Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/4

Doa 40 Hari 2004 edisi 4 (8-10-2004)

Komunitas Islam Tionghoa di Indonesia

                       Jumat, 8 Oktober 2004

KOMUNITAS ISLAM TIONGHOA DI INDONESIA 
=====================================

Belum ada data yang pasti mengenai jumlah penduduk Tionghoa dan 
Tionghoa yang beragama Islam di Indonesia. Namun, ada beragam 
pendapat yang dapat dijadikan pegangan untuk menaksir keberadaan 
kaum Muslim Tionghoa. Pimpinan Persatuan Islam Tionghoa (PITI) 
memperkirakan jumlah penduduk Tionghoa ada sekitar 10 juta orang, 
seorang ahli China dari Universitas Indonesia mencatat 7;2 juta 
jiwa, dan seorang peneliti masalah China dari Universitas Nasional 
Singapura menduga ada 5.76 juta. Namun, sampai periode tahun 2004 
ini diyakini pertambahan populasi etnis yang dikenal juga sebagai 
orang China ini berkembang pesat dari segi jumlah.

Dari jumlah yang disebutkan di atas, orang Muslim Tionghoa menurut 
pimpinan PITI mencapai 5%. Sedangkan peneliti lainnya memperkirakan, 
Muslim Tionghoa hanya sekitar 2%. Seorang tokoh Muslim Tionghoa yang 
sangat terkenal, yaitu Drs. H. Junus Jahja menduga, penduduk Muslim 
Tionghoa sekitar 1% dari total seluruh penduduk Indonesia. Logika 
perbandingannya adalah diantara 100 orang penduduk Indonesia 
terdapat satu orang Muslim Tionghoa. Hal ini menunjukkan 
perkembangan yang pesat dari syiar dakwah Islam di kalangan 
masyarakat Tionghoa.

Berbicara mengenai Muslim Tionghoa memang tak dapat dipisahkan dari 
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang lahir pada tanggal 14 
April 1961 di Jakarta. Organisasi ini mempunyai garis perjuangan 
sebagai tempat berhimpunnya orang-orang Muslim Tionghoa. Tujuannya 
adalah mengembangkan dakwah di kalangan orang Tionghoa yang sudah 
Islam ataupun yang belum.

Beberapa strategi yang dilakukan dalam rangka menambah populasi 
masyarakat Tionghoa ke dalam agama Islam adalah dalam pembauran: 
orang Tionghoa ganti nama, menikah dengan pasangan pribumi, dan 
masuk agama yang dianut oleh kelompok mayoritas. Karena kelompok 
mayoritas di Indonesia adalah Muslim, maka agama yang selayaknya 
dianut masyarakat Tionghoa dalam rangka pembauran adalah Islam. Cara 
pembauran ini terbukti efektif di Thailand, karena orang Tionghoa 
pada umumnya menganut agama mayoritas di negeri Gajah Putih itu, 
yakni Budha. Demikian pula di Filipina, dimana mereka menganut agama 
mayoritas penduduk Filipina, yakni Katholik. Cara lainnya seperti 
ganti nama dan menikah dengan pasangan pribumi, dianggap kurang 
efektif (tapi masih dilakukan) dibandingkan dengan cara berdakwah 
secara langsung. Namun, tetap ada jarak antara orang Tionghoa dengan 
orang pribumi, Indonesia. Sedangkan menikah dengan orang pribumi 
juga kurang efektif mendorong perpindahan agama karena sering 
terganjal perundangan agama di Indonesia.

Pada masa Orde Baru, kaum minoritas Tionghoa ini sengaja dibuat 
eksklusif dan berkembang pesat dalam dunia bisnis yang difasilitasi 
pemerintah. Namun, strategi Muslim Tionghoa yang diwakili organisasi 
PITI berharap bahwa di era reformasi ini akan ada kerja sama yang 
lebih baik antara pribumi dan Tionghoa yang berujung pada kesempatan 
besar syiar dakwah kepada masyarakat Tionghoa yang non-Muslim.

POKOK DOA

Pepatah mengatakan: "Lepas dari mulut singa, masuk ke mulut 
buaya". Tidak ada pembebasan yang sejati, yang ada hanyalah 
pergantian label, tetapi mempunyai tuan yang sama.

* Rasakanlah hati Tuhan yang hancur bagi para Muslim Tionghoa 
Indonesia. Berdoa agar anugerah Tuhan dapat dialami oleh para Muslim 
Tionghoa Indonesia, khususnya saat bulan puasa ini. Berdoa agar 
mereka bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan bukan peluang 
keuntungan. Berdoa agar Tuhan menyembuhkan semua trauma dan luka 
hati mereka karena peristiwa Mei `98. Damai hanya ada dalam Yesus.

* Berdoa bagi umat Tionghoa Indonesia yang percaya, agar tidak lupa 
mendoakan dan membagikan kasih Yesus bagi saudara mereka yang 
Muslim.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org