Anak-Anak Butuh Merasa Diterima

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Dalam bagian pendahuluan dari bukunya yang terkenal, "Bersembunyi atau Mencari", James Dobson bercerita tentang wawancara televisi dengan John McKay, pelatih sepak bola terkenal di Universitas Southern California. Sang pelatih diminta untuk memberikan komentar tentang John Junior, anaknya sendiri yang merupakan pemain hebat dalam tim itu. "Saya senang karena John mengalami kompetisi yang baik tahun ini. Ia telah bermain dengan hebat dan saya bangga padanya," si pelatih mengakui. "Tetapi, saya juga akan sama bangganya bila ia tidak pernah bertanding sama sekali."

Penerimaan McKay tidaklah tergantung pada adanya kemampuan atau tidak pada puteranya, atau pada keberhasilannya.

Namun sangat disayangkan, banyak orang tua yang memberikan ide mereka kepada anak-anaknya bahwa mereka barulah diterima bila berhasil dan sebaliknya ditolak bila mereka gagal. Penerimaan menjamin lahan subur untuk pertumbuhan dan kepercayaan diri. Mengabaikan anak-anak -- atau kadang-kadang menerima mereka dan pada saat lain merendahkan mereka -- menyebabkan mereka melihat dirinya sendiri dengan gabungan rasa hormat dan ejekan.

Anak-anak yang tidak merasa diterima oleh orang tuanya menjadi rapuh terhadap tekanan kelompok teman sebaya yang menjatuhkan. Sebagian malah berkelahi untuk bisa diterima oleh teman. Sebagian juga merasa bahwa Tuhan membenci mereka.

Seperti halnya kesehatan fisik terutama tergantung pada makanan yang baik dan latihan, demikian pula kesehatan emosional sangat tergantung pada baiknya harga diri yang kita miliki. Ini berkembang melalui penerimaan dan perasaan diri berguna. Bila suasana di keluarga mencakup penerimaan yang bahagia dan memuaskan atas anak-anak kita, mereka akan merasa dihargai dan dapat bertahan dengan kuat. Bagaimana anak-anak kita diterima pada masa-masa awal kehidupan mereka, akan sangat memengaruhi harga diri yang mereka miliki dan penghargaan yang mereka berikan terhadap orang lain ketika mereka sudah mencapai tahap dewasa.

Orang tua ibarat cermin di mana anak-anak melihat diri sendiri. Mereka dengan cepat menyerap suasana emosional di keluarga dan merasakan apakah mereka dikelilingi oleh cinta kasih dan perhatian atau oleh sikap mementingkan diri sendiri dan ketegangan.

Mengapa Anak-anak Merasa Kurangnya Penerimaan?

  1. Mengkritik anak terus-menerus akan menciptakan perasaan gagal, ditolak, dan tidak mampu. Seorang dewasa muda menjelaskan tentang tahun-tahun pertumbuhannya dengan mengatakan, "Saya merasa jarang sekali, jika memang pernah, melakukan sesuatu dengan benar. Orang tua mengritik apa yang saya lakukan dan apa yang saya tidak lakukan. Saya mengalami frustrasi setiap saat dan akhirnya mengembangkan perasaan takut untuk mencoba apa pun juga. Kalau bukan karena adanya seseorang yang memiliki keyakinan terhadap diri saya dan memercayakan suatu pekerjaan pada saya selama masa remaja saya, rasanya saya tidak akan pernah memiliki kepercayaan diri untuk bekerja atau untuk mengambil suatu keputusan penting dan menaatinya."

  2. Membandingkan anak-anak dengan orang lain artinya adalah tidak menerima. Tidak ada dua anak yang serupa, dan membandingkan satu terhadap yang lain sama dengan berlaku tidak adil. Membandingkan biasanya dimulai dari masa awal. Seorang ibu melihat bayi tetangganya dan diam-diam mencatat. Anaknya sendiri harus bisa melebihi bayi itu. Perbandingan yang terus-menerus serupa ini menumbuhkan perasaan kurang yang akan membahayakan perkembangan kepribadian. Perasaan rendah diri timbul dari kebutuhan besar untuk menjadi lebih super dari orang lain.

    Anak yang masih kecil merasa tidak diterima bila prestasinya di bidang olahraga, musik, atau matematika tidak bisa mengimbangi prestasi teman-teman lainnya yang memang lebih mampu. Setiap orang memiliki kekurangan dalam beberapa hal dibandingkan dengan yang lain. Bila kita hanya memikirkan kekurangan ini, kita akan kecil hati. Sebaliknya, setiap kita memiliki kekuatan, sesuatu yang merupakan keunggulan kita. Kita harus memusatkan perhatian pada hal-hal ini.

    Seorang psikolog memberi suatu tes pada sebuah percobaan. Waktu ia membagikan tes itu, ia mengumumkan bahwa kebanyakan orang dapat menyelesaikannya dalam seperlima waktu yang diberikan. Ketika bel berbunyi menandakan bahwa waktu sudah lewat, beberapa siswa yang pandai tampak menjadi cemas, gugup, memikirkan bahwa inteligensi mereka ternyata menurun.

    Penelitian lain terhadap siswa memerlihatkan asumsi yang mirip. Psikolog memilih sekelompok siswa dengan kemampuan biasa-biasa saja, lalu mengatakan pada guru bahwa mereka memiliki inteligensi yang sangat tinggi. Pada akhir tahun pelajaran, karena semangat dan harapan dari guru, prestasi kelompok ini ternyata melampaui kelompok terpandai di sekolah.

  3. Mengharapkan anak-anak untuk mencapai impian orang tua akan membuat mereka merasa tidak diterima. Seorang ibu mungkin ingin menjadi dokter. Tapi ia sendiri tidak berhasil mewujudkannya. Jadi sewaktu anak perempuannya lahir, ia telah membuat rencana untuk mengirim si anak ke fakultas kedokteran. Banyak orang tua, tanpa berpikir jauh, ingin agar anak-anak mereka memenuhi harapan yang mereka sendiri tidak dapat penuhi. Memaksakan harapan semacam ini pada anak-anak akan membuat mereka merasa tidak diterima.

  4. Terlalu melindungi anak akan memengaruhi sikap tidak diterima. Kadang-kadang orang tua seperti ibu yang berkata, "Anakku, saya tidak mau kamu terjun ke air sampai kamu tahu bagaimana caranya berenang." Tetapi bagaimana anak itu dapat belajar berenang? Tidak melindungi anak, sedikit lebih baik daripada memberikan perlindungan yang berlebih-lebihan. Jelas bahwa orang tua harus melindungi anak dari bahaya. Namun, terlalu melindungi anak dari semangat untuk mencoba, akan berbahaya karena menyuburkan rasa takut dan bukan percaya diri. Lebih baik tulang yang patah daripada semangat yang patah.

  5. Mengharapkan terlalu banyak dari anak, menumbuhkan perasaan tidak diterima. Seorang anak akan merasakan kecemasan yang tidak diucapkan orang tua dalam mendambakan anak yang bisa menjadi model. Mencoba terlalu keras untuk suatu tingkah laku yang diharapkan akan membuat si anak merasa tidak mampu dan bukan menghargai diri atau merasa diterima.

    Ini tidak berarti memanjakan anak, memenuhi setiap rengekan dan kemauan anak. Tingkah laku yang tidak diterima haruslah di-batasi.

    Menerima berarti menghargai perasaan dan kepribadian anak sambil membiarkan anak untuk membedakannya dengan tingkah laku yang memang tidak bisa diterima. Menerima berarti orang tua menyukai anak sepanjang saat, lepas dari apa tingkah laku yang diperlihatkan atau pemikiran yang dimiliki si anak.

Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid