|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/143 |
|
Bio-Kristi edisi 143 (7-1-2015)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
________________________Edisi 143/Januari 2015__________________________
Bio-Kristi -- Harriet Tubman
Edisi 143/Januari 2015
Selamat Tahun Baru! Semangat dan rencana-rencana baru kiranya sudah
Anda susun dan siapkan untuk menjalani tahun ini. Pada edisi pertama
tahun ini, publikasi Bio-Kristi mengangkat tokoh wanita yang
memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Harriet Tubman adalah seorang
wanita yang memperjuangkan kemerdekaan dirinya dari perbudakan dan
juga kemerdekaan budak-budak lain. Kehidupan dan perjuangan Tubman
tentu akan menolong kita memahami arti sebuah kemerdekaan.
Sebagai orang percaya, kita telah dimerdekakan oleh Yesus Kristus dari
belenggu dosa. Itu merupakan sebuah anugerah yang tak ternilai bagi
hidup kita. Karena itu, kita harus benar-benar mensyukuri kemerdekaan
ini. Kiranya kisah kehidupan Tubman ini dapat menjadi inspirasi untuk
menghargai kemerdekaan yang telah kita dapatkan secara cuma-cuma ini.
Redaksi Tamu Bio-Kristi,
Mei
< http://biokristi.sabda.org/ >
RIWAYAT: HARRIET TUBMAN
(1820 -- 1913) Aktivis Hak Sipil
Harriet Tubman melepaskan diri dari perbudakan untuk menjadi seorang
pemimpin abolisionis (sebuah gerakan yang bertujuan menghapuskan
perbudakan, yang banyak dijumpai di Eropa Barat dan Amerika -- Red.).
Ia memimpin ratusan orang yang diperbudak di sepanjang rute
Underground Railroad (jaringan rute rahasia di Amerika Serikat yang
menjadi tempat tinggal yang aman bagi para budak, dan yang digunakan
untuk melarikan diri ke negara-negara yang bebas dari perbudakan --
Red.).
Harriet Tubman adalah seorang budak perempuan Amerika yang melarikan
diri dari perbudakan di Selatan, untuk menjadi seorang abolisionis
terkemuka sebelum Perang Saudara pecah di Amerika. Ia lahir di
Maryland pada tahun 1820, dan berhasil melarikan diri pada tahun 1849.
Namun, ia berkali-kali kembali untuk menyelamatkan, baik anggota
keluarga maupun yang bukan kerabatnya, dari sistem perkebunan. Ia
memimpin ratusan orang menuju kebebasan di Utara sebagai "konduktor"
paling terkenal di Underground Railroad.
Awal Kehidupan
Harriet Tubman lahir dari orang tua yang diperbudak di Dorchester
County, Maryland, dan awalnya bernama Araminta Harriet Ross. Ibunya,
Harriet "Rit" Green, adalah budak milik Mary Pattison Brodess.
Ayahnya, Ben Ross, adalah budak dari Anthony Thompson, yang akhirnya
menikahi Mary Brodess. Araminta, atau "Minty", adalah salah satu dari
sembilan anak yang lahir dari Rit dan Ben antara tahun 1808 dan 1832.
Meski tahun kelahiran Araminta tidak diketahui, diperkirakan itu
terjadi antara 1820 dan 1825.
Kehidupan awal Minty penuh dengan kesulitan. Putra Maria Brodess,
Edward, menjual tiga saudara perempuannya ke perkebunan yang jauh,
memutuskan hubungan keluarga itu. Ketika seorang pedagang dari Georgia
mendekati Brodess karena ingin membeli putra bungsu Rit, Musa, Rit
berhasil menahan perpecahan berikutnya dalam keluarganya, dan itu
menjadi contoh yang sangat kuat bagi anak perempuannya.
Kekerasan fisik merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari Tubman dan
keluarganya. Kekerasan yang ia alami pada awal kehidupannya
mengakibatkan luka fisik yang permanen. Harriet kemudian menceritakan
satu hari tertentu saat ia dicambuk sebanyak lima kali sebelum
sarapan. Ia membawa bekas luka itu di sepanjang sisa hidupnya. Cedera
yang paling parah terjadi ketika Tubman masih remaja. Dikirim (untuk
bekerja) di sebuah toko kelontong, ia berjumpa dengan seorang budak
yang telah meninggalkan ladang tanpa izin. Mandor budak itu meminta
agar Tubman menolong budak yang melarikan diri itu. Ketika Harriet
menolak, mandor itu melemparkan benda seberat sekitar satu kilo yang
mengenai kepala Harriet. Tubman mengalami kejang, sakit kepala parah,
dan narkolepsi (penyakit kronis yang ditandai dengan serangan kantuk
dan ingin tidur -- Red.) selama sisa hidupnya. Ia juga mengalami
mimpi-mimpi yang intens, yang ia klasifikasikan sebagai pengalaman-
pengalaman religius.
Garis antara kebebasan dan perbudakan tampak kabur bagi Tubman dan
keluarganya. Ayah Harriet Tubman, Ben, dibebaskan dari perbudakan pada
usia 45, sebagaimana diatur dalam kehendak pemilik sebelumnya. Meski
demikian, Ben hanya memiliki sedikit pilihan selain terus bekerja
sebagai estimator kayu dan mandor untuk mantan pemiliknya. Meskipun
ketentuan kemerdekaan yang sama juga diterapkan pada Rit dan anak-
anaknya, orang-orang yang memiliki keluarga itu memilih untuk tidak
membebaskan mereka. Meskipun statusnya adalah orang merdeka, Ben hanya
memiliki sedikit kuasa untuk menantang keputusan orang-orang itu.
Saat Harriet mencapai usia dewasa, sekitar setengah dari orang-orang
Afrika-Amerika di pantai timur Maryland telah bebas. Bukanlah satu hal
yang biasa bagi sebuah keluarga untuk menyatukan orang-orang yang
sudah bebas dengan yang masih berstatus budak, seperti yang dilakukan
keluarga dekat Tubman ini. Pada tahun 1844, Harriet menikah dengan
seorang pria kulit hitam yang sudah bebas, bernama John Tubman. Hanya
sedikit informasi yang diketahui tentang John Tubman atau
pernikahannya dengan Harriet. Setiap anak yang mereka miliki akan
dianggap budak karena status ibu mengikat semua keturunannya. Araminta
mengganti namanya menjadi Harriet sekitar waktu pernikahannya, mungkin
untuk menghormati ibunya.
Melarikan Diri dari Perbudakan dan Abolisionisme
Harriet Tubman melarikan diri dari perbudakan pada tahun 1849, menuju
ke Philadelphia. Tubman memutuskan untuk melarikan diri setelah
terserang suatu penyakit dan kematian pemiliknya pada tahun 1849.
Tubman khawatir bahwa keluarganya akan mengalami penderitaan yang
lebih lagi dan takut dengan keadaannya sendiri sebagai budak sakit-
sakitan, yang memiliki nilai ekonomi rendah. Awalnya, ia meninggalkan
Maryland bersama dua saudara laki-lakinya, Ben dan Henry, pada tanggal
17 September 1849. Sebuah pemberitahuan diterbitkan di Cambridge
Demokrat, yang menawarkan hadiah $ 300 untuk kembalinya Araminta
(Minty), Harry, dan Ben. Setelah mereka pergi, kedua saudara Tubman
ini berubah pikiran dan kembali ke perkebunan. Harriet tidak punya
rencana untuk tetap tinggal dalam perbudakan. Setelah mengetahui kedua
saudara laki-lakinya kembali ke rumah dengan selamat, ia segera
berangkat sendirian menuju Pennsylvania.
Tubman memanfaatkan jaringan yang dikenal sebagai Underground Railroad
untuk melakukan perjalanan sejauh hampir 90 kilometer menuju
Philadelphia. Ia menyeberang ke negara bagian yang bebas dari
perbudakan, yaitu Pennsylvania, dengan perasaan lega dan kagum, dan
mengenangnya kemudian, "Ketika mendapati bahwa aku telah melewati
garis itu, aku melihat tanganku untuk mengetahui apakah aku adalah
orang yang sama. Ada semacam kemuliaan di atas segala sesuatu;
matahari bersinar seperti emas melalui pohon-pohon, dan di atas
ladang-ladang, dan aku merasa seperti berada di surga."
Bukannya menetap dalam kenyamanan Utara, Tubman menjadikan
"penyelamatan keluarganya dan orang-orang lain yang tinggal di
perbudakan" sebagai misinya. Pada bulan Desember 1850, Tubman menerima
peringatan bahwa keponakannya, Kessiah, akan dijual bersama dua
anaknya yang masih kecil. Suami Kessiah, seorang pria kulit hitam yang
sudah bebas bernama John Bowley, memenangkan lelang untuk istrinya di
Baltimore. Harriet kemudian membantu seluruh keluarga melakukan
perjalanan ke Philadelphia. Ini merupakan perjalanan pertama dari
banyak perjalanan yang dilakukan Tubman, yang mendapat julukan "Musa"
karena kepemimpinannya. Seiring waktu, ia mampu membimbing orang
tuanya, beberapa saudara kandung, dan sekitar 60 orang lain menuju
kebebasan. Salah satu anggota keluarga yang menolak untuk melakukan
perjalanan itu adalah suami Harriet, John, yang lebih memilih untuk
tinggal di Maryland dengan istri barunya.
Dinamika melarikan diri dari perbudakan berubah pada tahun 1850,
dengan berlakunya peraturan dalam Undang-Undang tentang budak yang
melarikan diri. Peraturan tersebut menyatakan bahwa budak yang
melarikan diri boleh ditangkap di Utara dan dikembalikan ke
perbudakan, yang mengakibatkan terjadinya penculikan terhadap mantan
budak dan orang-orang kulit hitam yang bebas, yang tinggal di negara-
negara yang bebas dari perbudakan. Aparat penegak hukum di Utara
terpaksa membantu dalam penangkapan para budak, terlepas dari prinsip-
prinsip pribadi mereka. Menanggapi peraturan tersebut, Tubman merute
ulang Underground Railroad menuju Kanada, yang melarang perbudakan
berdasarkan kategori.
Pada bulan Desember 1851, Tubman memandu satu kelompok yang terdiri
atas 11 pelarian menuju Utara. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
rombongan ini berhenti di rumah seorang tokoh abolosionis dan mantan
budak, bernama Frederick Douglass.
Pada bulan April 1858, Tubman diperkenalkan dengan seorang
abolisionis, John Brown, yang mendukung penggunaan kekerasan untuk
mengganggu dan merusak lembaga perbudakan. Tubman membagi tujuan-
tujuan Brown dan setidaknya menoleransi metodenya. Tubman mengaku
telah memiliki visi profetik tentang Brown sebelum mereka bertemu.
Ketika Brown mulai merekrut pendukung untuk menyerang pemilik budak di
Harper Ferry (sebuah kota bersejarah di Jefferson County, Virginia
Barat, Amerika Serikat -- Red.), ia berpaling kepada "Jenderal Tubman"
untuk meminta bantuan. Menyusul eksekusi terhadap Brown yang terjadi
kemudian, Tubman memujinya sebagai martir.
Harriet Tubman tetap aktif selama Perang Saudara. Bekerja untuk Union
Army (Angkatan bersenjata yang berjuang untuk persatuan selama Perang
Saudara di Amerika Serikat -- Red.) sebagai juru masak dan perawat,
dengan segera, Tubman menjadi taruna bersenjata dan mata-mata. Menjadi
wanita pertama yang memimpin sebuah ekspedisi bersenjata dalam perang
itu, ia menuntun Raid Combahee River, yang membebaskan lebih dari 700
budak di Carolina Selatan.
Akhir Kehidupan
Pada awal 1859, Senator abolisionis, William H. Seward, menjual
sebidang tanah kecil di pinggiran Auburn, New York, kepada Tubman.
Tanah di Auburn menjadi surga bagi keluarga Tubman dan teman-teman.
Tubman menghabiskan tahun-tahun setelah perang di tanah ini, merawat
keluarganya dan orang lain yang telah mengambil tempat tinggal di
sana. Pada tahun 1869, ia menikah dengan seorang veteran Perang
Saudara bernama Nelson Davis. Pada tahun 1874, Harriet dan Nelson
mengadopsi seorang bayi perempuan bernama Gertie.
Meskipun Harriet memiliki ketenaran dan reputasi, ia tidak pernah aman
secara finansial. Teman-teman dan pendukung Tubman mampu menggalang
sejumlah dana untuk mendukung dia. Salah seorang pengagum Tubman,
Sarah H. Bradford, menulis sebuah biografi berjudul "Scenes in the
Life of Harriet Tubman" (Suasana-Suasana dalam Kehidupan Harriet
Tubman), yang keuntungannya diberikan kepada Tubman dan keluarganya.
Harriet terus-menerus memberikan secara cuma-cuma meskipun ia
menderita secara ekonomi. Pada tahun 1903, ia menyumbangkan sebidang
tanahnya kepada African Methodist Episcopal Church di Auburn. The
Harriet Tubman Home for the Aged (Panti Jompo Harriet Tubman) dibuka
di wilayah tersebut pada tahun 1908.
Sementara usia Tubman semakin lanjut, cedera kepala yang dialaminya di
awal hidupnya menjadi semakin menyakitkan dan mengganggu. Ia menjalani
operasi otak di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston, untuk
meringankan rasa sakit dan mengurangi "dengungan" yang ia alami secara
teratur. Tubman akhirnya diistirahatkan di rumah peristirahatan yang
dinamai dengan namanya untuk menghormatinya. Dengan dikelilingi oleh
teman-teman dan anggota keluarga, Harriet Tubman meninggal karena
pneumonia pada tahun 1913.
Harriet Tubman, dikenal luas dan dihormati ketika ia masih hidup,
menjadi ikon Amerika pada tahun-tahun setelah dia meninggal. Sebuah
survei pada akhir abad ke-20 menyebutnya sebagai salah satu warga
sipil paling terkenal dalam sejarah Amerika sebelum Perang Saudara,
ketiga setelah Betsy Ross dan Paul Revere. Dengan keberaniannya dan
tindakan yang tegas, ia terus memberikan inspirasi kepada generasi-
generasi Amerika untuk berjuang bagi hak-hak sipil mereka.
Ketika meninggal, Tubman dimakamkan dengan penghormatan militer di
Fort Hill Cemetery (Pekuburan Fort Hill) di Auburn. Kota ini mengenang
kehidupan Tubman dengan sebuah plakat di gedung pengadilan. Tubman
dirayakan dalam banyak cara lain di seluruh negeri pada abad ke-20.
Puluhan sekolah dinamai dengan namanya untuk menghormatinya; juga, the
Harriet Tubman Home di Auburn dan Harriet Tubman Museum di Cambridge
digunakan sebagai peringatan untuk hidupnya. (t/Berlin.B)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: bio.
Alamat URL: http://www.biography.com/people/harriet-tubman-9511430#synopsis
Judul artikel: Harriet Tubman Biography
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 1 September 2014
TAHUKAH ANDA:
IMAN HARRIET TUBMAN DAN PERTOLONGAN TUHAN DALAM USAHA PELARIANNYA
Mistik Kristen menyatakan bahwa Allah dapat berkomunikasi langsung
dengan hati yang berhubungan dengan-Nya. Harriet mungkin tidak
mengetahui tentang hal-hal yang bersifat mistis itu, tetapi dia tampak
mampu mendengar suara Tuhan. Dalam beberapa cara misterius yang tidak
bisa ia jelaskan sepenuhnya, Allah memperingatkan dirinya untuk
melarikan diri ke Utara. Harriet mendesak saudara-saudaranya untuk
bergabung dengannya untuk mulai menuju kepada kebebasan di sebelah
Utara. Akan tetapi, para pria itu kemudian segera mengalami ketakutan
pada konsekuensi apabila mereka tertangkap. Harriet kemudian pergi
sendirian. Dengan melakukan perjalanan pada malam hari, ia memantapkan
pandangannya pada Bintang Utara. Pada siang hari, ia bersembunyi.
Seperti orator revolusioner Patrick Henry, Harriet tahu bahwa ia
berhak atas kebebasan atau kematiannya. Jika ia tidak dapat bebas, ia
bersumpah tidak akan ditangkap hidup-hidup, melainkan untuk bertarung
dengan seluruh kekuatannya. Dengan dipandu Allah dan dibantu oleh
kecerdikan yang luar biasa, pelariannya berjalan dengan baik.
Sering kali, Harriet mengalami peluang yang kecil untuk melarikan
diri. Namun, Tuhan selalu mengirimkan pertolongan. Ia harus berbaring
di tengah rawa yang basah, atau mengubur dirinya dalam ladang kentang,
tetapi pertolongan datang; kadang-kadang melalui seorang teman di
kereta api bawah tanah, kadang-kadang dengan akalnya sendiri. Untuk
itu, Harriet memberi pujian kepada Tuhan. Sebagai penulis biografi,
Sarah Bradford menulis, "... pertolongan tiba-tiba tampaknya tidak
pernah menjadi sebuah kebetulan yang misterius baginya. Doanya adalah
doa iman, dan ia mengharapkan sebuah jawaban. Ketika keterkejutan
diungkapkan pada keteguhan hati dan keberaniannya, atau pertolongan
tak terduga yang diperolehnya, ia akan selalu menjawab, `Jangan,
berkata seperti itu, Nyonya. Itu bukan perbuatanku. Itu adalah
Tuhan!`" (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs: Christianity
Alamat URL: http://www.christianity.com/church/church-history/timeline/1901-2000/harriet-tubman-11630803.html
Judul asli artikel: Harriet Tubman
Penulis artikel: Dan Graves, MSL
Tanggal akses: 14 Oktober 2014
Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Berlin B., N. Risanti, dan S. Setyawati.
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |