Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/22 |
|
Bio-Kristi edisi 22 (14-4-2008)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 022, April 2008 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Riwayat Hidup Mary Baker Eddy: Pendiri Christian Science - Karya : David Livingstone: Penginjil dan Penjelajah Benua Hitam - Tahukah Anda? - Sisipan : - Lowongan Pekerjaan YLSA -- Editor dan Penerjemah - In-Christ.Net (Indonesian Christian Network of Networks) + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Pada masa tertentu, sering kali muncul tokoh-tokoh fenomenal yang mampu memengaruhi dan mengubah zamannya. Tokoh-tokoh fenomenal tersebut biasanya memiliki keunikan dan keberanian tersendiri, baik dalam pengaruh maupun perjuangan mereka. Seperti tokoh yang kami angkat pada edisi ini, Mary Baker Eddy dan David Livingstone. Mary Baker Eddy adalah pendiri salah satu aliran sesat dalam kekristenan, Christian Science. Ia merupakan tokoh yang fenomenal dan telah memengaruhi ratusan ribu orang untuk bergabung ke dalam The Church of Christ Scientist. Redaksi sengaja menyajikan biografi pendiri Christian Science ini sebagai tambahan pengetahuan bagi Pembaca Bio-Kristi sekalian agar dapat semakin waspada terhadap ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Allah. Dalam kolom Karya, kami mengangkat biografi David Livingstone, seorang misionaris yang telah memberikan kontribusi bagi penginjilan dan penghapusan perbudakan di Afrika. Silakan simak sajian di edisi kali ini. Kiranya dapat semakin mendorong pembaca sekalian untuk lebih mengenal dan mendalami kebenaran firman Allah dalam hidup sehari-hari, sehingga tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran yang tidak sesuai dengan firman-Nya. Selamat membaca! Redaksi Bio-Kristi, Riwon Alfrey + Riwayat ____________________________________________________________ 1821 -- 1910 Pendeta, Teolog RIWAYAT HIDUP MARY BAKER EDDY: PENDIRI CHRISTIAN SCIENCE Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari Christian Science merupakan salah satu aliran kekristenan yang dianggap sebagai bidah. Kebidahan mereka dapat dengan jelas kita lihat dari keyakinan mereka bahwa orang dapat menerima keselamatan setelah mampu menganggap bahwa segala penyakit, penderitaan, dan kematian adalah semu dan khayalan belaka. Selain itu, penganut ajaran ini juga menyamakan buku-buku karangan pendirinya, Marry Baker Eddy, dengan Alkitab. Mary Baker Eddy lahir di Bow, New Hampshire, pada 16 Juli 1821. Orang tuanya adalah warga Gereja Kongregasional (beraliran Calvinis). Pada usia delapan tahun, Mary mendapat penglihatan dan sejak saat itu, ia yakin bahwa Allah memilih dia untuk tugas dan panggilan istimewa pada hal-hal yang bersifat spiritual di samping yang intelektual. Pada usia tujuh belas tahun, Mary diterima menjadi anggota penuh Gereja Kongregasional di Tilton. Dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1879 dia membentuk gereja sendiri. Sejak kecil, Mary sering sakit-sakitan sehingga pendidikan formalnya terganggu. Karena itu, dia harus mendapatkan tambahan pelajaran. Dia mendapat pelajaran dari guru privatnya, seperti mata pelajaran bahasa Yunani, Ibrani, Latin, Filsafat, Logika, dan Pengetahuan Moral. Dan akhirnya dia bisa bersekolah di akademi. Pada tahun 1843, ia menikah dengan George Washington Glover. Memunyai anak yang dinamai sama seperti ayahnya, yaitu George. Namun sebelum George lahir, suaminya meninggal dunia. Sejak ditinggal suaminya, Mary sering sakit-sakitan. Namun dalam keadaan demikian, pertumbuhan minatnya terhadap hal-hal yang bersifat spiritualistik-metafisik justru semakin pesat. Tahun 1853 Mary menikah dengan Daniel Patterson, seorang dokter gigi, tetapi pernikahannya tidak berlangsung lama. Tahun 1877 dia menikah lagi dengan Asa G. Eddy. Lima tahun kemudian Asa G. Eddy meninggal, diduga karena penyakit Malicious Animal Magnelism [MAM]. Penyakit ini juga yang diduga telah merenggut nyawa Mary pada tahun 1910. CATATAN PENEMUAN MARY BAKER EDDY TENTANG CHRISTIAN SCIENCE Di Massachusetts, pada Februari 1866, Mary menemukan ilmu pengetahuan penyembuhan metafisik ilahi yang kemudian dia beri nama Christian Science. Penemuan dilakukan dengan melacak semua efek jasmani terhadap masalah mental; dan pada akhir 1866, dia mendapat kepastian ilmiah bahwa penyebab semuanya adalah "mind" dan setiap efeknya adalah gejala mental. Akan tetapi, pernyataannya tentang "penemuan baru" itu bukan tanpa masalah. Mary mulai menekuni Alkitab sebagai bacaan utama dan mengembangkan metode penafsiran yang tidak lazim, yang menurut para pengamat dipengaruhi oleh Swedenborg. Dalam ajarannya, dia menjelaskan bahwa pengajaran Yesus dan penggenapan karya-Nya di bawah terang yang disebutnya "Prinsip dan Peraturan Ilmu Pengetahuan Rohani dan Penyembuhan Metafisik" (dikutip dalam Backman Jr. 1982:206). Dalam perkembangannya, penemuannya mendapat kecaman karena ilmunya dianggap sejajar dengan ajaran Quimby ataupun para penyembuh lainnya. Mary mengatakan bahwa para "penyembuh-pikiran" (mind-curer) lainnya berpusat pada pikiran mengatasi materi (mind-over-matter) dengan kuasa yang digali oleh seseorang, sedangkan dia mengajarkan bahwa kuasa yang menyembuhkan itu berasal dari Allah dan pengaruh-Nya atas kesadaran manusia. Menurut bahasa Christian Science, Quimby menekankan pada kehendak pribadi, sedangkan Mary menekankan "kebenaran" Allah pada pemikiran manusia. Mary juga terus menuangkan penemuan dan ilmu pengetahuan kristianinya dalam buku "Science and Health" (1875). Buku ini akhirnya menjadi semacam kitab suci bagi Christian Science. Dalam buku ini, Mary Baker Eddy menandaskan bahwa Alkitab adalah satu-satunya kebenaran agamawi dan penuntun menuju kehidupan kekal. Ia mengklaim bahwa manusia telah mengubah dan merusak naskah aslinya dan telah mengembangkan penafsiran yang keliru atasnya. Oleh karenanya diperlukan "Key to the Scriptures". PEMBENTUKAN THE CHURCH OF CHRIST SCIENTIST Pada tahun 1879, Mary Baker Eddy bersama dua puluh orang pengikutnya (termasuk murid-muridnya) secara resmi membentuk gereja baru, The Church of Christ Scientist, dengan menyewa ruangan di Boston. Mary Baker Eddy untuk selanjutnya menjadi pendeta gereja itu. Mary kemudian membuka Massarhea Setts Metaphysical College. Para muridnya juga didorong untuk membuka cabang-cabang di sekitar Boston dan kemudian meluas ke Amerika Serikat dan Kanada. Pada perkembangannya, Christian Science mendapat masalah pembajakan yang dilakukan oleh Edward J. Arens, mantan murid Mary. Rentetan kasus masih terus berlangsung. Termasuk kasus Tremont Temple, tentang dakwaan sejumlah pendeta gereja-gereja "arus utama" yang menganggap Christian Science sebagai aliran sesat. Saat itu Pendeta Joseph Cook dan Pendeta Adoniram J. Gordon, atas nama ortodoksi kristiani dan gereja-gereja Protestan yang merasa terancam oleh kehadiran kelompok agamawi baru ini, melancarkan serangan terhadap Christian Science melalui surat terbuka di koran. Surat terbuka itu sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian kecaman yang sudah dilontarkan gereja-gereja arus utama (Metodis, Presbyterian, Baptis dsb.) sejak 1878. Menanggapi serangan itu, disepakatilah suatu debat terbuka di sebuah gedung gereja yang biasa digunakan Pendeta Cook untuk memberi ceramah. Mary Baker Eddy selanjutnya menyampaikan jawaban atas serangan terhadap Christian Science dan semuanya ditulis di "The Miscellaneous Writing". Dia menjelaskan bahwa Christian Science tidak sama dengan kelompok "penyembuh pikiran" yang ada di Boston. Terdapat kesinambungan antara Christian Science dengan tradisi kristiani pada abad pertama dan praktik penyembuhan berpatokan pada Tuhan Yesus, Tabib Mahaagung itu. Mary juga menolak teori Darwin dan mengecam kalangan Protestan Ortodoks. Peristiwa Tremont Temple malah semakin mempertegas pemisahan Christian Science dari gereja-gereja Protestan yang ortodoks dan konservatif. Bahkan setelah kasus tersebut, jemaat pertama dari Church of Christ Scientist di Boston berkembang pesat. Organisasi-organisasi dan kegiatan-kegiatan berkembang dengan pesat. Majalah seperti "Journal of Christian Science" yang terbit sejak 1883 (belakangan bernama "Christian Science Journal") melonjak tirasnya menjadi puluhan ribu eksemplar. Bahkan kemudian, sejak 1908, Christian Science menerbitkan harian "The Christian Science Monitor" yang sangat terkemuka itu. Tahun 1886, dibentuklah National Christian Scientist Association (NCSA) untuk menghimpun para praktisi Christian Science yang sudah tersebar di seluruh Amerika Serikat, sedangkan CSA masih tetap dipertahankan khusus untuk murid-murid pribadi Mary. PERKEMBANGAN CHRISTIAN SCIENCE SELANJUTNYA Akhir 1890-an, Mary Baker Eddy mengundurkan diri dari kegiatan organisasi dan pelayanan gerejawi; sejak itu hingga akhir hayatnya, ia memusatkan perhatian pada kegiatan tulis-menulis dan mengajar murid-murid khusus. Pada 3 Desember 1910, Mary Baker Eddy meninggal dunia. Lepas dari pro dan kontra, banyak yang memuji Mary sebagai wanita yang cemerlang, yang sangat berhasil mengangkat harkat dan derajat kaum wanita, bahkan mungkin bisa disebut pelopor teologi feminisme. Ada juga yang menyebutnya salah seorang wanita terbesar di sepanjang sejarah. Kendati tidak tersentralisasi dan berbiak menjadi banyak lembaga, namun secara menyeluruh, Christian Science, sejak 1910, memerlihatkan perkembangan kuantitatif yang cukup mengesankan. Di Amerika Serikat saja, warganya sempat mencapai lebih dari 300.000 dan di seluruh dunia sempat berjumlah sekitar tiga perempat juta, yang membuat pengamat tertentu menyimpulkan bahwa Christian Science -- paling tidak hingga 1950-an -- merupakan "salah satu denominasi Amerika yang pertumbuhannya paling pesat" (dikutip dalam Gruss 1994:57). Penyebab kemunduran Christian Science yang paling pokok menurut Knee (1994:144) adalah karena sejak meninggalnya Mary Baker Eddy, tidak ada perkembangan pemikiran di kalangan Christian Science. Yang terjadi hanyalah pewarisan dan pengulangan pikiran; dari satu orang. Tidak ada penafsir dan pengolah gagasan secara kreatif; yang ada hanyalah "formalizers and institutionalizers". Diringkas dari: Judul buku : Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja Judul bab : Christian Science Judul artikel: Sejarah Perkembangannya: Riwayat Hidup Mary Baker Eddy Hingga 1879 Penulis : Pdt. Dr. Jan S. Aritonang Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996 Halaman : 380 -- 390 ______________________________________________________________________ Sebagaimana Anda menjalani kehidupan, begitu jugalah Anda percaya. Kierkegaard -- Filsuf + Karya ______________________________________________________________ 1813 -- 1873 Misionaris, Tenaga Medis DAVID LIVINGSTONE: PENGINJIL DAN PENJELAJAH BENUA HITAM Dirangkum Oleh: Yohanna Prita Amelia David Livingstone adalah seorang misionaris yang dilahirkan pada 19 Maret 1813 di kota Blantyre, Lanarkshire, Skotlandia. David kecil adalah anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan Neil Livingstone (1788-1856) -- seorang guru sekolah minggu -- dan istrinya Agnes Hunter (1782-1865). Sebagai seorang Kristen yang taat, sang ayah telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap David Livingstone ketika dia masih muda. Terlahir pada masa revolusi industri di Inggris, memaksa David Livingstone bekerja di sebuah pemintalan kapas selama empat belas jam sehari dengan gaji hanya lima shilling per minggu. Jam kerja yang menyita sebagian besar waktunya membuatnya terpaksa bersekolah pada malam hari di Blantyre Village School. Keluarga Livingstone bukanlah sebuah keluarga yang mengedepankan pendidikan, David Livingstone harus menabung sedikit demi sedikit sebelum akhirnya melanjutkan studi ke Anderson`s College di Glasgow pada tahun 1836 dan memerdalam pengetahuannya dalam bidang kedokteran dan penginjilan. Cita-citanya kala itu adalah menjadi seorang tenaga medis di Tiongkok. Hal ini dipengaruhi oleh seruan seorang misionaris berkebangsaan Jerman bernama Karl Gutzlaff mengenai kurangnya utusan penginjilan dalam bidang medis di Tiongkok. Pada musim gugur 1838, David Livingstone diterima di London Missionary Society (LMS). David sangat berharap LMS akan mengirimnya ke daratan Tiongkok sebagai tenaga medis. Sayangnya, perang candu pertama yang pecah di bulan September 1839, tidak memungkinkan David Livingstone melakukan pelayanan ke Tiongkok. Akhirnya, Livingstone untuk sementara menetap di Inggris sambil melanjutkan studinya. DAVID LIVINGSTONE DAN PENGINJILAN Pelayanan David yang pertama berawal dari perkenalannya dengan Robert Moffat pada tahun 1840. Pertemuan mereka telah menggugah hati David Livingstone untuk menjadi relawan dan pergi melayani di bagian selatan benua Afrika. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, David Livingstone menerima tawaran dari LMS dan bertolak dari Inggris pada Desember 1840 dan tiba di Pangkalan Kuruman pada tahun 1841. Dia mendarat di Benua Hitam dengan membawa "sextant" (semacam kompas), beberapa lembar buku, alat peneropong, dan obat-obatan. Kerinduannya yang terbesar adalah melayani di daerah-daerah yang belum terjamah oleh orang kulit putih. Setelah beristirahat beberapa hari di Kuruman, David Livingstoe melanjutkan perjalanan ke Lepelole. Suku yang mendiami daerah Lepelole adalah suku Bakwena. Sebagai salah satu media penginjilan, David Livingstone mempelajari bahasa daerah setempat. Namun, keadaan keamanan kurang mendukung di daerah ini, David menyadari bahwa setiap kali dia selesai berkhotbah, banyak orang-orangnya yang dibunuh, ditangkap, atau diusir oleh suku lain. Sebagai jalan keluar, akhirnya pada tahun 1844, David memutuskan untuk pergi ke arah utara, menuju Mabotsa. Pada tahun 1844, daerah Mabotsa didiami oleh orang-orang Bakhatla. Selama berada di Mabotsa, David sering memberitakan tentang Yesus sambil berkumpul dengan orang Bakhala di antara api unggun. Lagu gereja pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa lokal adalah "There Is a Fountain Filled With Blood". Di tempat inilah terjadi peristiwa yang mengubah hidup David. Dia diserang oleh seekor singa yang meremukkan bahu kirinya. Akibatnya sungguh fatal karena sepanjang sisa hidupnya, David Livingstone hampir tidak bisa menggunakan tangan kirinya lagi. Di Mabotsa, David menikah dengan putri Robert Moffat yang bernama Marry. Ketika kelompok misi yang baru tiba di Mabotsa, David pindah ke daerah Chonuane yang didiami oleh orang-orang Kwena. Pada suatu hari, kepala suku yang bernama Sechele memanggil semua anggotanya untuk berkumpul dan mendengarkan khotbah David Livingstone. Hatinya tergerak dan bertobat, sejak saat itu dia menjadi seorang Kristen yang taat. Karena dorongannya, banyak anggota suku yang pergi ke sekolah-sekolah misi. Musim kering yang berkepanjangan dan menipisnya persediaan air di Chonuane memaksanya untuk pergi ke daerah Kolobeng pada tahun 1847. Saat David pergi ke Kolobeng, dia menyadari bahwa banyak orang mengikutinya. Kebanyakan orang-orang tersebut merasa tidak bisa hidup jauh dari David yang mengobati mereka, mengajarkan membaca, dan terutama menceritakan Yesus yang ajaib. Di Kolobeng, mereka mendirikan sebuah sekolah kecil. Masa kekeringan tidak berakhir sampai di sini saja. Beberapa tahun ke depan, hujan sangat jarang turun di Kolobeng. Tanah menjadi kering, bahkan air sungai tidak mengalir. Agar bisa selamat dari bencana kekeringan ini, mereka harus pergi ke daerah Makololo dan melewati gurun Kalahari. Dengan dibantu oleh kedua rekannya yang bernama William C. Oswell dan Mungo Murray, David Livingstone melakukan perjalanan melewati gurun Kalahari dan menemukan Danau Ngami. Keinginan David Livingstone untuk melakukan penginjilan lebih lagi ke daerah utara semakin menggebu. Tapi, David menyadari bahwa istri dan anak-anaknya tidak dapat mengikutinya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memulangkan keluarganya ke Inggris, sedangkan dia sendiri tetap melanjutkan misinya. Dalam penginjilannya, David Livingstone selalu menekankan betapa pentingnya mengerti budaya lokal dan kepercayaan masyarakat untuk membuat mereka tertarik terhadap kekristenan. David Livingstone menyadari bahwa kekristenan adalah sebuah ancaman besar bagi masyarakat Afrika. Terutama jika berhubungan dengan upacara tradisional yang menyatukan masyarakat melalui budaya poligami yang dipraktikkan di Afrika. Padahal itu dilarang oleh kekristenan. David Livingstone juga mengalami kesulitan dalam hal bahasa, karena bahasa lokal tidak mengenal kata kasih dalam konsep Allah maupun kata dosa. PERJALANAN TERUS BERLANJUT Apa yang dicapai oleh David Livingstone selama perjalanannya, yaitu menemukan daerah-daerah baru. Karena menemukan daerah-daerah baru, ditemukan pula pengetahuan alam yang baru, seperti binatang-binatang baru, tumbuh-tumbuhan yang lain, keadaan alam yang berbeda, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Peta Afrika pertama yang dibawanya dulu, tidak berisi apa pun mulai dari Kuruman hingga Timbuktu, tapi berkat jasanya, peta itu kini telah terisi daerah-daerah secara terperinci dan lengkap. Di tanah airnya, dia disambut sebagai pahlawan nasional dan dielu-elukan oleh masyarakat Inggris. Namun, kepulangannya pada Desember 1856 mengakibatkan perbedaan pendapat antara dia dan LMS yang telah mengutusnya, dan perbedaan itu terus meruncing. David ingin kembali lagi ke Afrika untuk membuka jalur perdagangan dan kekristenan di sana, tapi dia menyadari bahwa LMS tidak akan membantunya dalam hal penjelajahan dan ekonomi. Memanasnya hubungan David dengan LMS itu membuatnya memutuskan untuk melepaskan diri dari yayasan tersebut. David Livingstone mewujudkan keinginannya untuk kembali lagi ke Afrika dengan bantuan biaya dari pemerintah Inggris dan mengepalai tim ekspedisinya sendiri. Selama lima tahun, David Livingstone melakukan penjelajahan ke daerah Afrika Timur dan Tengah untuk kepentingan pemerintah Inggris. Dalam ekspedisinya yang kedua ini, David Livingstone harus menelan pil pahit dan menerima kenyataan bahwa ekspedisi ini tidak berjalan seperti yang diinginkannya. David Livingstone membuat keputusan yang salah tentang sungai Zambesi dan riam-riam di Cabora Bassa. Kapal-kapal uap pada masa itu ternyata tidak sanggup mengarungi riam-riam tersebut dan memaksanya berpaling ke sungai Shire yang mengalir di sebelah utara sungai Zambesi menuju Danau Malawi. Tapi sebelum sempat terlaksana, pemerintah Inggris memaksa mereka untuk pulang pada tahun 1863. Ekspedisinya yang kedua dianggap sebagai sebuah kegagalan dan pemerintah Inggris sudah tidak tertarik untuk kembali membiayai ekspedisinya. Setelah melakukan usaha penggalangan dana yang sulit, David Livingstone kembali lagi ke Afrika pada tahun 1866. Tujuan David Livingstone kali ini untuk mencari muara sungai Nil. Petualangannya membawa David Livingstone ke sungai Lualaba. Ia mengira telah menemukan tujuannya, padahal sebenarnya sungai Lualaba adalah hulu sungai Kongo. Walau melakukan kekeliruan tentang sungai Nil, namun penemuan geografisnya merupakan harta karun yang tak ternilai bagi ilmu pengetahuan di barat kala itu. Dia menemukan Danau Ngami, Danau Malawi, dan Danau Bangweulu. Tidak hanya itu, David Livingstone juga berjasa memetakan Danau Tangyika, Danau Mweru, dan beberapa jalur sungai, terutama hulu sungai Zambesi. DAVID LIVINGSTONE DAN PERBUDAKAN Walau David Livingstone dikenal sebagai seorang penginjil, tapi dia juga memiliki andil yang sangat besar dalam usahanya untuk menghapus perbudakan di Afrika. Pada saat kuliah, David Livingstone kerap mengikuti perkuliahan yang diadakan oleh Ralph Wardlaw, seorang pemimpin yang pada masa itu secara gigih mengampanyekan anti perbudakan di London. Ketika dia memutuskan untuk pergi ke Afrika Selatan, dia tidak hanya mendapat pengaruh dari Robert Moffat. Dia juga dipengaruhi sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang penganut Abolosianisme (azas yang membela penghapusan perbudakan) yang bernama T.F. Buxon. T.F. Buxon menyebutkan bahwa perbudakan di Afrika dapat dihapuskan dengan membuka sebuah jalur perdagangan yang sah dan penyebaran ajaran Kristen di tanah Afrika. Ketika melakukan perjalanan ke utara untuk membuka ladang pelayanan baru, Livingstone menjatuhkan pilihan di kedua sisi sungai Zambesi. Alasan yang mendasari pilihan David Livingstone adalah karena daerah ini memiliki penduduk yang lebih padat dan berada di luar jangkauan pedagang budak. David Livingstone juga melihat Sungai Zambesi sebagai sebuah alternatif dibukanya jalur perdagangan yang sah untuk menghalau pedagang budak dari daerah itu. Surat, buku, dan jurnal-jurnal milik David Livingstone merangsang publik untuk menentang dan menghapus perbudakan. Salah satu bukunya yang terkenal diterbitkan pada tahun 1857 dan sampai saat ini masih dicetak ulang berjudul "Missionary Travels and Researches in South Africa". Buku ini menceritakan pengalamannya dalam mengajarkan bahwa Allah itu kasih kepada bangsa kanibal di Afrika. Tahun-tahun terakhir David Livingstone dilalui dengan penjelajahan ke daerah-daerah yang belum pernah dilaluinya antara Danau Malawi dan Tanganyika. David Livingstone kehilangan hubungan dengan dunia luar selama kurang lebih enam tahun. Hanya satu dari empat puluh empat suratnya yang sampai ke Zanzibar. Berbagai tim ekspedisi dikirim oleh pemerintah Inggris untuk menemukan David Livingstone. Henry Morton Stanley dan timnya yang dikirim oleh surat kabar The New York Herald, menemukan David Livingstone di sebuah kota yang bernama Ujiji pada 10 November 1871. David Livingstone meninggal dunia di Chitambo pada 1 Mei 1873 karena menderita penyakit malaria dan pendarahan internal yang disebabkan oleh disentri. David Livingstone menghembuskan napas terakhirnya sambil berlutut di samping tempat tidur dalam posisi berdoa. Dua pembantu setianya yang bernama Susi dan Chuma mengubur jantung dan organ-organ tubuh bagian dalam David Livingstone di bawah pohon mvula. Jasadnya dibalsam dan dikeringkan di bawah sinar matahari untuk akhirnya dipulangkan ke Inggris. Perjalanan yang dibutuhkan untuk membawa jenazah David Livingstone kembali ke Inggris memakan waktu sembilan bulan. Setelah tiba di Inggris, jenasahnya disemayamkan di Westminster Abbey pada 18 April 1874. "Saya akan memberitahu kalian apa yang menopang saya di tengah semua kerja keras dan penderitaan dan kesepian yang tak dapat saya gambarkan beratnya. Yang menopang saya adalah sebuah janji, janji seorang beradab yang paling terpuji dan sakral, ialah janji, `Ketahuilah, Aku akan menyertaimu senantiasa, sampai kepada akhir zaman.`" (Matius 28:20). (David Livingstone) Bahan dirangkum dari: As. Sinar Terang di Afrika (David Livingstone 1813-1873). Dalam http://www.cahayapengharapan.org/kesaksian_hidup/texts/sinar_terang_di_afrika.htm Judas, Johannes. Pelayanan. Dalam http://www.glorianet.org/kolom/kolo_076.html Stanley, Brian. 1995. David Livingstone Mahasiswa Kedokteran. Dalam http://misi.sabda.org/david_livingstone ______. David Livingstone. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/David_Livingstone _____. David Livingstone`s Life. Dalam http://www.livingstoneonline.ucl.ac.uk/biog/dl/bio.html _____. David Livingstone Scottish Missionary and Explorer to Africa. Dalam http://www.wholesomewords.org/missions/bliving4.htmlhttp://www.wholesomewords.org/missions/bliving4.html + Tahukah Anda? ______________________________________________________ David Livingstone adalah orang Eropa pertama yang menemukan Mosi-oa-Tunya atau air terjun Victoria. Nama Victoria diberikan untuk menghormati sang ratu yang memerintah di Inggris kala itu, Ratu Victoria. Diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/David_Livingstone + Sisipan? ___________________________________________________________ LOWONGAN PEKERJAAN YLSA -- EDITOR DAN PENERJEMAH Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang editor atau penerjemah. Kualifikasi Khusus untuk Editor: 1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik. 2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam pengembangan bahasa Indonesia. 3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa. Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah: 1. S1 Sastra Inggris. 2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dan sebaliknya. 3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan. Kualifikasi Umum: 1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis. 2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan. 3. Diutamakan yang belum menikah. 4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia. 5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan diri. 6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan berkeinginan besar untuk terus belajar. 7. Nilai tambah: a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor). b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah). c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris. 8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun. Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV, fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat referensi) ke alamat: HRD - YLSA Kotak Pos 25/SLONS Surakarta 57135 Untuk informasi lebih lengkap, silakan kirim e-mail ke: ==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org > Catatan: -------- Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan. ______________________________________________________________________ IN-CHRIST.NET (INDONESIAN CHRISTIAN NETWORK OF NETWORKS) http://www.in-christ.net/ Telah hadir bagi Anda semua, situs komunitas Kristen In-Christ.Net yang akan memperlengkapi pelayanan kita bersama dalam Tuhan. Mengapa? Karena melalui In-Christ.Net, berbagai komunitas dari berbagai bidang pelayanan Kristen dapat saling berkolaborasi dan membangun pelayanan bersama tanpa dihalangi oleh waktu, tempat, ruang, atau tembok-tembok organisasi. In-Christ.Net menyediakan fasilitas untuk Komunitas Khusus dan Komunitas Umum yang terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Komunitas umum berisi "network-network" dari berbagai bidang pelayanan Kristen. Silakan mendaftar dan bergabung dengan "network" yang Anda inginkan dengan mengirimkan artikel, blog, atau pun memberikan komentar. Di sini, Anda akan bertemu dan berkolaborasi dengan orang-orang percaya dari berbagai tempat yang memiliki minat bidang pelayanan yang sama dengan Anda. Dalam Komunitas Khusus, tergabung kelompok-kelompok yang lebih sempit yang sebelumnya pernah mengadakan pertemuan tatap muka, yang ingin meluaskan komunitas mereka dengan membuka kolaborasi di internet. Untuk bergabung, Anda harus mendaftar terlebih dahulu. Bagi Anda yang ingin membuka komunitas khusus yang baru, silakan menghubungi webmaster(at)sabda.org untuk mendapatkan fasilitas yang tersedia. Berkunjunglah ke halaman "Panduan" untuk informasi selengkapnya < http://www.in-christ.net/panduan >. Sesuai dengan moto In-Christ.Net, yaitu "Equipping One Another", kami percaya umat Tuhan akan berkembang pesat jika bersatu dan saling memperlengkapi untuk menciptakan kolaborasi antarkomunitas yang dinamis dan memuliakan nama Tuhan. Segeralah bergabung! ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Kristina Dwi Lestari Staf Redaksi: Riwon Alfrey, Yohanna Prita Amelia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/ Alamat forum : http://biokristi.sabda.org/forum/ Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |