tags.html.
27. Ibid.
28. Masyarakat di Medan umumnya lebih mengenal "motor" sebagai
kendaraan beroda empat daripada kendaraan beroda dua sebagaimana
arti kedua menurut KBBI.
29. Edwards, Bruce L. loc. cit.
30. 5. loc. cit.
31. Ibid.
32. Pike, Kenneth L. Dalam http://www.sil.org/klp/pilgrim/pilgrim1.htm
33. "Kenneth Lee Pike Quotes", dalam
http://www.brainyquote.com/quotes/authors/k/kenneth_l_pike.html.
*) Penulis adalah pengasuh Bio-Kristi
+ Tahukah Anda? ______________________________________________________
Pike didorong oleh dua hal untuk menjalankan misi: nyanyian berjudul
"There Were Ninety and Nine That Safely Lay" yang sering dinyanyikan
oleh ibunya dan biografi Hudson Taylor yang ia temukan di rak buku
ayahnya.
Dari: http://www.sil.org/klp/pilgrim/pilgrim1.htm
+ Sisipan ____________________________________________________________
RENCANA PELUNCURAN PUBLIKASI BARU YLSA
Sebagai gebrakan awal tahun 2007, YLSA berencana untuk menerbitkan
satu publikasi baru, yaitu publikasi yang akan berisi tentang
kesaksian. Tim Redaksi sudah dibentuk dan saat ini sedang menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk penerbitan publikasi ini.
Harapan kami, melalui publikasi kesaksian ini banyak orang
terinspirasi oleh kasih Tuhan dan menjadi berkat untuk kemuliaan
nama-Nya. Bagi sahabat YLSA yang tertarik untuk berlangganan
publikasi ini bisa mulai mendaftarkan diri dengan mengirimkan
pendaftarannya ke alamat:
< staf-kesaksian(at)sabda.org >
+ Undangan Berpartisipasi ____________________________________________
Redaksi mengundang Anda untuk mengirimkan komentar, tanggapan,
penilaian, maupun kesan-kesan Anda terhadap tokoh-tokoh yang kami
sajikan di setiap edisi Bio-Kristi. Kirimkan komentar dan pendapat
Anda agar bisa dimuat di edisi berikutnya dan menjadi berkat bagi
sidang pembaca. Silakan kirimkan komentar Anda ke alamat:
< komentar-bio-kristi(at)sabda.org >
Catatan:
Redaksi berhak menyunting komentar yang masuk dari pembaca tanpa
mengurangi esensi isinya.
______________________________________________________________________
Diasuh oleh: R.S. Kurnia
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2006
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
_________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)xc.org >
Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)xc.org >
Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org >
Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |