Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/4 |
|
Doa 40 Hari 2014 edisi 4 (21-6-2014)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SABTU, 21 JUNI 2014 SUKU BIMA Suku Bima merupakan suku yang mendiami kabupaten Bima dan kota Bima di provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Bima telah ada sejak masa kerajaan Majapahit. Pemukiman orang Bima biasa disebut "Kampo" atau "Kampe" yang dikepalai oleh seorang pemimpin yang disebut dengan "Ncuhi". Jumlah Ncuhi yang terdapat di suku Bima ada tujuh orang, yang memimpin di setiap daerah. Ncuhi dibantu oleh golongan kerabat yang tua dan dihormati. Kepemimpinan diwariskan turun-temurun di antara keturunan nenek moyang pendiri desa. Setiap daerah menamakan dirinya sebagai bagian dari Bima, meski pada kenyataannya tidak ada pemimpin tunggal yang menguasai kepemerintahan tanah Bima. Kemasyarakatan
Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah menghuni tanah Bima sejak lama. Mereka sebagian besar menempati wilayah pegunungan. Karena letaknya yang secara geografis di atas ketinggian rata-rata tanah Bima, kehidupan orang Donggo sangat jauh berbeda dengan kehidupan yang dijalani masyarakat Bima saat ini. Masyarakat Donggo mendiami sebagian besar wilayah kecamatan Donggo sekarang, yang dikenal dengan nama Dou Donggo Di, sebagian lagi mendiami kecamatan Wawo Tengah (Wawo pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta, Sambori, dan Kalodu Dou Donggo Ele. Pada awalnya, penduduk asli ini tidak semuanya mendiami wilayah pegunungan. Salah satu alasan mengapa mereka umumnya mendiami wilayah pegunungan adalah karena terdesak oleh pendatang-pendatang baru yang menyebarkan budaya dan agama yang baru pula, seperti agama Islam, Kristen, Hindu, atau Buddha. Dou Mbojo yang sekarang dikenal sebagai para pendatang yang berasal dari daerah-daerah sekitarnya seperti Makassar dan Bugis, yang mendiami daerah-daerah pesisir Bima. Mereka umumnya berbaur dengan masyarakat asli dan bahkan menikahi wanita-wanitanya. Para pendatang ini datang pada sekitar abad ke-15, baik yang datang karena faktor ekonomi seperti berdagang maupun untuk menyiarkan agama sebagai mubaliqh. Mata pencaharian mereka cukup bervariasi seperti halnya bertani, berdagang, nelayan/pelaut, dan sebagian lagi sebagai pejabat dan pegawai pemerintah. Agama/Kepercayaan Kepercayaan asli suku Bima adalah Makakamba. Makakamba adalah suatu kepercayaan yang menghubungkan alam manusia dengan alam dunia lain, kepercayaan ini dipimpin oleh seseorang yang disebut "Ncuhi Ro Naka". Mereka percaya bahwa ada kekuatan yang mengatur segala kehidupan di alam ini, yang kemudian mereka sebut sebagai "Marafu". Sebagai penguasa alam, Marafu dipercaya menguasai dan menduduki semua tempat seperti gunung, pohon rindang, batu besar, mata air, tempat-tempat dan barang-barang yang dianggap gaib, dan bahkan matahari. Karena itu, mereka sering meminta manfaat terhadap benda-benda atau tempat-tempat tersebut. Selain itu, mereka juga percaya bahwa arwah para leluhur yang telah meninggal, terutama arwah orang-orang yang mereka hormati selama hidup seperti Ncuhi, masih memiliki peran dan menguasai kehidupan dan keseharian mereka. Mereka percaya, arwah-arwah tersebut tinggal bersama Marafu di tempat-tempat tertentu yang dianggap gaib. Selain itu, dalam suku Bima juga terdapat orang-orang yang memeluk agama Islam, Kristen, dan Hindu. Hasil pelaporan Badan Statistik Nasional menyatakan bahwa 90 persen masyarakat suku Bima memeluk agama Islam, dan 10 persen sisanya adalah pemeluk agama Kristen, Hindu, Makakamba, dan berbagai kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. POKOK DOA
Dirangkum dari:
Kontak: doa(at)sabda.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |