Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/3

Doa 40 Hari 2015 edisi 3 (10-6-2015)

Suku Mongondow

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- RABU, 10 JUNI 2015

SUKU MONGONDOW

Dirangkum oleh: Mei

Suku Mongondow adalah salah satu etnis di Indonesia, yang sebagian besar mendiami kabupaten Bolaang Mongondow di provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini terdiri atas 15 kecamatan dan dihuni oleh beberapa subsuku bangsa, antara lain Mongondow, Bintauna, Bolaang Itang, Kaidipang, dan Bolaang Uki. Suku Mongondow percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit. Berawal dari dua pasang manusia yang kemudian menikah dan beranak cucu. Pada zaman dahulu, kelimanya berbentuk kerajaan-kerajaan kecil. Setiap subsuku memiliki ciri dialek sendiri. Akan tetapi, bahasa Mongondow menjadi bahasa perantara di antara masyarakat-masyarakat di wilayah ini. Kekuasaan pemerintahan tertinggi dipegang oleh raja yang disebut dato atau datu. Para pembantu raja disebut jogugu. Bendahara disebut sahada. Kerajaan-kerajaan itu dibagi menjadi beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang penghulu atau marsaole. Sebuah desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut bobato atau sangadi, yang dipilih atas kesepakatan masyarakat desa berdasarkan azas senioritas, keahlian dalam adat, pengalaman, dan wibawa.

Kehidupan Suku Mongondow

Suku Mongondow tersebar, baik di dataran rendah maupun di daerah berbukit-bukit. Perumahan mereka umumnya berjajar di sepanjang jalan utama yang membelah desa. Rumah-rumah rakyat biasa disebut baloi, rumah milik golongan bangsawan dan orang kaya lebih besar dan bagus disebut komaliq. Masyarakat suku Mongondow bermata pencaharian sebagai petani di sawah dan ladang. Mereka menanam padi, jagung, sayur, ubi-ubian, buah-buahan, pisang, cengkeh, pala, dan kelapa. Selain itu, sebagian dari mereka masih senang berburu dan meramu hasil hutan.

Kepercayaan Suku Mongondow

Sebelum para penyebar agama masuk, suku Mongondow dan raja-rajanya masih menganut animisme. Mongondow percaya kepada dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan gaib. Salah satunya adalah "Mamelenga" -- mendengar petunjuk kekuatan gaib melalui bunyi burung hantu (menikulu) untuk mengetahui hal kalah menangnya dalam peperangan, sukses tidaknya suatu rencana naik rumah baru, dalam mengadakan perjalanan, mendirikan bangunan, merombak hutan, dll..

Kekristenan di Suku Mongondow

Pada tahun 1512, kapal-kapal Portugis mulai berlayar ke laut Jawa sampai ke Maluku. Selain alasan ekonomi dan politik, orang Portugis dan Spanyol juga diwajibkan menyebarkan iman Kristen di wilayah jajahan. Akan tetapi, Serikat Yesus (orang-orang Yesuit atau ordo Yesuit) memunculkan gerakan pembaruan dalam pekabaran Injil. Bagi mereka, perluasan agama Kristen wajib dilaksanakan terlepas dari apakah hal itu menguntungkan bagi perluasan wilayah jajahan atau tidak. Hal tersebut dibuktikan oleh Pater Fransiscus Xaverius yang datang ke Maluku. Ia bekerja giat untuk memberitakan Injil kepada orang Maluku. Hanya dalam beberapa waktu, ia berhasil membaptis puluhan ribu penduduk. Inilah awal penanaman benih Injil di Bolaang Mongondow. Sayangnya, orang-orang yang telah dibaptis ini dibiarkan begitu saja tanpa pemeliharaan.

Benih Injil kembali disebarkan di Bolaang Mongondow ketika Raja Yakobus Manoppo dibaptis di Manado, dan naik takhta menjadi Raja Bolaang pada tahun 1694. Sejak saat itu, kekristenan tetap hidup di Bolaang Mongondow walaupun terbatas pada lingkungan kerajaan. Pada tahun 1830, seorang pendeta dari Ambon mengunjungi Sulawesi Utara. Ia adalah Yoseph Kam. Yoseph Kam adalah seorang utusan Injil dari Badan Zending negeri Belanda, yaitu Nederlands Zendeling Genootschap (NZG). Dalam kunjungan ini, ia datang juga ke Bolaang. Karena raja Bolaang waktu itu memeluk agama Kristen, di Bolaang Pendeta Yoseph Kam melaksanakan pembaptisan kepada 100 orang anak sambil berjanji untuk mengirimkan seorang guru dari Ambon untuk melayani di sana. Janji itu diwujudkan pada tahun 1832 dengan datangnya 4 orang tenaga guru ke Sulawesi Utara. Di sana, Yakobus Bastian membuka sekolah. Sampai sekarang, orang Mongondow kebanyakan memeluk agama Kristen. Akan tetapi, masyarakat Mongondow sudah banyak yang masuk kepada agama lain, dan beberapa kelompok masih percaya kepada sistem kepercayaan warisan nenek moyang mereka.

Untuk mengenal lebih jauh tentang suku Mongondow dan menjangkau mereka bagi Tuhan, referensi berikut ini semoga dapat menolong Anda:

POKOK DOA

  1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus agar pendeta, penginjil, dan gereja-gereja yang ada di Mongondow dapat memberikan pengajaran yang benar tentang Injil dan keselamatan.

  2. Berdoalah kepada Allah agar masyarakat Kristen di Mongondow memiliki iman yang benar dan setia kepada Tuhan Yesus Kristus, dan memiliki kerelaan untuk memberitakan Kabar Baik kepada sesama mereka di sana.

  3. Doakanlah agar pemerintahan Mongondow dengan bijak memajukan pendidikan, kesehatan, dan segala aspek kemasyarakatannya.

Dirangkum dari:

  1. _____. "Mongondow". Dalam http://joshuaproject.net/people_groups/13789/ID

  2. _____. "Sejarah Suku Mongondow di Sulawesi". Dalam http://suku-dunia.blogspot.com/2015/01/sejarah-suku-mongondow-di-sulawesi.html

  3. _____. "Benih yang Tumbuh Berkembang Mekar karena Karunia". Dalam http://www.oaseintim.org/gereja/sej-gmibm.htm

  4. _____. "Kepercayaan Kitegi dan Upacara Suku Mongondow". Dalam http://lipukobayagan.blogspot.com/2012/11/kepercayaan-kitegi-dan-upacara_9.html


Kontak: doa(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/40hari
(c) 2015 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org