|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/152 |
|
Bio-Kristi edisi 152 (13-10-2015)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_______________________Edisi 152/Oktober 2015_________________________
Bio-Kristi -- Paulo Freire
Edisi 152/Oktober 2015
Salam damai dalam Kristus,
Dalam edisi Bio-Kristi ini, kita akan mengulas tentang seorang tokoh
pendidikan terkemuka dari Amerika Latin, yang dikenal karena konsep
pendidikannya bagi kaum tertindas, Paulo Freire. Melalui karya dan
pemikiran yang didedikasikannya untuk bidang pendidikan, kita akan
melihat iman yang hidup dan bergerak di tengah-tengah arus
ketidakpedulian serta penindasan terhadap mereka yang miskin dan
lemah. Paulo Freire akan mengajarkan kepada kita mengenai arti penting
pendidikan dalam usaha untuk mengentaskan kemiskinan. Selamat
menyimak. Tuhan Yesus memberkati.
-- Tetapi bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamku --
Pemimpin Redaksi Bio-Kristi,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://biokristi.sabda.org/ >
KARYA: PAULO FREIRE
Paulo Reglus Neves Freire (1921 -- 1997) adalah tokoh yang dikenal
sebagai salah seorang dari para pemikir terbesar dalam bidang
pendidikan pada abad ini. Pemikirannya tentang dunia pendidikan, yang
lahir dari praktik mengajarnya selama di Brazil maupun di beberapa
wilayah di seluruh dunia, diekspresikan melalui sejumlah buku,
artikel, dan rekaman audio/video. Tulisan-tulisan tersebut dikerjakan
dalam rentang waktu lebih dari 30 tahun. Karyanya terutama berkisar
pada bidang pendidikan untuk siswa dewasa, tetapi ia juga telah
menulis buku mengenai pendidikan secara umum, termasuk pendidikan usia
dini dan pendidikan tinggi.
Paulo Freire lahir di Recife, di negara bagian Pernambuco yang
terletak di bagian timur laut Brazil. Wilayah tersebut adalah wilayah
termiskin dari seluruh negara tersebut. Meskipun terlahir dalam
keluarga kelas menengah, ia juga merasakan kelaparan yang diakibatkan
"Great Depression" (penurunan ekonomi terdalam dan meliputi jangka
waktu yang cukup lama - Red.) yang melanda Brazil pada 1929. Ia
menyatakan bahwa pengalamannya itulah yang membuatnya "terhubung"
dengan kehidupan orang-orang miskin di lingkungan pinggiran kota.
Freire tinggal di wilayah yang produksinya memiliki sifat semifeodal -
- artinya, "campesinos" (rakyat jelata) harus tunduk kepada sistem
feodal untuk dapat menggarap lahan mereka. Kelas tuan tanah di wilayah
itu memiliki persekutuan historis dengan para borjuis yang tinggal di
wilayah tenggara Brazil, kota Sao Paulo. Kondisi itu menyebabkan
perbedaan yang menyolok dalam hal materi dan kekuasaan, di negara yang
orang-orang kayanya dipimpin oleh hasrat kolonial dan neokolonial.
Kelaparan yang dirasakan Freire sempat menghalangi perkembangannya
dalam pendidikan, tetapi ia dapat mengejar ketertinggalannya itu dan
akhirnya mempelajari ilmu hukum. Kariernya sebagai pengacara hanya
berumur pendek. Pada 1947, ia bekerja pada SESI (Servicio Social da
Industria) selama 10 tahun. Ia menjadi kepala divisi pendidikan dan
kebudayaan yang menjadi komite pendidikan SESI yang pertama, yang
didirikan oleh direkturnya, Cid Sampaio. Selama bekerja di SESI,
Freire menjalin hubungan dengan anak-anak dari kaum miskin dan
orangtua mereka. Pengalaman formatifnya ini sangat memengaruhi gagasan
Freire mengenai pendidikan dan ditunjukkannya melalui disertasi
doktoralnya dalam bidang pendidikan, yang kemudian menjadi buku
pertamanya, yang berhasil ia pertahankan pada 1959 di University of
Recife (yang kemudian hari berganti nama menjadi Federal University of
Pernambuco). Freire juga bekerja dalam upaya pemberantasan buta huruf
bagi orang dewasa dalam konteks Gerakan Kebudayaan Populer. Ia
membangun relasi antara "membaca kata dan membaca dunia", karakter
yang menjadi kekhasan dalam pendekatan pedagogisnya. Ia sangat
berhasil dalam eksperimen yang diadakannya di kota Angicos di Rio
Grande do Norte. Pemerintahan populis yang saat itu dipimpin oleh Joao
Goulart mengundangnya untuk merencanakan dan menjalankan proyek yang
serupa dalam lingkup nasional. Namun, proyek ini dihentikan secara
paksa oleh kaum Multinasional yang melakukan kudeta militer pada 1964.
Karena keberhasilannya dalam menjalankan "pedagogi kaum tertindas"
(pedagogi = pendidikan - Red.), yang menurut pandangan politis berarti
memampukan rakyat jelata untuk dapat membaca sehingga dapat mengikuti
pemilihan umum, Freire mulai dianggap sebagai ancaman yang serius bagi
pemegang status quo. Rezim militer yang mengambil alih Brazil pada
1964 dan mendukung kepentingan perusahaan-perusahaan multinasional
serta kaum tuan tanah yang memegang teguh sistem latifundum
(kepemilikan lahan milik pribadi yang sangat luas di negara-negara
Amerika Latin, yang nilai ekonominya sangat bergantung pada keberadaan
budak - Red.) menganggap Freire sebagai tokoh subversif sehingga
mereka segera menangkapnya dan mengasingkannya.
Freire pun pindah ke Bolivia dan tinggal sebentar di sana, kemudian ia
pergi ke Chile, tempat ia terlibat dalam upaya pemberantasan buta
huruf di antara "campesinos" (rakyat jelata) sebagai bagian dari
program Reformasi Agraria yang dimulai selama pemerintahan Eduardo
Rei, seorang demokrat Kristen. Freire menghabiskan 5 tahun di Chile
dengan bekerja bagi UNESCO dan Chilean Institute for Agrarian Reform.
Di sana, ia juga bekerja sama dengan sejumlah cendekiawan, termasuk
rekan terdekatnya, Marcela Gajardo. Dari Chile, ia pindah ke Meksiko
dan kemudian ke Amerika Serikat. Di AS, ia tinggal di Massachusetts,
di sebuah wilayah yang cukup tertinggal selama bertahun-tahun. Di
sana, ia mengawasi penerjemahan dua bukunya, yang akhirnya menjadi
seminar independen dan membuatnya mengajar di Harvard University`s
Center for Studies in Development and Social Change. Di Massachusetts,
ia juga menjalin kontak dengan banyak cendekiawan, termasuk Jonathan
Kozol, sahabatnya.
Pada Januari 1970, Freire pindah dari AS ke Swiss. Di sana, ia bekerja
bagi Dewan Gereja-Gereja Dunia sebagai konsultan pendidikan bagi
pemerintah, seperti bagi pemerintah Guinea-Bissau (bekas koloni
Portugis di Afrika), Sao Tome` & Principe, Cape Verde, dan Mozambik.
Di Jenewa, ia terlibat dalam pendirian Institute of Cultural Action.
Sampai saat itu, pemikirannya dikhianati oleh beberapa pengaruh
seperti pengaruh W. F. Hegel dan Karl Marx. Namun, Freire membaca
banyak tulisan karya tokoh-tokoh dari berbagai bidang seperti Leszek
Kolakowski, Karel Kosik, Eric Fromm, Antonio Gramsci, Karl Mannheim,
Pierre Furter, Teilhard de Chardin, Franz Fanon, Albert Memmi, Lev
Vygotski, Amilcar Cabral, serta karya yang membahas tentang
personalisme Kristen yang ditulis Tristian de Atiade dan Emanuel
Mounier. Karya Freire menunjukkan dua pemikiran yang dominan, yaitu
Marxisme dan Teologi Pembebasan.
Freire sendiri adalah seorang yang saleh pada permulaan pemikirannya.
Ia sangat dipengaruhi oleh organisasi-organisasi religius radikal yang
muncul di Brazil pada akhir tahun 50-an dan awal 60-an. Ada banyak
kesamaan yang menyolok antara pandangan empansipatorisnya tentang
pendidikan dengan dokumen tentang pengembangan pendidikan yang ditulis
oleh para uskup Amerika Latin pada Konferensi Keuskupan yang diadakan
pada 1968 di Medellin, Kolombia.
Sekembalinya ke Brazil setelah pengasingannya selama 16 tahun, ia
sangat aktif terlibat dalam kegiatan politik bersama Partai Pekerja
(PT), yaitu partai yang ikut didirikannya. Partai ini adalah salah
satu dari tiga partai yang mengusung politik sayap kiri di Brazil. Di
partai itu, Freire menjabat sebagai konsultan bagi kampanye
pemberantasan buta huruf di Grenada dan Nikaragua.
Pada 1986, istri Freire, guru sekolah dari Recife yang dinikahinya
pada 1944, meninggal dunia. Dari pernikahan itu, Freire memiliki tiga
anak perempuan dan dua anak laki-laki yang menjadi inspirasi
terbesarnya. Elza (nama perawannya adalah Elza Maia Costa Oliveira)
berkolaborasi dengan Freire dalam beberapa proyeknya. Pada 1985,
keduanya dianugerahi penghargaan oleh Association of Christian
Educators di AS, sebagai tokoh pendidikan Kristen. Pada Maret 1988,
Freire menikahi Ana Maria (Nita) Araujo Freire, seorang pendidik dan
putri dari mantan gurunya.
Setahun kemudian, Freire diangkat menjadi Sekretaris Pendidikan di
pemerintahan kota madya Sao Paulo pada masa kepemimpinan Walikota
Luisa Erundina de Sousa. Sebagai sekretaris di bidang pendidikan,
Freire melaksanakan beberapa reformasi di sektor umum, di bidang
pendidikan sekolah, dan pendidikan kaum dewasa. Ia juga bertanggung
jawab atas 654 sekolah dan 7.000 siswa. Selain itu, ia juga terlibat
dalam program pendidikan kaum dewasa dan pelatihan pemberantasan buta
huruf (Mova SP) yang melibatkan sebanyak mungkin organisasi massa dan
pemegang kepentingan lainnya dalam usaha pendidikan.
Setelah ia pensiun dari jabatan sebagai Sekretaris Pendidikan pada
1991, Freire tetap aktif dalam berbagai cara. Ia menjadi pembicara
utama dalam berbagai konferensi, mengadakan lokakarya, terus
mengembangkan serta mengartikulasikan gagasan-gagasannya dalam
sejumlah buku dan karya lainnya. Sejak tahun 80-an dan seterusnya, ia
telah menulis buku dialogis bersama sesama penulis dan pendidik
lainnya, termasuk pendidik kaum dewasa yang radikal; Myles Horton
(pendiri Highlander Folk High School di Tennessee), biarawan dan
teolog aliran Dominican Brazil; Frei Betto, filsuf Chile dalam
pengasingan; Antonio Faundez, dan seorang cendekiawan Massachusetts
yang berasal dari Cape Verde; Donaldo P. Macedo. Tulisan Freire terus
berlanjut sampai ia menulis seri surat-surat yang berisi tentang
refleksi masa mudanya, masa kecil, pengasingan, dan debat
kontemporernya kepada keponakan perempuannya. Hal itu pun belumlah
volume lengkap yang ditulisnya. Karya-karya lainnya diterbitkan pada
tahun terakhir hidupnya, sementara itu ada beberapa buku yang
diterbitkan setelah kematiannya.
Paulo Freire menanti kesempatan untuk dapat pergi ke Kuba pada Mei
1997 untuk menerima penghargaan dari Fidel Castro. Namun, pada dini
hari pada bulan Mei itu, Paulo Freire, yang saat itu sudah berada di
RS Albert Einstein di Sao Paulo karena masalah jantungnya,
mengembuskan napas terakhirnya. Istrinya, Ana Maria Araujo Freire,
menyatakan bahwa agendanya untuk tahun itu sebenarnya sudah selesai
direncanakan. Pada tahun itu, Freire sebenarnya hendak menyelesaikan
bukunya yang lain, yang sudah ditulisnya sebanyak 29 halaman, dan
berencana untuk menulis tiga buku lainnya bersama penulis lain, yang
salah satunya membahas tentang "fatalisme deterministik
neoliberalisme". Ia juga seharusnya menerima enam gelar kehormatan
lainnya dari beberapa negara yang berbeda untuk menambah 35 gelar yang
telah diterimanya. Sesaat sebelum kematiannya, Paulo Freire pernah
berkata, "Saya tidak dapat memikirkan tentang pendidikan tanpa kasih,
dan itulah sebabnya saya menjadi seorang pendidik; pertama-tama karena
saya merasakan kasih itu." (t/Yudo)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Jesuits in Malta
Alamat URL: http://www.jrsmalta.org/content.aspx?id=337433#.VFnblxZtZiA
Judul asli artikel: Who was Paulo Freire?
Penulis artikel: Prof. Peter Mayo
Tanggal akses: 5 November 2014
TAHUKAH ANDA: DASAR ETIKA KRISTEN DALAM PEMIKIRAN PAULO FREIRE
Ditulis oleh: N. Risanti
Meskipun dipengaruhi oleh ideologi "kiri" yang populer di negara-
negara Amerika Latin, tetapi otentisitas humanisme Kristen menjadi
kekuatan yang mendorong gairah Freire dalam berkarya. Setelah menikah,
Freire dan istrinya, Elza, sama-sama berpartisipasi dalam Gerakan Aksi
Katolik bersama beberapa teman mereka yang berasal dari kelas
menengah. Hal tersebut menjadi tantangan yang sulit karena mereka
harus berjuang dalam kontradiksi antara iman Kristen mereka dengan
gaya hidup yang dimiliki oleh teman-teman mereka. Tantangan paling
keras mereka terima ketika mengusulkan kepada teman-teman mereka
tersebut bahwa pekerja yang mereka miliki harus diperlakukan sebagai
sesama manusia.
Kandidat peraih Nobel Perdamaian tahun 1993 ini sering kali dikenang
dalam kata-kata seperti "kasih", "belas kasihan", dan "harapan". Dan
memang, kesadarannya akan kebutuhan masyarakat miskin didasarkan pada
ajaran etika Yesus di dalam Injil sehingga pedagoginya berdiri pada
keharusan moral untuk berpihak kepada mereka yang tertindas. Saat
Freire bekerja untuk Dewan Gereja Dunia, ia berulang kali menantang
"imam dan orang-orang religius" untuk mengubah paradigma kenabian
serta praktik Injil mereka di dalam keberpihakan kepada orang miskin.
Salah satu ide pokok Freire yang mengarah pada akar kekristenan
terdapat dalam pemikirannya mengenai dialog. Baginya, dialog adalah
model komunikasi yang alami untuk belajar karena dalam dialog peserta
didik diakui sebagai mitra yang sejajar. Dialog memungkinkan
kesempatan untuk belajar bersama, dibanding sekadar mengajar. Dialog
diawali dengan penghargaan karena kita berdialog untuk belajar dari
mereka yang kita ajar. Dalam Pedagogi Kaum Tertindas, Freire
mengusulkan lima ide yang menurutnya sangat penting demi terwujudnya
dialog, yaitu kerendahan hati, harapan, iman, cinta, dan berpikir
kritis.
Sumber bacaan:
1. Knight, Jim. 2010. "Paulo Freire: Radical Learner". Dalam
http://www.radicallearners.com/paulo-freire-radical-learner/
2. Van Gorder, Chris. 2008. "Paulo Freire?s Pedagogy for the Children
of the Oppressors". Dalam
http://www.lesley.edu/journal-pedagogy-pluralism-practice/chris-van-gorder/pedagogy-children-oppressors/
3. Bentley, Leslie. "A Brief Biography of Paulo Freire". Dalam
http://ptoweb.org/aboutpto/a-brief-biography-of-paulo-freire/
4. "Paulo Freire Facts". Dalam
http://biography.yourdictionary.com/paulo-freire
STOP PRESS: MEMASUKI DUNIA PUSTAKA KRISTEN DALAM PUBLIKASI E-BUKU
Apakah Anda menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca? Anda
membutuhkan banyak informasi mengenai buku-buku Kristen yang perlu
Anda baca?
Yayasan Lembaga SABDA <http://ylsa.org> mengajak Anda untuk segera
mendaftarkan diri menjadi pelanggan publikasi e-Buku
< http://sabda.org/publikasi/e-buku >. Setiap pelanggan e-Buku akan
mendapatkan informasi tentang buku-buku Kristen yang layak dibaca,
baik buku cetak maupun buku elektronik. Ada pula artikel-artikel,
kesaksian pembaca, berbagai macam tips dunia baca, dan berbagai
informasi dunia pustaka yang dapat Anda peroleh secara GRATIS melalui
mailbox Anda. Cara berlangganan sangat mudah! Daftarkan diri Anda
sekarang juga dengan mengirimkan email ke:
--> < subscribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org > atau < buku(at)sabda.org >
Pastikan diri Anda selalu mengetahui buku-buku bermutu yang layak Anda
baca untuk menolong pertumbuhan iman Kristen dan wawasan Anda!
Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Ayub.
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |