Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/22 |
|
Doa 40 Hari 2016 edisi 22 (17-6-2016)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- JUMAT, 17 JUNI 2016 HAIK HOVSEPIAN Dengan penduduk hampir 100 juta jiwa, wilayah Persia menjangkau seluruh wilayah Iran zaman sekarang dan meliputi kawasan sekitar Irak, Afganistan, dan Tajikistan. Tidak seperti Muslim Suni di tempat lain dalam Graha Islam, sebagian besar Muslim di Iran ini adalah Shi'ites. Meskipun telah dibentuk Republik Islam pada tahun 1979, tetapi jutaan orang Iran menolak pemerintahan Teokrasi Islam yang telah menyebabkan kehancuran bangsa mereka, dan ratusan ribu orang telah berpaling kepada Kristus. Ribuan orang telah ditangkap dan mengalami penganiayaan, dan banyak yang telah meninggalkan negara itu. Mereka yang masih tetap tinggal di sana mengadakan ibadah secara rahasia dan harus membayar harga atas kesaksian mereka. Ada saksi-saksi Kristus di sana, seperti Haik Hovsepian, seorang Kristen Armenian berkebangsaan Iran. Haik Hovsepian menjadi Bishop nasional pertama GSJA di Iran pada tahun 1980. Sebagai seorang Kristen Armenian, Haik diberi keleluasaan untuk mempraktikkan imannya, tetapi tidak boleh membagikan kepada orang Muslim. Namun begitu, Haik menolak, dan satu orang Muslim yang telah ia bawa kepada Yesus adalah Pdt. Mehdi Dibaj. Pada tahun 1983, Dibaj ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses peradilan dan ditekan untuk menarik kembali (menyangkal) imannya. Tahun 1993, dalam sebuah peradilan rahasia, Dibaj diancam hukuman mati karena murtad dari Islam. Ketika Bishop Haik mendengar tentang ancaman hukuman mati tersebut, ia diperhadapkan dengan satu pilihan. Sebagai seorang Armenian, Haik bisa tetap tinggal diam atau ia bisa bersuara. Haik menolak untuk membelakangi saudaranya yang berlatar belakang Muslim itu, dan ia berjuang secara terbuka untuk membebaskan Dibaj. Usahanya terbukti berhasil dan sebagai tanggapan terhadap seruan dunia internasional, Dibaj dibebaskan pada 16 Januari 1994. Tiga hari kemudian, Bishop Haik diculik, disiksa, dan ditemukan tewas di dalam sebuah gua yang tidak dikenal. Pada acara pemakaman Bishop Haik, Mehdi Dibaj berbicara dengan meneteskan air mata, "Ketika Yesus mati di atas kayu salib, hanya Barabas yang tahu bahwa Yesus telah mati baginya. Ketika Bishop Haik mati, saya tahu bahwa dia mati demi aku." Mari kita berdoa:
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |