Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/20 |
|
Doa 40 Hari 2002 edisi 20 (15-11-2002)
|
|
Jumat, 15 November 2002 AIDS DAN HIV DI ANTARA ORANG MUSLIM =================================== Kerahasiaan, rasa malu, pengasingan dari masyarakat, dan kematian ... adalah kenyataan yang harus dihadapi sehari-hari oleh para penderita HIV dan AIDS. Saat ini di antara 6 milyar manusia di dunia, 40 juta dari mereka terinfeksi oleh HIV. Tidak memandang warna kulit, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, ataupun agama, penyakit ini menyentuh orang-orang dari semua lapisan kehidupan. Banyak dari mereka yang dibutakan bahwa itu hukuman atas dosa-dosa mereka. Di tengah sikap hati yang merasa bersalah, kedua belah pihak baik Kristen maupun Islam, umumnya mereka membutuhkan penerimaan dan dukungan kasih dari masyarakat yang beriman. Pemimpin-pemimpin politik dan tokoh-tokoh agama dari beberapa negara Islam menyangkali kehadiran HIV di negara mereka, dengan menyatakan terbebas atau kebal virus tersebut. Sikap ini diambil dari pengajaran Qur'an yang mengajarkan pelarangan hubungan seks sebelum dan di luar nikah, kebiasaan homo seksual dan penggunaan obat bius melalui suntikan. Penolakan yang tak henti-hentinya akan adanya krisis HIV menambah akibat terhadap orang-orang yang hidup dan mati karena HIV dan AIDS di dalam masyarakat umat Islam. Pertimbangkan contoh berikut ini: Abdul telah dites dan positif menderita HIV. Dia dipukuli oleh saudara-saudaranya sampai tidak sadarkan diri, kemudian disangkali sebagai keluarga karena aib yang dibawanya. Cerita Abdul tersebut adalah hal yang lazim di antara masyarakat Islam. Karena takut akan kemungkinan besar akan dianiaya, sebagian besar dari mereka tidak mau dites HIV. Tanpa pengetahuan tersebut, mereka terus tidak mengetahui akan penyakit yang menyebar kepada yang lainnya. Kepercayaan Islam fanatik menambah masalah menjadi kompleks. Karena wanita dianggap sebagai sumber godaan, pria dan wanita memiliki interaksi dan komunikasi yang sangat minim. Karena keinginan untuk menjaga moralitas yang tinggi, maka timbul budaya diam dan menghindari pendidikan seks yang justru menjerumuskan mereka menjadi homoseksual. Reshma hidup di jalan disertai tangisan anak perempuannya yang lemah. Dia dahulu menikah dan hidup dalam lingkungan yang makmur. Satu tahun yang lalu suami Reshma meninggal. Enam bulan kemudian ketika anak perempuannya lahir, Reshma menyadari bahwa dia positif HIV. Menyalahkan kematian suaminya, Reshma dipaksa untuk meninggalkan rumah. Dia sekarang menderita AIDS, tidak dapat mengurus dirinya dan anak perempuannya. Beban kesalahan ini sering kali jatuh kepada wanita meskipun kenyataannya bahwa ketidaksetiaan para suami membawa mereka untuk menyebarkan HIV. POKOK DOA: * Berdoa agar korban-korban seperti Abdul dan Reshma, akan mengalami sepenuhnya belas kasih dan sebagai hasil dari pesan Kristus akan masuk ke dalam hati mereka. Supaya umat yang percaya dapat menyediakan berita Injil, memberikan konseling dan bimbingan sebelum, sewaktu, dan setelah dites HIV. * Berdoa untuk tokoh-tokoh kunci yang memiliki pengaruh dan kekuasaan dalam komunitas, masyarakat dan negara-negara Islam, agar mereka berani berbicara secara terbuka dalam menjelaskan tentang HIV dan menyediakan pengobatan dan bantuan bagi para korban. * Berdoa bagi anak-anak yatim yang orangtuanya meninggal karena terinfeksi AIDS dan anak-anak yang mengidap HIV supaya mereka mengenal Yesus sebagai Tuhan dan agar mereka terpelihara dalam kesukaran mereka. (Yakobus 1:27) * Berdoa untuk pengembangan dan pelaksanaan dari program pembentukan karakter di dalam masyarakat Islam, supaya mereka dapat menguasai nafsu mereka dan mengikuti peraturan Tuhan dalam kebutuhan seks.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |