Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/32 |
|
Doa 40 Hari 2013 edisi 32 (30-7-2013)
|
|
Selasa, 30 Juli 2013 Menyambut Para Pendatang Baru: Hati yang Terbuka dan Ramah Tamah Jack melarikan diri. Seorang saudara telah memberitahunya bahwa ia akan diracun. Ayah Jack, seorang Ulama Muslim, mengetahui bahwa anaknya yang berusia 17 tahun itu telah menjadi pengikut Kristus. Beberapa tahun kemudian, Jack tiba di Kanada untuk belajar teologi. Kesendirian dan penderitaan sebagai pendatang baru tanpa ada sanak saudara di negeri asing sungguh terasa mencekam dirinya. Perang, pertikaian etnis, penganiayaan atas nama agama, bencana alam, dan dambaan akan kemerdekaan serta kesempatan hanya merupakan sebagian alasan mengapa orang melarikan diri dan pergi ke Amerika Utara. Bagaimana cara para pendatang baru yang tidak siap ini bisa menyambung hidup di negeri asing, daerah yang di dalamnya mereka sering kali tidak benar-benar diterima? Pada tahun 2008, dibuka sebuah "Pusat Pendatang Baru" di Kanada (Jack turut membantu di sana). Gagasannya semata-mata untuk menyambut orang-orang Muslim dan memberikan bantuan secara praktis di negeri mereka yang baru. Persahabatan akan terjalin saat para pendatang baru mendapat bantuan pembangunan rumah, perawatan anak, dan pembimbing untuk belajar Bahasa Inggris. Saat ini, sudah tersedia tempat pemandian bayi untuk ibu-ibu baru, lapangan olahraga untuk anak laki-laki dan perempuan, dan festival rakyat untuk seluruh keluarga. Semua itu merupakan sebagian kecil dan banyak hal yang dilakukan lembaga itu untuk menyambut para pendatang baru. Hubungan dari hati ke hati terjalin ketika saudara-saudara Muslim menjalin hubungan dengan teman-teman Kristen mereka. San pernah mengikuti pelatihan menjadi seorang ulama Muslim. Pada usia 22 tahun, ia menjadi pengikut Kristus. Ibunya menganggap dia sudah meninggal. Ia telah `menguburkannya`. Sekarang, San sudah menjadi anggota tim internasional yang bekerja untuk para pendatang baru. San menjumpai banyak orang yang berasal dari negeri kelahirannya di pusat pendatang baru. Ibunya, yang masih hidup di Afrika, kini merasa bangga bahwa anak laki-lakinya sekarang menolong orang-orang yang satu negara dengannya untuk bisa bertahan hidup di negara asing. POKOK DOA
Kontak: doa(at)sabda.org
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |