Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/18 |
|
Bio-Kristi edisi 18 (10-12-2007)
|
|
Buletin Elektronik ______________________________BIO-KRISTI______________________________ Biografi Kristiani ================== Edisi 018, Desember 2007 Isi Edisi Ini: - Pengantar - Riwayat : Thomas Aquinas - Karya : Lagu Natal dari Desa di Gunung - Tahukah Anda? - Sisipan : - Artikel Natal: Born to Save His People - SOTeRI - Catatan Redaksi + Pengantar __________________________________________________________ Salam sejahtera, Satu hal yang tidak pernah berubah dari euforia Natal, bahwa kelahiran Kristus merupakan janji penggenapan keselamatan Allah atas cinta kasih-Nya kepada kita -- manusia yang berdosa. Lalu sejauh mana kita merespons anugerah Allah tersebut? Semoga segala persiapan dan hiruk-pikuk Natal di tempat Anda tidak mengurangi pemaknaan akan kedalaman esensi penting kelahiran Yesus Kristus dalam hidup kita. Penyertaan-Nya yang luar biasa di setiap sisi kehidupan kita, baik suka maupun duka, membawa kita pada sebuah fase ucapan syukur di penghujung tahun ini. Penyertaan Tuhan juga kami rasakan di sepanjang penyajian publikasi Bio-Kristi. Sebagai sajian pamungkas, kami ketengahkan seorang teolog terbesar di abad pertengahan, Thomas Aquinas. Berbagai doktrinnya yang berusaha menyatukan rangkaian filsafat dan teologi membawa tercetusnya tulisan-tulisannya seperti Summa Theologica dan Summa Contra Gentiles. Jangan lewatkan juga informasi menarik tentang awal mula diciptakannya lagu Malam Kudus yang senantiasa dikumandangkan di seluruh dunia di kala Natal. Selamat menikmati sajian akhir kami pada tahun 2007 ini, dan jangan lupa, kebersamaan kita masih dilanjutkan pada tahun 2008 mendatang. Akhir kata, segenap Redaksi Bio-Kristi mengucapkan: SELAMAT HARI NATAL 2007 DAN TAHUN BARU 2008 Pengasuh Bio-Kristi, Kristina Dwi Lestari + Riwayat ____________________________________________________________ 1225--1274, Teolog, Pengkhotbah THOMAS AQUINAS Aquinas merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII. Thomas dilahirkan di Roccasecca, dekat Aquino, Italia, tahun 1225. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino. Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Napels untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Selama di sana, ia mulai tertarik kepada pekerjaan kerasulan gereja, dan ia berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperanan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah kepada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan. Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245 -- 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 -- 1252. Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris. Kecakapan Thomas sangat terkenal sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas dipanggil kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana karena pada tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Napels. Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323. Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "ada yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas. Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus. Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah. Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah "Summa Contra Gentiles" dan "Summa Theologiae". Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja Judul asli artikel: Aquinas, Thomas Penulis : Drs. F.D. Wellem, M.Th. Penerbit : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999 Halaman : 18 -- 20 ______________________________________________________________________ Melalui pengetahuan atas karya-Nya, kita akan mengenal Dia." Robert Boyle-- Ilmuwan + Karya ______________________________________________________________ Lagu Natal, Himne LAGU NATAL DARI DESA DI GUNUNG Kita tentu akan merasa sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus", bukan? Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa. Hal itu berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam menerjemahkannya. "Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan musikus ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam mereka. Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan negeri Austria. Inilah ceritanya .... ORGEL YANG RUSAK Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu. Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang hari Natal tahun 1818, orgel itu masih belum selesai diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung gereja karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian. Tentu tidak ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal. Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang biasa mengadakan tur keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria. Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya memunyai rumah besar di desa itu. Ia mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya. Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu. Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari puncaknya, ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan. Sungguh malam itu indah sekali ..., malam yang kudus ..., malam yang sunyi .... HADIAH NATAL YANG ISTIMEWA Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu. Keesokan harinya, pendeta muda itu pergi ke rumah temannya. Franz Gruber, yang masih muda, adalah kepala sekolah di desa Arnsdorf yang terletak tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia pun merangkap pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef Mohr. Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu," katanya, "sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam." "Terima kasih, Pendeta!" balas Franz Gruber. Setelah mereka berdua diam sejenak, pendeta muda itu bertanya, "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya?" Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan syair hasil karya Josef Mohr. Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan. Penduduk desa berkumpul untuk merayakan malam Natal. Dengan keheranan, mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu, ada sebuah lagu Natal yang baru. Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu ciptaannya -- untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr menyanyikan suara tenor. Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada saat-saat yang telah ditentukan. Dan untuk pertama kalinya, lagu "Malam Kudus" diperdengarkan. BAGAIMANA TERSEBAR? Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian malam Natal itu. Ia senang sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia bersenandung, mengingat not-not melodi itu dan mengulang-ulangi kata-katanya. "Malam Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia selesai memperbaiki orgel Oderndorf, lalu pulang. Sekarang masuklah beberapa tokoh baru dalam ceritanya, yaitu Strasser bersaudara. Keempat gadis Strasser itu adalah anak-anak seorang pembuat sarung tangan. Mereka berbakat luar biasa di bidang musik. Sewaktu masih kecil, keempat gadis cilik itu suka menyanyi di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung tangan buatannya. Banyak orang mulai memerhatikan mereka, dan bahkan memberi uang atas nyanyiannya. Demikian kecilnya permulaan karier keempat gadis Strasser itu, hanya sekadar menyanyi di pasar. Tetapi mereka cepat menjadi tenar. Mereka sempat berkeliling ke banyak kota. Yang terutama mereka tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air mereka, yakni dari daerah pegunungan negeri Austria. Tukang orgel tadi mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara. Kepada mereka, ia nyanyikan lagu Natal yang baru saja dipelajarinya dari kedua penciptanya di gereja desa itu. Salah seorang penyanyi wanita menuliskan kata-kata dan not-not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka. Dengan berbuat demikian, mereka pun dapat menghafalkannya. Keempat wanita itu senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara mereka. Makin lama makin banyak orang yang mendengarnya sehingga lagu Natal itu mulai dibawa ke negeri-negeri lain pula. Pernah seorang pemimpin konser terkenal mengundang keempat kakak-beradik dari keluarga Strasser itu untuk menghadiri konsernya. Sebagai atraksi penutup acara yang tak diumumkan sebelumnya, ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan menyanyi. Antara lain, mereka menyanyikan "Malam Kudus", yang oleh mereka diberi judul "Lagu dari Surga". Raja dan ratu daerah Saksen menghadiri konser itu. Mereka mengundang rombongan penyanyi Strasser itu untuk datang ke istana pada malam Natal. Tentu di sana pun mereka membawakan lagu "Malam Kudus". RAHASIA ASAL-USULNYA Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu rakyat" saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakah pengarangnya. Pemimpin musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mandelssohn juga tidak tahu tentang asal-usul lagu Natal itu. Sang raja mengirim seorang utusan khusus untuk menyelidiki rahasia itu. Utusannya hampir saja pulang dengan tangan kosong. Lalu secara kebetulan ia mendengarkan seekor burung piaraan yang sedang bersiul. Lagu siulannya tak lain ialah "Malam Kudus"! Setelah utusan raja tahu bahwa burung itu dulu dibawa oleh seseorang dalam perjalanannya dari daerah pegunungan Austria, pergilah dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula-mula ia menyangka bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam naskah-naskah karangan Johann Michael Haydn, seorang komponis bangsa Austria yang terkenal. Tetapi sia-sia semua penelitiannya. Akan tetapi usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin tahu pada penduduk setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa bahwa salah seorang muridnya mungkin, pernah melatih burung yang pandai mengidungkan "Malam Kudus" itu. Maka ia menyembunyikan diri sambil bersiul meniru suara burung tersebut. Segera muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung piaraannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix Gruber. Dan lagu yang sudah termahsyur itu, yang dulu diajarkan kepada burung piaraannya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri! Demikianlah seorang bocah dan seekor burung turut mengambil peranan dalam menyatakan kepada dunia luar, siapakah sebenarnya yang mengarang "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu. TANDA PENGENAL ORANG KRISTEN Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi milik bersama seluruh umat manusia. Bahkan lagu Natal itu pernah dipakai secara luar biasa -- untuk menciptakan hubungan persahabatan antara orang-orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda bahasa dan latar belakangnya. Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifik diliputi oleh Perang Dunia kedua. Beberapa minggu setelah hari Natal itu, sebuah pesawat terbang Amerika Serikat mengalami kerusakan yang hebat dalam peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudera di dekat salah satu pulau Indonesia. Kelima orang awak kapal itu, yang luka-luka semua, terapung-apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu tampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang yang asing bagi mereka mendayung dengan cepatnya dan menolong mereka masuk ke dalam perahu-perahu itu. Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu ragu-ragu dan curiga -- apakah orang-orang ini masih di bawah kuasa Jepang, musuh mereka? Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya menarik mereka dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam? Segala macam kekhawatiran terkilas pada pikiran mereka karena mereka sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa para pendayung berkulit coklat itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan untuk mengetahui dengan pasti, apakah tentara angkatan udara itu telah jatuh ke dalam tangan kawan atau lawan. Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai, salah seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus". Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para penerbang yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka kenali. Dengan tersenyum -- tanda perasaan lega -- turutlah mereka menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang bahwa mereka sudah jatuh ke tangan orang-orang Kristen sesamanya, yang akan melindungi dan merawat mereka. LAGU DUNIAWI DAN SURGAWI Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula menciptakan lagu "Malam Kudus"? Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz Gruber hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu terus melayani Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan berbagai cara. Namun sejauh pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis apa-apa lagi yang luar biasa. Nama-nama mereka pasti sudah dilupakan oleh dunia sekarang ..., kecuali satu kejadian -- pada masa muda, mereka pernah bekerja sama untuk menghasilkan sebuah lagu pilihan. Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan pada tahun 1899 sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang baru sudah dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari marmer dan perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus". Pahatan itu menggambarkan Pendeta Mohr yang seakan-akan sedang bersandar di jendela, melihat keluar dari rumah Tuhan di surga. Tangannya ditaruh di telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara anak-anak di bumi yang sedang menyanyikan lagu Natal karangannya. Di belakangnya berdiri Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil memetik gitarnya. Sungguh tepat sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah seisi dunia, juga seisi surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari Desa di Gunung". Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama publikasi: e-Reformed edisi 02/XII/1999 Penulis : H.L. Cermat Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/002/ + Tahukah Anda? ______________________________________________________ Kartu Natal yang menggambarkan Sinterklas memakai jubah merah untuk pertama kalinya muncul pada tahun 1885 di Amerika Serikat. Sumber: http://eklesia-sinar.blogspot.com/2004/12/menguak-sinterklas-yang-sebenarnya.html + Sisipan ____________________________________________________________ Artikel Natal BORN TO SAVE HIS PEOPLE Pasti Saudara pernah mendengar ucapan-ucapan seperti ini: "born to run" (lahir untuk berlari); "born to sing" (lahir untuk menyanyi); atau "born to win" (lahir untuk menang). Ucapan-ucapan seperti itu mengapresiasi mereka yang berhasil meraih prestasi luar biasa di bidang tertentu yang mereka geluti. Artinya? Bahwa kualitas yang dikemukakan -- berlari, menyanyi, atau menang -- sudah digariskan sang Khalik untuk melekat pada pribadi yang bersangkutan sejak lahir, bukan baru muncul atau diraihnya dalam periode tertentu dalam hidupnya. Kalau ucapan sejenis dialamatkan kepada tokoh Yesus, seperti apa ya bunyinya? Lewat paparan tentang silsilah Yesus Kristus, penulis Injil Matius seakan-akan berkomentar tentang tokoh tersebut: Born to save His people! Lahir untuk menyelamatkan umat-Nya! Hal yang sama juga dikatakan oleh malaikat Tuhan kepada Yusuf lewat mimpi: "... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat. 1:21). Benar, silsilah Yesus Kristus dipaparkan bukan cuma untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang asal-usul dari seorang tokoh sejarah yang paling kontroversial, tapi untuk menunjukkan identitas dan peran-Nya yang sangat istimewa dalam sejarah umat manusia. Khususnya, sejarah Israel. Juga, bahwa identitas dan peran tersebut bukan baru diraih-Nya (atau ditetapkan Allah untuk diraih-Nya) sejak periode tertentu dalam hidup-Nya setelah Dia mengalami atau meraih ini-itu yang membentuk kualitas-kualitas dan motif-motif tertentu dalam diri-Nya. Bahkan, bukan baru dimiliki-Nya sejak saat kelahiran-Nya, atau semasa Ia dikandung dalam rahim bunda-Nya, karena jika demikian, tidak perlu penulis Injil Matius melacak asal-usul-Nya sampai jauh ke belakang. Bayangkan, sampai tiga kali empat belas keturunan sebelumnya! Kalau begitu, sejak kapan? Jawabannya, sejak lebih dari empat ribu tahun yang lalu. Sejak zaman Abraham. Penulis Injil Matius memperkenalkan Yesus sebagai "anak Abraham" (ay. 1), melalui siapa karya keselamatan dimulai. Jadi, sejak sejarah keselamatan dimulai, Yesus sudah digariskan Allah untuk menyandang identitas dan peran yang sangat istimewa dalam sejarah umat manusia! Siapakah Yesus, yang kelahiran-Nya diperingati setiap tanggal 25 Desember? Di sini, Ia diperkenalkan sebagai "Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (ay. 1). Apa artinya? Secara sederhana, itu berarti nama lengkap atau sebutan populer-Nya "Yesus Kristus". Selain itu, Dia adalah keturunan Daud, juga keturunan Abraham. Seperti kata Rasul Paulus, " ... menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud" (Rm. 1:3). Namun, penulis Injil Matius ingin menunjukkan realitas yang jauh lebih dalam dan agung ketimbang itu tentang tokoh ini. Mengapa Dia disebut "Yesus Kristus"? Itu bukan nama lahirnya. Waktu Ia lahir, Yusuf, ayah-Nya, menamakan-Nya cuma "Yesus" (Mat. 1:25), tidak memakai embel-embel "Kristus". Lagipula, kalaupun latar belakang keluarganya mau dilibatkan, seharusnya sebutan-Nya "Yesus bin Yusuf" (artinya, Yesus anak atau keturunan Yusuf), bukan "Yesus ... anak Daud, anak Abraham". Kalau begitu, pasti sebutan-sebutan "Kristus", "anak Daud", dan "anak Abraham" memiliki makna teologis tertentu. Sebutan-sebutan itu menyingkapkan identitas dan peran-Nya yang tiada tara! Benar, Yesus bukan sekadar putra dari seorang tukang kayu sederhana bernama Yusuf. Identitas-Nya jauh melampaui itu. Dia keturunan Raja Daud, bahkan keturunan Abraham, bapa dari sebuah bangsa yang sangat besar, Israel. Namun sampai di sini, identitas tersebut belum bisa dibilang sangat istimewa karena nyatanya keturunan Daud dan Abraham bukan cuma Dia. Lihat, ada tiga kali empat belas keturunan terdaftar dalam silsilah-Nya! Kalau begitu, keturunan yang bagaimana atau macam apakah Dia? Di sini, kata "Kristus" (Yun. chrestos) berperan sangat penting. Kalau di ayat 1 kata itu digunakan sebagai nama "Yesus Kristus" (tanpa kata sandang), di ayat 17 menyatakan identitas dan peran-Nya yang istimewa dalam sejarah Israel. Di sana, Ia disebut "Kristus (itu)" dengan kata sandang. Bukan "a christ", tetapi "the Christ" (Yun. tou christou). Kata "Kristus" sendiri artinya "yang diurapi". Diurapi siapa? Tentunya Allah. Diurapi untuk apa? Untuk menggenapi pengharapan yang terkait dengan tokoh-tokoh besar Daud dan Abraham, yaitu "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (ay. 21). Jadi, Ia diurapi untuk menjadi Juru Selamat bagi umat-Nya! Lalu, apa makna kata sandang "the" itu sendiri? Tidak lain dari penegasan, bahwa Yesus bukan salah satu dari sekian banyak juru selamat yang diurapi Allah, tapi satu-satunya Juru Selamat! "He is not only a christ, but the one and only Christ!" Dia disebut "Yesus Kristus" karena Dia satu-satunya Kristus! Dia adalah keturunan Daud dan Abraham yang tiada taranya karena Dia satu-satunya yang diurapi Allah untuk menjadi Kristus! Melalui pemaparan silsilah Yesus, penulis Injil Matius bermaksud meneguhkan kebenaran ini. Lihat saja kesimpulannya di ayat 17: "Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus." Kalimat ini memaknai pemaparan silsilah di ayat 2 -- 16 melalui pola tiga kali empat belas keturunan. Angka tiga dan empat belas di sini menyatakan kesempurnaan, kegenapan, dan kepenuhan! Dengan kata lain, silsilah tersebut dipaparkan bukan cuma untuk menginformasikan latar belakang historis dari sang Tokoh, tetapi menunjukkan hubungan yang sangat erat antara pengharapan mesianis dalam PL serta kesempurnaan pemenuhannya dalam diri Yesus. Dialah sang Kristus yang dinanti-nantikan! Kenyataan ini diteguhkan oleh isi silsilah itu sendiri. Perhatikan baik-baik! Silsilah tersebut diawali dengan rumusan klasik "inilah silsilah Yesus Kristus, ..." (ay. 1). Rumusan ini membedakan silsilah tersebut dengan silsilah-silsilah tradisional dari tokoh-tokoh besar PL, seperti silsilah Adam (Kej. 5), silsilah Sem (Kej. 11:10-26), dan silsilah Terah (Kej. 11:27-32). Dalam silsilah-silsilah tersebut, nama sang tokohlah yang disebutkan pertama kali: "Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan ..." (Kej. 5:3); "Setelah Sem berumur seratus tahun, ia memperanakkan ..." (Kej. 1:10); "Terah memperanakkan ..." (Kej. 11:27). Sebaliknya, dalam silsilah Yesus, nama Yesus justru disebutkan paling akhir, di ujung silsilah: "Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus (Mat. 1:16). Kalau begitu, silsilah Yesus boleh dibilang sejenis dengan "silsilah" atau asal-usul langit dan bumi dalam Kejadian 1:1-2:3. Di ujung "silsilah" langit dan bumi, tertulis: "Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya" (Kej. 2:1). Jadi, seperti halnya penciptaan langit dan bumi, kelahiran Yesus mengawali babak baru dari pemenuhan rencana Allah. Dalam Kejadian 1, kita berjumpa dengan awal dari sejarah dunia. Dalam Matius 1, kita berjumpa dengan awal dari sejarah keselamatan! Sejarah keselamatan dimulai dari tokoh Yesus. Dialah sang Juru Selamat! He was born to save His people! Maukah Saudara menyerahkan dirimu mulai hari ini kepada Yesus sang Kristus? Maukah Saudara juga mengajak keluarga dan orang-orang di sekeliling Saudara untuk menyambut-Nya dalam hidup mereka? Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku : Harta Karun Natal Judul artikel: Born to Save His People Penulis : Erick Sudharma Penerbit : Mitra Pustaka dan Literatur Perkantas Halaman : 19 -- 25 ______________________________________________________________________ SOTeRI SOTeRI adalah singkatan dari Situs Online Teologi Reformed Injili yang merupakan pengembangan (upgrade) dari situs e-Reformed yang sudah dibangun sejak tahun 2001. SOTeRI bertujuan untuk menjadi sarana memperkenalkan sistem teologia Reformed dan kegiatan-kegiatannya kepada masyarakat Kristen Indonesia. Selain menyajikan arsip dari semua publikasi e-Reformed, situs ini juga memuat artikel-artikel teologia lain yang juga memiliki corak pengajaran teologi Reformed yang Injili. Informasi situs-situs lain yang serupa (sealiran), baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris, juga dapat Anda temui di situs ini. Melalui SOTeRI, Anda juga bisa mendaftar untuk berlangganan publikasi e-Reformed. Selain itu, situs ini juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan komentar. Dengan demikian, pengunjung berinteraksi dengan mengirimkan komentar-komentar sehubungan dengan pembahasan artikel-artikel yang ada di dalamnya. Nah, fasilitas ini tentu sangat menarik karena kita semua bisa ikut terlibat menjadi bagian dari situs ini. Kami berharap kehadiran SOTeRI ini dapat menjadi berkat bagi Anda. ==> http://reformed.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Catatan Redaksi Sepanjang tahun 2007 ini, tiga belas edisi Bio-Kristi telah hadir bagi Anda (termasuk edisi ulang tahun). Namun kami percaya, Anda memiliki penilaian tersendiri buat sajian Bio-Kristi selama ini. Oleh karena itu, kami mengundang Anda untuk memberikan kritik dan saran dari berbagai hal: isi sajian, kolom, dan lain-lain, demi peningkatan layanan pada tahun 2008 mendatang. Silakan kirim ke alamat di bawah ini. Partisipasi Anda sangat membantu kami. Terima kasih, Tuhan memberkati. ==> biokristi(at)sabda.org ______________________________________________________________________ Pengasuh: Kristina Dwi Lestari Kontributor: Yohanna Prita Amelia Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) BIO-KRISTI 2007 YLSA -- http://ylsa.sabda.org/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo _________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org > Kontak redaksi : < biokristi(at)sabda.org > Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/ Alamat forum : http://biokristi.sabda.org/forum/ Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi ____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |