Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/62

Berita PESTA edisi 62 (7-6-2012)

Mei/2012


Berita PESTA
Edisi 62/Mei 2012

DAFTAR ISI
BERITA PESTA:
1. Kelas Paralel DAL dan DIK sedang berlangsung
2. Pendaftaran Kelas Diskusi DAS (Modul Baru)
3. Pendaftaran kelas AUA I
ARTIKEL: KESERUPAAN DENGAN KRISTUS
POKOK DOA PESTA

Shalom,

Puji Tuhan, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sehingga kita
sudah tiba di medio tahun 2012. Kami berharap kiranya Tuhan memberi
hikmat, sehingga hari-hari yang kita lewati selalu menjadi berkat bagi
pengenalan kita dengan Tuhan.

Pada kesempatan ini, Berita PESTA kembali hadir untuk berbagi
informasi seputar kegiatan PESTA selama bulan Juni/Juli, antara lain
pembukaan kelas Doktrin Allah Sejati (DAS) dan kelas Apologetika Untuk
Awam I (AUA I), yang dapat Anda simak di kolom berita. Pada kesempatan
ini, kami juga menyajikan artikel yang memberi peneguhan panggilan
orang percaya untuk menjadi serupa dengan Kristus. Kiranya menjadi
berkat Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi Berita PESTA,
Desi Rianto
< ryan(at)in-christ.net >
< http://pesta.org >

                            BERITA PESTA

1. Kelas Paralel DAL dan DIK sedang berlangsung

Puji Tuhan, kelas Doktrin Alkitab (DAL) dan Dasar-dasar Iman Kristen
(DIK) dapat dibuka pada bulan Mei dan masih berlangsung hingga saat
ini. Peserta yang mengikuti kelas DAL berjumlah 29 orang. Kelas DAL
adalah kelas yang baru pertama kali diselenggarakan oleh PESTA. Kelas
DIK juga memiliki 29 peserta, jumlah yang cukup banyak dibandingkan
dengan kelas-kelas DIK sebelumnya. Doakan agar kedua kelas diskusi ini
dapat berjalan dengan baik dan semua peserta mendapat berkat.

2. Pendaftaran Kelas Diskusi DAS (Modul Baru)

PESTA kembali meluncurkan modul baru kedua sebagai bahan pembelajaran
pertengahan tahun ini, yaitu kelas diskusi Doktrin Allah Sejati (DAS).
Kelas ini akan mempelajari tentang hakikat Allah, atribut-atribut
Allah, Tritunggal, dan pemeliharaan Allah atas ciptaan-Nya.

Pendaftaran kelas diskusi ini dibuka sejak promosi pembukaan kelas ini
diumumkan. Kami mengundang para alumni PESTA untuk mengikuti kelas
diskusi ini (khusus bagi alumni yang telah lulus dari kelas DIK).
Silakan menghubungi Kusuma < kusuma@in-christ.net > karena kelas akan
dimulai pada tanggal 4 Juli 2012.

3. Pendaftaran Kelas AUA I

Kabar gembira! PESTA akan membuka kembali pendaftaran kelas
Apologetika Untuk Awam (AUA I). Kelas ini pasti menarik karena akan
membahas tentang bagaimana mendasari "rumah apologetika" Kristen
sebagai hasil modifikasi dari buku "Menaklukkan Segala Pikiran kepada
Kristus" yang ditulis oleh Richard L. Pratt Jr.

Pendaftaran kelas AUA I sudah dibuka dan kelas diskusi akan dimulai
pada tanggal 5 Juli 2012. Bagi para alumni PESTA yang belum pernah
mengikuti kelas AUA I, diharapkan untuk segera bergabung dalam kelas
ini.

                  ARTIKEL: KESERUPAAN DENGAN KRISTUS

Pada bulan April 2007, saya merayakan ulang tahun yang ke-86. Saya
memakai kesempatan tersebut untuk mengumumkan masa pensiun saya dari
aktivitas pelayanan publik. Meskipun saya tidak lagi menerima
undangan-undangan untuk berbicara pada acara-acara berikutnya, saya
telah mencantumkan undangan untuk berbicara di Konvensi Keswick pada
bulan Juli tahun itu dalam agenda saya. Bab ini ditulis berdasarkan
catatan ceramah saya yang terakhir itu.

Saya ingat betul pertanyaan utama yang membuat saya (dan sahabat saya)
bingung sebagai seorang Kristen yang masih belia. Pertanyaannya
adalah: Apa tujuan Allah bagi umat-Nya? Memang benar, kita telah
dipertobatkan, namun apa selanjutnya?

Tentu kita sama-sama tahu pernyataan terkenal dari Katekismus Singkat
Westminster, yang mengatakan bahwa "Tujuan akhir manusia adalah untuk
memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya." Kita juga sangat fasih
dengan pernyataan singkat seperti "kasihi Allah, kasihi sesamamu".

Namun, sepertinya kedua jawaban itu tidak sepenuhnya memuaskan saya.
Karena itu saya ingin membagikan kepada Anda, ke mana benak saya telah
menemukan perhentiannya, sebagaimana saya telah mendekati akhir dari
perjalanan musafir saya di dunia ini. Jawabannya adalah: Allah ingin
umat-Nya menjadi serupa dengan Kristus, sebab keserupaan dengan
Kristus adalah kehendak Allah bagi umat-Nya.

Pertama, saya akan mengajukan dasar alkitabiah dari panggilan untuk
menjadi serupa dengan Kristus. Kedua, saya akan memberikan beberapa
contoh dari Perjanjian Baru. Ketiga, saya akan menggambarkan beberapa
kesimpulan praktis.

Dasar Alkitabiah dari Panggilan untuk Menjadi Serupa dengan Kristus

Dasar alkitabiah ini tidaklah berasal dari sebuah teks tunggal, sebab
dasar yang akan saya ajukan itu sangat mendasar, sehingga tidak bisa
disimpulkan dalam satu teks tunggal saja. Dasar ini terambil dari tiga
teks yang coba kita satukan dengan baik: Roma 8:29; 2 Korintus 3:18; 1
Yohanes 3:2.

Teks pertama adalah Roma 8:29: Allah telah "menentukan [umat-Nya]
untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya." Saat Adam jatuh dalam
dosa, ia kehilangan banyak (meskipun tidak semua) gambar ilahi yang ia
punyai semenjak ia diciptakan. Namun, Allah telah memulihkannya di
dalam Kristus. Menjadi serupa dengan gambaran Allah berarti menjadi
seperti Yesus, dan keserupaan dengan Kristus merupakan tujuan
penetapan kekal Allah.

Teks kedua adalah 2 Korintus 3:18: "Dan kita semua mencerminkan (atau
merefleksikan) kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita
diubah (atau ditransformasikan) menjadi serupa dengan gambar-Nya,
dalam kemuliaan yang semakin besar."

Ada peralihan cara pandang dari teks pertama kepada teks kedua -- dari
cara pandang lampau kepada cara pandang kekinian; dari penetapan kekal
Allah menjadi transformasi yang dikerjakan-Nya di dalam kita kini dan
oleh Roh Kudus; dari tujuan kekal Allah untuk menjadikan kita serupa
Kristus, kepada karya-Nya di tengah-tengah sejarah oleh Roh-Nya untuk
mengubah kita ke dalam gambar Kristus.

Teks ketiga adalah 1 Yohanes 3:2: "Saudara-saudaraku yang kekasih,
sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan
kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan
diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat
Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." Jika Allah terus bekerja
dengan tujuan akhirnya adalah hal ini, tidak perlu heran jika Ia
memanggil kita untuk bekerja bersama-Nya. "Ikutlah Aku," kata-Nya.
"Tirulah Aku."

Banyak dari kita yang mungkin telah mendengar buku berjudul "Meniru
Kristus" (The Imitation of Christ), yang ditulis pada awal abad ke-15
oleh Thomas a Kempis. Ratusan ribu edisi dan terjemahan dari buku ini
telah dipublikasikan. Setelah Alkitab, buku ini mungkin adalah buku
terlaris dunia. Sebenarnya, buku ini tidaklah sepenuhnya soal meniru
Kristus sebab isinya lebih beragam. Namun judul dari buku ini diambil
dari kata pertamanya, dan popularitasnya yang luar biasa memberikan
indikasi tentang betapa pentingnya topik ini.

Jadi, kembali seperti apa yang dikatakan oleh 1 Yohanes 3:22: Kita
tidak tahu sama sekali, namun kita juga benar-benar tahu; kita tidak
mengetahui dengan rinci menjadi seperti apa kita nanti, namun kita
sudah mengetahui bahwa kita akan menjadi seperti Kristus. Kita tidak
perlu tahu lebih dari pada itu. Kita puas dengan kebenaran mulia bahwa
kita akan bersama dengan Kristus dan serupa Kristus.

Dengan demikian, inilah tiga cara pandang itu (lampau, kekinian, dan
masa depan) yang kesemuanya menunjuk ke arah yang sama: tujuan kekal
Allah (kita telah ditentukan...); tujuan Allah dalam sejarah (kita
diubahkan, ditransformasikan oleh Roh Kudus); dan tujuan eskatologis
puncak Allah (kita akan menjadi serupa dengan-Nya...). Semua ini
tergabungkan ke dalam tujuan akhir yang sama yakni keserupaan dengan
Kristus, sebab keserupaan Kristus adalah tujuan Allah bagi umat-Nya.

Setelah memberikan dasar alkitabiah bahwa keserupaan dengan Kristus
adalah tujuan Allah bagi umat-Nya, sekarang saya ingin beralih untuk
memberikan ilustrasi kebenaran ini lewat beberapa contoh Perjanjian
Baru. Namun, terlebih dahulu saya ingin memberikan sebuah pernyataan
umum dari 1 Yohanes 2:6: "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di
dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."

Jika kita mengatakan bahwa kita adalah seorang Kristen, kita harus
menjadi seperti Kristus.

Beberapa Contoh Perjanjian Baru

Kita Menjadi Serupa Kristus dalam Inkarnasi-Nya

Beberapa orang mungkin akan melompat mundur ketakutan karena ide ini.
Anda mungkin akan berkata, "Pastilah, inkarnasi merupakan peristiwa
unik dan tidak dapat ditiru?"

Jawabannya adalah "ya dan tidak." "Ya" dalam pengertian bahwa Sang
Anak Allah mengambil kemanusiaan kita dan mengenakan itu pada diri-Nya
di dalam Yesus dari Nazaret sekali untuk seterusnya dan tidak dapat
diulang kembali. "Tidak" dalam pengertian bahwa kita dipanggil untuk
mengikuti teladan kerendahan hati-Nya yang agung. Itulah sebabnya,
Paulus menuliskan dalam Filipi 2:5-8.

Kita Menjadi Serupa Kristus dalam Pelayanan-Nya

Kita sekarang beralih dari inkarnasi-Nya ke kehidupan pelayanan-Nya.
Sekarang, marilah bersama saya ke ruang atas di mana Ia menghabiskan
malam terakhir bersama murid-murid-Nya. Dalam kesempatan makan malam
itu, Ia melepaskan jubah-Nya, mengikat sebuah handuk dipinggang-Nya,
menuangkan air dalam sebuah wadah, dan membasuh kaki para murid-Nya.
Ketika Ia telah selesai, Ia kembali ke tempat-Nya dan berkata: "Jadi
jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka
kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan
suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu" (Yohanes 13:14-15).

Beberapa kalangan orang Kristen memaknai perintah Yesus secara
literal, dan terkadang melakukan ritual pembasuhan kaki dalam
Perjamuan Kudus. Mereka mungkin saja benar. Tetapi sebagian besar
kalangan juga menerjemahkan perintah Yesus ini secara budaya. Yang
mereka lakukan adalah sebagaimana Yesus melakukan sesuatu yang dalam
budaya-Nya adalah pekerjaan seorang budak, demikian pula kita dalam
budaya kita, harus menganggap bahwa tidak ada tugas yang terlalu
rendah dan hina untuk dikerjakan.

Kita Menjadi Serupa Kristus dalam Kasih-Nya

Seperti yang Paulus tuliskan: "Dan hiduplah di dalam kasih,
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang
harum bagi Allah." (Efesus 5:2) Frasa "menghidupi hidup yang
mengasihi" adalah sebuah perintah agar seluruh tingkah laku kita harus
dicirikan oleh kasih, namun frasa "menyerahkan diri-Nya untuk kita"
jelas merupakan rujukan kepada salib. Jadi, di sini Paulus mendesak
kita untuk menjadi serupa dengan Kristus dalam kematian-Nya; mengasihi
dengan kasih Kalvari.

Anda mengerti apa yang sedang dibahas di sini? Paulus sedang mendesak
kita untuk menjadi serupa dengan Kristus yang berinkarnasi, Kristus
yang membasuh kaki, dan Kristus yang tersalib.

Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus ini mengindikasikan secara
jelas apa makna menjadi serupa seperti Kristus secara praktis. Sebagai
contoh, dalam pasal ini juga Paulus mendesak suami-suami untuk
mengasihi istri-istri mereka sebagaimana Kristus telah mengasihi
Gereja dan memberikan diri baginya (Efesus 5:25).

Kita menjadi Serupa Kristus dalam Ketabahan-Nya

Dalam contoh berikut ini, kita tidak memerhatikan pengajaran Paulus
melainkan Petrus. Setiap pasal dalam surat pertama Petrus memuat
rujukan kepada penderitaan Kristus, sebab latar belakang dari surat
ini adalah permulaan penganiayaan.

Dalam pasal 2 secara khusus Petrus mendesak budak-budak Kristen (jika
ditindas secara tidak adil) untuk menanggungnya, tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan (1 Petrus 2:18). Kita telah dipanggil untuk
ini karena Kristus juga menderita, dan Ia meninggalkan sebuah teladan
supaya kita dapat mengikuti langkah-Nya (1 Petrus 2:21).

Panggilan pada keserupaan dengan Kristus dalam penderitaan yang tidak
adil ini menjadi semakin relevan, dengan makin meningkatnya
penganiayaan di berbagai budaya pada masa kini.

Kita Menjadi Serupa Kristus dalam Misi-Nya

Setelah kita memerhatikan pengajaran Paulus dan Petrus, kini kita tiba
pada pengajaran Yesus, seperti yang dicatat oleh Yohanes (Yohanes
17:18, 20:21).

Di dalam doa-Nya, Yesus berkata kepada Bapa-Nya, "Sama seperti Engkau
telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus
mereka ke dalam dunia"; dan saat mengutus para murid, Ia berkata,
"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus
kamu." Perkataan ini sangat penting.

Ini bukanlah sekadar versi amanat agung yang dicatat di dalam Injil
Yohanes. Ini merupakan arahan bahwa misi mereka di dunia haruslah
menyerupai misi Kristus. Dalam hal apa? Kata-kata kuncinya adalah
"mengutus mereka ke dalam dunia". Itulah sebabnya, sebagaimana Kristus
harus masuk dalam dunia kita, maka kita pun harus masuk ke dalam dunia
orang lain.

Dengan sangat fasih, hal ini dijelaskan oleh Uskup Agung Michael
Ramsay ketika ia berkata: "Kita hanya menyatakan dan menghargai iman
kita sejauh kita pergi keluar, dan menempatkan diri kita di dalam
keraguan-keraguan para peragu di dalam pertanyaan-pertanyaan dari para
penanya dan dalam setiap kesepian dari mereka yang telah kehilangan
jalan."

Masuknya kita ke dalam dunia orang lain inilah yang dimaksud dengan
misi inkarnasional, dan semua misi yang otentik haruslah misi
inkarnasional. Kita harus menjadi serupa Kristus dalam misi-Nya.

Dengan demikian, mungkin inilah lima jalan utama di mana kita harus
menjadi serupa Kristus: kita menjadi serupa Kristus dalam
inkarnasi-Nya, dalam pelayanan-Nya, dalam kasih-Nya, dalam
ketekunan-Nya, dan dalam misi-Nya.

Tiga Konsekuensi Praktis

Sekarang, marilah kita simpulkan dasar alkitabiah dan contoh-contoh
keserupaan dengan Kristus, yang telah kita bahas ke dalam tiga
konsekuensi praktis.

Keserupaan dengan Kristus dan Misteri Penderitaan

Memang, penderitaan sendiri adalah topik yang sangat besar, dan ada
banyak cara bagi orang Kristen untuk memahaminya. Namun ada satu hal
yang sangat penting, dan hal itu adalah bahwa penderitaan merupakan
bagian dari proses Allah membentuk kita untuk menjadi serupa Kristus.
Apakah itu sebuah kefrustrasian atau kekecewaan, kita perlu melihatnya
dalam terang surat Roma 8:28 dan 29.

Menurut Roma 8:28, Allah senantiasa bekerja demi tujuan yang baik bagi
umat-Nya, dan berdasarkan Roma 8:29 tujuan yang baik ini adalah untuk
membentuk kita serupa dengan Kristus.

Keserupaan dengan Kristus dan Tantangan Penginjilan

Mengapa upaya-upaya penginjilan kita sering penuh dengan kegagalan?
Beberapa alasan mungkin dapat dikemukakan, dan saya tentu tidak boleh
menyederhanakannya, namun satu alasan utama adalah bahwa kita tidak
serupa dengan Kristus yang kita kabarkan.

John Poulton menuliskan hal ini dalam buku kecilnya yang mudah
dimengerti "A Today Sort of Evangelism": Khotbah yang paling efektif
datang dari mereka yang menghidupi hal yang mereka katakan. Diri
merekalah peran mereka ... orang-orang Kristen ... harus serupa dengan
apa yang mereka bicarakan. Pribadi-pribadi yang pada dasarnya
berkomunikasi, bukan kata-kata atau ide ... Keaslian diri ... dari
sisi terdalam seseorang .... Sebuah ketidaktulusan sesaat dapat
menimbulkan keraguan terhadap semua percakapan yang telah dibangun
sejauh itu .... Apa yang terkomunikasikan saat ini pada dasarnya
adalah keaslian pribadi.

Mirip dengan pernyataan tersebut, seorang Guru Besar Hindu, saat
mengetahui bahwa salah seorang mahasiswanya adalah seorang Kristen
berkata, "Jika Anda sebagai orang-orang Kristen hidup seperti Yesus
Kristus, maka besok India akan kau taklukkan."

Contoh yang lain adalah Pdt. Iskandar Jadeed, yang sebelumnya adalah
Muslim Arab, yang pernah berkata, "Jika semua orang Kristen adalah
Kristen [pengikut Kristus], tidak akan ada lagi Islam hari ini."

Saya tidak mengenal penulis-penulis dari kata-kata ini secara pribadi,
namun saya yakin mereka mengatakan yang sesungguhnya.

Keserupaan Kristus dan Berdiamnya Roh Kudus

Saya telah banyak berbicara tentang keserupaan dengan Kristus, namun
bagaimana hal tersebut menjadi mungkin buat kita? Dengan kekuatan kita
sendiri tentu saja itu mustahil, namun Allah telah memberikan kepada
kita Roh Kudus-Nya untuk memampukan kita menggenapkan tujuan-Nya.

William Temple biasanya mengilustrasikan poin dari Shakespeare dengan
cara ini: "Bukanlah hal yang baik memberi saya peran seperti Hamlet
atau Raja Lear, dan memberitahukan saya untuk menuliskan peran seperti
itu. Shakespeare dapat melakukannya; saya tidak dapat. Adalah hal yang
tidak baik menunjukkan kepada saya sebuah hidup seperti hidup Yesus,
dan menyuruh saya untuk menghidupi hidup seperti itu. Yesus dapat
melakukannya; saya tidak dapat. Namun, jika sosok sejenius Shakespeare
dapat datang dan hidup dalam saya, maka saya dapat menuliskan peran
itu sepertinya. Dan jika Roh Yesus dapat datang dan tinggal di dalam
saya, maka saya dapat hidup dalam hidup seperti-Nya. Tujuan Allah
adalah untuk membentuk kita serupa Kristus, dan cara Allah adalah
dengan memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya."

Saya telah banyak berbicara tentang keserupaan Kristus, namun
bagaimana hal tersebut menjadi mungkin buat kita? Dengan kekuatan kita
sendiri, tentu saja itu mustahil, namun Allah telah memberikan kepada
kita Roh Kudus-Nya untuk memampukan kita menggenapkan tujuan-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: The Radical Disciple
Judul buku terjemahan: The Radical Disciple (Murid yang Radikal)
Penulis: John Stott
Penerjemah: Perdian K.M. Tumanan
Penerbit: Literatur Perkantas, Surabaya 2010
Halaman: 25 -- 34

                            POKOK DOA PESTA

1. Doakan pelaksanaan kelas paralel DIK dan DAL yang saat ini sedang
dalam proses diskusi. Kiranya peserta diberikan hikmat oleh Tuhan
untuk dapat belajar firman Tuhan sebanyak mungkin.

2. Doakanlah staf PESTA sekaligus tim moderator, agar terus dimampukan
Tuhan untuk memberikan yang terbaik dan menolong semua peserta yang
sedang belajar.

3. Bersyukur untuk Kopdar PESTA wilayah Jabodetabek yang sudah
diadakan di Bogor pada tanggal 27 Mei 2012. Kiranya pertemuan ini
menambah eratnya jalinan persaudaraan di antara para alumni PESTA.

Kontak: < beritapesta(at)sabda.org >
Redaksi: Desi Rianto, Yonathan Sigit, dan Yulia Oeniyati
(c) 2012 Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org >
< http://fb.sabda.org/pesta >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-berita-pesta(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-berita-pesta(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org