|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/bio-kristi/11 |
|
Bio-Kristi edisi 11 (11-6-2007)
|
|
Buletin Elektronik
______________________________BIO-KRISTI______________________________
Biografi Kristiani
==================
Edisi 011, Juni 2007
Isi Edisi Ini:
- Pengantar
- Riwayat : Dihargai di Kalangan Akademis, Dikecam di Kalangan
Teologis: Kisah Jacobus Arminius (1560 -- 1609)
- Karya : Florence Nightingale: Peletak Fondasi Keperawatan
- Tahukah Anda?
- Sisipan : Ramaikan Forum Diskusi di Situs Bio-Kristi
+ Pengantar __________________________________________________________
Salam sejahtera,
Penemuan makam yang diyakini merupakan makam Yesus beserta
keluarga-Nya beberapa waktu lalu telah menimbulkan kehebohan
tersendiri. Berita ini, di satu sisi mirip dengan fiksi Dan Brown,
mungkin cukup mengguncangkan iman. Peristiwa ini tampaknya menarik
minat salah seorang dosen STT Jakarta untuk menulis artikel di
"Kompas", yang belakangan menimbulkan diskusi yang cukup hangat di
media tersebut. Tak pelak lagi, berita ini sepertinya menjadi
santapan yang menyukakan kalangan yang menolak keilahian Kristus.
Menyinggung keberadaan ajaran-ajaran sesat, sering kali orang-orang
Kristen bukannya menghadapi, melainkan menghindarinya. Bukannya
menghadapinya dengan kritis, tapi cenderung menghindarkan diri. Di
satu sisi, khususnya bagi mereka yang baru bertumbuh, tindakan
menghindar ini memang ada baiknya dilakukan agar mereka terlebih
dahulu diperkokoh dalam ajaran yang alkitabiah. Namun, tidak
demikian halnya dengan mereka yang sudah matang dalam iman.
Cukup mirip dengan kondisi itu, Prof. Dr. Louis Leahy, seorang ahli
filsafat kelahiran Kanada, pernah menulis,
"Orang beriman yang menghindarkan diri ..., dengan mudah dapat
melihat agamanya direndahkan sampai tingkat getto. Jika dia tidak
menghiraukan hasil-hasil penyelidikan-penyelidikan kritik modern,
maka dia membuka jalan bagi keragu-raguan dan ketidakpastian; dia
mengambil risiko seakan-akan dia dibimbing oleh ketakutan atau
itikad jahat. .... Untuk itu, dia harus memikirkan pada tingkat
pikiran manusia, yakni pada tingkat filsafat, nilai, dan arti
kepercayaan bagi manusia. Titik pusat adalah bagaimanakah kita,
secara masuk akal, dapat mengakui eksistensi Allah, sedangkan
jutaan orang memproklamasikan kematian-Nya berdasarkan
bermacam-macam alasan `rasional`?" (Leahy, Louis. 1985.
"Aliran-Aliran Besar Ateisme: Tinjauan Kritis". Yogyakarta:
Kanisus. Hlm.13.)
Dalam kerangka pikir demikian, tidaklah salah bila kita juga turut
mempelajari bagaimana kehidupan sejumlah tokoh yang dianggap sebagai
salah satu pencetus ajaran sesat. Salah satunya yang kami angkat
kali ini ialah Jacobus Arminius. Pada kesempatan ini, kami juga
hendak berterima kasih kepada Prof. Victor Shepherd, dari Tyndale
Seminary, yang mengizinkan kami untuk memuat tulisan tentang teolog
Belanda tersebut pada kolom Riwayat berikut ini.
Akhir kata, kami mengajak sidang pembaca sekalian agar terus
menuntut diri untuk mempelajari kebenaran sejati. Sehingga kita
memiliki dasar yang kuat ketika kelak berhadapan dengan pengajaran
dan "fakta" menghebohkan lain.
Tuhan memberkati.
Pengasuh Bio-Kristi,
R.S. Kurnia
+ Riwayat ____________________________________________________________
1560 -- 1609, Teolog, Arminianisme, Unitarianisme
DIHARGAI DI KALANGAN AKADEMIS, DIKECAM DI KALANGAN TEOLOGIS:
KISAH JACOBUS ARMINIUS (1560 -- 1609)
Arminius mungkin tidak pernah merasa damai dalam hidupnya. Dia lahir
di sebuah kota di Belanda bernama Oudewater pada tahun yang sama
saat ayahnya meninggal. Ibu dan saudara-saudaranya juga meninggal
lima belas tahun kemudian saat tentara Spanyol membantai penduduk
kota itu.
Arminius yang dibesarkan dan dibiayai kerabatnya, belajar di
Universitas Leiden. Di sana, dia dianggap menonjol dalam bidang
teologi. Namun, majelis gereja menganggap anak muda berusia 21 tahun
itu terlalu muda untuk menjadi pendeta.
Tanpa menggubris hal tersebut, Arminius melanjutkan pendidikannya di
Jenewa dan bersahabat dengan Theodore Beza, penerus Calvin di kota
reformasi tersebut. Beza menata ulang ajaran-ajaran Calvin, dia
tetap memakai isi ajaran teologi Calvin, tetapi mengubah semangat
ajaran itu. Contohnya, ketika Calvin berbicara tentang keagungan dan
kemuliaan Tuhan, bukannya "kedaulatan" Tuhan, Beza malah memusatkan
pikirannya pada kedaulatan yang tidak lain adalah perintah yang
sewenang-wenang dari kekuasaan yang sejati. Dan bila Calvin
memusatkan hidup kita di dalam Kritus dengan predestinasi sebagai
alat bagi orang berdosa untuk datang kepada Kristus, Beza malah
menganggap predestinasi sebagai prinsip kekuasaan.
Sekembalinya dari studi di Italia, Arminius ditunjuk sebagai pendeta
di Amsterdam. Pada hari Minggu, dia memulai pelayanannya sebagai
pendeta dengan memakai peci -- peci itu menjadi lambang kebebasan --
dan hanya melepas peci itu saat berdoa memohon kehadiran Tuhan pada
permulaan ibadah. Dia sadar bahwa orang-orang yang sudah
diselamatkan Anak Allah, hanya kembali kepada Pribadi yang sudah
mengembalikan kebebasan mereka. Penduduk kota menikmati khotbahnya
karena khotbahnya mencerminkan iman masyarakat Belanda yang
pemikirannya mengenai Injil telah tertanam secara perlahan-lahan
selama kurang lebih dua abad.
Sudah merupakan tradisi bagi para pendeta pada era reformasi untuk
berkhotbah dari Alkitab. Maka Arminius memulai khotbahnya dari kitab
Roma. Tiga tahun kemudian, dia sampai pada pasal tujuh. Masalah
timbul saat dia mengemukakan bahwa "manusia celaka" yang dibicarakan
pada kitab itu adalah seseorang yang belum percaya, bukan seseorang
yang telah lahir baru, seperti yang dikemukakan Beza. Saat orang
yang menentang ajaran teologinya menyebut dirinya murtad, Arminius
berkata, "Aku percaya bahwa keselamatan kita datang dari Kristus
saja dan kita mendapat iman atas pengampunan dosa dan pemulihan
hidup hanya melalui anugerah Roh Kudus." Setelah itu, mereka
menuduhnya menganut paham pelagianisme, paham sesat yang menganggap
bahwa kejatuhan dalam dosa sudah memengaruhi umat manusia sehingga
kita bisa menentukan takdir kita sendiri, tanpa bantuan untuk masuk
dalam persekutuan dengan Tuhan. Tudingan sosinianisme
(unitarianisme, paham yang menolak Trinitas; hanya memercayai adanya
pribadi Ilahi yang tunggal) juga diarahkan kepadanya. Arminius
menolak jika dikatakan bahwa dia selalu menyatakan keilahian Anak
Allah.
Berkaitan dengan Roma 7, Arminius berkata:
Posisinya dalam hal "manusia celaka" adalah pendapat yang
didukung oleh sepanjang sejarah gereja dan tidak pernah dianggap
murtad.
Tidak ada kemurtadan, termasuk Pelagianisme, bisa didapat dari
hal ini;
Pendapat dari ahli teologi modern (contohnya, Beza) bahwa Roma 7
adalah pasal yang berbicara tentang orang Kristen bukanlah
pendapat yang dimiliki para pendiri gereja, termasuk Agustinus,
pelopor gereja yang sangat dicintai kaum Calvinis.
Mengatakan bahwa Roma 7 berbicara tentang orang Kristen berarti
mengabaikan Tuhan (anugerah tampak tak berdaya dihadapan dosa)
dan membantu perkembangan tindakan asusila (bahkan orang yang
sudah hidup baru tidak dapat menahan dirinya untuk melakukan
perbuatan yang tidak mau mereka lakukan).
Dari semua yang dipertahankan Arminius bersama dengan gereja
sedunia dapat disimpulkan bahwa kehendak bebas hanya ditemukan
dalam orang-orang yang lahir baru, mereka yang mempunyai pilihan
untuk mengenal dan menaatinya atau tidak. Orang yang tak percaya
tetap dibelenggu oleh dosa.
Beberapa bulan kemudian, Arminius menguraikan Roma 9. Seorang yang
menentangnya menuduh khotbahnya menyiratkan bahwa orang-orang
berdosa yang tidak menyesal dihukum hanya berdasar atas dosa mereka.
Dengan kata lain, mereka dihukum bukan atas dasar ketetapan
tersembunyi yang telah Tuhan berikan sebelum mereka lahir dan
berdosa. Penentang yang lain lagi mencelanya karena memberitakan
bahwa perbuatan baik tidak pantas menerima pengampunan Tuhan,
sementara orang-orang yang beroleh pengampunan harus melakukan
perbuatan baik yang dapat mereka lakukan.
Dalam penelitian rinci dan eksposisi beralasannya tentang Roma 9,
Arminius mengatakan bahwa doktrin anugerah mengakui manusia sebagai
ahli waris anugerah dan menghormati mereka sebagai umat manusia,
yang diciptakan segambar dengan Allah. Arminius menentang segala
pernyataan yang mengatakan bahwa manusia berdosa adalah suatu
tongkat dan batu yang dapat digerakkan secara mekanis. Berkaitan
dengan Roma 9, dia menegaskan hal-hal berikut.
Pertanyaan yang dilontarkan lawannya, yang percaya bahwa
predestinasi yang menjawab, yaitu, "Kenapa beberapa orang
percaya, sementara yang lain tidak?", adalah pertanyaan yang
tidak dipertanyakan, apalagi dijawab dalam pasal ini.
Roma 9 tidak membicarakan perorangan, tetapi lebih kepada
golongan-golongan masyarakat: mereka yang mengiyakan kelayakan
oleh iman (misalnya, melalui keintiman dengan "pengurus gereja"
yang Budiman), dan mereka yang berusaha menjadi layak untuk
mendapat pengakuan dari Yesus. Tuhan "mempredestinasikan"
keselamatan bagi mereka yang percaya kepada Yesus Kristus.
Mengatakan bahwa seseorang sudah ditentukan untuk mendapat
keselamatan kekal atau kutukan sebelum mereka diciptakan (dan
sebelum mereka berdosa) berarti menuduh Allah bertindak
sewenang-wenang.
Mendalilkan kehendak Tuhan, baik yang tersembunyi maupun yang
kelihatan berarti mendustai keyakinan Perjanjian Baru bahwa
Yesus Kristus adalah kegenapan kehendak Allah yang disingkapkan
sekarang.
Perintah dan janji Tuhan itu universal. Tuhan tidak memerintahkan
semua manusia untuk percaya hanya dengan mendatangi beberapa
orang sambil membawa pengampunan agar mereka percaya kepada-Nya.
Meski kontroversi merebak di Amsterdam, Universitas Leiden sebagai
pusat Humanisme Renaissance, yang sekaligus pusat bahasa dan budaya
Belanda menyadari kecermelangan Arminius, lalu mengangkatnya sebagai
rektor pada tahun 1603.
Meski dihargai di antara kalangan intelektual, dia ditentang oleh
kaum teologi. Dalam setahun dia diseret menuju perdebatan umum
mengenai predestinasi. Sekali lagi dia mempertahankan pendapatnya,
kali ini dengan cara yang lebih halus. Dihargai di universitas,
Arminius diserang di gereja oleh para pengungsi ultra-Calvinis dari
Perancis yang kepercayaannya berbeda dengan iman asli masyarakat
Belanda. Penentangan terhadapnya semakin menjadi-jadi. Musuh-musuh
yang menghujatnya, yang mengetahui perjalanan studinya ke Italia,
memfitnahnya dengan mengatakan bahwa dia mencium sandal milik Paus
dan "dipengaruhi" oleh kaum Jesuit (serikat agama Katolik yang
didirikan oleh Santo Ignatius Loyola pada tahun 1534).
Kelegaan hanya datang saat TBC yang sudah membuatnya batuk selama
berbulan-bulan sudah agak membaik. Dia meninggal dengan ditemani
oleh istrinya, Lisjbet dan sembilan anaknya yang masih hidup, si
bungsu masih berumur tiga belas bulan. Semenjak itu, Lisjbet hidup
dengan uang pensiun kependetaan yang sudah dijanjikan pemerintah
Belanda bertahun-tahun sebelumnya saat mereka sekeluarga pindah ke
Leiden.
Jelas Arminius tidak menyampaikan kata terakhir dalam Roma 7 dan 9
(atau dalam gagasan yang mengatakan bahwa filsafat adalah dasar yang
diperlukan dalam teologi). Tetap saja dia tidak pantas diperlakukan
seperti itu. Dia sudah mengatakan bahwa dia hanya ingin "menyelidiki
dengan penuh kesungguhan, kebenaran ilahi yang ada dalam Kitab Suci
dengan tujuan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus sehingga dia
berkenan di hadapan-Nya." (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Situs : Sermons and Writings of Victor Shepherd
Judul asli artikel: Jacobus Arminius
Penulis : Victor Shepherd
Alamat URL : http://www.victorshepherd.on.ca/Heritage/Arminius.htm
______________________________________________________________________
Hanya ada satu tuntunan yang pasti dan sempurna tentang kebenaran,
satu dan satu-satunya koreksi terhadap kesalahan, yaitu firman Tuhan.
G. Campbell Morgan -- Ekspositor Alkitab asal Inggris
+ Karya ______________________________________________________________
1820 -- 1868, Keperawatan
FLORENCE NIGHTINGALE: PELETAK FONDASI KEPERAWATAN
Disusun oleh: R.S. Kurnia
Ketika pertama kali mendapat panggilan untuk melayani pada tanggal 7
Februari 1837, Florence Nightingale masih tidak tahu apa yang harus
ia kerjakan bagi Tuhan. Meski demikian, jauh sebelum semakin yakin
akan panggilannya sebagai seorang perawat, ia sangat gemar
mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit. Hanya
saja, ia mulai merasa kalau kunjungannya ke berbagai rumah sakit dan
klinik itu hanya menghancurkan hati para pasien.
Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan
Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras.
Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh
Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan
yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi
perawat.
Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan
yang hina. Alasannya:
- perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut"
(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara
pergi;
- profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang
kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah
sakit dengan tidak senonoh;
- perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas;
- perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Kesempatan untuk mengunjungi Kaiserswerth tampaknya menjadi titik
balik baginya. Sebuah rumah sakit yang menjadi pionir dalam
perawatan telah dibangun atas inisiatif Pendeta Theodor Fliedner dan
istrinya. Rumah sakit ini sendiri dibangun setelah Pendeta Theodor
Fliedner prihatin melihat tidak adanya rumah sakit di kebanyakan
kota. Rumah sakit yang kemudian juga menjadi tempat pelatihan para
diaken ini, menjadi tempat bagi para wanita untuk belajar teologi
dan keperawatan -- mengikuti model pelayanan gereja Kristen
mula-mula. Florence berkunjung ke rumah sakit ini pada tahun 1846
dan setahun berikutnya, ia kembali ke sana untuk menempuh pendidikan
keperawatan.
Meski demikian, ia harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi
seorang perawat, yaitu sekitar lima belas tahun. Waktu yang
sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai kehendak Tuhan
yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu
sebelum terjun sebagai seorang perawat.
BERPERAN DALAM PERANG CRIMEA
Pada saat berusia 34 tahun, Florence berkesempatan untuk berbagian
dalam Perang Crimea sebagai perawat. Saat itu, Perancis, Inggris,
Kerajaan Sardinia, dan Kekaisaran Ottoman berperang melawan
Kekaisaran Rusia. Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di
Scutari dengan 38 rekan-rekannya, Florence melihat para prajurit
yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim
ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa
akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan
bagi para pasien pun tidak tersedia.
Alhasil, dari 4.077 yang meninggal, sebagian besar meninggal karena
penyakit tifus, tifoid (typhoid), kolera, dan disentri. Kenyataan
yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh
para prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk.
Sekembalinya ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti
yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat. Ia
melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya
kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier
keperawatan Florence.
WARISAN-WARISAN FLORENCE NIGHTINGALE
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem
kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan
hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Pendekatannya juga menyeluruh.
Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit
secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan:
- rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi
mereka yang hidup makmur);
- air dan udara yang bersih;
- nutrisi yang baik;
- kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran
maupun pasca kelahiran karena demam, lebih tinggi);
- perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak
pun yang menjadi pekerja.
Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat
harkat para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah
dilakukan sejak Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya membangun
rumah sakit di Kaiserswerth, Florence Nightingale-lah yang berperan
menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang dihargai.
Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para
perawat di Rumah Sakit St. Thomas.
Pada tahun 1860, karya terbaiknya, "Notes on Nursing"
dipublikasikan. Karya ini menjadi penting mengingat di dalamnya
terdapat prinsip-prinsip keperawatan yang meliputi pengawasan yang
teliti dan sensitif bagi para pasien.
1Selain itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak
kecil membuat Florence menjadi salah satu tokoh yang turut berperan
penting dalam hal statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan
mempresentasikan pengamatan medisnya dengan bidang yang juga
dikuasai ayahnya. Salah satu peranannya ialah dalam mempresentasikan
informasi secara visual. Ia bisa dikatakan memperbaiki "grafik kue
pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William Playfair pada
tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen,
Florence menggunakan grafik yang menyerupai histogram melingkar yang
kita kenal belakangan, mengingat para anggota parlemen terlihat
tidak suka membaca atau memahami laporan statistik tradisional.
Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik
yang komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang
memperkenalkan pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di
sana. Atas perannya ini, ia menjadi wanita pertama yang berbagian
dalam Royal Statistical Society, yang juga menjadi anggota
kehormatan dari American Statistical Association.
Selain mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit --
sehingga memudahkan perbandingan menyeluruh di seluruh negeri,
Florence juga merupakan salah satu penguji data yang berkenaan
dengan kesehatan dan keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang
memimpin studi tingkat kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah
koloni Inggris.
TENTANG IMAN KRISTENNYA
Florence meyakini Tuhan sebagai Pencipta dunia, sekaligus Allah yang
mengatur dunia dengan hukum-Nya. Ia percaya bahwa setiap doa yang
kita panjatkan bukanlah untuk membebaskan kita dari segala macam
penyakit dan kelaparan sebab Allah tidak akan mengirimkan wabah
penyakit dan kelaparan. Sebaliknya, manusialah yang harus
mempelajari pergerakan dunia secara sosial maupun natural guna
mempelajari hukum-hukum Tuhan, lalu berperan sebagai rekan sekerja
Allah. "Synergii" merupakan kosakata Yunani yang digunakan Florence
untuk menyebutkan hal ini. Ia memandang Allah sebagai inisiator.
Akan tetapi, kita berbagian dalam mewujudnyatakan pekerjaan Allah di
dunia ini.
Florence juga sangat aktif dalam berdoa. Ia sangat yakin bahwa Tuhan
pasti menjawab setiap doa yang dipanjatkan. Ia juga menyadari bahwa
doa yang tidak dikabulkan sangat mungkin disebabkan oleh alasan yang
baik bahwa manusia belum siap untuk menerima apa yang ia minta.
Selain itu, Florence juga dengan tegas menolak konsep litani dalam
ibadah. Dalam "Notes for Devotional Authors of the Middle Ages", ia
menulis,
"Litani -- apakah kita mengetahuinya lebih dalam, tidak pantaskah
kita menyebut mereka tidak beragama? -- adalah mengatakan kepada
Tuhan apa yang harus dikerjakan-Nya, kita mengajari Tuhan.
Sementara menurut kita, doa merupakan sarana bagi Tuhan untuk
mengatakan apa yang harus kita lakukan, mengajari kita yang Ia
lakukan dengan hukum-Nya."
AKHIR HIDUP
Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tahun 1868 karena
penyakit tifus. Hanya mencapai usia 48 tahun, ia telah berjasa besar
bagi dunia medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa
perawat adalah profesi yang penting dan harus diperlengkapi dengan
pendidikan khusus. Tidak heran, bila profesi ini kini menjadi
profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan masyarakat
Inggris sebelumnya.
Sumber Bacaan:
Florence Nightingale Museum. 2003. Florence Nightingale, dalam
http://www.florence-nightingale.co.uk/flo2.htm.
McDonald, Lynn. 2000. Florence Nightingale and the Foundations of
Public Health Care, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/dalpaper.htm.
______________. 2005. Florence Nightingale: Faith and Work, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/faith.htm.
The Collected Work of Florence Nightingale. 2005. Florence
Nightingale at Prayer, dalam
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/Nightingale-Prayer.htm.
Wikipedia. 2007a. Florence Nightingale, dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.
_________. 2007b. Florence Nightingale, dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.
+ Tahukah Anda? ______________________________________________________
Lagu yang dipakai untuk mengiringi pemakaman Florence Nightingale
ialah "The Son of God Goes Forth in War". Lirik pada lagu ini
ditulis oleh Reginald Heber pada tahun 1812. Henry S. Cutler membuat
musiknya pada tahun 1872.
Sumber:
http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/SERMON.htm
http://www.cyberhymnal.org/htm/s/o/sonofgod.htm
+ Sisipan ____________________________________________________________
RAMAIKAN FORUM DISKUSI DI SITUS BIO-KRISTI
Setelah diluncurkan pada Desember 2006, situs Bio-Kristi kini telah
dilengkapi dengan sebuah forum untuk mendiskusikan berbagai hal
seputar tokoh-tokoh Kristen. Adapun kategori yang saat ini tersedia
adalah sebagai berikut.
1. Seputar Tokoh Kristen
a. Favorit
Anda punya tokoh favorit? Punya tokoh yang menjadi panutan Anda?
Silakan bagikan kesan-kesan mengenai tokoh-tokoh Kristen favorit
Anda di subkategori ini.
b. Informasi Tokoh
Apabila Anda pernah mendengarkan atau mengetahui sesuatu
berkenaan dengan kehidupan tokoh-tokoh Kristen tertentu,
termasuk kontroversi-kontroversi seputar tokoh tertentu, silakan
bagikan hal tersebut di sini.
2. Seputar Biografi Kristiani
a. Edisi Bio-Kristi
Berbagai saran dan kritik untuk perkembangan pelayanan Buletin
Elektronik Bio-Kristi dapat Anda posting di sini.
b. Sumber Bahan
Masukan-masukan yang berkenaan dengan sumber-sumber yang
digunakan oleh Bio-Kristi.
3. Lain-lain
Bila Anda ingin saling mengenal atau mendiskusikan hal-hal lain
di luar kategori di atas, silakan posting di sini.
Oleh karena itu, kami mengundang Anda para pelanggan Bio-Kristi
untuk turut berdiskusi di forum tersebut. Silakan mendaftar terlebih
dahulu, lalu mulailah berdiskusi dengan mengirimkan topik-topik
seputar tokoh-tokoh Kristen dan publikasi Bio-Kristi. Kami tunggu
kehadiran Anda sekalian.
______________________________________________________________________
Pengasuh: R.S. Kurnia
Isi dan bahan menjadi tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) BIO-KRISTI 2007
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
_________________No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati_________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti : < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi : < staf-bio-kristi(at)sabda.org >
Alamat situs : http://biokristi.sabda.org/
Arsip Bio-Kristi : http://www.sabda.org/publikasi/Bio-Kristi
____________________BULETIN ELEKTRONIK BIO-KRISTI_____________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |