Mencapai Keberhasilan Bersama-sama

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

"Saya tidak bisa mengevaluasi para guru sekolah minggu saya karena mereka adalah sukarelawan yang dibatasi oleh waktu dan motivasi. Kami justru harus berterima kasih atas apa yang telah mereka lakukan dan berdoa agar mereka tidak berhenti menjadi sukarelawan." Hal itulah yang ditakuti oleh banyak pemimpin sekolah minggu. Namun, bukan itu intinya.

Pelayan Kristen memulai tugasnya dalam pengertian misi bagi Tuhan. Apabila mereka melayani tanpa mau berkorban dan mengembangkan pelayanan mereka melalui perbaikan dan pertumbuhan, mereka belum menangkap visi mulia Tuhan dan berkat rohani karena melayani-Nya.

Visi seperti itu muncul melalui pengajaran firman Tuhan yang efektif dan melalui bantuan penuh kasih dari saudara seiman. Allah membentuk gereja yang hidup agar menjadi organisme yang indah dan produktif -- sebuah tubuh yang terdiri dari banyak anggota yang tidak hanya saling mengajar tentang Tuhan, tapi juga menguatkan satu sama lain agar bertumbuh dalam iman. "Dan marilah kita saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25)

Ayat itu sering disebut sebagai sebuah nasihat bagi mereka yang mengabaikan persekutuan, namun hal ini bukanlah tujuan utama dari nasihat tersebut. "Untuk mendorong satu sama lain dalam kasih dan perbuatan baik" adalah apa yang harus diwujudkan dalam gereja Perjanjian Baru -- bangunan gereja dan jemaatnya.

Lihatlah betapa eratnya hal itu dengan proses evaluasi. Allah kita membentuk suatu gereja supaya kita memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi dan mendorong untuk mencapai kedewasaan rohani. Pada masa yang menekankan kerja sama dalam "tubuh" Kristen, kita tidak boleh melupakan tanggung jawab keseluruhan tubuh.

David Augsburger mengungkapkannya dengan baik dalam bukunya yang berjudul "Caring Enough to Confront": "Saat kita memiliki kasih yang murni satu sama lain di dalam gereja, kasih itu tidak hanya akan tercermin saat kita saling berbagi hal-hal baik dalam hidup kita, tapi juga saling mengkritik tentang sesuatu yang memerlukan pendisiplinan dan perbaikan."

Apakah Anda pernah menyadari bahwa Anda seperti obat kuat? Ayat yang tertulis dalam kitab Ibrani mengatakan bahwa orang Kristen seharusnya seperti obat kuat. Anda harus mendorong orang lain untuk berbuat sesuatu dengan lebih baik. Anda harus menjadi pendorong supaya orang lain hidup dalam kasih dan perbuatan baik. Bagaimanapun juga, hubungan Anda dengan saudara seiman dalam tubuh Kristus harus mampu membantu mereka dalam menyatakan kasih Kristen kepada orang lain dan membuat mereka semakin berbuah dalam melayani Tuhan. Di manakah dorongan semacam ini dapat diterapkan dengan lebih baik di antara sesama pelayan sekolah minggu?

Saya bertanya kepada seorang teman yang baru saja lahir baru tentang pertumbuhannya yang sangat cepat di dalam Tuhan. Dia memuji temannya yang telah mendisiplinkannya. Dia menegaskan pengalamannya dengan berkata, "Tanpa kedisiplinan, tidak mungkin kita bisa belajar." Kedisiplinan bisa berasal dari diri sendiri atau orang lain. Dalam beberapa hal, kedisiplinan harus datang dari orang lain.

Saya belum pernah melihat gereja yang berkembang tanpa kedisiplinan. Kedisiplinan timbul ketika para pendeta mendisiplin diri dalam jalan Kristus atau saat anggota tubuh Kristus memberi dan menerima pendisiplinan dengan penuh kasih.

Ketika saya terlibat dalam evaluasi dan konsultasi di suatu gereja, pertama-tama saya meminta para peserta memberi tahu tentang profil seorang guru dan sekolah minggu yang "ideal". Kemudian, saya meminta mereka untuk menyatakan perbuatan dan pencapaian mereka sebagai guru. Secara mayoritas, terdapat celah yang besar antara apa yang mereka rasa seharusnya mereka lakukan dengan apa yang mereka lakukan pada kenyataannya. Misalnya, mereka mengatakan bahwa mereka seharusnya terlibat dalam kegiatan anak layan di luar kelas setidaknya sebulan sekali, tapi kenyataannya hanya sedikit yang melakukannya.

Saya mengamati beberapa guru yang bekerja di bawah pengawasan para pengawas yang berbeda-beda selama satu tahun. Performa kerja mereka, sebagian besar, tergantung pada jenis disiplin yang diterapkan oleh pemimpin mereka. Pemimpin sekolah minggu yang baik menerapkan disiplin yang mendorong rekan sekerjanya untuk berbuah dalam kasih dan perbuatan baik.

Ada banyak alasan alami untuk menolak pengawasan baru dan bahkan arahan kasih dari suatu kelompok. Saran-saran berikut ini akan membantu mengembangkan tim "yang terdorong untuk melakukan perbuatan baik".

  1. Bacaan dari kitab Ibrani menunjukkan bahwa kita harus saling memerhatikan sebelum kita dapat saling mendorong untuk menyatakan kasih dan perbuatan baik. Ini berarti kita harus peka terhadap orang lain dan belajar memahami luka-luka yang mereka rasakan dan mengetahui dalam hal apa mereka merasa terdorong. Untuk dapat melakukannya, kita akan dipandu oleh pengetahuan kita akan latar belakang, kepribadian, dan aspirasi mereka. Akan membantu juga jika kita mengetahui gambar diri mereka dan berapa lama mereka telah mengenal Tuhan.

    Ketika kita memerhatikan orang lain, kita sebaiknya tidak bicara seolah-olah merendahkan mereka atau mengabaikan aspek positif pelayanan mereka. Kita seharusnya mengatakan apresiasi yang tulus, mungkin seperti ini, "Kamu sudah melakukan pelayanan yang baik di ______, tapi saya punya usul untuk kamu pertimbangkan dalam hal _____." Ingat, kita melayani Tuhan bersama-sama.

  2. Sebagai seorang pemimpin sekolah minggu, Anda harus sering bertanya kepada tim dengan pertanyaan seperti: "Bagaimana caranya agar kita bisa lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan kita dan membuka diri untuk menerima saran mereka?"

    Teman saya, seorang pendeta, mengadakan pertemuan dengan dewan pengurus setahun sekali untuk menilai kinerja pelayanannya. Pertemuan tersebut memberi kesempatan bagi orang lain untuk mengetahui tentang kepemimpinan dan evaluasinya atas pekerjaan mereka. Seluruh anggota pelayanan harus memiliki pemikiran bahwa kita semua harus bertumbuh dan semakin baik. Pemikiran ini bisa meminimalisir sikap yang sifatnya mencela dan membangun persekutuan yang kuat.

  3. Evaluasi tidak perlu dilakukan kecuali ada deskripsi pertanggungjawaban dan tujuan yang pasti untuk itu, dan tentu saja, evaluasi memerlukan definisi tertulis. Pelatihan-pelatihan juga harus diadakan untuk mendorong tercapainya target setelah sebuah evaluasi dilakukan. Evaluasi tanpa kesempatan untuk berkembang akan mematahkan semangat dan membuat pelayan sekolah minggu frustrasi.

  4. Proses evaluasi bisa dilakukan tanpa dijadwalkan, namun hal itu biasanya diremehkan karena tidak ada desain atau struktur prosesnya. Di sekolah minggu yang mengikuti program sertifikasi "LEROY" (Red.: contoh program sertifikasi guru sekolah minggu di Amerika), setiap guru sekolah minggu dievaluasi sedikitnya sekali setahun untuk menjadi seorang guru yang berijazah. Dengan program LEROY, para guru bisa mengembangkan diri pada lima tingkat yang berbeda, yaitu:

    Leadership Training Course taken once a year (Kursus Pelatihan Kepemimpinan yang diikuti sekali setahun).

    Evaluated once a year by a competent worker (Dievaluasi setahun sekali oleh orang yang berkompeten).

    Reading at least 200 pages at his level of experience and understanding (Membaca setidaknya 200 halaman sesuai tingkat pengalaman dan pemahamannya).

    Observing another competent teacher at their same level (Mengamati guru lain yang berkompeten pada tingkat yang sama).

    Yearly conference attendance (Menghadiri konferensi tahunan).

    Program terencana bagus untuk memfasilitasi proses evaluasi, yaitu meminta setiap guru dan pelayan lain untuk mengembangkan kontrak pribadi untuk periode waktu yang direncanakan -- bisa untuk seperempat tahun atau selama satu tahun akademik. Kontrak pribadi merupakan penggenapan kitab Ibrani 10:24-25. Kitab tersebut meminta para guru dan pelayan untuk mencatat perkembangan apa saja yang mereka harap dapat terwujud untuk waktu yang akan datang. Ketika seorang guru menulis kontrak itu, itu berarti dia setuju untuk bertemu dengan pengurus sekolah minggu (Komisi Anak) atau siapa pun dari timnya setelah seperempat atau setahun masa akademik selesai, untuk mendiskusikan kemajuan yang dibuat dalam memenuhi target-targetnya. Dorongan seperti itu menggerakkan para guru bertumbuh dengan pesat.

         KONTRAK PRIBADI PELAYAN SEKOLAH MINGGU
    
         Nama Pelayan____________________Jabatan_________________
    
         Sasaran yang terus didoakan agar tercapai selama periode
         waktu___________sampai__________
    
         Di akhir periode, saya akan membicarakan perkembangan saya
         dengan:________________
    
         1. Saya berencana akan membicarakan secara pribadi dengan 
            setiap murid mengenai kebutuhannya untuk menyerahkan 
            hidupnya kepada Kristus. (contoh)
         2. ____________________________________________________
         3. ____________________________________________________

    Apabila seorang guru tidak memiliki gambaran yang baik tentang seperti apa guru yang berkompeten itu, dia tidak akan bisa memahami hal apa yang harus dia masukkan dalam jadwal kegiatan yang harus dikembangkan. Anda bisa saja menyediakan buku panduan pribadi. Mempelajari buku dan mengikuti kursus pelatihan guru harus memberikan masukan wawasan yang sama.

  5. Pusatkan perhatian pada konsep tim di antara para pelayan anak. Jika semua pelayan, termasuk guru-guru dan pengawas, merasa seolah-olah mereka berada dalam pelayanan bersama, proses evaluasi benar-benar terfasilitasi. Sering kali, guru merasa bahwa waktu mengajar adalah miliknya sendiri. Para pengawas pun merasa seolah-olah pertemuan majelis adalah milik mereka sendiri. Harus ada perencanaan tim terhadap konsep pengajaran secara total di mana setiap orang memiliki suara terhadap apa yang terjadi selama masa sekolah minggu. Salah satu konsep dasar pengajaran tim adalah bahwa semua anggota tim tidak hanya terlibat dalam proses pengajaran, tapi juga saling mengevaluasi. Semua orang yang terlibat dalam pelayanan mengajar, baik di bidang sekuler maupun rohani, sepakat bahwa mutu pengajaran bisa meningkat melalui proses evaluasi. Walaupun beberapa orang kesal karena harus menjalani proses evaluasi, mereka tetap sepakat karena menyadari manfaat dari sebuah evaluasi. Harus ada sikap yang kooperatif dalam sebuah tim yang mengatakan, "Saya juga belajar sesuatu darimu."

Saya betul-betul menghargai semua anggota tubuh Kristus yang cukup mengasihi saya untuk mendorong saya melakukan perbuatan baik dan mengoreksi saat saya berjalan ke arah yang salah. Anggota tim akan terus bertumbuh dalam Kristus dan kemudian akan menjadi sangat berpengaruh dalam pertumbuhan rohani orang-orang yang mereka layani saat mereka terlibat dalam proses evaluasi. (t/Setyo)

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar