Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/10 |
|
Doa 40 Hari 2016 edisi 10 (5-6-2016)
|
|
40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- MINGGU, 5 JUNI 2016 SUKU LEMBAK Dirangkum oleh: Aji Pendahuluan/Sejarah Suku Lembak adalah suku bangsa yang berdiam di daerah pedalaman provinsi Bengkulu, di Pegunungan Bukit Barisan yang menjadi perbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan, di hulu Sungai Musi. Tempat tinggal mereka tersebar di beberapa tempat, antara lain di kecamatan Talang Empat kabupaten Bengkulu Utara, di kecamatan Padang Ulak Tanding kabupaten Rejang Lebong, di kecamatan Curup kabupaten Bengkulu Tengah, dan di kecamatan Gading Cempaka Kotamadya Bengkulu. Suku Lembak disebut sudah berada di Bengkulu sekitar tahun 1400-an atau sekitar 6 abad yang lalu dan berdasarkan beberapa literatur yang ada, suku Lembak termasuk suku yang berada di gelombang pertama yang mendiami tanah Bengkulu. Bahasa suku Lembak adalah bahasa Buang di mana aksaranya disebut Surat Ulu, dan secara umum pelafalannya mirip bahasa Melayu. Budayanya pun masih banyak dipengaruhi budaya Melayu karena masyarakat Lembak sendiri tergolong sebagai rumpun Melayu. Masyarakat suku Lembak kerap menyebut diri mereka sendiri "Sindang Kelingi", "orang Saling" atau "Lembak Delapan" tergantung di daerah mana mereka bermukim. Namun, masyarakat di sekitar mereka sering menyebut mereka "orang Cul" karena kata "Cul" dalam perbendaharaan kata orang Lembak berarti "tidak". Bagaimana Mereka Hidup? Masyarakat suku Lembak hidup di dalam rumah-rumah dengan konsep rumah panggung. Sistem kemasyarakatannya, pada dasarnya, dibagi berdasarkan dusun-dusun yang kemudian bergabung membentuk marga dan dipimpin seorang pasirah. Di bawah marga terdapat kepemangkuan yang diawasi oleh mangku dan dibantu oleh wakil yang disebut punggawa. Mangku nantinya akan memimpin masyarakat dengan didampingi oleh tokoh-tokoh keagamaan seperti khatib, imam, dan sebagainya. Masyarakat suku Lembak umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Namun, ada juga sebagian yang bekerja sebagai pedagang, tukang kayu, bahkan bekerja di sektor pemerintahan. Terdapat 99% masyarakat suku Lembak yang beragama Islam. Adat budaya mereka banyak dipengaruhi oleh agama ini meski ada juga yang masih menganut animisme. Pemeluk agama Kristen hanya sebesar 0,01% sehingga Injil boleh dikata belum cukup menjangkau mereka. Apa Kebutuhan Mereka? Masyarakat suku Lembak, khususnya kaum muda, sangat membutuhkan peningkatan pendidikan dan keterampilan sehingga bisa mendapat pekerjaan dan standar hidup yang lebih baik. Selain itu, masyarakat suku Lembak memerlukan bantuan dalam pengelolaan perkebunan kopi supaya hasil panennya bisa lebih produktif lagi. Pokok Doa:
Dirangkum dari:
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |