Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/1 |
|
Doa 40 Hari 2002 edisi 1 (27-10-2002)
|
|
Minggu, 27 Oktober 2002 SUKU BANTEN =========== Suku Banten adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami sebagian wilayah Propinsi Jawa barat. Batas wilayah yang disebut daerah Banten seringkali kurang jelas karena telah terjadi beberapa kali perubahan. Hal ini umum terjadi dalam sejarah perjalanan kekuasaan di daerah Banten dan Jawa Barat. Saat ini orang Banten banyak tinggal di Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang. Mata pencaharian orang Banten adalah bercocok tanam di sawah dan di ladang. Di samping itu mereka juga menanam kopi, cengkeh, jengkol, petai, pisang dan durian. Pengolahan lahan petanian dilakukan secara gotong royong (royongan). Dalam royongan kelompok, para anggota memperoleh imbalan yang jumlahnya tidak tentu. Imbalan tersebut tidak diserahkan langsung kepada anggotanya, tetapi dikumpulkan dan disimpan oleh seorang sesepuh (kokolot) yang nantinya digunakan untuk memperbaiki langgar atau mesjid. Di samping itu ada royongan dalam bentuk kerja bakti untuk memperbaiki jalan, jembatan dan sarana umum lainnya. Di desa Tanjung Sari setiap kepala keluarga yang tidak mengikuti kerja bakti dikenakan denda berupa uang. Mereka juga mengenal gotong royong yang disebut liliuran, yaitu saling tolong menolong dalam mengerjakan sawah tanpa mengharapkan imbalan. Kepemimpinan orang Banten merupakan paduan dari tiga unsur, yaitu pemimpin formal (umaroh), pemimpin agama (ulama), dan pemimpin adat (jawara). Ketiga unsur tersebut memainkan peranan penting dalam membentuk sistim politik lokal. Hal ini karena kokolot desa biasanya amat disegani dan dihormati. Perangkat desa lainnya adalah carik (sekretaris desa), ulu-ulu (urusan pengairan), kabayan (pesuruh desa) dan amil (urusan agama). Daya tarik Banten lama masih sangat kuat, terutama bagi para ahli purbakala dan sejarah. Sejarah telah mengukir Banten sebagai salah satu kerajaan terkenal pada masa lampau. Di daerah Banten terdapat banyak objek wisata, mulai dari cagar alam, Masjid Agung Banten dan makam para sultan Banten yang terletak di Selatan dan Utara masjid tersebut dan peninggalan budaya purbakala lainnya. Konon ada "batu bersusun sembilan" yang tingginya mencapai 15 m, yang merupakan peninggalan jaman megalitik. Sebagai daerah tujuan wisata, Banten terbuka dengan dunia luar. Walau demikian tradisi dan budaya mereka tetap terpelihara. Populasi orang Banten berjumlah 500.000 jiwa dan telah ada 3.400 orang Kristen. Alkitab dalam bahasa Banten telah ada, namun belum ada Film Yesus dan Penginjilan Radio dalam bahasa Banten. Dari sejak berdirinya pemerintahan Kesultanan Banten hingga kini, mayoritas orang Banten beragama Islam. Mereka adalah Muslim yang taat tetapi mereka masih banyak melakukan praktek sihir dan kekuatan gaib. Hal ini terlihat dalam kesenian Debus Banten yang terkenal dimana dengan mantera- mantera tertentu tubuh seseorang dapat dibuat menjadi kebal terhadap pukulan, api dan senjata tajam. POKOK DOA * Berdoa agar orang percaya dapat menerima tuntunan Tuhan yang jelas untuk dapat menolong, melatih dan meningkatkan keahlian orang Banten baik dalam pertanian dan bidang usaha lainnya. * Orang Banten yang tinggal di daerah terpencil, seperti di P. Panjang di teluk Banten, masih membutuhkan usaha-usaha pengentasan kemiskinan. Berdoa agar pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya dapat memberikan perhatian serius untuk mengentaskan kemiskinan yang ada. * Berdoa bagi anak-anak Tuhan asli Banten, agar mereka memiliki hati yang mau membagikan berita Injil kepada sanak keluarga dan lingkungan mereka.
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |