|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/116 |
|
Bio-Kristi edisi 116 (13-6-2013)
|
|
Buletin Elektronik
BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_________________________Edisi 116, Juni 2013___________________________
Bio-Kristi -- Nabi Samuel
Edisi 116/Juni 2013
Salam sejahtera,
Pada masa Perjanjian Lama, Tuhan telah memilih para nabi-Nya untuk
menjadi penyambung lidah-Nya. Peranan para nabi ini tentu sangatlah
penting, bukan saja dalam bidang kerohanian, namun juga dalam bidang
politik, ekonomi, dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan
pemerintahan bangsa pilihan-Nya, Israel.
Pada kesempatan ini, Bio-Kristi menyajikan seorang tokoh Alkitab yang
sangat berpengaruh terhadap sejarah Bangsa Israel. Ia bukan hanya
menjadi seorang rohaniwan, melainkan juga pendiri sekolah agama pada
masanya. Dia adalah Samuel. Simaklah kisah hidup dan pelayanan Nabi
Samuel selengkapnya dalam sajian kami berikut ini.
Pemimpin Redaksi Bio-Kristi,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://biokristi.sabda.org/ >
RIWAYAT: NABI SAMUEL
Tokoh Alkitab
Dirangkum oleh: Doni K.
A. Masa Hidup Samuel
Arti nama Samuel adalah "nama-Nya adalah Allah" (shemu berarti namanya
dan El berarti Allah). Hal ini sesuai dengan janji Hana kepada Allah
untuk menyerahkan anak yang akan dilahirkannya menjadi seorang nazir
bagi Allah. Untuk mengingat janjinya itulah, Hana menamai anaknya
"Shemuel".
Terjemahan harfiah lain dari Samuel ialah Allah mendengar (Shama
berarti mendengar dan El berarti Allah), sesuai dengan Samuel 1:20. Di
situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang
permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya.
Ada dua orang yang bernama Samuel dalam Perjanjian Lama: Samuel bin
Amihud, tokoh yang hanya disebutkan sekali dalam Alkitab, dan Samuel,
nabi yang mengurapi Saul sebagai Raja Israel, yang disebutkan pertama
kali dalam 1 Samuel 1:20.
Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahiran Samuel dicatat dalam 1
Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari dua istri Elkana, pergi ke Silo
untuk berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh agar Allah
mengizinkannya memiliki anak. Doanya ternyata dikabulkan dan setelah
anak itu disapih, ia membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada
Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya.
Samuel tentu tidak tahu atau belum bisa mengetahui dan mengerti dengan
baik bagaimana kelahiran dan kehidupan pada masa kecilnya. Akan
tetapi, dari sejarah dan cerita dalam Alkitab, kita sama-sama tahu
bagaimana proses kelahiran Samuel dan bagaimana masa kecilnya. Yang
pasti, dari proses kelahiran Samuel, kita belajar satu hal. Samuel
adalah harta terbesar dan tidak ternilai dari keluarganya, dari ayah
dan ibunya, karena Samuel sesuai dengan namanya adalah anak yang lahir
dari pergumulan yang sangat berat dari seorang ibu yang mandul. Ia
adalah anak yang lahir karena permintaan, jeritan, dan tangisan yang
dalam dari seorang ibu yang bernama Hana. Namun, Alkitab mengatakan
bahwa harta terbesar dan tidak ternilai ini diserahkan sebagai
pemberian terbaik kepada Tuhan. Hana menggenapi janjinya kepada Tuhan
dan mempersembahkan Samuel kepada Tuhan. Hana mendapatkan Samuel dari
Tuhan dan mengembalikannya kembali kepada-Nya untuk dipakai oleh Tuhan
(Perhatikan 1 Samuel 1:1-28).
Sejak kecil, Samuel telah dilatih oleh orang tuanya dan juga dibentuk
oleh lingkungan sekitarnya (lingkungan Bait Allah) untuk menjadi
seorang "pelayan" (1 Samuel 2:18). Ia bukan dilatih menjadi pembantu
rumah tangga, tetapi jiwa, mental, dan karakternya dilatih dan
dibentuk menjadi seorang pelayan sejati. Ia dididik untuk melayani
Tuhan, memerhatikan kepentingan orang lain, mengasihi orang lain, dan
tidak bersifat egois.
Dalam 1 Samuel 2:26 dikatakan bahwa Samuel yang muda itu semakin besar
dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.
Terjadi keseimbangan dalam pertumbuhan Samuel. Ia tidak hanya
bertumbuh secara jasmani, tetapi juga bertumbuh secara jiwa, mental,
karakter, dan kerohanian.
Pada masa pertumbuhannya, segala kebutuhan fisik serta pendidikan
Samuel diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci,
sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah yang
kemungkinan terjadi sekitar 12 tahun dari hidupnya. Pada masa itu
pula, terjadi kemerosotan moral yang hebat di Israel.
Bangsa Filistin, yang akhir-akhir ini bertambah jumlah dan
kekuatannya, menjadi tuan atas negeri itu dan mereka memperhamba
Bangsa Israel. Pada saat itu, bentuk komunikasi baru dari Allah mulai
terjadi atas diri anak kecil yang saleh ini. Sebuah suara yang
misterius datang kepadanya pada malam hari, memanggil-manggil namanya,
dan sebagaimana yang diinstruksikan Eli, ia menjawab, "Berbicaralah,
TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Pesan yang datang dari Tuhan berisi berita kehancuran Eli dan anak-
anaknya yang jahat. Samuel menyampaikan semuanya kepada Eli. Terhadap
berita penghukuman yang mengerikan itu, Eli hanya menjawab, "Dia
TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik."
Kini, Tuhan menyatakan dirinya dalam cara yang berbeda-beda kepada
Samuel. Kemasyhuran dan pengaruh Samuel meningkat di seluruh negeri
sebagai satu-satunya orang yang dipanggil ke dalam jabatan sebagai
nabi oleh Tuhan. Beban orang Filistin terlalu berat, dan rakyat yang
mengeluh di bawah penindasan yang meluas itu, tiba-tiba bangkit
memberontak, dan "orang Israel maju berperang melawan orang Filistin".
Pertempuran hebat terjadi di Afek, dekat Eben-Haezer. Bangsa Israel
dikalahkan dan menjatuhkan empat ribu korban tewas di medan
pertempuran.
Pertempuran kedua berlangsung dan tentara Filistin kembali mengalahkan
tentara Israel. Mereka menyerbu perkemahan Bangsa Israel dan membantai
30.000 orang, serta merebut Tabut Perjanjian. Berita tentang
pertempuran fatal ini segera sampai ke Silo. Ketika mendengar bahwa
Tabut Allah direbut, Nabi Eli segera terjatuh dari kursinya di pintu
gerbang, lehernya patah lalu meninggal. Mungkin atas nasihat Samuel
yang saat itu berusia sekitar 20 tahun, Kemah Suci bersama
perlengkapannya dipindahkan dari Silo ke sebuah tempat yang dianggap
aman, dan akhirnya ke Nob. Tabut itu diletakkan di sana selama
bertahun-tahun. Tentara Filistin masuk ke Silo dan merampas serta
menghancurkannya.
Selama dua puluh tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh
negeri berada di bawah penindasan Bangsa Filistin. Selama tahun-tahun
ini, Samuel memegang kekuatan spiritual di negeri itu. Dari Kota
Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran dan tempat tinggalnya,
pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal
lelah, ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam rakyat,
berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka
bertobat. Usahanya berhasil sehingga Bangsa Israel menyesal kepada
Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit
tertinggi di Israel. Di sana, mereka berpuasa dan berdoa. Di bawah
bimbingan Samuel, Bangsa Israel mempersiapkan diri untuk berperang
melawan Bangsa Filistin yang datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa.
Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel,
pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan.
Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan
dan banyak dari mereka yang tewas.
Pertempuran ini, yang mungkin terjadi sekitar 1095 sM, mengakhiri 40
tahun penindasan Bangsa Filistin. Untuk mengenang pembebasan besar
itu, dan sebagai tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh
Tuhan, Samuel membangun sebuah batu besar di medan peperangan dan
menyebutnya Eben-Haezer, dan berkata, "Sampai di sini TUHAN menolong
kita." Di tempat yang sama ini, 20 tahun sebelumnya, Bangsa Israel
mengalami kekalahan besar ketika Tabut Allah direbut.
Kemenangan atas Filistin ini menghasilkan periode damai yang panjang
di Israel. Selama itu, Samuel melakukan tugas sebagai hakim, berjalan
keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, dan ke Gilgal.
Ketika Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya, para
penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4-5, 19-22).
Samuel mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba, tetapi
mereka ternyata tidak jujur dan korup. Para tua-tua Israel,
mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari Bani
Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah Bangsa
Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan
memberi peringatan konsekuensi kehadiran seorang raja (baca 1 Samuel
pasal 8). Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel
menerima tuntutan mereka dan mengurapi Saul menjadi Raja Israel.
Sebelum meminta diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel
mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan dengan khidmat menjabarkan
kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel
pasal 12).
Sisa hidup Samuel dihabiskan di Kota Rama dan hanya dalam peristiwa
khusus muncul kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) dengan membawa
firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang
jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem
untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi Raja Israel kedua, yang kelak
menggantikan Raja Saul (1 Samuel 16).
Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal
kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar 80 tahun.
Semua orang Israel berkumpul meratapi dan menguburkannya di halaman
rumahnya di Rama (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1
Raja-raja 2:34, dan Yohanes 19:41). Ketaatan Samuel kepada Allah dan
berkat khusus dari Allah untuknya disebutkan di bagian Alkitab yang
lain, yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.
B. Pelayanan Samuel
1. Kehidupan Doa Samuel
Dalam sejarah Israel, Samuel sangat dikenal melalui doa-doanya yang
selalu mendatangkan mukjizat. Setiap kali Samuel berdoa, Bangsa Israel
bisa melihat bagaimana Tuhan menjawab. Alkitab mencatat karena doa-
doanya itu, tangan Tuhan melawan orang Filistin seumur hidup Samuel (1
Samuel 7:13). Selama di bawah kepemimpinan Samuel, Bangsa Israel tidak
pernah kalah dari Bangsa Filistin yang besar dan kuat.
2. Ketegasan dan Kemurnian Pelayanan Samuel
Satu Samuel 12:3-5 mencatat kesaksian Samuel sekaligus pembelaan
Samuel terhadap pelayanannya, "Di sini aku berdiri. Akulah yang
menjadi pemimpinmu dari sejak masa mudaku sampai hari ini. Berikanlah
kesaksian menentang aku di hadapan Tuhan dan di hadapan orang yang
diurapi-Nya. Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang
telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah
kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima
sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya
kepadamu. Jawab mereka, `Engkau tidak memeras kami dan engkau tidak
memberlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa
dari tangan siapa pun.` Lalu berkatalah Samuel kepada mereka, `Tuhan
menjadi saksi kepada kamu.`" Samuel tegas dalam menyatakan kebenaran,
dia tidak takut menyatakan suara Tuhan kepada Imam Eli yang notabene
adalah seniornya setelah mendengar suara Tuhan, tetapi Samuel juga
murni dalam melayani. Dia tahu benar, bahwa dia melayani dengan murni
tidak dengan tuntutan apa pun.
C. Masalah Hidup Samuel
Masalah pertama adalah anak-anaknya tidak hidup benar (kebanyakan
pergumulan hamba-hamba Tuhan besar -- 1 Samuel 8:1-3). Alkitab
mencatat, anak-anak Samuel hidup mengejar laba, menerima suap, dan
memutarbalikkan keadilan. Masalah kedua dalam sejarah hidup dan
pelayanan Samuel adalah hakim, nabi, dan pemimpin besar Israel ini
yang dikenal karena doa-doanya, keakrabannya dengan Tuhan, banyaknya
mukjizat yang dilakukannya di tengah bangsa Israel, dan kemurnian
pelayannya, sehingga tidak didapatkan kesalahan dan dakwaan
terhadapnya. Namun, itu ternyata ditolak oleh Bangsa Israel. Karena
kegagalan anak-anaknya dan hal ini dilihat sebagai kelemahan Samuel
(Bangsa Israel sepertinya sudah lupa dengan kebesaran, kebaikan, dan
kemurnian Samuel), Bangsa Israel secara terang-terangan tidak mau lagi
dipimpin oleh Samuel, tetapi minta dipimpin oleh seorang raja, seperti
bangsa-bangsa lain. Ketika Bangsa Israel melihat dan mencoba
membandingkan dengan bangsa lain, hilanglah semua kebaikkan Samuel,
hilanglah semua kebesaran Samuel. Yang terlihat hanyalah kekurangan
dan kelemahannya. Ironis dan tragis!
Akan tetapi, perhatikanlah keluasan dan kebaikkan hati Samuel
(walaupun secara manusia, pada awalnya ketika mendengar permintaan
Bangsa Israel, dia kesal dan kecewa. Karena kedekatan dengan Tuhan,
akhirnya Samuel mendengarkan permintaan mereka, dia pergi mencari
seorang raja bahkan dia sendiri yang mengurapi raja tersebut bagi
Bangsa Israel. Raja itu adalah Raja Saul. Samuel mendengar apa kata
Tuhan, "Dengarkanlah mereka, ikutilah apa mau mereka." Akhirnya,
karena ketegaran dan kedegilan hati Bangsa Israel inilah, sejak
dipimpin oleh seorang raja, Israel mengalami kehancuran. Tuhan
mengingatkan Samuel bahwa bukan kamu yang mereka tolak, melainkan AKU.
Dirangkum dari:
1. Rev. Ricky David Lomban. "Belajar Dari Tokoh Samuel". Dalam http://www.gmiiusa.org/1_10_9_belajar-dari-tokoh-samuel.html
2. _____________. "Samuel". Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Samuel
TAHUKAH ANDA: NABI, PENDIRI SEKOLAH, NEGARAWAN, DAN REFORMATOR
Samuel menyelenggarakan ibadah secara teratur di Silo. Di sana, ia
mendirikan altar. Di Rama, ia mengumpulkan orang-orang muda dan
mendirikan sekolah untuk para nabi. Selanjutnya, sekolah-sekolah nabi
tersebut juga didirikan di Gibea, Betel, Gilgal, dan Yerikho. Sekolah-
sekolah yang didirikan Samuel memberikan pengaruh penting bagi
karakter dan sejarah bangsa dalam memelihara agama murni di tengah
pertumbuhan kesesatan. Mereka terus ada sampai Israel masuk ke dalam
masa kerajaan.
Setelah lewat beberapa tahun menjadi hakim, Samuel dikenal sebagai
sahabat dan penasihat bagi banyak orang Israel untuk urusan pribadi
dan umum. Ia merupakan negarawan besar dan juga seorang reformator.
Bangsa Israel menghargainya dengan gelar "pelihat" dan seorang nabi
Tuhan.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Samuel
STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA:
"MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!
Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang
belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda bersatu hati untuk berdoa
bagi saudara-saudara kita, khususnya bagi mereka yang akan
melaksanakan ibadah puasa.
Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan
mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa
kita bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:
==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan
memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke
Redaksi e-Doa di: < doa(at)sabda.org >
Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan
Tuhan yang penuh kuasa memulihkan bangsa kita untuk hormat dan
kemuliaan bagi nama-Nya. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun
Anda berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya,
khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa.
Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Doni K., Sigit, dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |